Abstract

Communication is very important for human life. In addition to interacting, communication is also used as a medium in delivering information and a tool to persuade others. Communication is usually done and starts from the smallest scope, namely the family. Through communication, parents in the family can influence other members, especially children. Communication that is carried out continuously by parents to children can also form habits that are spontaneously carried out by children so that they can create qualitative research with data collection techniques in the form of interviews, observations, and documentation and the formation of characters according to the wishes of parents. how to communicate between parents and children so as to create a behavior that forms a character in the future. The purpose of this study is to determine the form of parent-child communication, how parents shape the child's Islamic character, and the success of parent-child communication. This research was conducted in Randubango Village, Mojosari District. In this study, the author uses a phenomenological approach. This study involved ten parents and ten children as informants. The researcher also asked several questions which included how communication occurs between parents and children, how parents build Islamic character towards their children, and how successful parent-child communication is in building Islamic character in Randubango Village, Mojosari District. The results of the study show that: First, The form of parent-child communication is done through conversation, intimate interaction, and evaluation. Second, the method of forming the Islamic character of children in Randubango Village, Mojosari District is carried out through conversation, reading stories of inspirational figures, exemplary from both parents and habituation. Third, for the success of parent-child communication, namely with an open attitude, and mutual trust.

Pendahuluan

Pentingnya sikap dan karakter anak,karena anak yang akan menjadi penerus[1]. Ia memiliki jasmani yang belum cukup memahami, belum matang untuk kehidupan kedepannya. Oleh karena itu orangtua harus membimbing mereka. Hubungan yang tidak baik dalam keluarga akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan anak baik secara fisik maupun psikis4 Aljurjani telah mengungkapkan bahwa akhlak adalah suatu pernyataan mengenai perilaku yang muncul dari jiwa seseorang berupa perbuatan yang dengan mudah dilakukan tanpa membutuhkan waktu yang lama untuk berfikir [2]

Penguatan Pendidikan Karakter ini merupakan proses pembentukan, transmisi, transformasi dan meningkatkan kemampuan peserta didik supaya dapat berpikir jernih, berhati baik, dan berakhlak baik sesuai prinsip falsafah hidup Pancasila[3]. Penelitian ini mencabar teori skema hubungan keluarga yang dikemukakan oleh Koener dan Fitzpatrick yang menyatakan bahwa teori skema hubungan keluarga pada umumnya terjadi atas pengetahuan mengenai diri sendiri, diri orang lain, hubungan yang sudah dikenal dan juga pengetahuan yang mengenai bagaimana cara berinteraksi dalam suatu hubungan[4]. Pada dasarnya komunikasi adalah proses pengungkapan seseorang untuk meyampaikan melalui obrolan sebagai penyalurnya[5]. Komunikasi sangatlah penting dikarenakan dapat berguna untuk Ilmu Politik, Ilmu Ekonomi, Budaya dan Sosial[6]. Komunikasi berasal dari “communis” berarti “sama”, atau “communicare” yang berarti “berpartisipasi”[7] Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama. Komunikasi merujuk pada cara berbagai hal seperti “kita berbagi pikiran[8]”. Penulis melampirkan tiga judul skripsi yang mempunyai kesamaan dalam pembahasan skripsi. Yang pertama adalah Skripsi dari Nur Aida Syam dengan judul Peran Komonikasi Orangtua dalam Membentuk Karakter Anak di lingkungan Padang Panga Kel. Mamuju Kab. Mamuju. Penelitian ini bersifat Kualitatif Deskriptif, yakni memberikan gambaran berhubungan dengan objek penelitian beserta subjek penelitian dan didukung oleh metodologi dan teoritis. Selanjutnya adalah Skripsi dari Hanik Zulaeha dengan judul Komonikasi Interpersonal orangtua dan anak dalam membagun karakter islami di desa Wonosida Tulangan Pacitan. Peneliti ini membangun judul tersebut penulis membahas cara komunikasi orangtua dan anak sehingga tercipta suatu perilaku yang membentuk sebuah karakter di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk komunikasi antara keduanya, cara orangtua membangun karakter islami anak, serta faktor penghambat dan pendukung komunikasi orangtua dengan anak.

Metode Penelitian

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian dengan judul “Komunikasi Anak-Orangtua Untuk Membentuk Karakter Islami”, Penulis melakukan penelitian di desa Randubango Kecamatan Mojosari. Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu yang tidak terlalu lama yakni 22 hari. Terhitung mulai tanggal 15 Mei 2022 hingga 5 Juni 2022. Dan sisa waktu itu peniliti gunakan untuk menyusun skripsi ini.

B. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini melibatkan sepuluh orangtua dan sepuluh anak sebagai informan. Peneliti juga mengajukan beberapa pertanyaan yang meliputi bagaimana komunikasi yang terjadi antara orangtua dengan anak, bagaimana cara orangtua dalam membangun karakter islami terhadap anak, dan bagaimana keberhasilan komunikasi orangtua dan anak dalam membangun karakter islami di Desa Randubango Kecamatan Mojosari. Data kualitatif berupa kalimat, ataupun gambar yang harus dikumpulkan peneliti dalam pengumpulan data dilapangan kemudian data tersebut akan dikelompokan pada data yang satu kategori dengan cara disusun secara sistematis dan berurutan. Sehingga dapat mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data. Setelah itu, memperoleh data barulah peneliti akan memberikan kesimpulan. Dalam menganalisis data kualitatif peneliti harus melakukan menganalisis data lebih cermat. Sedangkan dalam melakukan interpretasi data dengan melalukan proses pembacaan data dan pemberian makna pada hasil analisis data yang didapat dalam pelaksanaan penelitian.

C. Pengaruh Keberhasilan Pendidikan Karakter

Zubaedi berpendapat terdapat faktor dalam diri yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter sebagai berikut:

a. Insting

Ragam reaksi dari sikap, tindakan, dan perbuatan yang berasal dari seseorang tersebut. Insting adalah bawaan dari manusia lahir. Melalui hal tersebut manusia dapat memproduk aneka corak perilaku sesuai pola dengan corak instingnya.

b. Adat/Kebiasaan

yakni kebiasaan yang terjadi di lingkungan, sebagai contoh cara berpakaian, makan dan berolahraga.

c. Keturunan

Tabiat seseorang juga dapat diturunkan melalui sifat keluarga yang sebelumnya. Memang tidak 100% sifat tersebut menurun, akan tetapi ada satu atau dua hal termasuk sifat yang sama. Sifat tersebut adalah cerminan dari keluarganya yang terdahulu maupun orangtua nya.

d. Lingkungan

Lingkungan akan menjadi faktor dalam membentuk karakter seseorang, lingkungan yang baik dpaat menciptakan sifat atau karakter seseorang dengan baik, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu dalam kehidupan, kita diharuskan waspada dan mawas diri agar dapat memilah mana yang baik dan buruk. Semua itu dikarenakan untuk kebaikan diri sendiri.

Selain itu, beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan pendidikan karakter yang berasal dari luar diri seseorang. Diantaranya yaitu[2] :

1. Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter

Keluarga adalah hal yang penting untuk anak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan yang pertama untuk anak adalah lingkup keluarga itu sendiri. Untuk membentuk karakter anak sebaiknya orangtua dapat mengajarkan mana yang harusnya anak lakukan dan tidak. keberhasilan pembentukan karakter bergantung pada pola asuh yang diterapkan orangtua pada anaknya. Melalui pola asuh yang dilakukan oleh orangtua, anak belajar tentang banyak hal, termasuk karakter[10].

2. Peran Sekolah dalam Pendidikan Karakter

Agar pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik memerlukan pemahaman yang cukup dan konsisten oleh seluruh personalia dan masing-masing personalia mempunyai perannya masing-masing sebagai berikut[9] :

a) Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai manajer, harus mempunyai komitmen yang kuat tentang pendidikan karakter. Kepala sekolah harus mampu membudayakan karakter-karakter unggul di sekolahnya.

b) Pengawas

Pengawas meskipun tidak berhubungan langsung dengan proses pembelajaran kepada peserta didik, tetapi ia dapat mendukung keberhasilan atau kekurangberhasilan penyelenggaraan pendidikan melalui peran dan fungsi yang diemban. Peran pengawas tidak lagi hanya mengacu pada tugas mengawasi dan mengevaluasi hal-hal yang bersifat administratif sekolah, tetapi juga sebagai agen atau mediator pendidikan karakter.

c) Pendidik atau Guru

Guru merupakan personalia penting dalam pendidikan karakter di sekolah Sebagian besar interaksi yang terjadi di sekolah, adalah interaksi peserta didik dengan guru.pendidik merupakan figur yang diharapkan mampu mendidik anak yang berkarakter. Pendidik merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa.

d) Konseler

Konselor sekolah hendaknya merancangkan dalam program kegiatannya untuk secara aktif berpartisipasi dalam pengembangan dan penumbuhan karakter pada siswa[89] Kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam program pelayanan bimbingan dan konseling, dan juga bersama-sama dengan pendidik yang terancang dalam program sekolah yang dilakukan seccara sinergis dari beberapa pihak.

e) Staf Sekolah

Staf atau pegawai di lingkungan sekolah juga dituntut berperan dalam pendidikan karakter. Staf sekolah dapat berperan dengan cara menjaga sikap, sopan santun, dan perilaku agar dapat menjadi sumber keteladanan bagi para peserta didik.

Hasil dan Pembahasan

Penulis tertarik untuk menyusun dan mengkaji, guna memahami lebih detail dan mendalam tentang Pendidikan Islami ke dalam sebuah skripsi, dengan mengangkat judul Penelitian ini untuk mengetahui komunikmasi orangtua kepada anak dalam membentuk karakter Islami serta melihat keberhasilan orangtua di Desa Randubango Kecamatan Mojosari. Randubango adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto yang terletak di Jawa Timur dengan luas wilayah 96 Ha. Di Desa Randubango Kecamatan Mojosari terdapat 154 KK dengan 723 penduduk yang terdiri 352 laki-laki & 371 perempuan. Pekerjaan yang menjadi mata pencaharian warga pada umumnya yakni sebagai buruh tani, pedagang, buruh bangunan ataupun pegawai negeri sipil.

A. Data Informasi Tentang Penduduk

a. Data penduduk serta Pekerjaan Warga Desa Randubango Kecamatan Mojosari yakni :

  1. Sebagai PNS dengan data laki-laki 18 dan perempuan 11 orang
  2. Pekebun dengan jumlah laki-laki 250 dan perempuan 87 orang
  3. Tukang dengan jumlah laki-laki 250 orang
  4. Petani dengan jumlah laki-laki 36 dan perempuan 23
  5. Buruh bangunan dengan jumlah laki-laki saja berjumlah 42 orang
  6. Wiraswasta dengan jumlah laki-laki 126 dan perempuan 52 orang

b. Sarana Pendidikan

  1. Pendidikan PAUD berjumlah 3 dengan kondisi kurang
  2. SD/MI berjumlah 3 dengan kondisi kurang
  3. SMP/MTS berjumlah 1 dengan kondisi kurang
  4. Sedangkan perguruan tinggi tidak ada.

c. Sarana Kesehatan di Desa

  1. Tidak adanya pustu dan termasuk kondisi kurang
  2. Adanya posyandu dengan jumlah 1 dan kondisi kurang
  3. Puskesmas di desa ini tidak ada, termasuk dalam kondisi kurang
  4. Yang terakhir adalah RSU, pada desa ini tidak terdapat RSU dan masuk kategori kurang

d. Jenis Kegiatan Sosial

  1. Golongan Bapak-bapak melakukan kegiatan seperti gotong royong, membantu memakamkan warga setempat yang meninggal dunia, Mengunjungi warga setempat atau tetangga yang sakit, Bersama-sama rutin membaca Surat Yasin dan tahlil di hari minggu, Melakukan sholat jamaah.
  2. Golongan Ibu-ibu yakni mengikuti pengajian rutin, Mengikuti acara tahlil dan istighosah pada malam jum’at, Khataman Al-qur’an pada hari minggu, Membesuk orang yang melahirkan atau yang sakit, Melakukan takziyah.
  3. Golongan Remaja megikuti gotong royong, Mengikuti keolahragaan, Belajar mengaji di masjid, Berkunjung ke tempat orang sakit.

Kegiatan warga di Lingkungan Desa Randubango Kecamatan Mojosari masih mengutamakan solidaritas dengan sesama, mempererat hubungan antar sesama, saling membantu dan masih terikat dengan kegiatan keagamaan.

B. Bentuk Komunikasi Antara Orangtua Dan Anak Di Dasa Randubango Kecamatan Mojosari

Orangtua merupakan orang pertama yang merangsang dan mengajarkan komunikasi terhadap anaknya, maka dari itu komunikasi yang dibangun oleh orangtua harus benar-benar diperhatikan. Orangtua juga harus memahami anak secara menyeluruh, menunjukan sikap tanggungjawabnya kepada generasi masa kini dan mendatang. Dari komunikasi orangtua akan mengetahui isi hati anak, sehingga orangtua dengan mudah mengetahui permasalahan yang dihadapi sang anak. Beginilah hasil wawancara peneliti dengan kepala Desa Randubango Kecamatan Mojosari yang diperoleh:

  1. “Komunikasi antara orangtua sama anak itu sangat penting dilakukan untuk mengetahui isi hati dan perasaan anak, sehingga anak dengan orangtua saling terbuka untuk bercerita apapun yang mereka alami dan berbagi solusi jika sudah waktunya yakni ketika anak sudah dewasa”.
  2. “Setiap hari saya selalu berkomunikasi dengan anak-anak saya baik itu cuma obrolan biasa ataupun diskusi. Di sela-sela makan, menonton TV maupun waktu bersih-bersih rumah, saya saelalu bertanya kepada anak saya yang berusia 16 dan 12 tahun mengenai hal yang dialaminya di sekolah ataupun di luar rumah. Sedangkan untuk anak saya yang masih berusia 2 tahun, saya berusaha mengajaknya berbicara sesuia kehidupan sehari-hari seperti mengajak makan, bermain dan memberi nasihat dengan lembut”, kata Ibu Tutik
  3. “Saya selalu mengajak ngobrol anak saya mengenai hal intim yang harus saya ketahui dan dibicarakan, contohnya mengenai kedekatan anak saya dengan teman lelakinya (pacar). Saya orangnya tidak melarang anak saya berpacaran dan saya sebagai orangtuanya tidak menginginkan anak saya berbuat sesuatu yang tidak benar dengan pacarnya. Maka dari itu saya selalu melakukan komunikasi yang baik-baik dan memberinya wejangan agar tidak terjerumus pada jalan yang tidak benar”, kata Ibu Sri.
  4. Ibu Vivi menuturkan: “Sejauh ini komunikasi saya dengan anak saya selalu saya bangun dan utamakan. Apalagi waktu saya dengan anak terbatas di siang hari karena saya bekerja. Saya selalu memberikan nasehat dan selalu saya evaluasi. Biasanya yang saya tanyakan itu mengenai peristiwa apa yang dialami anak saya di sekolah maupun di TPQ”.

Pernyataan Ibu Vivi di atas sama dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Romlah yang selalu memberikan evaluasi terhadap anaknya. Beliau mengatakan:

“saya selalu meluangkan waktu berbicara dan ngobrol dengan anak-anak saya meskipun saya dan ayahnya harus pergi megajar ke sekolah. Saya menitipkan anak saya kepada orangtua saya untuk mengantar anak saya sekolah. Untuk mengontrol aktivitas anak saya di sekolah, saya selalu bertanya kepada ibu guru walaupun di rumah saya juga sering bertanya kepada anak saya tentang pengalamannya di sekolah dan tidak jarang pula saya berikan arahan kepadanya”.

C. Cara Orangtua Dalam Membentuk Karakter Islami Anak Melalui Komunikasi Di Desa Randubango Kecamatan Mojosari.

Hasil wawancara yang dilakukan di Desa Randubango Kecamatan Mojosari :

  1. Ibu ana menuturkan bahwa Dalam menanamkan karakter yang baik yang sesuai kaidah Islam terhadap anak, ibu ana mengawali dengan percakapan yang baik juga. Jika kita sebagai orangtua bertutur kata yang lembut, maka anak pasti akan bertutur kata yang lembut pula. Di samping itu,ibu ana juga membelikan dan membacakan buku kisah-kisah Nabi dan cerita yang dapat memotivasi dalam versi anak. Dan alhamdulillah sang anak selalu antusias dan selalu ingin tahu dengan apa yang akan dibacakan.
  2. Selanjutnya hasil wawancara dari Ibu Asri yakni Usia anak masih 2 tahun, dan di usianya sekarang dia mulai aktif-aktifnya. Untuk saat ini lebih memfokuskan pembentukan karakter melalui berbicara yang baik dan sopan santun serta mengajak untuk ibadah yaitu sholat dan ngaji. Jadi sang ibu berikan contoh. Kalau bertemu dengan orang lain, memakai bahasa jawa halus waktu bicara.
  3. Hasil wawancara dengan Ibu Asma yakni Kalau anak-anak tidak ada pendidikan khusus dalam agama, Cuma mengajarkan apa yang wajib dikerjakan sebagai seorang muslim seperti sholat dan puasa. Untuk prosesnya juga terbilang sangat lama. Karena mengajari anak itu mulai dari mereka sudah dapat berbicara dan memahami maksudnya. Dan mengajarinya juga tidak cuma lewat lisan saja . Misal kalau waktunya sholat subuh sang ibu mengajak sholat, dan bukan hanya mengajak tapi sang ibu juga harus benar-benar sholat. Dan hal itu terus-menerus dilakukan tanpa bosan, dan alhamdulillah sekarang menjadi terbiasa untuk bangun subuh.
  4. Wawancara yang terakhir dengan Ibu Laili yakni mendapatkan hasil yakni Cara sang ibu dalam menanamkan atau membentuk karakter anak yang paling utama adalah mengajaknya belajar. Kegiatan belajar yang ibu laili terapkan kepada anak biasa dilakukan jam setengah tujuh malam. Hal itu terus diulang hingga anak mengerti kapan waktunya belajar. Selain mengajak belajar,sang suami juga sering mengajak anak pergi ke masjid untuk melakukan sholat. Lebih seringnya sholat subuh. Jadi dengan kebiasaan bangun pagi dan belajar malamnya, ibu laili sangat berharap akan tumbuh karakter yang baik yang sesuai kaidah Islam dalam diri anak.

D. Kesimpulan Cara Berkomunikasi Orangtua Dalam Membentuk Karakter Islami Anak Di Desa Randubango Kecamatan Mojosari

1. Percakapan Mode Hiwar

Metode hiwar yaitu percakapan atau dialog yang saling bergantian antara dua orang atau lebih melalui tanya jawab tentang suatu topik dan dengan sengaja terarah pada satu tujuan yang dipilih. Dalam prosesnya, pendidikan hiwar memiliki pengaruh yang sangat mendalam terhadap jiwa pendengar atau pembaca yang mengikuti topik percakapan dengan seksama dan penuh perhatian.

2. Pembacaan Kisah-kisah Teladan

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter dalam keluarga, kisah sebagai metode pendukung pelaksanaan pendidikan karakter di rumah dan memiliki peran yang sangat penting bagi anak, karena dalam kisah-kisah terdapat berbagai keteladanan, edukasi dan mempunyai dampak psikologis bagi anak. Dalam penyampaian kisah atau cerita orangtua dapat memilih kisah-kisah teladan seperti kisah nabi, sahabat-sahabat nabi atau para pahlawan. Kisah tersebut tentunya harus meninggalkan kesan positif bagi anak.

3. Mode Keteladanan

Dalam menanamkan karakter pada anak sudah tidak dapat dipungkiri lagi perannya bahkan dengan keteladanan para orangtua, guru atau orang dewasa tidak perlu menyampaikan sepatah kata apapun. Secara otomatis anak-anak yang melihat apa yang orangtua lakukan dan menganggap sebagai teladan yang layak untuk ditiru dan diikuti.

4. Pembiasaan

Pembiasaan adalah suatu hal yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berlandaskan pada pengalaman yang dilakukan secara berulang kali. Bagi anak usia dini, pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari.

E. Keberhasilan Komunikasi Orangtua dan Anak Dalam Membentuk Karakter Islami Di Desa Randubango Kecamatan Mojosari

Berikut adalah hasilnya :

1. Ibu Hanik

“Mengenai hal berkomunikasi dengan anak, alhamdulillah mbak anak saya selalu bercerita kepada saya tentang hal yang dialaminya di luar rumah. Saya juga selalu mendukung apapun yang anak saya katakan. Saya selalu memberikan waktu untuk dia agar dia bisa bercerita dan menjelaskan masalahnya. Jadi dia nyaman dan terbuka sama saya”.

2. Ibu Romzah

“Kalau pengalaman saya ya mbak, anak saya itu selalu bercerita sama saya baik suka maupun duka, susah senang dia pasti cerita saya. Saya sangat yakin bawa anak saya sepenuhnya percaya sama saya bahwa saya adalah orang dan tempat bercerita yang nyaman dan tepat bagi dia”.

#. Ema (Anak Ibu Romzah)

“Saya selalu bercerita dan memberitahukan ibu saya tentang segala sesuatu yang saya alami mbak. Bahkan waktu saya dekat sama teman lawan jenis saya, saya cerita sama ibu. Semua orangtua saya welcome dan care sama saya dan saya sih percaya kalau orangtua saya bisa menjaga perasaan dan rahasia saya”.

F. Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti di Desa Randubango Kecamatan Mojosari menunjukan bahwa komunikasi yang dilakukan antara orangtua dengan anak di Desa Randubango Kecamatan Mojosari bisa dikatakan cukup baik dan membuahkan hasil. Dan bentuk komunikasi yang dilakukan dan diterapkan oleh orngtua terhadap anaknya di Desa Randubango Kecamatan Mojosari yaitu:

  1. Melakukan percakapan dengan anak
  2. Berdialog atau interaksi intim antara orangtua dengan anak dan
  3. Melakukan evaluasi terhadap anak
  4. Adanya sikap saling terbuka antara orngtua dengan anak
  5. Adanya sikap saling percaya antara orangtua dan anak
  6. Adanya sikap suportif antara dua pihak dan
  7. Komunikan (orangtua) dapat memahami makna pesan yang disampaikan oleh komunikator (anak).

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini yang berjudul “Komunikasi Anak-Orangtua Untuk Membentuk Karakter Islami Di Desa Randubango Kecamatan Mojosari” ini adalah , dapat disimpulkan bahwa terdapat cara tersendiri bagi orangtua di Desa Randubango Kecamatan Mojosari untuk mendidik dan membentuk karakter anak yakni dengan berkomunikasi dengan percakapan sehari-hari, dengan selingan interaksi intim dan serta evaluasi. Dengan adanya hal tersebut anak dengan orangtua saling terbuka untuk bercerita apapun yang mereka alami dan saling berbagi solusi. Sebagai contoh dari salah satu narasumber ibu tutik mengatakan bahwa obrolan ringan yang dilontarkan kepada sang anak yakni menanyakan perihal peristiwa yang terjadipada lingkungan sekolah dan pada lingkungan sebaya. Dengan adanya komunikasi atau interaksi intim antara orangtua dengan anak, maka orangtua mempunyai pengawasan yang cukup dan sesuai takaran terhadap anak dalam menghindari perilaku ataupun pergaulan yang menyimpang norma yang berlaku di masyarakat.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh manusia sebagai syarat terjalinnya hubungan sosial guna bertahan hidup dalam kehidupan. Komunikasi yang dilakukan orangtua dapat membenuk karakter anak kedepannya, komunikasi diperlukan adanya pemahaman satu sama lain demi mencapai suatu tujuan tertentu. Keberhasilan komunikasi orangtua kepada anak dalam membentuk karakter Islami di Desa Randubango Kecamatan Mojosari bisa dikatakan membuahkan hasil akan tetapi tidak 100%, akan tetapi orangtua masih mengalami kendala. Keberhasilan komunikasi ini berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Adapun faktor-faktor yang mendukung keberhasilan komunikasi bisa berasal dari sikap yang saling terbuka dan saling mendukung antara orangtua dengan anak. Sikap yang terbuka akan membuat anak merasa dipercaya, diperhatikan, dan diberikan haknya.

References

  1. K. Pustaka, K. Pemikiran, and D. a N. Hipotesis, “Bab II Kajian Pustaka , Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis,” no. i, pp. 16–45, 2004.
  2. D. D. Basuki and H. Febriansyah, “Pembentukan Karakter Islami melalui Pengembangan Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah An-Najah Bekasi,” J. Intelekt. J. Pendidik. dan Stud. Keislam., vol. 10, no. 2, pp. 121–132, 2020, doi: 10.33367/ji.v10i2.1209.
  3. I. Anshori, “Penguatan Pendidikan Karakter di Madrasah,” Halaqa Islam. Educ. J., vol. 1, no. 2, pp. 63–74, 2017, doi: 10.21070/halaqa.v1i2.1243.
  4. S. K. Ummatin, “Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas pasundan bandung 2021,” p. 2018, 2021.
  5. R. M. Arif, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sains,” STILISTIKA J. Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, vol. 2, no. 1, pp. 314–324, 2017, doi: 10.33654/sti.v2i1.385.
  6. G. Sutrisna, “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris,” Widya Accarya, vol. 12, no. 1, pp. 117–127, 2021, doi: 10.46650/wa.12.1.1071.117-127.
  7. R. Fitria and R. Aditia, “Urgensi Komunikasi Dakwah Di Era Revolusi Industri 4.0,” DAWUH Islam. Commun. J., vol. 1, no. 1, pp. 1–8, 2020.
  8. S. Nurhalimah, “Management of Education : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam KONSEP DAN JENIS PEMBIAYAAN PENDIDIKAN Management of Education : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,” J. Manaj. Pendidik. Islam KONSEP, vol. 5, 2021.
  9. D. Daryanto, “Pola Komunikasi Dakwah Majelis Ta’lim Salafi Studi Kasus: Desa Talang Tinggi Bengkulu Selatan,” Al-MUNZIR, vol. 12, no. 2, p. 195, 2020, doi: 10.31332/am.v12i2.1459.
  10. Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak Publisher).