Community Education Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v13i0.837

Group Cohesiveness in Sidoarjo Manganese Community Volunteers


Kohesivitas Kelompok pada Relawan Komunitas Mangan Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Group cohesiveness Volunteers

Abstract

This study aims to identify and provide an explanation of the description of group cohesiveness in the Sidoarjo mangan community. This research method is descriptive quantitative with the subject of volunteer members in the Sidoarjo mangan community, totaling 138 people. Determination of the subject using a saturated sampling technique. Saturated sampling technique is a sampling technique when all members of the population are used. The variable in this study is group cohesiveness. The data collection in this study used a psychological preparation scale, namely the Likert scale for the group cohesiveness variable made by the researcher. Analysis of the data in this study using the help of SPSS 18.0 forum windows and Microsoft Excel. The results of data analysis showed that volunteer members of the Sidoarjo mangan community had group cohesiveness in the medium category with a percentage value of 70.3%, which means that volunteer members were able to bring about group cohesiveness when they were in the Sidoarjo mangan community.

Pendahuluan

Berkembangnya zaman menuntut setiap kelompok atau komunitas tanggap dalam melakukan penyesuaian terhadap kondisi internal yang perlu diimbangi dengan sensitivitas terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan strategik menuntut adanya perubahan paradigma di dalam mengelola kelompok atau komunitas. Kondisi internal dan eksternal yang memberikan pengaruh pada komunitas menjadikan suatu komunitas berada pada tekanan besar, agar dapat mempertahankan kualitas dan efisiensi komunitas tersebut, membutuhkan tim kerja yang efektif guna mencegah terjadinya kemunduran bahkan kehancuran sebuah komunitas. Usaha untuk menghasilkan tim kerja yang efektif tersebut melalui meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya agar mampu bekerja secara tim daripada hanya bergantung kepada orang-orang yang menonjol [1]. Berdasarkan hal tersebut setiap kelompok atau komunitas dituntut untuk berubah agar dapat bertahan dan tumbuh.

Keberadaan kelompok-kelompok atau komunitas tidak dapat di pisahkan dari kehidupan sosial manusia. Individu membutuhkan kelompok dalam pergaulan sehari-harinya yang memiliki visi dan misinya serta tujuan yang sama, karena pada hakikatnya menurut [2] kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuannya, mengenal satu sama lain, dan memandang individu sebagai bagian dari kelompok tersebut. Bertahannya suatu kelompok di karenakan hubungan komunikasi yang terjalin dengan baik dan kesedaran bersama dari para anggota akan adanya suatu ikatan yang mempersatukan mereka.

Saat ini terdapat berbagai organisasi yang bergerak dalam kelompok relawan, baik relawan lokal, nasional, maupun internasional. Di Sidoarjo juga terdapat suatu kelompok relawan yang bergerak di bidang sosial yaitu Pemuda Pemudi Gisik Cemandi, Pemuda Pemudi Gamping, Pemuda Pemudi Seketi, komunitas sosial Peace and Love dan Komunitas Mangan. Komunitas Mangan memiliki jumlah anggota relawan yang cukup banyak namun banyak juga anggota relawan yang keluar masuk dalam komunitas tersebut.

Komunitas Mangan adalah sebuah Social Project yang digagas oleh dua pemuda Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang bernama Mahfudz Adzanu & Aditya pada 26 September 2017. Tujuan mereka adalah melakukan hal yang dapat bermanfaat bagi orang lain dan fokus mereka adalah dengan cara membagikan makanan dimalam hari kepada para pejalan malam, Tunaswima, dan Tukang Becak, yang dirasa masih membutuhkan bantuan. Atas dasar itulah akirnya terbentuk komunitas Mangan.

Seseorang yang menjadi anggota atau relawan komunitas membutuhkan adanya kohesivitas kelompok, yang mana relawan ini akan mengemban visi dan misi saat telah berada dalam kelompok atau komunitas tersebut. Akhir-akhir ini menunjukkan bahwa banyak individu yang ingin menjadi relawan dari suatu kelompok atau komunitas dengan berbagai macam alasan, misalnya: Komunitas mangan, namun tak memperlihatkan aktivitas kerja yang baik di dalamnya, bahkan satu persatu relawan meninggalkan kelompok atau komunitas tersebut [3].

Relawan dalam kondisi pandemi dihadapkan pada situasi sulit. Keadaan tersebut membuat relawan atau anggota komunitas memiliki reaksi emosional yang beragam seperti kebingungan, ketakutan, putus asa, rasa tidak berdaya, sulit tidur, sakit fisik, cemas, marah, shock, agresivitas yang tinggi, ketidakpercayaan, guncangan spiritual, dan kehilangan percaya diri [3]. Menurut [4] korban pandemi khususnya orang yang ekonominya menengah kebawah memerlukan berbagai kebutuhan seperti makan, air bersih dan tempat pelayanan kesehatan. Penanganan yang segera setelah kejadian perlu dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari pandemi yang tidak kunjung berhenti [5].

Pada kondisi tersebut, dibutuhkan relawan yang bisa bertahan dalam kondisi apapun ketika mendapat masalah dan tantangan. Sehingga kondisi psikologis ketika turun ke korban pandemi sangatlah penting. Relawan merupakan salah satu bagian yang terlibat dalam peristiwa atau bencana, yaitu seseorang yang memberikan apa yang dimilikinya kepada masyarakat dengan ikhlas sebagai perwujudan tanggung jawab sosial tanpa mengharapkan imbalan, kekuasaan, kepentingan maupun karier [6]. Penelitian yang dilakukan oleh [7] menyatakan bahwa relawan yang kurang memiliki kohesivitas dalam dirinya mengalami tingkat stres yang signifikan karena kesulitan terkait peran yang dijalani dan kontak tekanan.

[8] menyebutkan bahwa kohesivitas kelompok merupakan kecenderungan individu tetap bertahan di dalam kelompok atau komunitas, dikarenakan adanya persepsi bahwa individu tersebut akan mengalami kerugian jika keluar dari kelompok atau komunitas tersebut. [9] menyebutkan bahwa aspek kohesivitas kelompok yaitu kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok atau komunitas, daya tarik, dan kerjasama kelompok atau komunitas merupakan hal yang harus ada dalam kelompok.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan mengenai gambaran relawan Komunitas Mangan yang memiliki kohesivitas kelompok, hal ini terlihat dari kemampuan subjek yang mampu bertahan dalam pengalaman yang tidak menyenangkan (daya tarik), subjek merasa siap dengan kondisi apapun yang terjadi (kesatuan), serta tetap melibatkan diri meskipun menurutnya kondisi tersebut tidak seperti yang ia bayangkan (kerja sama).

Dampak yang ditimbulkan jika perilaku kohesivitas kelompok tidak muncul dalam sebuah kelompok atau komunitas yakni banyak relawan yang keluar, tidak ada tanggung jawab, bermalas-malasan, dan lain sebagainya [10]. Sehingga dibutuhkan sebuah kohesivitas kelompok yang tinggi untuk membangun sebuah kelompok atau komunitas yang baik. Menurut [11] orang yang memiliki kohesivitas kelompok mampu menciptakan makna positif dan penting untuk pekerjaan mereka, selain itu orang yang memiliki kohesivitas juga lebih rentan terhadap efek negatif yang timbul dari stres akibat kerja dan kehidupan sehari-harinya.

Menurut Maddi dan Kobasa [12] kohesivitas kelompok merupakan pola-pola khusus dari sikap-sikap dan keahlian-keahlian yang dapat membantu individu untuk menjadi berkomitmen tangguh dengan bertahan dan mengembangkan diri dalam kelompok. Alfred, dkk [13] juga menjelaskan bahwa kohesivits kelompok adalah pola sikap dan tindakan yang membantu dalam menjaga kekompakan suatu kelompok didalam menjalankan tugasnya.

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas yang melatarbelakangi pentingnya peneliti untuk mengangkat dan membahas secara ilmiah mengenai “Kohesivitas Kelompok pada Relawan Komunitas Mangan Sidoarjo”.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif, bertujuan untuk mengetahui gambaran kohesivitas kelompok pada relawan komunitas mangan Sidoarjo. Populasi dalam penelitian ini yaitu anggota relawan komunitas mangan Sidoarjo. Sampel penelitian berjumlah 138 relawan.

Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling yaitu sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dimana seluruh populasi yang ada dijadikan sampel penelitian [14]. Teknik pengumpulan data yang digunakan iadalah skala psikologi berupa skala kohesivitas kelompok dengan model skala Likert yang dibuat oleh peneliti. Analisis datai menggunakan microsoft excel.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 85 62%
Perempuan 53 38%
Total 138 100%
Table 1.Distribusi Subjek

Berdasarkan tabel 1 tersebut, distribusi subjek penelitian menurut jenis kelamin yaitu laki-laki berjumlah 85 orang dan perempuan berjumlah 53 orang.

Variabel Mean SD N
Kohesivitas Kelompok 35,60 4,54 138
Table 2.Standar Deviasi dan Mean

Berdasarkan tabel 1 peneliti membuat norma kategorisasi pada kohesivitas kelompok untuk memperoleh hasil standar deviasi dan mean kohesivitas kelompok pada tabel 2.

Berdasarkan data tersebut, maka selanjutnya pembuatan kategorisasi kohesivitas kelompok. Berikut ini hasil kategorisasi kohesivitas kelompok:

Kategorisasi Norma Skor
Rendah X< ( Mean – (1SD)) X ≤ 28
Sedang ≤ X < (Mean + (1SD)) 29 s/d 42
Tinggi X ≥ (Mean + (1SD)) ≥ 42
Table 3.Kategorisasi Kohesivitas Kelompok

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, kategorisasi kohesivitas kelompok dibagi menjadi 3 kategori. yaitu, kategori rendah memiliki skor antara ≤ 28, sedangkan kategori sedang memiliki skor antara 29 s/d 42, dan kategori tinggi memiliki score antara ≥42.

Figure 1.Tingkatan Kategori Kohesivitas Kelompok

Gambar 1. Merupakan gambaran dari tingkatan kategori kohesivitas kelompok pada relawan komunitas mangan Sidoarjo berdasarkan total nilai aitem. Diketahui tingkat kategori kohesivitas kelompok pada relawan komunitas mangan Sidoarjo berada di kategori sedang dengan nilai persentase sebesar 70,3% dengan jumlah 97 anggota relawan yang berada dalam kategori tersebut. Sebanyak 11,6% berada dalam kategori rendah, sebanyak 18,1% dalam kategori sangat tinggi.

Figure 2.Tingkatan Kategori Kohesivitas Kelompok Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Gambar 2. diketahui bahwa tingkat kategori kohesivitas kelompok pada relawan komunitas mangan Sidoarjo berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih kecil dibandinkan dengan jenis kelamin perempuan dengan nilai rata-rata 58,08 hasil yang diperoleh anggota relawan laki-laki dan 39,40 hasil yang diperoleh oleh anggota relawan perempuan.

Figure 3.Tingkatan Kategori Kohesivitas Kelompok Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-Laki

Berdasarkan Gambar 3. diketahui bahwa tingkat kategori kohesivitas kelompok pada relawan komunitas mangan Sidoarjo berdasarkan jenis kelamin laki-laki dalam kategori sedang yang memiliki persentase sebesar 75,3% dengan jumlah 64 anggota relawan, kategori rendah dengan nilai 8,2% dengan 7 anggota relawan dan kategori tinggi sebesar 16,5% dengan 14 anggota relawan.

Figure 4.Tingkatan Kategori Kohesivitas Kelompok Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan

Berdasarkan Gambar 4. diketahui bahwa tingkat kategori kohesivitas kelompok pada relawan komunitas mangan Sidoarjo berdasarkan jenis kelamin perempuan dalam kategori sedang yang memiliki persentase sebesar 66,1% dengan jumlah 35 anggota relawan, kategori rendah dengan nilai 11,3% dengan 6 anggota relawan dan kategori tinggi sebesar 22,6% dengan 12 anggota relawan.

Figure 5.Tingkatan Kategori Kohesivitas Kelompok Berdasarkan Aspek

Berdasarkan Gambar 5. diketahui bahwa aspek kohesivitas paling tinggi yaitu aspek daya tarik dengan nilai rata-rata 8,72, aspek keuda yaitu aspek kekuatan sosial dengan nilai rata-rata 6,77, aspek selanjutnya yaitu kesatuan dalam kelompok dengan nilai rata-rata 4,36, dan yang terakhir aspek kerjasama dengan nilai rata-rata 4,33.

Setelah melakukan pembahasan berdasarkan aspek kohesivitas secara keseluruhan, peneliti mencoba membedah lebih dalam lagi dengan melakukan pembahasan berdasarkan aspek-aspek yang ada dalam kohesivitas kelompok yaitu :

Figure 6.Tingkatan Kategori Kohesivitas Kelompok Berdasarkan Aspek

Berdasarkan Gambar 6. diketahui bahwa tingkat kategori kohesivitas kelompok pada relawan komunitas mangan Sidoarjo berdasarkan aspek kekuatan sosial berada dalam kategori sedang yang memiliki nilai persentase 82,6% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 114 orang, kategori rendah memiliki persentase 9,4% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 13 orang dan kategori tinggi memiliki persentase 8% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 11 orang.

Figure 7.

Gambar 7. Tingkatan Kategori Kohesivitas Kelompok Berdasarkan Aspek Kesatuan Dalam Kelompok

Berdasarkan Gambar 7. diketahui bahwa tingkat kategori kohesivitas kelompok pada relawan komunitas mangan Sidoarjo berdasarkan aspek kesatuan dalam kelompok berada dalam kategori sedang yang memiliki nilai persentase 56,5% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 78 orang, kategori rendah memiliki persentase 2,2% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 3 orang dan kategori tinggi memiliki persentase 41,3% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 57 orang.

Figure 8.Tingkatan Kategori Kohesivitas Kelompok Berdasarkan Aspek Daya Tarik

Berdasarkan Gambar 8. diketahui bahwa tingkat kategori kohesivitas kelompok pada relawan komunitas mangan Sidoarjo berdasarkan aspek daya tarik berada dalam kategori tinggi yang memiliki nilai persentase 47,8% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 66 orang, kategori rendah memiliki persentase 11,6% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 16 orang dan kategori sedang memiliki persentase 40,6% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 56 orang.

Figure 9.Tingkatan Kategori Kohesivitas Kelompok Berdasarkan Aspek Kerjasama

Berdasarkan Gambar 9. diketahui bahwa tingkat kategori kohesivitas kelompok pada relawan komunitas mangan Sidoarjo berdasarkan aspek kerjasama berada dalam kategori sedang yang memiliki nilai persentase 61,6% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 85 orang, kategori rendah memiliki persentase 3,6% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 5 orang dan kategori tinggi memiliki persentase 34,8% dengan jumlah anggota relawan sebanyak 48 orang.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada tabel diatas menunjukkan bahwa anggota relawan komunitas mangan Sidoarjo tergolong sedang dengan persentase 70,3% dengan jumlah 97 orang. Hasil ini menujukan bahwa sebagian besar anggota yang berada pada relawan komunitas mangan Sidoajro mampu menciptakan suatu bentuk kohesivitas kelompok.

Sebagian kecil dari anggota relawan yang ada dalam komunitas mangan Sidoarjo ini tergolong tinggi dengan persentase 18,1% dengan jumlah 25 orang. Maka mampu memunculkan ketertarikan individu terhadap kelompok yang dapat menjadi alat pemersatu anggota kelompok untuk tetap bersatu dalam kebersamaan dan kekuatan emosional yang positif untuk mencapai tujuan bersama..Walaupun demikian, masih ada sebagian kecil anggota relawan yang memiliki kohesivitas kelompok tergolong rendah dengan persentase 11,6% dengan jumlah 16 orang yang membuat mereka tidak ada ketertarikan individu terhadap kelompok yang dapat menjadi pemecah anggota kelompok.

Kohesivitas kelompok merupakan kecenderungan individu tetap bertahan di dalam kelompok atau komunitas, dikarenakan adanya persepsi bahwa individu tersebut akan mengalami kerugian jika keluar dari kelompok atau komunitas tersebut [8]. Baron dan Byrne mendefinisikan kohesivitas sebagai derajat ketertarikan yang dirasa oleh individu terhadap suatu kelompok. Kohesivitas merupakan hal yang penting bagi kelompok karena kohesivitas dapat menjadi sebuah alat pemersatu anggota kelompok agar dapat terbentuk sebuah kelompok yang efektif yang dapat menghasilkan hasil yang baik. Semakin kuatnya ketertarikan antar sesama anggota, maka semakin kohesif pula kelompok tersebut. Semakin kohesif suatu kelompok, maka kelompok tersebut memiliki kekuatan terhadap anggota kelompoknya [15].

Kohesivitas kelompok juga memiliki beberapa aspek. Menurut Forsyth [9] menyatakan empat aspek kohesivitas yakni social force (kekuatan sosial), group unity (kesatuan kelompok), attraction (daya tarik), teamwork (kerjasama). Berdasarkan empat aspek tersebut dapat diketahui kohesivitas kelompok pada komunitas mangan Sidoarjo. Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti, dengan menggunakan nilai rata-rata untuk mengukur aspek kohesivitas kelompok pada komunitas mangan Sidoarjo diperoleh hasil tinggi pada aspek daya tarik dengan nilai rata-rata 8,72 dengan hasil kategori tinggi menuju ke sedang, aspek keuda yaitu aspek kekuatan sosial dengan nilai rata-rata 6,77 dengan hasil kategori sedang menuju ke rendah, aspek selanjutnya yaitu kesatuan dalam kelompok dengan nilai rata-rata 4,36 dengan hasil kategori sedang menuju ke tinggi, dan yang terakhir aspek kerjasama dengan nilai rata-rata 4,33 dengan hasil kategori sedang menuju ke tinggi.

Aspek kekuatan sosial (social force) menggambarkan kekuatan atau keinginan individu untuk tetap berada didalam sebuah kelompok. Menurut [9] dalam aspek kekuatan sosial (social force) merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kohesivitas kelompok. Dengan adanya kekuatan sosial (social force) maka seseoarang akan tetap bertahan didalam kelompok tersebut. Pada aspek kekuatan sosial (social force) pada komunitas mangan Sidoarjo hampir seluruh nya (82, 6%) memiliki kekuatan sosial (social force) dalam kategori sedang. Namun terdapat (9,4%) yang memiliki kekuatan sosial (social force) rendah, meskipum sebagian kecil juga ada yang memiliki kekuatan sosial (social force) tinggi dengan nilai persentase sebesar (8%).

Aspek kesatuan kelompok (group unity) menggambarkan perasaan saling memiliki terhadap kelompok dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan anggota ketika berada didalam kelompok. [16] mengatakan bahwa anggota relawan yang memiliki kesatuan kelompok (group unity) akan bertindak sesuai dengan peraturan yang ada didalam kelompoknya dan individu merasa saling memiliki didalam sebuah kelompok sehingga membentuk sebuah kekeluargaan. Pada aspek kesatuan kelompok (group unity), anggota relawan komunitas mangan Sidoarjo sebagian besar (56,6) memiliki kesatuan kelompok (group unity) dalam kategori sedang dengan jumlah 78 anggota relawan. Namun terdapat hampir setengah anggota (41,3%) memiliki kesatuan kelompok (group unity), meskipun sebagian kecil (2,2) memiliki kesatuan keolmpok (group unity) dalam kategori rendah.

Aspek ketiga yaitu aspek daya tarik (attraction) menggambarkan perilaku individu melihat dari kelompok kerjanya dari pada anggota secara spesifik. Menurut [9] mengatakan bahwa anggota relawan yang mmeiliki daya tarik (attraction) akan melakukan suatu pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Aspek daya tarik (attraction) anggota relawan komunitas mangan Sidoarjo hampir setangahnya (47,8%) memiliki daya tarik (attraction) dalam kategori tinggi. Namun ada hampir setangah responden (40,6%) juga yang memiliki daya tarik (attraction) dalam kategori sedang, meskipun sebagian kecil (11,6%) ada anggota relawan komunitas mangan Sidoarjo yang memiliki daya tarik (attraction) dalam kategori rendah.

Aspek kerjasama (teamwork) menggambarkan keinginan individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. [17] mengatakan bahwa anggota kelompok yang memiliki kerjasama (teamwork) akan selalu berusaha untuk saling bergotong royong untuk menyelesaikan tugas kelompok demi mencapai tujuan kelompok. Aspek kerjasama (teamwork) anggota relawan komunitas mangan Sidoarjo sebagian besar (61,6%) dalam kategori sedang. Hampir setengah anggota relawan komunitas mangan Sidoarjo (34,8%) juga memiliki aspek kerjasama (teamwork) dalam kategori tinggi, namun sebagian kecil juga anggota komunitas mangan Sidoarjo (3,6%) memiliki aspek kerjasama (teamwork) dalam kategori rendah.

Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa dari keempat aspek yang disebutkan Frosyth [9] terdapat aspek dengan nilai persentase paling tinggi dalam kategori tinggi yaitu aspek daya tarik (attraction) dengan persentase sebesar (47,8%) Hasil tersebut memiliki arti bahwa hampir setengah anggota relawan komunitas mangan Sidoarjo memiliki kohesivitas kelompok dengan baik pada aspek daya tarik (attraction). Hal ini menjelaskan bahwa anggota kelompok melihat dari kelompok kerjanya daripada daripada anggota secara spesifik.

Seperti penjelasan di atas, terdapat pula aspek dengan nilai persentase paling rendah dalam kategori tinggi yaitu aspek kesatuan kelompok (group unity) dengan persentase sebesar (8%), hasil tersebut memiliki arti bahwa sebagian kecil anggota relawan yang memiliki perasaan saling memiliki terhadap kelompok dan perasaan moral yang berhubungan dengan anggota ketika berada didalam kelompok.

Berdasarkan hasil uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anggota relawan memiliki kohesivitas kelompok pada komunitas mangan Sidoarjo. [11] megatakan bahwa kohesivitas kelompok sering mengalami hambatan. Masalah yang berasal dari dalam diri sendiri antara lain ketidaknyamanan individu terhadap anggota kelompok untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan dan masalah yang berasal dari luar atau lingkungan antara lain sering terjadi pertikaian dengan anggota kelompok lain. Hal tersebut pun mempengaruhi kohesivitas kelompok pada anggota relawan komunitas, sehingga menyebabkan gambaran kohesivitas kelompok tiap anggota berbeda-beda.

Kohesivitas kelompok memiliki peran besar dalam kesuksesan suatu kelompok. Ketika anggota merasa ingin tetap berada dalam kelompok tersebut, bermakna anggota tersebut memiliki kohesivitas kelompok diantaranya adalah kekuatan sosial, kesatuan keompok, daya tarik dan kerjasama. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh [9] menyebutkan bahwa adanya kohesivitas kelompok akan memudahkan suatu kelompok mencapai tujuan, dan kelompok tersebut akan tetap ada.

Keterbatasan pada penelitian kohesivitas kelompok pada komunitas mangan Sidoarjo adalah pada variabel penelitian yang digunakan, yaitu hanya menggunakan satu variabel kohesivitas sedangkan penelitian pada kohesivitas kelompok bisa dipengaruhi oleh variabel lain. Keterbatasan lainnya yaitu peneliti menggunakan tryout terpakai sehingga peneliti hanya melakukan pengambilan data satu kali saja tanpa melakukan tryout terlebih dahulu.

Simpulan

Kohesivitas kelompok yang dimiliki oleh komunitas mangan Sidoarjo memiliki tingkat kohesivitas kelompok dalam kategori sedang, sebanyak 16 anggota relawan (11,6%) dari 138 anggota relawan yang menjadi responden memiliki kohesvitas kelompok dalam kategori rendah, sedangkan 97 anggota relawan (70,3%) memiliki kohesivitas kelompok dalam kategori sedang, dan sebanyak 25 anggota relawan (18,1%) yang memiliki kohesivitas kelompok dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar anggota relawan komunitas mangan Sidoarjo berada dalam kategori sedang (70,3%) yang artinya anggota relawan tergolong cukup memiliki kohesivitas kelompok

Aspek dari kohesivitas kelompok pada komunitas mangan Sidoarjo berdasrkan kategori tinggi diperoleh bahwa aspek pertama yaitu aspek daya tarik (47,8%) 66 anggota relawan, aspek kedua yaitu kesatuan dalam kelompok (41,3) 57 anggota relawan, aspek ketiga yaitu aspek kerjasama (34,8) 48 anggota relawan, dan aspek kekuatan sosial (8%) 11 anggota relawan.

Hasil perhitungan rata-rata peraspek bahwa aspek pertama adalah daya tarik dengan nilai rata-rata 8,72 sedangkan aspek kedua adalah kekuatan sosial dengan nilai rata-rata 6,77, aspek ketiga adalah kesatuan kelompok dengan nilai rata-rata 4,36 dan aspek keempat adalah kerjasama dengan nilai rata-rata 4,33. Dari hasil tersebut diketahui bahwa aspek kerjasama mempunyai nilai rata-rata terendah sebesar 4,33 sehingga komuniatas mangan Sidoarjo harus meningkatkan dalam hal kerjasama antar anggota kelompok.

References

  1. Setianingtyas, A. F. Kemampuan Problem Solving Dalam Tim Melalui Team Building Pada Mahasiswa KKN Di Daerah Nangsri Klaten. 2018.
  2. Herman, D., & Widiastuti, N. Kohesivitas Kelompok Dalam Komunitas Xtc (Pac Cimenyan) Pimpinan Anak Cabang Cimenyan. MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2), 157-167. 2020.
  3. Winurini, S. Mengatasi perilaku kontraproduktif aparatur negara melalui sistem remunerasi (sebuah review mengenai keadilan organisasi). Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial, 5(1), 35-49. 2014.
  4. Rusmiyati, C. Kebutuhan Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia Terlantar. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, 19(2). 2020.
  5. Wardhana, D. Kajian kebijakan dan arah riset pasca-covid-19. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal of Development Planning, 4(2), 223-239. 2020.
  6. Tobing, U. R. I. L., Nugroho, F., & Tehuteru, E. S. Peran relawan dalam memberikan pendampingan kepada anak penderita kanker dan keluarganya. Indonesian Journal of Cancer, 1(1), 35-39. 2008.
  7. Hodgkinson, P. E., & Shepherd, M. A. The impact of disaster support work. Journal of Traumatic Stress, 7(4), 587-600. 1994.
  8. Fitriastuti, T. Pengaruh kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan organizational citizenship behavior terhadap kinerja karyawan. JDM (Jurnal Dinamika Manajemen), 4(2). 2013.
  9. Muniroh. Hubungan antara kohesivitas kelompok dan motivasi kerja karyawan BRI Kantor Cabang Malang Martadinata. Jurnal Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang. 2013.
  10. Pratama, P. Y. S., & Wulanyani, N. M. S. Pengaruh kuantitas, kemampuan komunikasi interpersonal, dan perilaku altruisme anggota kelompok terhadap social loafing dalam proses diskusi kelompok di fakultas kedokteran universitas udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 5(01), 197. 2018.
  11. Ikbar, I., Nurrahmi, F., & Syam, H. M. Kohesivitas Pada Kelompok Jamaah Tabligh. Jurnal Komunikasi Global, 8(2), 258-270. 2019.
  12. Ausie, R. K., Wardani, R., & Selly, S. Hubungan antara Hardiness dan Kesejahteraan Psikologis pada Calon Bintara Korps Wanita Angkatan Darat (KOWAD) di Pusat Pendidikan KOWAD Bandung. Humanitas (Jurnal Psikologi), 1(3), 209-219. 2018.
  13. Sulthoni, H. Hubungan Antara Kohesivitas Dengan Agresivitas Pada Anggota Klub Motor (Doctoral dissertation, Untag Surabaya). 2015.
  14. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D (26th ed.; P.Sugiyono, ed.). Bandung: ALFABETA. 2015
  15. Krisnasari, E. S. D., & Purnomo, J. T. Hubungan kohesivitas dengan kemalasan sosial pada mahasiwa. Jurnal Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim, 13(1), 13-21. 2017.
  16. Hanggardewa, A. A. Hubungan Kohesivitas Kelompok Dengan Komitmen Organisasi Pada Anggota Organisasi Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya Periode 2017. Character: Jurnal Penelitian Psikologi., 5(3). 2018.
  17. Herman, D., & Widiastuti, N. (2020). Kohesivitas Kelompok Dalam Komunitas Xtc (Pac Cimenyan) Pimpinan Anak Cabang Cimenyan. MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2), 157-167. 2020.