Community Education Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v12i0.790

Analysis of Online Learning Design in Elementary School


Analisis Desain Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Learning Design Online Learning Primary School

Abstract

This study aims to describe the form of online learning design during the pandemic at Anggaswangi 1 State Elementary School. This study is a qualitative research with source triangulation research methods. The subjects in this study were the homeroom teacher of class V, grade 5 students and the Principal of the Anggaswangi State Elementary School 1. The data was collected by means of observation, interviews and documentation. The results of the study showed that at the beginning of online learning students were enthusiastic but teachers and schools were still groping in the delivery of learning materials so that they could be maximized. As time goes by, schools, teachers and students are ready for online learning, this is evidenced by the existence of facilities that support the implementation of online learning at Anggaswangi 1 State Elementary School, but students are starting to get bored in the implementation of their learning.

Pendahuluan

Pendidikan adalah salah satu bentuk usaha manusia untuk meningkatkan nilai nilai yang ada pada dirinya, dan juga sebuah pembeda antara makhluk hidup satu dengan makhluk hidup lain. Setiap manusia sejak dini berhak untuk mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak, agar nantinya terciptalah generasi penerus yang lebih berpendidikan dan mampu membawa perubahan untuk bangsa ini. Setiap elemen harus mendukung perkembangan pendidikan agar proses transfer ilmu melalui pendidikan, bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya atau berjalan dengan baik dan maksimal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, Pendidikan yakni suatu sistem evaluasi untuk tiap individu untuk meraih pengetahuan serta pemahaman yang lebih tinggi tentang object spesifik serta khusus. Pengetahuan yang didapat secara resmi dapat menyebabkan tiap tiap individu mempunyai pola fikir, tingkah laku serta akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. Sehingga tiap-tiap individu berusaha untuk mendapakan pendidikan yang lebih baik dari segi apapun. Pendidikan yang didapat oleh tiap individu nantinya akan dibentuk dan ditanamkan di dalam nilai-nilai serta norma-norma yang nantinya akan diwariskan kepada generasi selanjutnya untuk pelestarian kehidupan yang lebih baik.

Sejak masa Hindu-Buddha, hingga di masa sekarang, pendidikan selalu dibutuhkan dan selalu ada proses terjadinya pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung ataupun secara formal maupun non formal. Di dalam pendidikan formal, terdapat langkah langkah yang dibutuhkan untuk memberikan pendidikan tersebut dari pendidik kepada peserta didik, langkah langkah serta target pembelajaran yang biasa kita sebut dengan kurikulum. Pelaksanaan kurikulum pada pendidikan formal, sudah ada sejak tahun 1945, dan mengalami beberapa kali perubahan mulai dari tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 hingga terbaru di tahun 2013 yang biasa di sebut dengan K13 atau Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum ini selain pada proses pembelajarannya, juga berubah dari segi nama kurikulumnya seperti pada tahun 1947 kurikulumnya bernama “Rentjana Pelajaran” atau pada tahun 1952, kurikulumnya bernama “Rentjana Pelajaran Terurai”. Perubahan kurikulum disebabkan oleh beberapa faktor seperti gejolak politik, sosial budaya, IPTEK serta kondisi ekonomi yang pada bangsa dan negara.

Maret 2020, Indonesia digemparkan dengan kasus Covid-19 yang telah masuk di Indonesia melalui 2 warga Indonesia yang tertular dari warga negara Jepang. Cepatnya penyebaran Covid-19 membuat pemerintah menerapkan beberapa aturan social distancing dan physcal distancing atau pembatasan berkerumun serta menerapkan 3M yaitu menggunakan masker, mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan serta menjaga jarak atau yang disebut dengan protokol kesehatan. Aturan aturan ini diterapkan ke segala bidang termasuk pendidikan. Melalui kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronaviruses Disease atau Covid-19. Dalam surat himbauan PERMENDIKBUD disebutkan bahwa tujuan dari pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) adalah untuk memastikan bahwasanya hak hak yang harus didapatkan peserta didik yaitu hak belajar bisa didapatkan meskipun dalam masa darurat Covid-19, serta juga untuk menghindarkan komponen di dalam pendidikan seperti pendidik dan peserta didik terhindarkan dari dampak buruk Covid-19, selain itu dengan adanya belajar dari rumah pemerintah bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran dan penularan covid-19 yang ada di wilayah pendidikan dan juga untuk memastikan adanya dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik dan orangtua.

Pembelajaran daring tidak mudah dilakukan terlebih hal ini baru pertama kali diadakan di Indonesia. Pembelajaran daring sangat berbeda dengan pembelajaran biasa pada umumnya, yang dimana pada pembelajaran biasa, pendidik dan peserta didik saling berinteraksi satu sama lain secara bertatap muka. Perbedaan mendasar dari pembelajaran daring yaitu peserta didik tidak bisa melakukan interaksi langsung dengan pendidik [1]. Hal ini membuat komunikasi sangatlah terbatas, yang pada akhirnya menimbulkan keterbatasan peserta didik dalam menangkap informasi yang diberikan oleh pendidik. Dengan adanya pembelajaran daring, pendidik dituntut untuk memiliki kesiapan. Kesiapan pendidik guna menghadapi proses pembelajaran sangat berpengaruh besar terhadap kelancaran dan keberhasilan pendidikan di sekolah dan pendidik yang nemiliki kesiapan yang baik akan dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik [2]. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan [3]. Dengan adanya edaran dari pemerintah, seluruh sekolah mulai merubah gaya pembelajaran offline menjadi pembelajaran dalam jaringan atau DARING.

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deksiptif. Menurut Robert Boglan dalam Lexy J Moleong [4] penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini langsung menunjukan setting dan individu itu secara keseluruhan subyek penyelidikan, baik berupa organisasi ataupun individu, tidak dipersempit menjadi sebuah variabel terpisah atau hipotesis melainkan dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan.

B. Unit Analisis

Unit analisis penelitian ini mengacu pada judul penelitian, maka dalam hal ini unit analisis sebagai berikut:

Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik. Agar proses belajar bisa maksimal, diperlukan beberapa pendukung dalam pelaksanaannya. Komunikasi dua arah, dari pihak pendidik atau pendidik sebagai yang mengajar sedangkan dari pihak peserta didik yang belajar. Komunikasi dua arah ini berdasarkan asas pendidikan maupun teori belajar yang menjadi faktor utama dalam sebuah keberhasilan dalam sebuah pendidikan menurut Sagala [5].

Pembelajaran Daring adalah pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan teknologi komunikasi yang dimana pada proses pelaksanaannya dilakukan jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh ini dapat dilaksanakan tanpa keterbatasan waktu dan tempat. Pembelajaran jarak jauh dapat dilaksanakan setelah memenuhi beberapa persyaratan yaitu pendidik dan peserta didik memiliki handphone atau laptop sebagai penunjang pembelajaran, selain itu dibutuhkan internet sebagai penghubung antar perangkat satu dengan perangkat lain.

Desain pembelajaran adalah sebuah pengembangan pembelajaran yang bersifat sistematis. Desain pembelajaran diperlukan pendidik agar dalam proses pembelajaran, pendidik bisa mengetahui apa yang harus dilakukan, materi apa yang disampaikan, serta metode dan cara penyampaian seperti apa yang akan digunakan dalamn proses pembelajaran. Desain pembelajaran juga bisa digunakan untuk mengukur kredibilitas seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran di institusi pendidikan baik formal maupun non formal.

C. Subjek dan Setting Penelitian

Subjek penelitian adalah seseorang yang telah ditunjuk oleh peneliti, yang diharapkan bisa memberikan informasi tentang situasi yang sedang diteliti oleh peneliti. Maka subjek penelitian adalah seorang Guru kelas V, Kepala Sekolah dan Siswa, yang berkegiatan di SD Negeri Anggswangi 1.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti menentukan pengambilan sampel dalam pengumpulan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data. Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut.

  1. Wawancara
  2. Observasi
  3. Dokumentasi

E. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik uji kredibilitas. Menurut Lapau [6] Uji kredilibilitas merupakan bentuk pengecekan keabsahan data atau uji kepercayaan dari sebuah data yang telah dihasilkan selama proses penelitian kualitatif.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisi data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum penliti terjun ke lapangan, ketika sudah terjun dilapangan dan ketika selesai di lapangan. Menurut Sugiyono [7] proses dalam penyusunan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi yang kemudian di jabarkan kedalam unit sintesa, disusun ke dalam suatu pola serta dipilih dan dipilah akan data yang penting dan yang bisa dipelajari kemudian dibuatlah sebuah kesimpulan yang mudah dipahami oleh orang lain maupun diri sendiri disebut sebagai analisis data. Ada empat kegiatan dalam teknik analisis data, yaitu:

Supplementary Files

Gambar 1. Analisis Data Model Miles dan huberman

  1. Pengumpulan Data (Data Collection)
  2. Reduksi Data (Data Reduction)
  3. Penyajian Data (Data Display)
  4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Peneliti melaksanakan observasi guna mengetahui apakah tempat yang akan dituju sudah sesuai dengan kebutuhan pada saat pelaksanaan penelitian. Setelah dilakukan observasi peneliti melakukan sebuah wawancara terhadap 3 orang subjek di SD Negeri Anggaswangi 1. Subjek yang berhasil di wawancarai dengan nama menggunakan inisial sebagai berikut.

Hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi akan terlampir pada lembar lampiran, namun pada sub bab deskripsi penemuan ini peneliti dapat mendeskripsikan ringkas hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Deskripsi Penemuan

Langkah awal dalam melakukan sebuah peneltiian adalah menentukan lokasi tempat penelitian. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Anggaswangi 1, Desa Anggaswangi, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Sekolah dengan akreditasi A ini dipimpin oleh Ibu Tasu’ah selaku Kepala Sekolah. Peneliti melakukan observasi pertama pada tanggal 5 April 2021, datang ke sekolah, menemui Kepala Sekolah untuk melakukan izin observasi. Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah guna mengetahui apakah sekolah yang akan dijadikan penelitian adalah sekolah yang sesuai dengan apa yang akan menjadi fokus pembahasan penelitian setelah itu guna mengetahui siapa dan kelas berapa yang nantinya akan dijadikan obyek observasi.

2. Hasil analisis data

Tahapan analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan berupa angka. Data dikumpulkan dengan berbagai cara yaitu observasi, wawancara, serta dokumentasi. data tersebut di proses melalui pencatatan, pengetikan dan penyuntingan akan tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata.

Terdapat 12 indikator wawancara untuk mengetahui bentuk desain pembelajaran daring yang diterapkan di SD Negeri Anggaswangi 1. Dua belas indikator tersebut hasil uraian dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Peneliti akan mendeskripsikan dua belas indikator sebagai berikut :

  1. Silabus dalam pembelajaran daring
  2. RPP dalam pembelajaran daring
  3. Media pembelajaran
  4. Bahan ajar
  5. Kesiapan dalam pembelajaran daring
  6. Metode dalam pembelajaran daring
  7. Media yang digunakan
  8. Karakteristik peserta didik
  9. Sarana dan prasaran
  10. Kendala dalam pembelajaran daring
  11. Bentuk evaluasi penilaian
  12. Bentuk evaluasi sikap

B. Pembahasan

Dalam pembelajaran daring di masa pandemi, Sekolah Dasar Negeri Anggaswangi 1 sudah cukup siap dalam pelaksanaannya. Di setiap pembelajarannya guru tetap menyiapkan silabus di awal semester serta menyiapkan RPP daring yang dibuat dengan melihat di internet serta berdiskusi dengan guru guru lain. RPP Daring yang dibuat terdiri dari identitas, tujuan pembelajarannya, kegiatan pembelajarannya serta evaluasinya. Guru juga mempersiapkan media pembelajaran yang berbasis audio visual, hal ini bertujuan untuk memudahkan penyampaian materi yang di berikan saat pembelajaran berlangsung. Di akhir pembelajaran guru juga menginformasikan kepada siswa tentang apa yang perlu dipersiapkan untuk pertemuan selanjutnya. Adanya perencanaan pembelajaran dimaksudkan untuk mempermudah langkah langkah dalam penyampaian materi, selain itu agar proses pembelajaran jadi lebih terarah dan sistematis. Menurut Abdul [3] perencanaan adalah sebuah proses dalam menyusun bahan ajar, pemilihan metode pembelajaran, pendekatan serta penggunaan media dan menentukan bentuk evaluasi dalam kurun waktu tertentu guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis daring, pemilihan penggunaan metode sangatlah penting, jadi penggunaan metode disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa selain itu juga disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan. Ketika siswa mulai bosan, guru menggunakan metode Reward and Punishment hal ini bertujuan agar siswa fokus untuk mendengarkan pembelajaran yang berlangsung. Selain itu ada metode ceramah, metode yang sering diaplikasikan dalam pembelajaran daring. Menurut Tambak [8] metode ceramah adalah sebuah metode penyampaian pelajaran dengan penuturan lisan secara langsung ataupun dengan perantara guna mencapai indikator tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Dalam pembelajaran daring, kesiapan peserta didik sudah cukup baik, mereka mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembelajaran daring seperti, handphone atau laptop, buku tulis, buku pelajaran dan alat tulis. Begitu juga dengan guru, mereka sering berdiskusi antar guru lain, belajar di internet serta melakukan evaluasi untuk mengetahui kekurangan di setiap proses pelaksanaan pembelajaran. Selain guru, sekolah juga berupaya semaksimal mungkin untuk menyediakan apa yang perlu diperlukan guru dalam pembelajaran daring seperti jaringan internet yang lancar, Laptop, Tripod dan pendukung pembelajaran lainnya.

Selanjutnya dalam proses pembelajaran daring, guru juga melakukan pendekatan yang bertujuan untuk memberikan motivasi agar peserta didik tetap semangat melakukan proses pembelajaran di masa pandemi dengan secara daring. Selain itu guru juga memberikan adanya reward untuk peserta didik yang rajin mengikuti video conference dan disiplin dalam proses pembelajaran daring. Menurut Abdul [3] pemilihan metode merupakan cerminan dari cara berpikir dan sikap seorang pendidik dalam mengatasi masalah di saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Ketersediaan sarana dan prasaran juga sudah cukup bagus, baik dari segi sekolah, guru dan peserta didik. Sekolah telah menyediakan fasilitas yang memadai seperti jaringan internet yang lancar, selain itu penggunaan buku paket tetap disediakan oleh sekolah. Selain itu semua siswa juga sudah memiliki media pembelajaran yaitu handphone. Namun dari segi siswa, terkadang masih terkendala dalam jaringan internet yang kadang kurang lancar dalam proses pembelajarannya, sehingga sedikit menghambat adanya proses pembelajaran. Menurut Banawi dan Arifin [9] Sarana pendidikan adalah berbagai macam peralatan serta perlengkapan secara langsung, sedangkan prasarana pendidikan adalah berbagai macam peralatan dan perlengkapan yang secara tidak langsung dapat membantu proses pendidikan.

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru dan peserta didik sudah mulai menguasai penggunanaan aplikasi untuk menunjang proses pembelajaran seperti zoom atau meet, guru senior sudah mulai paham penggunaannya karena sering diajarkan oleh guru junior dan siswa perlahan sudah mulai menguasai dan memahami cara penggunaan zoom dan meet karena sudah terbiasa.

Dalam evaluasi atau penilaian, guru seringkali menilai siswa melalui tugas formatif seperti tugas harian, tugas tengah semester dan tugas akhir semester. Selain itu guru juga menilai siswa berdasarkan keaktifannya pada masa pembelajaran daring. Penilaian merupakan sebuah proses penting dalam pembelajaran guna mengetahui pencapain peserta didik selama pembelajaran. Menurut Hamalik [10] Evaluasi pada dasarnya berfokus kepada peserta didik, dengan tujuan untuk mengamati hasil pembelajaran peserta didik serta salah satu upaya dalam menentukan bagaimana cara belajar yang dibutuhkan peserta didik

Kesimpulan

Pelaksanaan pembelajaran daring di Sekolah Dasar Negeri Anggaswangi 1 sudah terlaksana cukup baik. Di dalam pelaksanaannya guru dan peserta didik menggunakan Zoom/Meet serta menggunakan Whatsapp untuk proses pembelajarannya. Meskipun daring, tetap menyiapkan Silabus dan RPP, bahan ajar, media pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran agar lebih maksimal di dalam pelaksanaannya. Di dalam pelaksanaan guru tidak hanya berkomunikasi dengan peserta didik, tetapi juga dengan wali murid melalui Whatsapp Group, dengan adanya group tersebut guru bisa membagikan informasi kepada wali murid tentang pelaksanaan proses pembelajaran, selain itu guru juga membagikan tugas, hasil video conference melalui group tersebut.

Dalam pelaksanaan, penggunaan media video sangatlah membantu peserta didik untuk memahami materi yang diberikan oleh guru. Metode yang digunakan mengikuti dengan materi yang diajarkan, sehingga lebih bervariasi, agar peserta didik tidak mengalami kejenuhan di dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Sekolah juga menyiapkan buku ajar untuk siswa dan buku ajar untuk guru selain itu sekolah juga memberikan buku ajar berupa elektronik yang nantinya ketika pelaksanaan pembelajaran melalui Zoom guru dapat menampilkan dengan jelas kepada siswa tentang materi yang berlangsung.

Dalam evaluasi, guru memberikan peserta didik tugas yang bisa dikerjakan siswa dirumah, selain itu guru tetap mengawasi siswa ketika sedang pelaksanaan video conference. Kendala pada pembelajaran daring ini yaitu sinyal internet, karena seringkali ketika proses pembelajaran berlangsung, sinyal internet tidak mendukung sehingga terkadang ketika guru menjelaskan, ada jeda atau putus putus dalam menjelaskan tetapi guru juga sudah merekam pembelajaran sehingga nantinya bisa diulas kembali oleh siswa.

References

  1. M. Teguh, “Difusi Inovasi Dalam Program Pembelajaran Jarak Jauh Di Yayasan Trampil Indonesia,” Scriptura, vol. 5, no. 2, 2015, doi: 10.9744/scriptura.5.2.71-78.
  2. S. Arini and F. Kurniawati, “Sikap Guru terhadap Anak Usia Dini dengan Autism Spectrum Disorder,” J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 4, no. 2, p. 639, 2020, doi: 10.31004/obsesi.v4i2.410.
  3. M. Abdul, Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosadakarya, 2011.
  4. L. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya., 2013.
  5. S. Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2011.
  6. B. Lapau, Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia., 2012.
  7. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.
  8. S. Tambak, “Metode Ceramah: Konsep Dan Aplikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” J. Tarb., vol. 21, no. 2, pp. 375–401, 2014.
  9. Barnawi and M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasaran Sekolah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012.
  10. O. Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009.