Disaster Risk Reduction, Resilience, and Community-based Approaches
DOI: 10.21070/ijccd.v14i2.954

Green Productivity in Increasing the Productivity of Sugar Cane Farmers and Reducing Impacts on the Environment


Green Productivity dalam Meningkatkan Produktivitas Petani Tebu serta Mengurangi Dampak terhadap Lingkungan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

green productivity Sugarcane Farming Cobb-Douglas Analysis Sustainability Environmental Impact

Abstract

This research aims to improve the productivity and environmental performance of sugarcane farming through sustainable enhancements. Utilizing the Cobb-Douglas method, factors influencing sugarcane farming management and green productivity are identified to reduce environmental impacts. The study highlights the significance of environmental aspects in the agricultural sector and proposes green productivity as a strategy to increase awareness and address land-related environmental concerns. The results show that by implementing green productivity practices, sugarcane productivity can be augmented, management costs reduced, and farmers' income increased, leading to a more sustainable and high-quality agricultural sector.

Highlights:

  • Increased Productivity: Implementing green productivity strategies in sugarcane farming to enhance crop yields and profitability.
  • Sustainable Agriculture: Addressing environmental concerns through eco-friendly practices in sugarcane cultivation for long-term viability.
  • Cobb-Douglas Method: Utilizing a robust analytical approach to identify influential factors and optimize sugarcane farming management.
  Keywords: Green Productivity, Sugarcane Farming, Cobb-Douglas Analysis, Sustainability, Environmental Impact.

PENDAHULUAN

Industri pertanian merupakan salah satu pilar kehidupan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga diharapkan dapat menjadi basis pertumbuhan ekonomi di masa depan [1]. Salah satu komoditas yang menjadi andalan adalah tebu karena merupakan bahan makanan pokok di Indonesia. Penemuan varietas unggul yang diadopsi oleh petani telah membuktikan memberikan sumbangan yang signifikan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tebu di Indonesia. Tebu atau saccharum officinarum linn adalah jenis rumput-rumputan yang dapat tumbuh di daerah tropis [2]. Masa tanam tebu hingga panen mencapai sekitar satu tahun. Di Indonesia, budidaya tebu dibedakan menjadi dua macam, yaitu di lahan sawah dan di lahan kering atau sistem tegalan. Persiapan lahan menjadi perbedaan utama antara kedua sistem ini karena kondisi lingkungan yang berbeda. Sistem pengelolaan tebu yang umum digunakan adalah lahan sawah, yang membuat got-got dan guludan untuk pembuangan dan penampungan air. Sedangkan untuk budidaya tebu di lahan kering atau tegalan meliputi pembukaan lahan, pengolahan tanah, dan pembuatan juringan. Perbedaan sistem pengelolaan ini berdampak pada produksi dan pendapatan petani. Selain itu, keberhasilan budidaya tebu juga dipengaruhi oleh kondisi agroklimat seperti iklim, kesuburan tanah, dan topografi [3]. Penentuan sistem yang tepat akan berdampak besar pada produksi tebu yang dihasilkan. Pendidikan petani juga memperkuat pengaruh teknologi pada produktivitas pertanian yang ramah lingkungan [4].

Dengan semakin majunya teknologi dan ilmu pengetahuan serta tingginya kebutuhan masyarakat, petani tebu harus terus melakukan inovasi untuk meningkatkan produktivitasnya. Setiap usaha akan melakukan inovasi untuk mencapai keuntungan secara optimal dan efektif dengan memanfaatkan sumber daya dan faktor produksi lain yang diharapkan dapat meningkatkan nilai produktivitas [5]. Output yang dihasilkan dipengaruhi oleh input, seperti penggunaan bahan baku, tenaga kerja, dan permesinan. Petani juga berupaya melakukan pengarahan/sosialisasi dengan menjelaskan cara-cara yang dilakukan agar dapat meningkatkan nilai produktivitasnya terutama dalam proses yang berkaitan dengan tenaga kerja. Produktivitas tidak hanya dipengaruhi oleh proses input output, tetapi juga muncul dari lingkungan sekitar [6]. Lingkungan masyarakat yang menghadapi dampak dari limbah tebu seperti pada proses pembakaran lahan perlu diperhatikan agar masyarakat dan petani saling menguntungkan. Oleh karena itu, perlu dipilih pola pembakaran yang lebih baik agar tidak menimbulkan asap dan abu di lingkungan sekitar.

Produktivitas hijau atau green productivity adalah teknologi untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Untuk mengukur produktivitas, dapat dilakukan dengan membagi output dengan input [7]. Output dihitung berdasarkan pendapatan yang diperoleh, sedangkan input dihitung berdasarkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya pemesinan. Keuntungan dari pengukuran produktivitas adalah dapat merencanakan sumber daya manusia secara efektif dan efisien baik dalam jangka pendek maupun panjang. Apabila performansi dilakukan dengan fokus pada efisiensi, maka harus dianalisis tingkat efisiensinya. Efisiensi diukur sebagai rasio antara output dan input. Dengan kata lain, pengukuran efisiensi memerlukan hasil akhir dan menentukan jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut. Dengan demikian, produktivitas dapat didefinisikan sebagai rasio antara efektivitas dalam mencapai tujuan pada tingkat kualitas tertentu (output) dan efisiensi penggunaan sumber daya (input).

Fungsi produksi eksponensial (Cobb-Douglas) adalah bentuk fungsional Cobb Douglas dari fungsi produksi secara umum yang dipakai untuk menunjukkan keterkaitan antara input dan output [8]. Penyelesaian fungsi Cobb Douglas selalu diterjemahkan ke dalam logaritma dan dikonversi menjadi fungsi linier.

Dalam rangka mengatasi masalah yang terjadi selama proses pengolahan tebu, akan dilakukan analisis pada proses produksi untuk mengetahui produktivitas dan penerapan produktivitas hijau. Tindakan ini dilaksanakan untuk mencegah potensi pencemaran lingkungan dari proses pengolahan tebu.

METODE

Penelitian ini menggunakan teknik cobb douglass. Informasi yang digunakan adalah data utama yang diperoleh dengan metode pengamatan dan wawancara (kuesioner). Output diperoleh dari penjualan hasil pertanian, sedangkan input terdiri dari tiga faktor: penggunaan bahan baku, tenaga kerja dan mesin. Konsep Green productivity adalah strategi untuk meningkatkan produktivitas dengan cara memperbaiki, mengurangi limbah dan meningkatkan kualitas produksi. Dengan demikian, Green productivity dapat menyediakan solusi untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi dampak lingkungan secara bersamaan.

Fungsi produksi Cobb Douglas dinyatakan dalam bentuk persamaan umum Q = δ Iα, di mana Q adalah output, I adalah input, δ adalah indeks efisiensi penggunaan input, dan α adalah elastisitas produksi dari input yang digunakan. Dari persamaan ini, dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai δ dalam fungsi produksi Cobb Douglas, semakin tinggi efisiensi produksi, yang berarti bahwa nilai tambah dari input menjadi output semakin efisien. Substitusi elastisitas yang baru membuktikan bahwa perubahan teknologi dapat mempengaruhi produktivitas, pola kerja, dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan lahan

Kemungkinan untuk memperluas area penanaman tebu dapat dilakukan pada lahan-lahan yang tidak produktif atau lahan yang kekurangan air. Hal ini disebabkan karena semakin terbatasnya penggunaan lahan sawah atau lahan yang tergenang air untuk menanam tebu, karena adanya persaingan dengan komoditas pangan lain yang memiliki masa tanam lebih singkat sehingga dapat mempercepat perputaran keuntungan. Sebagai akibatnya, penanaman tebu beralih ke pengembangan lahan kering atau lahan yang hanya tergenang air saat musim hujan. Pengelolaan penanaman tebu di lahan kering terkendala dengan kekurangan air yang memadai. Saat ini, penanaman tebu di lahan kering hanya dapat dilakukan saat musim hujan karena bergantung pada curah hujan untuk pengairan.

Pembibitan

Bibit memiliki peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan tebu giling. Bibit yang sehat dan memiliki kualitas baik akan menghasilkan tanaman yang unggul.

Penyulaman

Proses penyulaman dalam beberapa tahap, diantaranya : 1) Sulam sisipan, dikerjakan dalam waktu 5 – 7 hari setelah masa tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata satu. 2) Sulaman ke – 1, dikerjakan saat umur 3 mingguan dan berdaun 3 – 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan. 3) Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan. 4) Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan pemberian air ke – 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan. 5)Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2

Penimbunan

Penimbunan pertama dilaksanakan saat tanaman berumur 3-4 minggu dengan tiga hingga empat helai daun. Prosedurnya melibatkan pembersihan gulma, pengolahan guludan, dan penghancuran tanah (jugar), kemudian menambahkan tanah ke tanaman hingga tertimbun. Penimbunan kedua dapat dilakukan setelah anakan tebu mencapai ukuran yang cukup besar yaitu sekitar 20 cm, sehingga tidak mudah rusak atau patah saat ditutupi tanah atau setelah dua bulan. Penimbunan ketiga atau bacar dilakukan pada usia tanaman tiga bulan, di mana saluran air harus diperdalam; got mujur sekitar 70 cm dan got malang sekitar 60 cm.

Pemupukan

Pemupukan merupakan proses untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memberikan unsur-unsur hara pada tanah. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat memperoleh bahan makanan yang dibutuhkan. Tujuan dari pemupukan adalah memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki kualitas serta kuantitas tanaman.

Proses pemupukan sangat penting dalam memastikan keberhasilan produksi tanaman. Petani harus mengetahui jenis-jenis pupuk dan cara penggunaannya agar proses pemupukan dapat lebih efektif dan efisien.

Selain itu, untuk memperoleh hasil pemupukan yang memuaskan, tidak hanya cukup menggunakan takaran pupuk yang tepat saja. Petani juga harus mengetahui cara penggunaan pupuk tersebut agar tanaman dapat menerima nutrisi dari pupuk secara maksimal. Dengan semakin berkembangnya teknologi pada industri pertanian, mampu menciptakan berbagai produk pupuk dengan cara pemupukan yang berbeda dari biasanya.

Panen

Pengumpulan tebu dilakukan pada periode Mei hingga November. Pola II melibatkan pengolahan tanah pada bulan September dan penanaman pada bulan Oktober dan November. Hasil panen dapat diperoleh pada bulan Oktober dan November. Namun, untuk pola ini, masa panen terjadi pada bulan Oktober dan November pada tahun berikutnya. Pengairan tanaman tebu di Pola II sebagian besar bergantung pada curah hujan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produksi tanaman tebu di Indonesia yang mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Selama periode 2021-2022, kedua musim berjalan normal. Oleh karena itu, penghitungan dilakukan dengan menggunakan metode Cobb Douglas yang memperhitungkan input dan output. Input terdiri dari bahan baku atau bibitnya (A), tenaga kerja atau buruh tani (B), dan mesin atau alat pertanian (C), sementara output diperoleh dari hasil penjualan tebu (D).

No Tahun Keluaran (Output) Jenis Masukan (Input)
D (Rp. Juta) A (Rp. Juta) B (Rp. Juta) C (Rp. Juta)
1 2021 973.23 295.00 486.50 11.00
2 125.00 35.25 40.00 36.00
3 205.26 66.65 75.00 6.05
4 2022 1016.08 301.25 526.00 18.20
5 126.00 27.05 42.70 12.00
6 190.80 66.00 82.35 7.20
Total 2636.37 791.20 1252.55 90.45
Table 1.Data Pengeluaran (output) dan Pemasukan (input) tahun 2021-2022
Koefisien Tahun 2021-2022
a = 0.11
b1 = 0.46
b2 = 0.39
b3 = 0.66
Indeks Efisien Produksi ( 1.11
Elastisitas Produksi dari Input ( 1.51
Table 2.Perbandingan Nilai Koefisien Fungsi Produksi dengan Cobb Douglas

SIMPULAN

Analisis efisiensi periode tahun 2021-2022 dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap efisiensi petani tebu adalah tenaga kerja, yang dibuktikan dengan nilai elastisitas terkecil, yang berarti memiliki pengaruh besar pada efisiensi. Oleh karena itu, kesimpulan untuk periode tahun 2021-2022 adalah bahwa tingkat efisiensi petani tebu masih rendah dan perlu ditingkatkan. Untuk meningkatkan efisiensi hijau, dapat dilakukan dengan: 1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pengolahan tebu, 2) melakukan pengawasan secara teratur, 3) memperbaiki komunikasi antara petani dan sumber daya manusia, dan 4) menguasai teknologi terbaru dengan keterampilan yang memadai.

References

  1. S. Nurwahidah, D. D. Hadi, Masyhuri, and L. R. Waluyati, “Analisis Kelayakan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Jagung pada Lahan Kering di Kecamatan Labangka Kabupaten Sumbawa,” J. Ilmu-Ilmu Pertan., vol. 2, no. 2, pp. 118–127, 2015.
  2. E. Tando, “Review: Peningkatan Produktivitas Tebu (Saccarum Officinarum L.) pada Lahan Kering Melalui Pemanfaatan Bahan Organik dan Bahan Pelembab Tanah Sintesis,” Biotropika - J. Trop. Biol., vol. 5, no. 3, pp. 90–96, 2017, doi: 10.21776/ub.biotropika.2017.005.03.6.
  3. S. Matsvai, A. Mushunje, and S. Tatsvarei, “Technical efficiency impact of microfinance on small scale resettled sugar cane farmers in Zimbabwe,” Cogent Econ. Financ., vol. 10, no. 1, pp. 1–12, 2022, doi: 10.1080/23322039.2021.2017599.
  4. R. Hamida and C. Suhara, “Pengaruh Sugarcane Streak Mosaic Virus terhadap Anatomi dan Kadar Klorofil Daun Beberapa Aksesi Tebu (Sacharrum officinarum),” Ber. Biol., vol. 18, no. 1, pp. 1–8, 2019, doi: 10.14203/beritabiologi.v18i1.2288.
  5. G. C. F. Candra, “Analisis Produktivitas Styrofoam Di Masa Pandemi Covid-19 Menggunakan Metode Cobb Douglas Di PT KCS,” Ind. Inov. J. Tek. Ind., vol. 11, no. 2, pp. 123–132, 2021, doi: 10.36040/industri.v11i2.3694.
  6. A. J. Nugroho and D. Sentoso, “Analisis Risiko Limbah di Lingkungan Pekerja dengan Metode Environmental Risk Analysis Untuk Mendukung Pelaksanaan Green Productivity,” ULIL ALBAB J. Ilmiah Multidisiplin, vol. 1, no. 8, pp. 2659–2674, 2022.
  7. S. Gechert, T. Havranek, Z. Irsova, and D. Kolcunova, “Death To the Cobb-Douglas Production Function,” no. 201, pp. 1–50, 2019.
  8. B. Mahaboob, K. A. Ajmath, B. Venkateswarlu, C. Narayana, and J. P. Praveen, “On Cobb-Douglas Production Function Model,” AIP Conf. Proc., vol. 2177, no. November, pp. 1–5, 2019, doi: 10.1063/1.5135215.