Village Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v10i0.758

Synergy of Actors in Empowering Rice Farmers through Healthy Plant Management Program


Sinergitas Aktor dalam Pemberdayaan Petani Padi melalui Program Manajemen Tanaman Sehat

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Sinergitas Aktor Pemberdayaan Petani Program Manajemen Tanaman Sehat

Abstract

The healthy plant management program in Kebalankulon Village is a program from Lamongan Regency which aims to empower rice farmers by applying organic fertilizers and medicines as a substitute for chemical fertilizers. In the healthy plant management program there are several actors involved, including the Lamongan Regency Agriculture Office, village government, and farming communities. This study aims to describe and analyze the synergy of actors in empowering rice farmers through a healthy crop management program, as well as the constraints on actor synergy in empowering rice farmers through a healthy plant management program. This research is a descriptive qualitative research with the technique of determining the informants using purposive sampling. The results of this study indicate that the synergy of actors in empowering rice farmers through a healthy plant management program in Kebalankulon Village, namely, first, coordination in planning related to healthy plant management carried out between the agricultural office and the village government to the farmer community already able to understand the mechanism of healthy plant management as an ingredient. discourse. However, coordination in implementing the village government is less able to provide assistance to farmers when fertilizing, due to the limited number of assistants in the field. Second, the communication carried out in the healthy plant management program is through socialization. Currently the socialization activities are not running because of the impact of the implementation of healthy plant management activities that are not running smoothly. Obstacles in the synergy between actors in empowering rice farmers through healthy plant management programs are the village government's lack of cooperation with other parties or the private sector to support facilities and infrastructure in healthy plant management, lack of village fund budgets for the implementation of healthy management programs, and adequate human resources. less competent in the implementation of healthy plant management in the field.

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan luas lahan pertanian terbesar di Asia Tenggara. Penduduk Indonesia paling banyak bekerja di sektor pertanian yaitu sebesar 39,68 juta orang, sektor perdagangan 28,11 juta orang, dan sektor jasa 20,95 juta orang. Itu terlihat kontribusi sektor pertanian yang mendominasi lapangan pekerjaan. Indonesia sebagai Negara agraris masih mengimpor beras dari Negara Asean yaitu Negara Vietnam tahun 2017 mengimpor beras 16.599,9 ton di tahun 2018 naik menajdi 767.180,9 ton. Dari Negara Thailand mengimpor beras 108.944,8 ton naik menjadi 795.600,1 ton [1]. Sedangkan kondisi pertanian di Jawa Timur lambat laun semakin menurun. Pada tahun 2018 total produksi padi di Jawa Timur di tahun 2018 10,20 juta ton sedangkan di tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 9,58 juta ton, ini menunjukkan terdapat kelemahan-kelemahan yang terjadi pada sektor pertanian, salah satunya yaitu dari sumber daya manusia yang kurang berkualitas. Sehingga perlu upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan adanya program pemberdayaan petani [2].

Desa Kebalankulon Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan merupakan desa yang mempunyai program untuk memberdayakan petani yaitu program manajemen tanaman sehat. Dimana kondisi produksi padi di Desa Kebalankulon dari tahun 2018 hingga 2020 mengalami penurunan. Oleh sebab itu pemerintah desa berupaya untuk memberdayakan petani desa dengan mengadakan program manajemen tanaman sehat yang bertujuan untuk meningkatkan padi yang berkualitas. Aktor yang terlibat dalam program manajemen tanaman sehat ialah Dinas Pertanian,pemerintah desa, dan petani. Agar kegiatan berjalan dengan lancar perlunya sinergi dari semua aktor yang terlibat.

Sinergitas yang baik dapat terbangun melalui koordinasi dan komunikasi yang baik, dimana komunikasi dapat dibedakan menjadi dua bagian satu sisi kegiatan seseorang memindahkan stimulus guna mendapatkan tanggapan dan sisi lain sebagai kegiatan menanggapi kegiatan stimulus tersebut [3].

Namun program manajemen tanaman sehat ini kurang adanya koordinasi dari segi pendampingan kepada petani dalam pelaksanaan manajemen tanaman sehat. Kurangnya komunikasi melalui sosialisasi lebih lanjut terkait dengan kegiatan manajemen tanaman sehat. Pemerintah desa juga belum melibatkan pihak swasta dalam program manajemen tanaman sehat, dimana pihak swasta dianggap mampu membantu menyuplai kebutuhan pupuk organik.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling. Menurut Moelong [4], metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan perilaku orang yang dapat diamati. Lokasi penelitian ini di Desa Kebalankulon Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan, dimana di Kecamatan Sekaran hanya terdapat empat desa yang menerapkan program Manajemen Tanaman Sehat dan salah satunya ialah di Desa Kebalankulon. Teknik penentuan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif oleh Miles dan Huberman [5].

Hasil dan Pembahasan

Sinergitas Aktor Dalam Pemberdayaan Petani Padi Melalui Program Manajemen Tanaman Sehat diukur dari dua indikator yaitu komunikasi dan koordinasi

a. Komunikasi

Komunikasi dapat dilihat dari aspek pemahaman berkomunikasi, dan komunikasi dalam mempengaruhi sikap. Pertama aspek pemahaman komunikasi, dalam program manejemen tanaman sehat dilakukan melalui sosialisasi oleh pemerintah desa dibantu dengan satu orang dari Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan. Sosialisasi yang disampaikan kepada petani yaitu terkait dengan mekanisme manajemen tanaman sehat, seperti cara penggunaan agen hayati untuk tanaman padi, proses pemupukan organic, serta menyampaikan manfaat yang diperoleh dari manajemen tanaman sehat. Namun proses sosialisasi manajemen tanaman sehat pada saat ini belum berjalan dengan lancar, karena pengaruh dari pelaksanaan manajemen tanaman sehat yang secara praktiknya petani masih banyak yang belum mengerti penerapan budidaya tanaman sehat yang sesuai dengan mekanismenya.

Fenomena dari hasil temuan penelitian di lapangan mengenai komunikasi dalam memahami program manajemen tanaman sehat yang dianalisis terdapat kesesesuaian dengan pernyataan teori komunikasi Menurut Hardjana [6] menyatakan bahwa pengertian komunikasi dapat ditinjau dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah dari proses terjadinya komunikasi yang menyatakan bahwa, komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh komunikator berupa penyampaian pesan melalui media tertentu kepada komunikan, komunikan menerima pesan dan memahami pesan sesuai dengan kemampuan serta menyampaikan tanggapan melalui media tertentu kepada komunikator. Ditinjau dari sudut pandang pertukaran makna, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari komunikator ke komunikan melalui media tertentu.

Berkaitan dengan temuan di lapangan yang disandingkan dengan hasil penelitian terdahulu dari Aditya Fahreza [7], Dalam hal ini komunikasi efektif yang baik harus dapat mudah dipahami dan dimengerti sesuai dengan standar agar di dalam proses pelayanan masyarakat mudah memahami komunikasi yang disampaikan. Dari hasil penelitian di dinas kependudukan dan catatan sipil bahwa dari Dinas Kependudukan sudah berupaya maksimal dalam penyampaian pesan kepada masyarakat, baik penyampaian pesan itu berupa tatap muka, maupun dari sosial media, informasi yang diberikan dari Dinas Kependudukan kepada masyarakat dilakukan dengan sebaik mungkin dan menarik sehingga semua masyarakat dapat memahami pesan disampaikan dari pihak Dinas Kependudukan. Dari hasil penelitian terdahulu terdapat kecocokan dengan hasil penelitian di lapangan terkait dengan pemahaman dalam penyampaian komunikasi dan kemampuan memahami pesan secara cermat dari komunikator.

Aspek kedua yaitu komunikasi dalam mempengaruhi sikap, komunikasi yang dilakukan dalam program manajemen tanaman sehat dibutuhkan untuk mengetahui kerjasama atau sinergitas apakah sudah memberikan dampak atau tidak bagi aktornya atau yang sudah memberikan tanggapan dari informasi-informasi yang disampaikan sehingga mengahsilkan feedback baik positif maupun negatif. Dari yang sebelumnya petani belum mengerti dan mengenal tentang program manajemen tanaman sehat. Dengan adanya sosialisasi tersebut masyarakat petani memberikan respon yang positif. Dapat diketahui bahwa di desa Kebalankulon yang matapencaharian sebagai petani sebanyak 503 orang. Dan terdapat dua program pemberdayaan petani diantaranya, program manajemen tanaman sehat yang diikuti oleh 50 petani, dan program embung yang diikuti 40 petani. Dengan demikian program manajemen tanaman sehat banyak diminati oleh masyarakat petani Desa Kebalankulon.

Berkaitan denga hasil temuan di lapangan terkait dengan komunikasi dalam mempengaruhi sikap dalam pemberdayaan petani padi melalui program manajemen tanaman sehat di Desa Kebalankulon terdapat kesesuaian dengan teori komunikasi yang disampaikan oleh Efendy [8], bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan.

Fenomena hasil temuan dilapangan terkait dengan komunikasi dalam mempengaruhi sikap yang disandingkan dengan penelitian terdahulu dari Aditya Fahreza [7] bahwa komunikasi efektif mempengaruhi suatu pelayanan publik di Dinas Catatan Sipil Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik komunikasi efektif yang diberikan maka pelayanan publik yang diterima masyarakat juga semakin baik, komunikasi dalam bentuk himbauan yang disampaikan oleh pihak Dinas Catatan Sipil Samarinda mendapat respon baik dari masyarakat, dapat mempengaruhi sikap masyarakat yang awalnya tidak mau tertib disaat waktu pelayanan administrasi dan dengan menggunakan komunikasi yang baik dan efektif mampu memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat, sehingga masyarakat menjadi tertib saat mengurus administrasi. berjudul analisa penerapan komunikasi efektif untuk pelayanan publik di dinas kependudukan dan catatan sipil kota Samarinda. Dari hasil penelitian terdahulu tersebut menyatakan terdapat kecocokan dengan hasil penelitian di lapangan terkait dengan komunikasi dalam mempengaruhi sika pada sikap setelah dilakukan komunikasi yang baik berupa sosialisasi dari pemerintah desa kepada masyarakat petani, sehingga dapat mempengaruhi sikap petani yang awalnya belum mengerti tentang manajemen tanaman sehat dengan diberikan sosiasilasi dari pemerintah desa petani menjadi mengerti dan tertarik untuk gabung dalam kegiatan manajemen tanaman sehat, serta petani ikut melaksanakan arahan yang diberikan dari pemerintah desa untuk mengikuti kegiatan program manajemen tanaman sehat.

b. Koordinasi

Koordinasi dapat dilihat dari tiga aspek yaitu kesadaran pentingnya koordinasi, kesepakatan dan insentif, serta kontinuitas. Yang pertama aspek kesadaran pentingnya koordinasi, dari sisi perencanaan itulah pemerintah desa dan masyarakat petani sudah mampu memahami secara wacana urutan kegiatan yang ada pada mekanisme budidaya tanaman sehat yang ada terkait langkah-langkah budidaya tanaman sehat. Dalam perencanaan manajemen tanaman sehat yang telah disepakati antar aktor. Tugas, pokok, dan fungsi pemerintah desa dan petani ialah berkoordinasi dengan petani pada kegiatan yaitu pengelolaan lahan awal, proses perendaman benih, pembuatan persemaian. Sedangkan tugas, pokok, dan fungsi dari pemerintah desa, Dinas Pertanian, dan petani berkoordinasi pada kegiatan penyemprotan agen hayati ke tanaman padi dan pemupukan. Dari sisi pelaksanaan pemerintah desa dan petani masih belum bisa dan kurang mengerti manajemen tanaman sehat secara praktiknya, dimana petani banyak yang merasa kesusahan dalam proses pemberian pupuk organic pada tanaman padi. Begitu juga dari pihak pemerintah desa yang memberikan pendampingan kepada petani merasa kesusahan saat pelaksanaan manajemen tanaman sehat yang harus sesuai dengan mekanismenya. Dari pemerintah desa ada empat orang dan dibantu satu orang dari Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan yang melakukan pendampingan pemupukan padi di lapangan, sedangkan terdapat 50 petani yang mengikuti kegiatan manajemen tanaman sehat. Dari jumlah petani yang mengikuti program manajemen tanaman sehat tersebut, idealnya yang bertugas sebagai pengoordinasian untuk melakukan pendampingan di lapangan 10 sampai dengan 20 pendamping

Berkitaan dengan hasil temuan di lapangan yang disandingkan dengan penelitian terdahulu dari Akbar Pandu Dwinugraha [9], bahwa hubungan sinergitas yang terjalin dari stakeholder yang ikut berkepentingan didalamnya dalam melaksanakan kegiatan kepentingan penyelenggaraan pemerintah desa kurang berkoordinasi dengan stakeholder lain yang berkepntingan didalamnyadan jarang dilakukan, koordinasi yang dibangun antar actor juga kurang berjalan dengan baiik, sehingga perlu dilakukan perbaikan termasuk terkait aspek hubungan langsung, pendampingan pada setiap kegiatan dan tanggung jawab yang jelas. yang berjudul Sinergitas Aktor Kepentingan Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Dari hasil penelitian terdahulu menyatakan terdapat kecocokan dengan hasil penelitian di lapangan terkait dengan hubungan sinergitas yang terjalin antar aktor dalam program manajemen tanaman sehat bahwa koordinasi yang dilakukan dari pemerintah desa dengan petani terkait pengoordinasian pendampingan kegiatan manajemen tanaman sehat di lapangan yang kurang berjalan secara lancar.

Aspek kesepakatan dan Insentif, program manajemen tanaman sehat tidak ada kesepakatan antar aktor yang terlibat, baik berupa denda atau sanksi bagi yang tidak mengikuti maupun yang melanggar dalam kegiatan manajemen tanaman sehat. Pemerintah desa belum membuat kesepekatan sanksi atau denda secara tertulis dan disetujui oleh semua pihak tersebut, karena pemerintah desa beranggapan bahwa jika diadakan sanksi dalam program manajemen tanaman sehat maka akan berdampak pada ketertarikan atau minat dari para petani mengikuti program manajemen tanaman sehat. Pemerintah Desa Kebalankulon memberikan insentif pada petani yang mengikuti program manajemen tanaman sehat, dimana insentif

untuk program manajemen tanaman sehat dianggarkan dari dana desa. Insentif tersebut berupa biaya transport dan konsumsi, sehingga dalam program manajemen tanaman sehat pemerintah tidak meminta iuran atau uang kas dari para petani.

Aspek kontinuitas, program manajemen tanaman sehat di Desa Kebalankulon, untuk saat ini belum adanya intensitas dalam melakukan kegiatan pertemuan rapat rutinan antara pemerintah desa dengan masyarakat petani yang membahas terkait manajemen tanaman sehat, melihat kondisi pelaksanaan manajemen tanaman sehat yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Rapat dilakukan hanya pada saat awal kegiatan manajemen tanaman sehat di tahun 2018 sebelum pelaksanaan kegiatan.

Hasil temuan dilapangan terkait dengan koordinasi dalam pemberdayaan petani padi melalui program manajemen tanaman sehat di Desa Kebalankulon dari aspek kontinuitas pada kegiatan, terdapat ketidaksesuaian dengan pernyataan teori koordinasi Moekijat [10], menyebutkan ada 9 (sembilan) syarat untuk mewujudkan koordinasi yang efektif, yaitu: (1) Hubungan langsung bahwa koordinasi dapat lebih mudah dicapai melalui hubungan pribadi langsung. (2) Kesempatan awal koordinasi dapat dicapai lebih mudah dalam tingkat-tingkat awal perencanaan dan pembuatan kebijaksanaan. (3) Kontinuitas koordinasi merupakan suatu proses yang kontinu dan harus berlangsung pada semua waktu mulai dari tahap perencanaan. (4) Dinamisme koordinasi harus secara terus-menerus diubah mengingat perubahan lingkungan baik intern maupun ekstern. (5) Tujuan yang jelas tujuan yang jelas itu penting untuk memperoleh koordinasi yang efektif. (6) Organisasi yang sederhana struktur organisasi yang sederhana memudahkan koordinasi yang efektif. (7) Perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas wewenang yang jelas tidak hanya mengurangi pertentangan di antara pegawai-pegawai yang berlainan, tetapi juga membantu mereka dalam pekerjaan dengan kesatuan tujuan. (8) Komunikasi yang efektif komunikasi yang efektif merupakan salah satu persyaratan untuk koordinasi yang baik. (9) Kepemimpinan supervisi yang efektif Kepemimpinan yang efektif menjamin koordinasi kegiatan orang-orang, baik pada tingkat perencanaan maupun pada tingkat. Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori koordinasi dari Moekijat dalam koordinasi pada pemberdayaan petani mengenai program manajemen tanaman sehat terkait intensitas kegiatan rapat rutinan tidak dilakukan secara kontinuitas oleh pihak pelaksana kepada petani.

Kendala-kendala dalam sinergitas aktor dalam pemberdayaan petani padi melalui program manajemen tanaman sehat

Kendala-kendala dalam sinergitas aktor dalam pemberdayaan petani padi melalui program manajemen tanaman sehat berikut diantaranya yaitu, yang pertama kurang atau tidak efektifnya keterlibatan pemangku kepentingan, pada program manajemen tanaman sehat, pemerintah desa belum melakukan kerja sama dengan pihak lain atau dari pihak swasta untuk mendukung sarana dan prasarana seperti pihak swasta sebagai menyuplai pupuk organik. Kedua, kurangnya anggaran dana dalam progam manajemen tanaman sehat, kurangnya dana desa yang dianggarkan untuk kegiatan pemberdayaan petani padi melalui program manajemen tanaman sehat ini menghambat pelaksanaan kegiatan pemberdayaan petani terkait program manajemen tanaman sehat. Untuk melaksanakan kegiatan manajemen tanaman sehat membutuhkan dana yang tidak sedikit, untuk pembelian pupuk, pembelian agen hayati, memberikan biaya konsumsi dan transport kepada petani yang mengikuti kegiatan manajemen tanaman sehat. Program manajemen tanaman sehat dianggarkan dari dana desa. Ketiga, sumber daya manusia kurang berkompeten, dalam pemberdayaan petani padi melalui program manajemen tanaman sehat di Desa Kebalankulon dibutuhkan kemampuan sumber daya manusia yang dapat diandalkan, memiliki wawasan, dan pengetahuan. Kemampuan dari pihak pelaksana beserta petani saat mempraktikan manajemen tanaman sehat secara langsung masih banyak yang kurang mengerti dan kurang bisa. Karena petani di Desa Kebalankulon terbiasa bercocok tanam dengan menggunakan pupuk kimia.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan hasil penelitian tentang Sinergitas aktor dalam pemberdayaan petani padi melalui program manajemen tanaman sehat di Desa Kebalankulon Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sinergitas dapat diukur dari dua indikator yaitu komunikasi dan koordinasi. Komunikasi dari aspek pemahaman bahwa, komunikasi yang dilakukan dalam program manajemen tanaman sehat yaitu melalui sosialisasi. Saat ini kegiatan sosialisasi tidak berjalan karena dampak dari pelaksanaan manajemen tanaman sehat yang kurang berjalan secara lancar. Dari aspek komunikasi dalam mempengaruhi sikap, dengan adanya sosialisasi tersebut, petani banyak yang bergabung dalam program manajemen tanaman sehat.

Koordinasi dapat dilihat dari tiga aspek yaitu kesadaran pentingnya koordinasi, kesepakatan dan insentif, serta kontinuitas. Aspek pentingnya kesadaran koordinasi, dalam program manajemen tanaman sehat dari sisi perencanaan pemerintah desa dan masyarakat petani sudah dapat memahami mekanisme budidaya tanaman sehat sebagai bahan wacana. Namun dalam pelaksanaannya pemerintah desa dan masyarakat petani masih belum paham dan mengerti manajemen tanaman sehat secara praktiknya. Aspek kesepakatan dan insentif, dalam program manajemen tanaman sehat, pemerintah desa belum memberikan kesepakatan sanksi atau denda bagi petani. Pemerintah desa memberikan insentif bagi petani yang mengikuti program manajemen tanaman sehat. Aspek kontinuitas, pemerintah desa belum mengadakan intensitas kegiatan pertemuan rapat rutinan terkait program manajemen tanaman sehat, sehingga untuk kegiatan rapat antara pemerintah desa dengan petani saat ini belum berjalan secara berkelanjutan.

Kendala-kendala dalam sinergitas aktor dalam pemberdayaan petani padi melalui program manajemen tanaman sehat diantaranya yang pertama tidak efektifnya keterlibatan pemangku kepentingan. Kedua kurangnya anggaran dana dalam program manajemen tanaman sehat, kurangnya dana desa yang dianggarkan pemerintah desa untuk program manajemen tanaman sehat. Ketiga, sumber daya manusia yang kurang berkompeten.

References

  1. Aditya, Bayu. dkk.(2014). Sinergitas Stakeholder Untuk Administrasi Publik yang Demokratis Dalam Perspektif Teori Governance (Studi Pada Pengelolaan Sampah Terpadu Mulyoagung Bersatu Kecamatan. Dau, Kabupaten. Malang. Jurnal Administrasi Publik.
  2. Agus, M. Hardjana. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
  3. Badan Pusat Statistik. (2017). Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia . Jakarta: BPS.
  4. Badan Pusat Statistik. (2020). Luas Panen Dan Produksi Padi di Jawa Timur Tahun 2020. Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.
  5. Dwinugraha, Akbar Pandu. (2017). Sinergitas Aktor Kepentingan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada Desa Urek-Urek Kecamatan Gondanglegi Kabuapten Malang). Jurnal Ilmu Administrasi Publik.
  6. Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.
  7. Fahreza, Aditya. dkk (2018). Analisa Penerapan Komunikasi Efektif Untuk Pelayanan Publik Di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi.
  8. Miles, M.B., & Huberman,A.M. (2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. 3rd. Thousand Oaks, CA: Sage.
  9. Moekijat. (1994). Koordinasi (Suatu Tinjauan Teoritis). Bandung: Mandar Maju.
  10. Moelong. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  11. Rakamdani. Sinergitas Aktor Dalam Pengembangan Desa Wisata Okura. Jurnal Administrasi Publik, 1-3.
  12. Sofyandi, & Garniwa. (2007). Perilaku Organisasional. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  13. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.