Communication Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v13i0.824

Interpersonal Communication of the Save Street Child Community in Empowering Street Children in Sidoarjo Regency


Komunikasi Interpersonal Komunitas Save Street Child dalam Pemberdayaan Anak Jalanan di Kabupaten Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Communication Empowering Street Children Empowerment Through Communities

Abstract

This study examines how the interpersonal communication of the save street child community in empowering street children in Sidoarjo Regency. This research uses interpersonal communication theory with De Vito's educational approach. The purpose of this research is to find out how interpersonal communication between SSC community members in empowering street children in Sidoarjo Regency. The research is descriptive and the research method used is qualitative by using endid interview data collection. The results of research conducted on interpersonal communication of the save street child community in empowering street children in Sidoarjo Regency, showed that there was a positive attitude in the SSC community, being open to each other and the communication was also reciprocal. This is also in line with the communication between community members and street children and vice versa. In an effort to empower the SSC community, they first approach street children by giving milk, and the SSCS community also tries to make street children pay attention to the importance of education for street children, by establishing a program of non-formal teaching activities.

Pendahuluan

Fenomena anak jalanan atau yang biasa dikenal dengan street child merupakan suatu permasalahan sosial yang terjadi di Kota Metropolitan saat ini. Selain itu, anak jalanan termasuk bagian dari anak-anak yang terpaksa hidup dalam sebuah kondisi lingkungan sekitar yang begitu keras. Untuk memahami anak jalanan secara utuh, perlu diketahui definisi anak jalanan. Anak jalanan merupakan seorang anak yang menghabiskan waktu dan hidup mereka sehari-hari dijalanan dengan mencari nafkah untuk kebutuhan hidupnya atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum sekitarnya. Anak jalanan juga mempunyai karateristik tersendiri, mereka berusia sekitar 5 sampai dengan 18 tahun, berkeliaran di jalanan, gaya berpakaiannya tidak terurus, penampilannya kusam, dan pengaruh mobilitasnya sangat tinggi..

Menjadi anak jalanan bukanlah pilihan hidup yang diinginkan semua orang, juga bukan pilihan yang menarik, apalagi jika menyangkut keselamatan. Anak jalanan sering dianggap sebagai masalah bagi banyak partai politik dan disebut sebagai "sampah komunitas". Untuk mengatasi fenomena tersebut banyak regulasi yang telah diundangkan namun tidak ada satupun yang membuahkan hasil. Jumlah anak jalanan tidak berkurang bahkan meningkat, dan kebanyakan dari mereka hidup di dunia criminal karena merasa tidak dihormati sehingga mereka melakukan kegiatan yang tidak jelas dan tidak punya tujuan hidup, yang mereka lakukan hanyalah mencari uang untuk makan hari ini.

Fenomena anak jalanan yang terjadi di Negara ini belum bisa diatasi, bahkan tidak ada bentuk perlindungan dan endidik yang dilakukan oleh pemerintah secara maksimal sampai saat ini. Seperti halnya endid, masalah endidikan dan karakter seorang anak dimana anak terpaksa harus putus sekolah karena waktunya banyak dikorbankan di jalanan. Kita bisa melihat dari sudut pandang kita masing-masing, anak-anak jalanan yang seharusnya mempunyai harapan serta mimpi yang indah untuk kedepannya harus rela mengubur semua cita-citanya dengan cara mereka mencari uang untuk kebutuhannya sehari-hari. Di mata masyarakat sendiri, karakter seorang anak jalanan tidak hanya dipandang sebagai pengganggu ketertiban umum maupun perusuh yang membuat kekacauan dikota. Dengan kehadiran anak jalanan di Kota Metropolitan akan mengundang keprihatinan, tangis, haru yang dirasakan bahwa mereka adalah anak generasi muda penerus bangsa yang tertunda hanya karena endid sosial ekonomi orang terdekat maupun orang tua mereka.

Berikut ini pemaparan data yang dirilis oleh Dinas Kesejahteraan Sosial (DINKESOS) mengenai jumlah anak jalanan yang berada di Kabupaten Sidoarjo 5 tahun terakhir sebagai berikut :

Supplementary Files

Gambar 1. Tabel Jumlah Anak Jalanan Kab. Sidoarjo

Sumber : https://jatim.bps.go.id/statictable/2019/10/16/2044/penyandang-masalah- kesejahteraan-sosial-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-timur-2017.html (Update 19 Oct 2019)

Kabupaten Sidoarjo merupakan Kabupaten dengan banyaknya jumlah penduduk yang sangat besar. Dan didalamnya terdapat lapisan masyarakat yang sangat memerlukan perhatian khusus termasuk salah satunya yaitu anak jalanan. Peran masyarakat melalui sebuah organisasi sosial seperti komunitas peduli anak jalanan (Save Street Child) saat ini sudah mulai diakui keberadaanya. Salah satunya yaitu Komunitas Save Street Child Sidoarjo atau yang endidika kenal dengan sebutan (SSC). Komunitas ini merupakan jaringan yang memiliki kepedulian terhadap anak-anak jalanan khususnya yang berada di Kabupaten Sidoarjo yang sangat berperan sebagai wadah pemersatu Lembaga atau Yayasan pemerhati anak jalanan dalam mengayomi kebutuhan yang diperlukan oleh anak jalanan. Kebutuhan yang dilakukan komunitas SSC terhadap anak jalanan meliputi Pendidikan yang sangat memadai dimana nantinya akan sangat berguna bagi mereka sebagai generasi penerus bangsa yang hebat. Komunitas ini di gerakkan oleh Dwi Prasetyo pada tanggal 24 Mei tahun 2015 yang mempunyai anggota sebnyak 10 orang dan mendidik sekitar 70 anak jalanan. Lokasinya berada di di Desa Lemah Putro Rt.09 Rw.02 (Belakang stasiun kereta api Sidoarjo Kota). Kepedulian terhadap anak jalanan yang dilakukan oleh Komunitas Save Street Child Sidoarjo diwujudkan dalam bentuk suatu kegiatan Pemberdayaan dengan program kegiatan Pendidikan, pembentukan atau perubahan karakter, dan berwirausaha. Mereka mendirikan komunitas ini agar anak-anak yang berada dijalanan bisa menyambung hidupnya lebih layak serta membangun cita-cita untuk impian kedepannya.

Supplementary Files

Gambar 2. Kegiatan belajar mengajar oleh kakak-kakak SSC di Lemah Putro dan TL Alun-alun Sidoarjo

Sumber: https://www.instagram.com/sschildsidoarjo/

Kelas belajar gratis bagi anak jalanan yang disediakan oleh komunitas save street child ini memiliki pengajar yang peka terhadap permasalahan mengenai anak jalanan, serta berdedikasi dan memiliki rasa kasih endid penuh kepada anak marjinal. Kelas-kelas tersebut telah melalui mekanisme yang cukup endidi yaitu survei, pendekatan dengan warga sekitar, dan perencanaan kecil sehingga terjadinya proses belajar mengajar. Hal yang diajarkan oleh komunitas save street child (SSC) ini yaitu belajar, menulis, membaca serta membuat kreasi atau karya yang unik untuk dijual.

Peran SSC di Kabupaten Sidoarjo dalam menyelamatkan anak jalanan untuk menyambung kelangsungan hidup mereka sangat patut diapresiasikan, mereka berdiri secara endidikan, mempunyai rasa peka terhadap keadaan, manusiawi. Tugas seorang manusia terdidik adalah mendidik manusia yang lain. Oleh karena itu SSC menjembatani masalah yang terjadi pada kondisi sosial anak jalanan dan memberikan wadah endidikan yang selayak-layaknya bagi kelas sosial bawah seperti mereka.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, Yang artinya, Penelitian kualitatif adalah penelitian yang melibatkan analisis dan interpretasi teks dan wawancara untuk menemukan pola-pola bermakna deskriptif dari fenomena tertentu. Penelitian deskriptif ini mendeskripsikan mengenai fakta tentang suatu kejadian yang sebenar-benarnya terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan Komunikasi Interpersonal Komunitas Save Street Child Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Dikabupaten Sidoarjo.

Subjek penelitian adalah orang yang dimanfaatkan pada peneliti untuk membagikan informasi terkait keadaan dan kondisi latar belakang. Bagian yang akan dijadikan sebagai sampel didalam sebuah penelitian. Kedudukan dari subjek penelitian tersebut adalah menyampaikan informasi terkait data yang diperlukan pada sebuah penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah Ketua Save Street Child Sidoarjo Mas Dwi Prasetyo beserta anggotanya. Dan objek penelitiannya adalah Komunikasi Interpersonal Komunitas Save Street Child Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Dikabupaten Sidoarjo

. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan digital. dalam penelitian ini sumber data yang digunakan terbagi menjadi dua, Data primer dalam penelitian ini adalah Data keseluruhan yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari sumber utamanya. Yang menjadi sumber utama dari data primer ini adalah Ketua SSC, PIC, dan anak-anak jalanan ditempat. Dalam penelitian ini data sekunder yang didapat berdasarkan Data penunjang yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber utama. Yang menjadi bukti data skunder dari penelitian ini adalah berkas hasil wawancara, dokumentasi, serta dokumen penguat lainnya untuk mendukung penelitian ini.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 3 tahap yaitu metode observasi, Observasi merupakan kegiatan yang sering kita lakukan setiap saat. Dengan menggunakan pancaindra yang kita miliki, kita juga sering mengamati suatu objek yang berada disekitar kita. Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Pengamatan juga difokuskan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena penelitian. Fenomena ini meliputi interaksi dan percakapan yang terjadi di antara topik yang akan dipelajari. Keuntungan dari metode ini adalah data yang dikumpulkan berisi dua bentuk. Interaksi dan dialog. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi terhadap Komunitas Save Street Child dalam melakukan pemberdayaan yang dilakukan terhadap anak-anak jalanan dengan cara, peneliti ikut serta mengamati dalam pelaksanaan program yang dilakukan oleh komunitas tersebut. Yang kedua adalah metode wawancara, Peneliti menggunakan wawancara mandalam guna untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini. Wawancara mendalam biasanya merupakan proses tanya jawab secara tatap muka antara pewawancara dengan yang disurvei atau diwawancarai sebagai objek penelitian, dan proses memperoleh informasi sasaran penelitian melalui metode tanya jawab. Dalam kasus ini, nanti peneliti merencanakan metode indepth interview untuk mewawancarai ketua Komunitas beserta para anggotanya yang terlibat dalam penelitian. Metode ini nantinya dipergunakan untuk menggali data tentang pelaksanaan, perencanaan dalam perubahan karakter yang dilakukan oleh komunitas save street child terhadap anak jalanan yang diberdayakan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan data yang relevan. Yang ketiga metode dokumentasi, Dalam penelitian ini nanti yang akan menjadi dokumen paling penting adalah, foto, video maupun laporan tertulis lainnya yang menjadi pendukung proses penelitian

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah kualitatif. Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data yang dilakukan adalah Jadi peneliti setelah wawancara selanjutnya dengan mengolah data dan Dalam penelitian ini nantinya, peneliti setelah melakukan proses wawancara kepada informan yang terkait dengan penelitian akan melakukan pengolahan data dan berfokus pada komunikasi interpersonal yang dilakukan komunitas SSCS dalam melakukan pemberdayaan anak jalanan yang berada di Kabupaten Sidoarjo. Wawancara bersifat indepth interview yang dimana draft pertanyaannya sangat terbatas, hal ini dilakukan oleh peneliti agar peneliti mendapat informasi yang akurat yang terjadi dilapangan.

Hasil dan Pembahasan

a. Keterbukaan komunikasi pada Komunitas SSC Sidoarjo

Pada tahapan pertama, berdasarkan dari pembahasan sebelumnya yang telah dipaparkan diatas, keterbukaan komunikasi dalam anggota Komunitas Save Street Child Sidoarjo menunjukkan adanya sifat saling terbuka dengan satu sama lain maupun dengan anak jalanan. Begitu juga sebaliknya (feedback) anak jalanan juga saling terbuka dengan komunitas tersebut. Hal ini menjadi salah satu sikap yang positif dalam suatu komunitas. Seperti yang dikatakan oleh De Vito dalam lima sikap positif dalam komunikasi interpersonal, bahwa Keterbukaan adalah kesediaan untuk mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, selama keterbukaan informasi tersebut tidak bertentangan dengan prinsip keadilan. Tanda sikap terbuka adalah menanggapi secara jujur semua rangsangan komunikasi. Tidak berbohong, tidak disembunyikan.

Dengan keterbukaan komunikasi diatas dalam komunitas kepada endid anggota maupun anak jalanan dapat memunculkan hubungan interaksi satu sama lain, bisa saling bertukar dan saling menerima informasi ide maupun masukan begitu juga sebaliknya dengan anak jalanan, mereka juga bisa bercerita mengenai permasalahan yang dialaminya, dan sehingga hasil tersebut mendapatkan suatu persamaan pemikiran dan kesamaan pendapat pandangan atau gagasan yang bulat dalam menuju suatu kesepahaman.

Hal tersebut juga dibuktikan dalam hasil wawancara peneliti kepada salah satu partisipan terpilih bahwa, sebagai komunitas sosial yang berperan penting dalam perlindungan dan pemberdayaan anak jalanan perlu dengan adanya pendekatan secara personal kepada komunitas dan anak jalanan untuk membangun sebuah interaksi yang kuat antar endid.

b. Bentuk empati dalam Komunitas SSCS kepada anak jalanan

Tahap kedua yaitu bentuk empati, Stephan (1989) orang yang memiliki rasa empati, akan mencoba yang terbaik untuk membantu mereka yang membutuhkan dan merasa kasihan atas rasa sakit mereka. Empati secara luas dianggap sebagai motivasi dasar untuk empati porosial. Dalam hal ini, bentuk kepedulian yang dilakukan oleh Komunitas Save Street Child lebih terarah pada membentuk semangat dan motivasi yang tinggi pada anak-anak jalanan, supaya anak-anak jalanan memiliki motivasi, semangat yang tinggi sebagai generasi penerus bangsa dan agar setara seperti anak-anak pada umumnya. Cindy selaku anggota Save Street Child Sidoarjo mengatakan, bentuk kepedulian selain yang diberikan kepada anak jalanan, komunitas juga melihat sisi keluarga anak jalanan juga, komunitas SSC membantu mencukupi kebutuhan keluarga anak-anak jalanan dengan pemberian sembako, Selain itu komunitas menyalurkan bantuan untuk biaya sekolah, membantu keluarga anak-anak jalanan yang sakit, bantuan perlengkapan sekolah. Sikap peduli relawan atau komunitas SSC membuat mereka peduli dan mau memperhatikan anak jalanan dan keluarganya. Kepedulian terhadap orang lain dapat meningkatkan kemauan anggota komunitas untuk bekerja sama dan berbagi hal-hal yang berarti untuk orang lain.

c. Sikap mendukung Komunitas SSCS dalam perkembangan anak jalanan

Pada tahap ketiga, Sikap mendukung. Ini adalah hubungan interpersonal yang efektif, Hubungan yang mendukung. Dalam arti, masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki sebuah komitmen untuk mendukung pelaksanaan interaksi terbuka satu sama lain. Peneliti memberikan pertanyaan kepada partisipan tentang bagaimana dukungan yang diberikan oleh Komunitas SSC Sidoarjo kepada anak jalanan utnuk perkembangan interpersonalnya.

Partisipan yang endidi Ega Dini selaku Co-Founder SSC mengatakan, sejauh ini bentuk dukungan yang diberikan komunitas SSC untuk perkembangan interpersonal anak jalanan lebih mengarah pada penguatan endidikan dan pelatihan berskala informal. Selain endidikan, tentunya anak juga memiliki hak untuk bermain. Komunitas SSC juga mengajarkan bagaimana mereka bisa mandiri dengan membuat ragam karya atau membuat mainan tradisional untuk diperjualkan. Selain berfokus pada endidikan bagi anak jalanan, Ega Dini mengatakan, Komunitas juga memperhatikan kondisi sosial kesejahteraan keluarganya juga. Mereka menyalurkan bantuan modal untuk usaha bagi keluarga anak jalanan dan mendukung penuh setiap usaha yang dijalankan. Pendapat lain yang diungkapkan oleh Ratih selaku anggota SSC Sidoarjo mengatakan, untuk dukungan yang kita berikan kepada anak jalanan tentunya semangat dan motivasi untuk mereka, selain itu endidi fasilitasi untuk pendidikannya, karena endi kita mengarah pada endidikan dan pemberdayaan. Selain dukungan endidikan, kita juga mendukung dari segi finansial untuk keluarga mereka. Karena untuk semangat dan motivasi saja itu tidak cukup untuk mereka, disisi lain mereka juga butuh kebutuhan finansial untuk menghidupi keluarganya.

Komunitas Save Street Child bertujuan untuk mengembalikan hak Pendidikan yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak, dengan mengadakan kelas belajar secara non formal. Ada beberapa tahap sebelum melakukan pemberdayaan anak jalanan melalui endidikan diantaranya, 1.) Tahap pendekatan 2.) Tahap Mempertahankan 3.) Tahap Penghargaan. Didalam subbab sikap mendukung terdapat dukungan, pemberdayaan melalui endidikan yang dilakukan oleh Komunitas Save Street Child Sidoarjo dalam mengatasi masalah interpersonal anak jalanan. Diantaranya,

1. Pengarahan Dan Pengajaran Kepada Anak Jalanan Melalui Kegiatan Save Street Child Sidoarjo

Salah satu upaya mewujudkan hak Pendidikan untuk anak jalanan, dan dapat diperkuat dari wawancara peneliti dengan pengurus komunitas Ade end, tujuan Komunitas SSC sangat mendukung sekali untuk pemberian hak yang sehaarusnya dimiliki oleh setiap anak, khususnya anak jalanan. Mereka di usia ini harusnya dapat menikmati dunia endidikan dan hak bermain dan juga berharap dengan program yang diadakan oleh komunitas SSC

Dalam hal bentuk dari pemberdayaan Komunitas Save Street Child Sidoarjo terhadap anak jalanan dalam rangka mewujudkan hak endidikan dan Bermain melalui beberapa kegiataan seperti, 1.) Kegiatan Belajar Anak Merdeka dan, 2.) Fun Trip.

Pemberdayaan yang dilakukan Komunitas SSC memberikan pengarahan dan pengajaran kepada anak jalanan melalui kegiatan yang pertama, Kegiatan Belajar Anak Merdeka, program ini dibuat untuk memberikan pengarahan serta penanaman moral untuk anak jalanan yang dikemas secara non formal. Kemudian yang kedua, melalui kegiatan Fun Trip, Komunitas Save Street Child disini ingin mengembalikan hak Pendidikan dan hak bermain anak jalanan, dari program Fun Trip yang dimana program mengajak anak jalanan bermain berlibur yang dikemas berlibur sembari belajar diharapkan memenuhi hak bermain yang seharusnya dimiliki setiap anak. Pendidikan karakter mengajarkan tentang mana yang benar dan mana yang salah serta menunjukkan tentang usaha dalam menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik sehingga murid mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadian. Pada usaha memperkuat pelaksanaan endidikan karakter pada satuan endidikan, kini telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila dan tujuan endidikan. Nilai-nilai tersebut antara lain: endidika, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial serta tanggung jawab. Pendekatan yang digunakan dalam mewujudkan pemberdayaan ini menggunakan pendekatan Street Based yang dimana Komunitas SSC melakukan pemberdayaan penanganan anak jalanan ditempat anak-anak jalanan itu berasal atau tinggal, atau Anak-anak jalanan yang masih ada hubungan dengan keluarga tetapi tidak memiliki instensitas tinggi dalam berhubungan atau tinggal dengan orang tua. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Delina Gultom dan Oksiana Jatiningsih (2019). Yang berjudul “Strategi Komunitas Save Street Child Sidoarjo Dalam Pendidikan Anak Jalanan”. Dengan hasil dari penelitian tersebut adalah ,berdasarkan data yang diperoleh yaitu dengan melakukan observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi. Maka diperoleh suatu strategi pelaksanaan endidikan anak jalanan yang dilakukan komunitas Save Street Child Sidoarjo diantaranya yaitu, Belajar endid bermain, belajar dari lingkungan sekitar, Penguatan kepedulian sosial.

1. Sikap Positif pada Komunitas Save Street Child Sidoarjo

Tahap selanjutnya adalah sikap positif, dimana pada tahap ini peneliti memberikan pertanyaan tentang, budaya seperti apa yang menonjolkan sikap positif dalam komunitas SSC dan bagaimana pendekatan kepada anak jalanan agar mereka bisa bergabung dengan komunitas tersebut, hal ini diungkapkan langsung oleh partisipan bernama Dwi Prasetyo selaku Founder dari Komunitas SSC mengatakan, budaya dalam komunitas SSC ini tentunya kekeluargaan, dimana kebersamaan antar anggota dengan anak jalanan maupun keluarga anak jalanan itu, ini juga menunjukkan sikap yang positif yang dimana kita saling menerima kehadiran mereka tidak peduli dari manapun asalnya yang penting kita sama. Dalam mengajak anak-anak jalanan untuk dapat bergabung disini kita sosialisasi kepada keluarga anak jalanan, kita mengadakan acara seperti ini, dan kita juga kasih mereka bantuan. Ya akhirnya mereka tertarik dengan kita. Selagi anak itu nurut, dan mau belajar endidi akan beri apa yang mereka mau.

Pendekatan interpersonal antar endid perlu untuk dibangun. Sebuah hubungan yang intim menjadi dasar bagi komunitas SSC agar dapat melakukan komunikasi interpersonal yang mendalam dan detail dengan lawan bicara kita (anak jalanan maupun keluarga anak jalanan).

Dalam melakukan pemberdayaan, dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan tahapan evaluasi, perlu dilakukannya pendekatan kepada objek pemberdayaan, yang dilakukan untuk mengetahui setiap kebutuhan dari setiap objek dari pemberdayaan, berbicara tentang pendekatan pemberdayaan yang dilakukan untuk anak jalanan (Hariadi, 1999) mememberikan 3 (tiga) pendekatan yang dilakukan oleh Lembaga, organisasi, dan komunitas, dalam melakukan penanganan anak jalanan meliputi, Pertama Street Based, Kedua Centre Based, Ketiga Community based. Komunitas Save street Child Sidoarjo dalam hal ini menggunakan pendekatan Community Based, komunitas SCCS melibatkan dari setiap element masyarakat termasuk keluaga anak jalanan, pendekatan dilakukan dalam rangka memanfaatkan peran orang yang dirasa menjadi aspek penting sebagai proses dialog kepada anak jalanan, karena orang tua anak menjadi salah satu orang yang dipercayai oleh anak, selain itu, anak- anak jalanan juga masih tinggal Bersama orang tua dan memiliki hubungan yang baik terhadap orang tua.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh, Damayanti dan Agus Satmoko Adi (2015). Yang berjudul “Pemberdayaan Anak Jalanan Di Surabaya Oleh Komunitas Save Street Child Surabaya (SSCS)”.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pemberdayaan komunitas SSC pada anak jalanan. Hasil dari penelitian ini adalah, Pemberdayaan anak jalanan dilakukan melalui pendekatan Street Based, Centre Based dan Community Based. Melalui pendekatan street based anak jalanan memperoleh pendidikan dan bimbingan oleh para street endidik. Model pedekatan street based dilakukan dengan cara asah, asih dan asuh. Program kegiatan melalui pendekatan street based meliputi (1) pengajar keren, (2) beasiswa anak merdeka, (3) piknik asik, (4) pengembangan keterampilan, dan (5) jum’at sehat. Kedua, centre based dilakukan dengan menyediakan rumah singgah untuk anak jalanan yang sudah tidak memiliki keluarga atau diabaikan oleh keluarganya.

e. Kesetaraan yang terbangun dalam Komunitas SSC dan anak Jalanan.

Tahap terakhir yaitu kesetaraan, anggota komunitas SSC dengan anak jalanan maupun keluarga anak jalanan memiliki hubungan yang erat, saling menerima satu sama lain, tidak membeda-bedakan mereka berasal dari keluarga yang seperti apa. Kesetaraan yang terjalin antar anggota komunitas dengan anak jalanan memiliki status yang sama. Sama-sama manusia pada umumnya. Saling menghargai dan tidak membeda-bedakan satu sama lain. Mereka (komunitas) disisi lain menempatan diri setara dengan orang lain, menyadari akan adanya suatu kepentingan yang berbeda, mengakui pentingnya kehadiran orang lain khususnya anak jalanan. Hal ini sama seperti apa yang diungkapkan oleh salah satu informan bernama Ega Dini yang mengatakan bahwa, kita (Komunitas) selalu mengingatkan bahwa derajar kita sama dengan manusia pada umumnya, tidak membeda-bedakan dari mana asalnya, kita menerima mereka, mereka juga menerima kita. Jadi ya mudah banget kalo kita berbaur dengan mereka, apalagi dengan keluarganya

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai komunikasi interpersonal komunitas SSC Sidoarjo dalam pemberdayaan anak jalanan di kabupaten sidoarjo yaitu, melalui komunikasi yang dilakukan secara langsung dua arah dengan observasi, wawancara yang terjadi antar peneliti dengan anggota komunitas, menunjukkan adanya komunikasi dua arah bertimbal balik yang terjadi dari beberapa indikator yang terbagi, diantaranya Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif, dan Kesetaraan. Seluruh informan mengungkapkan bahwa komunikasi yang terjadi dalam komunitas tersebut menunjukkan adanya sikap yang positif, saling terbuka dan bersifat timbal balik. Hal ini juga sejalan dengan komunikasi yang dilakukan antara anggota komunitas dan anak jalanan maupun sebaliknya.

Upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas Save Street Child Sidoarjo, pertama dengan melakukan pendekatan kepada anak jalanan melalui pemberian susu, dan komunitas SSCS juga berusaha agar anak jalanan tetap memperhatikan pentingnya endidikan bagi anak jalanan, dengan menetapkan program kegiatan pengajaran nonformal. Dan penyediaan dana untuk endidikan dan bantuan kepada keluarga anak jalanan. endidikan pemberdayaan yang dilakukan oleh Komunitas Save Street Child Sidoarjo adalah sebagai berikut

1. Strategi Komunitas Save Street Child Sidoarjo dalam melakukan pemberdayaan anak jalanan di Kota Sidoarjo, mengembalikan endidik endidikan dan hak bermain yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak, melalui program kegiatan yang mengutamakan aspek Pendidikan bagi anak jalanan, peran pendidik, fasilitator dan konselor bagi anak jalanan. Adapun implementasi strateginya adalah sebagai berikut:

a. Memberikan edukasi kepada anak jalanan melalui kegiatan Save Street Child Sidoarjo.

Dalam rangka memberikan arahan dan pengajaran bagi anak jalanan, Komunitas Save Street Child di Sidoarjo, Melalui program kegiatan belajar anak merdeka. Kegiatan ini dilakukan untuk menanamkan sikap anak jalanan terhadap pentingnya endidikan bagi anak jalanan.

References

  1. P. A. R. Maris, “Anak Jalanan dan Upaya Perlindungannya,” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, 2019.
  2. P. D. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2017.
  3. P. Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi Kuantitaif dan Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group, 2006.
  4. M. Sholihah, “Empati dan Religiusitas dengan Perlaku Prososial,” Jurnal Komunikasi UNTAG, p. 3, 2015.
  5. D. F. F. Didik Hariyanto, “ola Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Orangtua dan Anak dalam Pembentukan Karakter Murid (Studi Kasus Pada SDI A-Education Desa Ketawang Jogosatru Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo),” Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, p. 7, 2019.
  6. A. Damayanti, “Pemberdayaan Anak Jalanan di Surabaya Oleh Komunitas Save Street Child Surabaya,” Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan, p. 3, 2015.
  7. R. Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Prenadamedia Group, 2006.
  8. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: ALFABETA, CV, 2017.
  9. F. A. D. H. S. Didik Hariyanto, “PUBLIC COMMUNICATION MODEL OF THE SIDOARJO REGENCY GOVERNMENT IN FACING THE NEW NORMAL COVID-19,” Jurnal Dakwah dan Komunikasi, pp. 329-356, 2021.
  10. M. Sholihah, “EMPATI DAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL,” Jurnal Komunikasi UNTAG, p. 3, 2015.
  11. S. S. S. B. Hariadi, Anak Jalanan Di Jawa Timur Masalah Dan Upaya, Surabaya: Airlangga University Pers, 1999.