Community Education Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v15i3.1117

The Role of Posyandu Cadres in Reducing Stunting in the Community


Peran Kader Posyandu dalam Penurunan Stunting pada Masyarakat

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Stunting Posyandu Cadres Community Health Child Nutrition Rural Development

Abstract

The general background stunting is a major health issue that threatens the quality of human resources in Indonesia. Specific background posyandu cadres play a crucial role in disseminating health information and educating mothers to prevent and reduce stunting in communities. Knowledge Gap: While previous research has focused on general health initiatives, there is limited evidence on the specific role of posyandu cadres in reducing stunting in rural areas. Aims this study to examine the role of posyandu cadres in reducing stunting rates in the local community. Results the findings demonstrate that posyandu cadres have successfully carried out their role by conducting regular health programs such as providing supplementary food, vitamin A, blood supplements for pregnant women, and monitoring child growth. These efforts have contributed to a steady decrease in stunting rates. Factors influencing the success of the programs include the knowledge and active participation of trained cadres, high community involvement, and support from local health workers and officials. Novelty this study highlights the importance of community-based health initiatives and posyandu programs in addressing stunting, emphasizing the need for well-trained cadres in achieving long-term health outcomes. Implication the research underscores the importance of continuing support for posyandu cadres through training and resources to further improve public health and reduce stunting rates in other regions.

Highlights: 

  • Posyandu cadres are key in reducing stunting through regular health activities.
  • Knowledgeable and trained cadres contribute to lower stunting rates.
  • Local community and health worker support strengthen program success.

Keywords: Stunting, Posyandu Cadres, Community Health, Child Nutrition, Rural Development

 

PENDAHULUAN

Sebagai sebuah negara yang berkembang, Indonesia memiliki berbagai masalah yang harus dibenahi dalam upaya pembangunan nasional salah satunya adalah aspek kesehatan. Dalam aspek kesehatan komponen yang perlu untuk dipertimbangkan yaitu gizi. Gizi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan sebuah negara dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (Depkes RI 2009 dalam Rosary, dkk.,2013). Gizi yang buruk akan berakibat pada kualitas SDM yang dimiliki Indonesia atau sering disebut dengan malnutrisi. Masalah malnutrisi yang mendapat banyak perhatianakhir-akhir ini adalah masalah kurang gizi kronis dalam bentuk anak pendek atau stunting. Timbulnya angka stunting salah satunya adalah bagaimana peran kerja dan tanggung jawab kader posyandu dalam mendukung penanganan stunting tersebut. Kade rposyandu dipilih oleh masyarakat, selanjutnya pelatihan diberikan oleh petugas kesehatan. Tugas kader posyandu terutama dalam penyuluhan gizi, sanitasi lingkungan, pencegahan diare, KB, imunisasi dan penimbangan bayi, kepada ibu hamil dan pengunjung posyandu membutuhkan pelayanan yang baik. Posyandu itu sediri dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya: 1) Posyandu Balita, 2) Posbindu dan 3) Posyandu Lansia.

Pemerintah telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional dalam rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan target penurunan yang signifikan dari kondisi 24,4% pada 2021 menjadi 14% pada 2024. Strategi penurunan angka stunting juga sudah di tetapkan dalam strategi nasional percepatan penurunan stunting sesuai PP No 72 tahun 2021 . Peraturan pemerintah tersebut mendorong sejumlah langkah, seperti peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan terkait program penurunan angka stunting di kementrian / lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa. Upaya peningkatan peran Posyandu bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja, tetapi jugakader. Perankader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain menjadi pemberi isu kesehatan pada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat

Stuntingmerupakan masalah kesehatan dimana anak mengalami kekurangan gizi kronis yang disebabkan tidak adanya asupan gizi dalam kurun waktu cukup lama. Stuntingbukan hanya berkaitan dengan masalah tinggi badan, namun juga menentukan kualitas hidup anak dimasa yang akan datang. WHO memprediksi prevalensi stunting didunia mencapai 18% (120,2 juta jiwa) sepanjang tahun 2021. Mengacu pada data Asian DevelopmentBankprevalensi stunting yang dialami anak balita sebesar 28,8% di Indonesia. Jumlah tersebut, menempatkan Indonesia pada peringkat ke-10 di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting pada balita di Indonesia sebesar 21,6% sepanjang tahun 2022. Meskipun angka ini menunjukkan adanya penurunan sebesar 2,8 poin dari tahun sebelumnya (24,4% tahun 2021), namun masih ada beberapa provinsi yang memiliki prevalensi diatas 30%.

Desa Durungbanjar adalah satu dari 24 Desa di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo,menurut SI-SDMK Per 31 Desember 2022Sidoarjo menempati urutan ke 5 dalam skala Jawa Timur untuk tingkat resiko kehamilan resiko tinggi, dan kecamatan candi sendiri menempati urutan ke 7 dari 18 kecamatan se kabupaten sidoarjo, sedangkan Desa Durungbanjar menempati urutan ke 4 dari 24 Desa Se Kecamatan Candi, itu menjadi alasan kenapa penulis mengambil objek penelitian di desa ini, dikarenakan Desa Durungbanjar tingkat BGM (Bawah Garis Merah) dan Resti (Resiko Tinggi) masih tinggi. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya angka BGM pada bayi dan KEK/RESTI pada ibu hamil. Padahal peran kader sudah sangat dimaksimalkan, diantarannya: 1) penyuluhan kepada ibu balita setiap ada kegiatan posyandu, 2) tinjau rumah ketika balita tidak datang di psyandu, 3) pemberian PMT (pemberian makanan tambahan) yang bervariatif sesuai dengan nilai gizi yang disarankan oleh puskesmas. Selain itu tingkat SDM (sumber daya manusia) dari kader itu sendiri sudah tingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan puskesmas maupun secara mandiri oleh pemerintah desa durungbanjar. Sebagai data awal dalam penelitian ini berikut kami sajikan data jumlah balita yang ada di Posyandu Intan Desa Durungbanjar Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

Nomor Nama Posyandu Jumlah Balita Jumlah Kader Rasio
1 Intan Pos 1 58 4 ORANG 6,89%
2 Intan Pos 2 68 4 ORANG 5,88 %
3 Intan Pos 3 47 3 ORANG 6,38%
4 Intan Pos 4 71 4 ORANG 5,63%
Table 1.Data jumlah balita, jumlah kader dan rasio balita dan kader pada posyandu intan Desa Durungbanjar Kec. Candi Kab. Sidaorjo

Dari data Tabel 1 diatas dapat dilihat jumlah kader masing-masing pos tidak lebih dari 5 orang, yang artinya angka persentase jumlah kader dan balita amat sangat jauh berbeda yang rata-rata hanya 6%. Dari data diatas ada implikasi rasio kader dan balita posyandu yang rendah terhadap kondisi kesehatan balita sehingga muncul data dibawah ini:

Figure 1.Ibu hamil kurang energi kalori dan balita bawah garis merah Desa Durungbanjar Kec. Candi Kab. Sidaorjo

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat dari jumlah39 ibu hamil pada tahun 2022 ada 6 orang yang mengalami kurang energi kalori atau 16%. Pada tahun 2023 dari 35 ibu hamil ada 3 ibu hamil yang mengalami kurang energi kalori 10%. Walaupun setiap tahunnya mengalami penurunan tetapi angka resiko ibu melahirkan bayi yang terindikasi stunting sangat besar. Selain itu dari chart diatas dari 111 bayi usia 0-23 Bulan pada tahun 2022 ada 3 bayi yang berada di bawah garis merah atau sebanyak 3%. Pada tahun 2023 dari total 35 bayi usia 0-23 Bulan terdapat 4 bayi yang bawah garis merah atau 12%. Hal ini disebabkan oleh masih kurang maksimalnya peran kader yang ada di Desa Durungbanjar dikarenakan peningkatan kapasaitas SDM yang masih kurang, selain itu pemberian makanan tambahan atau PMT dinilai masih kurang variatif dalam pemenuhan nilai gizinya. Selain itu pembukaan kelas Ibu Balita dan Kelas Bumil dirasa masih kurang maksimal ditinjau dari segi intensitas pembukaan kelas/pertemuan. Beberapa hal diatas yang membuat angka stunting di Desa Durungbanjar masih belum pada posisi 0.

Lawrence Green (1980) menjelaskan dalam hubungan peran dengan perilaku kesehatan terdapat cara untuk menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi peran kader posyandu diantaranya 1) PredisposisingFactor, Faktor untuk memberi kemudahan dan memotivasi seseorang untuk memberi kemudahan dan memotivasi seseorang atau kelompok untuk mengambil suatu tindakan., 2) EnablingFactor, Faktor pemungkin berupa teori. Fasilitas, sarana dan prasarana kesehatan, memberikan kemampuan dengan cara bantuan teknik (pelatihan dna pembimbingan), memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana. dan 3) ReenforcingFactor, Faktor penguat menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta petugas, termasuk petugas kesehatan.

Berikut kami sajikan pula beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian. Pertama penelitian dari Dwi Pratiwi dan Vinami Yulian (2023) yang berjudul “Peran Posyandu Terhadap Pencegahan Stunting Di Indonesia: Sebuah Studi Literatur”. Berdasarkan dari hasil pembahasan beberapa artikel dapat disimpulkan bahwa posyandu sangat berperan terhadap stunting. Peran posyandu lebih pada tindakan pencegahan dan preventif. Dalam mewujudkannya posyandu mempunyai beberapa faktor seperti pengetahuan kader danprogramposyanduitusendiri.Pengetahuankader tentang stunting sangat penting nantinya dalam menentukan upaya dan keaktifannya menangani stunting. Program posyandu juga berperan penting karena dalam mewujudkan tujuan, sebuah rencana itu sangat berpengaruh besar dalam pencapaian. Beberapa program dalam posyandu telah dibuat untuk mencapai tujuan tersebut. Terlepas dari beberapa kendala yang ada dalam pelaksanaanya, posyandu sangat berperan terhadap angka stunting yang turun.

Kedua, penelitian dari Kadar Ramadhan (2022) yang berjudul “Peran Kader dalam Penurunan Stunting di Desa” Setelah dilakukan pendampingan kader, prevalensi stunting menurun dari 35,3% pada November 2018 menjadi 16,7% pada Oktober 2019, dan pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan kejadian stunting. Kami menyarankan agar pemerintah desa secara periodik menyelenggarakan kegiatan pendampingan untuk kader dengan bekerja sama dengan puskesmas. Pendampingan kader harus dilakukan berkelanjutan agar kinerja kader tetap baik.

Ketiga, penelitian dari Rozatul Wardah dan Fitrah Reynal di (2022) yang berjudul “peran posyandu dalam menangani stunting di desa arongan kecamatan kuala pesisir kabupaten nagan raya”. Berdasarkan hasil peneletian dapat disimpulkan posyandu di Desa Arongan kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya sangat berperan dalam menengani stunting. Hal ini diketahui bahwa penyelenggaraan posyandu di desa tersebut sudah baik dimana memiliki kader yangs udah mengikuti pelatihan, berpengetahuan dan aktif, partisipasi peserta yang tinggi, dan mampu menurunkan jumlah angka stuntingdari tahun sebelumnya berjumlah 3 orang sedangkan tahun sekarang 1 orang. Kemudian program yang dijalankan untuk menagani stuntingdiantaranya (1) pemberian Makanan Tambahan (PMT); (2) pemberian vitamin A pendamping ASI; (3) pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil; (4) imunisasi dasar lengkap; (5) pemantauan pertumbuhan balita; dan (6) sanitasi lingkungan .

Upaya penanganan tersebut yang dapat dilakukan adalah dengan memaksimalkan posyandu. Salah satu peran posyandu adalah memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan gizi. Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu olehpetugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat (Ismawati, dkk., 2010). Sedangkan menurut Depkes RI (2006) Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Besumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Posyandu dapat berfungsi secara menyeluruh sebagai pendeteksi awal, penanganan dan konsultasi mengenai stunting(Media Indonesia, 2019 dalam Novianti.dkk.,2021). Aditya dan Purnaweni (2017) juga berpendapat bahw adengan adanya posyandu dapat membantu memantau perkembangan status gizi balita berdasarkan dari pencatatandan pelaporan yang diambil dari data hasil penimbangan balita setiap bulan diposyandu.

Dari latar belakang dan permasalahan diatas, penulis tertarik mengambil judul “Peran Kader Posyandu Terhadap Penurunan Angka Stunting (Studi di Desa Durungbanjar Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo)”. Hal ini juga ditunjang dari beberapa penelitian terdahulu mengenai peran kader dalam pencegahan stunting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kader posyandu dalam upaya penurunan angka stunting di Desa Durungbanjar,mengingat sampai tahun 2023 BGM dan Bumil Resti masih ada.

METODE

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yaitu memusatkan perhatian pada masalah-masalah ketika penelitian dilakukan, sifatnya aktual, serta menggambarkan fakta-fakta mengenai fenomena yang diteliti. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang diteliti, dan data sekunder yaitu data yang bersumber dari catatan-catatan, buku-buku, maupun dokumen-dokumen yang terkait baik dari posyandu di desa tersebut, puskesmas maupun sumber-sumber lain yang relevan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara, yaitu suatu aktivitas pengamatan mengenai suatu objek tertentu secara cermat secara langsung di lokasi penelitian, wawancara yaitu proses ini dilakukan dengan cara turun langsung kemasyarakat untuk menanyakan terkait data yang ada di lingkungan sekitar, dan apa saja yang menjadi indikator dalam permasalahan tersebut dan dokumentasi. dari pengkajian literatur dan data yang telah ada sebelumnya. Lokasi penelitian berada di Desa Durungbanjar Kec. Candi Kab. Sidoarjo yang berfokus pada posyandu Intan. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Sehingga ditetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 8 orang. Adapun 8 orang yang terlibat dalam penelitian ini meliputi: 1) 4 orang Kader Posyandu, 2) 4 orang Ibu Balita. Teknik analisis data dilakukan menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman, yaitu proses analisis yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Proses analisis ini melalui empat tahapan, yaitu: (1) pengumpulan data; (2) reduksi data; (3) penyajian data; dan (4) penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Kader Posyandu Terhadap Penurunan Angka Stunting tidak terlepas dari faktor yang mendukung keberhasilan penurunan angka stunting. Adapun faktor yang mendukung sesuai hasil penelitian yang dilakukan di Desa Durungbanjar Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dalam peranan kader posyandu pada penurunan angka stunting, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Predisposising Factor

Pada indicator ini menjelaskan bahwa predisposising factor merupakan faktor untuk memberi kemudahan dan memotivasi seseorang untuk memberi kemudahan dan memotivasi seseorang atau kelompok untuk mengambil suatu tindakan, dapat dijelaskan sebagai berikut: pengetahuan kader posyandu terhadap Stunting. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disampaikan oleh ketua kader posyandu Desa Durungbanjar sebagai berikut:

"Pengetahuan dan pemahaman kader mengenai stunting sudah sangat baik dan berpengalaman, karena semua kader sudah mengikuti pelatihan baik ditingkat kecamatan maupun ditingkat kabupaten dan juga kader tersebut sudah lama menjadi kader posyandu. Sehingga sudah berpengalaman dan kompeten dalam menangani stunting di Desa Durungbanjar Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo". (Hasil wawancara, 4 Maret 2024)

Keaktifan kader posyandu menangani stunting. Berdasarkan hasil wawancara oleh ketua kader posyandu mengenai keaktifan kader sebagai berikut:

"Kader posyandu sangat aktif, dimana selalu menjadi promotor utama dalam penyelanggaraan posyandu di desa tersebut. Keaktifan kader ini diketahui dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan kader mulai dari persiapan pelaksaan posyandu sesuai jadwal rutin, melakukan pemberitahuan kepada peserta posyandu dua hasri sebelum jadwal pelaksanaan posyandu, melakukan program-program posyandu mengenai stunting, bimbingan kepada ibu balita mengenai stunting. Selain itu juga aktif dalam melakukan pemantauan gizi balita, dan melakukan pendekatan

Sebagai pendukung hasil wawancara yang disampaikan informan diatas bahwa posyandu Desa Durungbanjar pada keaktifan kader posyandu menangani stunting dengan melakukan kegiatan posyandu sesuai dengan jadwal secara rutin. penulis melampirkan gambar sabagai berikut:

Figure 2. Kegiatan Posyandu

Upaya Kader Posyandu Melayani Peserta Posyandu. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh ketua kader posyandu yaitu ;

"Kader melakukan upaya terkait penyuluhan dan bimbingan mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif untuk bayi dan balita, pemeriksaan gizi bayi dan balita, dan peningkatan pengetahuan ibu balita mengenai stunting". (Hasil wawancara, 4 Maret 2024)

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan pemahaman kader posyandu di Desa Durungbanjar sudah berkompeten karena sudah mengikuti pelatihan di tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten. Keaktifan kader posyandu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan kader mulai dari persiapan pelaksaan posyandu sesuai jadwal rutin, melakukan pemberitahuan kepada peserta posyandu dua hari sebelum jadwal pelaksanaan posyandu, melakukan program-program posyandu mengenai stunting dan bimbingan kepada ibu balita mengenai stunting.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat dikatakan sama dengan jurnal menurut Ekayanthi dan Suryani (2019) bahwa kader posyandu pada dasarnya merupakan seorang yang mengelola Posyandu, dimana dia dipilih langsung oleh masyarakat melalui forum musyawarah saat pembentukan Posyandu . Peningkatan kapasitas kader posyandu merupakan bentuk penguatan edukasi kesehatan yang dapat meningkatan pengetahuan masyarakat khususnya orang tua dan ibu hamil terkait perilaku mereka, keluarganya, dalam rangka memelihara kesehatan serta diharapkan dapat berperan aktif untuk mewujudkan suatu derajat kesehatan secara optimal.

B. Enabling Factor (Faktor pemungkin )

Faktor pemungkin yang berkaitan dengan fasilitas, sarana dan prasarana kesehatan, pemberian kemampuan melalui pelatihan dan bimbingan, pemberian arahan, dan pencarian dana untuk menghadirkan sarana prasarana memadai, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Akses pelayanan ke Posyandu. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti yang disampaikan oleh Ketua Kader posyandu, sebagai berikut

Masih banyak ibu hamil dan orang tua yang memiliki anak balita belum sepenuhnya menghadiri posyandu karena rendahnya motivasi untuk datang”. (Hasil wawancara, 4 Maret 2024)

Fasilitas yang Tersedia untuk Menunjang Kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil wawacara yang disampaikan oleh Ibu Kader Posyandu, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Di Desa Durungbanjar sudah memiliki alat yang lengkap seperti timbangan berat badan, alat pengukur tinggi badan, pengukur lengan, dan lingkar kepala. Selain itu, kader posyandu juga telah mengikuti rangkaian kegiatan pelatihan mengenai penggunaan alat-alat tersebut”. (Hasil wawancara, 4 Maret 2024)

Program Posyandu Menangani Stunting. Terdapat beberapa program yang dijalankan oleh penyelengara. Hal tersebut disampaikan oleh ketua kader posyandu Desa Durungbanjar sebagai berikut:

"Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemberian vitamin A pendamping ASI, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil, imunisasi dasar lengkap, pemantauan pertumbuhan balita, dan sanitasi lingkungan". (Hasil wawancara, 4 Maret 2024)

Waktu dan mekanisme pelaksanaan program. Hasil wawancara oleh Ketua kader posyandu sebagai berikut:

"Waktu pelaksanaan posyandu dilakukan rutin setiap sebulan sekali. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak lama sejak pertama kali posyandu berdiri dan terus berlangsug hingga saat ini. Mekanisme yang dilakukan dalam pelaksanaan program yaitu kader melaksanakan sesuai SOP yang berlaku yaitu melakukan pendataan, pengecekan kesehatan, tensi darah untuk ibu hamil dan ibu menyusui, mengukur berat badan dan panjang badan bayi atau balita, memberikan makanan pendamping dan vitamin, melakukan bimbingan-bimbingan atas kendala yang dihadapi oleh peserta, melakukan pencatatat-catatat untuk keperluan dokumentasi dan melakukan koordinasi dengan puskesmas atas kendala yang dihadapi". (Hasil wawancara, 4 Maret 2024)

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka faktor pemungkin pada penelitian ini akses pelayanan ke posyandu masih banyak ibu hamil dan orang tua yang memiliki balita tidak termotivasi untuk datang ke posyandu. Sedangkan untuk fasilitas di Desa Durungbanjar sudah lengkap. Waktu pelaksanaan posyandu juga sudah diadakan rutin setiap sebulan sekali.

Hasil tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh (Kemenkes RI, 2013) bahwa kegiatan posyandu meliputi perbaikan gizi dan kesehatan antara lain melakukan pendataan balita, penimbangan berat badan dan mencatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan makanan tambahan, pemberian vitamin A dan penyuluhan gizi, pengukuran tinggi badan dan berat badan, dan posyandu melaporkan atau merujuk ke Puskesmas jika berat badan balita tidak naik atau turun dalam 2 bulan berturut-turut atau kendala-kendala lain yang dihadapi.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan terdapat persamaan dengan hasil penelitian terdahulu menurut Suryani, dkk. (2021) juga menambahkan bahwa salah satu upaya yang harus dilakukan kader kepada ibu hamil, ibu balita atau ibu menyusui untuk mencegah terjadinya stunting adalah tentang pemberian ASI Eksklusif dan tetap memberikan ASI sampai dengan 2 tahun pada saat bayi telah diperkenalkan makanan pendamping ASI . Pada penelitian sekarang pun juga kader posyandu memberikan Makanan Tambahan (PMT), pemberian vitamin A pendamping ASI, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil. Agar stunting di desa Desa Durungbanjar berkurang.

C. Reenforcing Factor (Faktor Penguat)

Faktor penguat menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta petugas, termasuk petugas kesehatan. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

Partisipasi Peserta Mengikuti Program Posyandu. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai partisipasi peserta oleh ketua kader posyandu sebagai berikut:

"Bahwa selama ini programyang dilaksanakan olehposyandu di ikutioleh semua peserta posyandu yang berjumlah 244 balita yang dibagi menjadi 4 Pos". (Hasil wawancara, 4 Maret 2024)

Strategi Posyandu Menangani Stunting. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa strategi yang dilakukan oleh posyandu dalam menangani stuntingdiantaranya memberikan pelayanan yang maksimal kepada peserta seperti memberikan pelayanan yang ramah, penyuluhan, mengingatkan ibu balita untuk selalu rutin dalam mengikuti program posyandu, mengingatkan ibu balita untuk memberikan ASI Eksklusif, selain itu juga menghimbau kepada ibu balita dan ibu hamil untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsinya agar makanan yang dikonsumsinya merupakan makanan yang memiliki gizi yang baik dan tidak membayakan bagi calon bayi, bayi, dan balita. Kemudian strategi lain yang dilakukan yaitu dengan melakukan kunjungan kerumah peserta posyandu jika tidak hadir ke kegiatan posyandu karena terkendala dengan keadaan misalnya sakit, dan tidak memiliki kendaraan.

Sebagai pendukung hasil wawancara yang disampaikan informan diatas bahwa posyandu Desa Durungbanjar pada pelaksanaan program posyandu melakukan kegiatan rutin sebulan sekali dan juga melakukan strategi untuk menangani Stunting, penulis melampirkan gambar sabagai berikut:

Figure 3. Program Posyandu

Waktu Pelaksanaan Posyandu. Waktu pelaksanaan posyandu di Desa Durungbanjar Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo yaitu 1 kali dalam sebulan, biasanya dilakukan pada pada tanggal 11 mulai dari jam 08.30 sampai dengan selesai.. Mekanisme yang dilakukan oleh posyandu dengan melakukan pengecekan status gizi anak apakah anak tersebut normal atau stunting, pemenuhan kebutuhan nutrisi, selain itu penyelenggara posyandu dan kader posyandu memberikan arahan untuk ibu balita dan ibu hamil untuk mencukupi nutrisi yang dibutuhkan agar tidak terjadinya stunting. Adapun kegiatan dari Posyandu ini cukup beragam (imunisasi, penimbangan balita, PMT, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan tensi, konsultasi KB). Kegiatan Posyandu dilakukan rutin tiap bulan setiap minggu keempat. Gambaran Keberhasilan Pelaksanaan Posyandu Menangani Stunting. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua kader Posyandu sebagai berikut:

"Sejauh ini pelaksanaan posyandu sudah berhasil dalam mengatasi stunting, tetapi selama ini angka stunting di desa tersebut menunjukkan angka penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga didukung oleh data yang diperoleh dari dokumen". (Hasil wawancara,.4 Maret 2024)

Sejauh ini berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa posyandu belum mengalami kendala yang berarti dalam menangani stunting. hal ini dikarena para peserta sudah memiliki pengetahun dan kesadaran atas bahayanya masalah stunting. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut diketahui bahwa posyandu di Desa Durungbanjar Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo memiliki peran yang sangat penting dalam menangani stunting. Hal ini dapat dilihat dengan program-program dan strtategi yang dilakukan oleh pihak penyelengara posyandu. Juga mengacu pada data-data yang diperoleh bahwa dengan adanya program posyandu angka stuntingdi desa tersebut menurun. Kemudian jelas bahwa posyandu merupakan salah satu solusi atas permasalahan kesehatan yang terjadi pada masyarakat salah satunya mengenai stunting. Sesuai dengan penjelasan Ramadhan (2018) bahwa pemanfaatan Posyandu dalam mengatasi permasalahan stuntingsesuai dengan visi kementerian kesehatan yaitu menciptakan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan dengan misi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita[13]

Pada indikator Reenforcing Factor (Faktor Penguat) memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Novianti, dkk. (2021) bahwa terdapat berbagai strategi yang dilakukan posyandu guna menangani stunting diantaranya melakukan penyuluhan mengenai kesehatan gizi untuk meningkatkan kesadaran ibu balita terkait kecukupan gizi pada balita dan untuk mencegah stunting. Indicator tersebut sama halnya yang digunakan oleh peneliti yaitu untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada peserta. Selain itu juga menghimbau kepada ibu balita dan ibu hamil untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsinya agar makanan yang dikonsumsinya merupakan makanan yang memiliki gizi yang baik dan tidak membahayakan bagi calon bayi, bayi, dan balita.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa posyandu di Desa Durungbanjar, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo memiliki peran yang signifikan dalam penanganan stunting. Penyelenggaraan posyandu di desa ini telah berjalan dengan baik, ditunjukkan oleh keberadaan kader yang terlatih, memiliki pengetahuan yang memadai, serta aktif dalam kegiatan posyandu. Partisipasi tinggi dari peserta juga berkontribusi pada penurunan angka stunting dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Program-program yang dijalankan untuk menangani stunting, seperti pemberian Makanan Tambahan (PMT), vitamin A pendamping ASI, Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil, imunisasi dasar lengkap, pemantauan pertumbuhan balita, dan sanitasi lingkungan, telah memberikan dampak yang positif. Posyandu berfokus pada tindakan pencegahan dan preventif dalam upaya menanggulangi stunting, dengan faktor utama berupa pengetahuan kader dan program-program yang dijalankan. Pengetahuan kader mengenai stunting menjadi kunci dalam menentukan upaya dan keaktifan mereka dalam menangani masalah ini. Selain itu, program-program posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Meskipun terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya, posyandu tetap memberikan kontribusi signifikan dalam penurunan angka stunting di Desa Durungbanjar, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo.

References

  1. A. Rosari, E. A. Rini, and M. Masrul, “The Relationship Between Diarrhea and Nutritional Status of Toddlers in Lubuk Buaya Village, Koto Tangah District, Padang City,” Jurnal Kesehatan Andalas, vol. 2, no. 3, 2013, doi: 10.25077/jka.v2i3.138.
  2. Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting,” Indonesia, 2021.
  3. Asian Development Bank, “Asian Development Bank & Timor-Leste Fact Sheet,” 2013, [Online]. Available: https://thinkasia.org/bitstream/handle/11540/394/TIM.pdf?sequence=1. [Accessed: April 18, 2021].
  4. L. Green, Health Education: A Diagnosis Approach, The John Hopkins University: Mayfield Publishing Co., 1980.
  5. D. Pratiwi and V. Yulian, “The Role of Posyandu in Stunting Prevention in Indonesia: A Literature Review,” in Proc. Nat. Seminar, vol. 5, no. 2, 2023.
  6. K. Ramadhan, C. Entoh, and N. Nurfatimah, “The Role of Cadres in Reducing Stunting in Villages,” Jurnal Bidan Cerdas, vol. 4, no. 1, 2022, doi: 10.33860/jbc.v4i1.409.
  7. F. R. Rozatul Wardah, “The Role of Posyandu in Handling Stunting in Arongan Village, Kuala Pesisir District, Nagan Raya Regency,” Jurnal Biologi Education, vol. 10, no. 1, 2022.
  8. C. S., P. S., and P. A. Ismawati, Posyandu and Desa Siaga, Yogyakarta: Nuha Medika, 2010.
  9. R. Novianti et al., “The Role of Posyandu in Handling Stunting in Medini Village, Undaan District, Kudus Regency,” Journal of Public Policy and Management Review, vol. 10, no. 3, 2021.
  10. D. Aditya and H. Purnaweni, “Implementation of Toddler Nutrition Improvement Program at Wonosalam Health Center, Demak Regency,” Journal of Public Policy and Management Review, vol. 6, no. 2, 2017.
  11. Sugiyono, Qualitative Research Methods, Bandung: Alfabeta, 2020.
  12. Nasution, Qualitative Research Methods, Bandung: Tarsito, 1998.
  13. N. W. D. Ekayanthi and P. Suryani, “Nutrition Education for Pregnant Mothers to Prevent Stunting in Pregnancy Class,” Jurnal Kesehatan, vol. 10, no. 3, 2019, doi: 10.26630/jk.v10i3.1389.
  14. Ministry of Health of Indonesia, “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 65 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan,” 2013.
  15. R. Novianti et al., “The Role of Posyandu in Handling Stunting in Medini Village, Undaan District, Kudus Regency,” Journal of Public Policy and Management Review, vol. 10, no. 3, 2018.