The general background stunting is a health problem that can reduce the quality of human resources, and the role of posyandu is very important in its management. Specific background this research focuses on Wunut Village in Porong District, where the prevalence of stunting is a major concern. Knowledge Gap: Although many studies on stunting exist, the specific role of posyandu in the local context has been less explored. Aims this study to analyze the role of posyandu in reducing the prevalence of stunting in Wunut Village. Results this study posyandu as a motivator, facilitator, and mobilizer in increasing community awareness and access to health services related to stunting. Posyandu has successfully invited the community to actively participate in health activities and provided services such as growth monitoring and distribution of nutritional supplements. Novelty this research highlights the tangible contributions of posyandu in the local context, providing new insights into community-based approaches to addressing stunting. Implications these findings indicate the importance of strengthening posyandu as a health institution in stunting reduction efforts and the need for continuous support from the government and community to enhance the effectiveness of health programs.
Highlights:
Keywords: Posyandu, Stunting, Community Health, Nutritional Support, Health Services
Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi karena kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/kronis yang terjadi dalam 1000 HPK. Stunting dan pendek memang di artikan dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi [1] . Stunting dapat diartikan juga dengan terjadinya masalah gizi kronis yang diakibatkan kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang yang menyebabkan terjadinya gagal pertumbuhan pada anak yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak jika dibandingkan teman seusianya [2]. Selain tinggi badan yang lebih pendek dari anak-anak sesusianya, anak stunting juga memiliki tumbuh kembang yang lebih lambat, wajah yang tampak lebih muda dari anak seusianya, berat badan tidak naik bahkan cenderung turun, kemampuan fokus anak maupun memori anak yang tidak baik, anak kurang aktif dan cenderung pendiam, terlambatnya pertumbuhan gigi pada anak serta anak sering terserang penyakit/ infeksi berulang .
Salah satu penyebab stunting pada anak yaitu ketika ibu hamil mengonsumsi asupan gizi yang rendah atau malnutrisi dan mengalami penyakit infeksi sehingga menyebabkan ibu hamil mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) maupun Anemia [3]. Permasalah gizi tersebut menyebabkan pertumbuhan janin dalam kandungaan mengalami hambatan kemudian ibu melahirkan bayi dengan berat badan bayi lahir rendah dengan panjang badan bayi yang kurang. Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pemenuhan gizi sebelum masa kehamilan, saat hamil dan setelah melahirkan serta faktor ekonomi yang menyebabkan ibu hamil tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi yang dibutuhkan. Penyebab stunting lainnya yakni setelah kelahiran ketika anak berusia di bawah dua tahun yaitu karena kebutuhan asupan gizi anak tidak terpenuhi. Asupan gizi yang dimaksud meliputi ASI maupun MPASI (makanan pendamping ASI). Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif dan diberikan makanan pendamping dan susu formula terlalu dini juga beresiko mengalami stunting dan mudah terkena penyakit infeksi seperti diare dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah. Infeksi yang berulang inilah yang juga menjadi penyebab stunting. Kurangnya asupan makanan yang mengandung protein, mineral zinc dan zat besi juga menjadi penyebab terjadinya stunting pada anak [4] .
Masalah stunting pada anak merupakan masalah yang cukup serius karena pada anak yang stunting tidak hanya pertumbuhan anak secara fisik yang terganggu melainkan juga perkembangan otak anak. Selain bertubuh pendek, anak stunting juga beresiko memiliki tingkat kecerdasan yang rendah serta rentan terserang penyakit dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah. Anak stunting nantinya ketika masa pubertas juga beresiko mengalami kererlambatan datangnya menstruasi pertama. Anak yang mengalami stunting juga akan mengalami kesulitan dalam belajar akibat terganggunya perkembangan otak pada anak. Dalam jangka panjang stunting juga dapat menyebabkan anak nantinya lebih mudah terjangkit penyakit diabetes, penyakit jantung, permasalahan pada pembuluh darah, obesitas, kanker maupun strokedi masa tua. Selain itu dalam jangka panjang, anak yang terindikasi stunting tentunya berkaitan erat dengan sumber daya manusia suatu negara [5]. Anak-anak merupakan generasi penerus suatu bangsa. Jika melihat dari dampak stunting pada anak baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang tentunya permasalahan anak stunting ini nantinya juga bisa menyebabkan penurunan kualitas sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Oleh karena itu penurunan stunting menjadi agenda penting bagi Pemerintah Indonesia, karena perkembangan jumlah stunting disinyalir cukup mengkhawatirkan . Berikut jumlah stunting menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari tahun 2019 sampai tahun 2022.
Sumber: SSGI 2022
Diagram di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan prevalensi stunting nasional di setiap tahunnya. Dari tahun 2019 sampai ke tahun 2021 terjadi penurunan prevalensi stunting sebesar 3,3 % sedangkan dari tahun 2021 ke tahun 2022 terjadi penurunan prevalensi stunting sebesar 2,8 % Provinsi Jawa Timur menjadi perhatian utama penurunan stunting nasional dikarenakan Provinsi Jawa Timur memiliki populasi yang cukup besar. Jadi meskipun prevalensi stuntingnya tidak besar namun akan berpengaruh untuk tingkat nasional. Prevalensi stunting di Provinsi Jawa Timur sendiri pada tahun 2022 menurut hasil survey status gizi Indonesia mencapai 19,2 % . Hal ini membuat Provinsi Jawa Timur menempati peringkat ke 25 dalam prevalensi balita stunting tertinggi nasional . Bersumber dari Buku Saku Hasil Survey Status Gizi Indonesia, Kabupaten Sidoarjo merupakan Kabupaten yang memiliki angka prevalensi stunting sebesar 16,1 % pada tahun 2022 dengan urutan ke 26 dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Maka perlu upaya penurunan stunting dengan memaksimalkan peran posyandu. Dengan adanya posyandu yang meliputi pelayanan dasar kesehatan kepada ibu, bayi dan balita maka posyandu berperan penting dalam penurunan stunting.
Menurut Soekanto peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya, makai ia menjalankan peran [6]. Berikut adalah tiga indikator peran posyandu dalam meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak menurut teori peran dari Tjokroamidjojo Pertama adalah Motivator yaitu fungsi pemerintah desa sebagai pendorong dan pemberi semangat kepada masyarakat setempat, agar ikut melakukan tindakan yang positif sehingga yang diinginkan dapat lebih berkembang dan suatu saat dapat menjadi penopang perekonomian yang ada.. Kedua yaitu fasilitator dalam hal ini Kepala Desa yaitu, orang yang memberi bantuan dan menjadi narasumber yang baik untuk berbagai permasalahan serta memfasilitasi beberapa kegiatan untuk memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses penyelenggaraan pemerintah desa sehingga program dapat berjalan dengan baik. Aspek yang ketiga adalah mobilisator yaitu orang yang mengarahkan atau menggerakan sesuatu yang berkaitan dengan sebuah penyelenggaraan pemerintah desa untuk kepentingan bersama .
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu peran posyandu dalam penurunan stunting nyatanya masih menuai berbagai permasalahan diantaranya penelitian dengan judul Peran Kader Posyandu dalam Mencegah Kasus Stunting di Kelurahan Ngijo Kota Semarang menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan penanggulangan stunting, kader posyandu menemukan berbagai hambatan di lapangan antara lain kurangnya ketersediaan sarana prasarana, kurangnya motivasi kader posyandu karena kader posyandu di Kelurahan Ngijo merupakan tenaga sukarela yang tidak mendapat gaji atau upah saat melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan serta masalah pendanaan yang seharusnya dapat dialokasikan untuk melengkapi sarana prasana, honor kader posyandu maupun pemberian makanan tambahan guna meningkatkan gizi balita [7].
Penelitian selanjutnya dengan Judul Peran Kader Posyandu Dalam Mendukung Penanganan Stunting di Desa Sibalaya Barat dijelaskan bahwa posyandu di Desa Sibalaya Barat Kecamatan Tanambulava Kabupaten Sigi dinilai masih belum optimal dalam mendukung penangangan stunting. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa kurangnya pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam meningkatkan pelayanan posyandu yang optimal yang susuai dengan standar, norma dan prosedur posyandu. Permasalahan lainnya yaitu kader posyandu di Desa Sibalaya Barat belum efektif dalam memberikan edukasi kepada para ibu, balita dan ibu hamil tentang pencegahan stunting dan pentingnya posyandu kepada ibu balita dikarenakan pada kegiatannya tidak ada waktu khusus untuk melakukan edukasi
Penelitian selanjutnya dengan judul Peran Posyandu Untuk Menangani Stunting di Desa Medini Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa peran posyandu untuk menangani stunting dinilai belum maksimal. Yang terjadi di lapangan kader posyandu kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Pengetahuan yang dimaksud yakni terkait penyuluhan dan konseling kesehatan kepada ibu balita yang diharapkan dapat membentuk kesadaran untuk mencegah terjadinya stunting. Sedangkan keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan dalam pengukuran antropometri yaitu menimbang berat badan, mengukur tinggi badan serta mengukur lingkar kepala yang baik dan benar. Permasalahan lainnya yaitu terkait anggaran yang dialokasikan dalam penanganan stunting yang masih terbatas serta sarana prasarana posyandu yang masih belum terpenuhi [8].
Di Desa Wunut Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo telah berupaya dalam menurunkan stunting dengan melaksanakan kegiatan posyandu. Posyandu merukapakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi ibu, bayi dan balita. Kegiatan utamanya meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisai, gizi dan pencegahan dan penanggulangan diare. Penyelenggaraan poyandu sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan . Pelaksanaan posyandu balita di Desa Wunut dilaksanan secara rutin setiap bulannya. Pemerintah Desa Wunut akan memberikan jadwal kegiatan posyandu selama satu tahun kepada Puskesmas Kedungsolo di awal tahunnya. Sebelum pelaksananan posyandu, kader kesehatan memberikan pengumuman kepada warga bahwa akan dilaksanakan kegiatan posyandu balita. Kader kesehatan di Desa Wunut berjumlah 25 orang sesuai jumlah Rukun Tetangga (RT) yang ada di Desa Wunut. Harapannya masing-masing kader akan paham dengan kondisi wilayahnya yang terdapat ibu, bayi dan balita yang membutuhkan pelayanan dasar kesehatan posyandu.
Pada hari pelaksanaan posyandu balita, peserta yang hadir melakukan pendaftaran dengan mengisi daftar hadir dengan nama ibu dan balita beserta alamatnya. Setelah itu balita ditimbang berat badannya dan diukur tinggi badannya oleh kader. Kemudian hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dicatat oleh kader kesehatan di Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) milik Ibu Balita dan di Buku Register milik kader kesehatan. Selanjutnya buku KIA tersebut ditunjukkan kepada bidan desa untuk diperiksa hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badannnya serta status imunisasi balita tersebut [9]. Jika balita tersebut sudah waktunya mendapatkan imunisasi maka bidan desa akan memberikan imunisasi. Khusus pada setiap bulan Februari dan Agustus bidan desa akan memberikan obat cacing dan vitamin A kepada balita. Bahkan apabila ada sasaran posyandu balita yang tidak hadir maka obat cacing dan vitamin A akan tetap diberikan dan diantarkan ke rumah masing-masing balita oleh kader kesehatan. Setelah menerima pelayanan kesehatan dari bidan desa, balita tersebut akan mendapatkan makanan tambahan (PMT) sebelum pulang [10]. PMT yang diberikan kepada balita beragam dan berbeda setiap bulannya seperti buah, susu, telur, bubur, puding bahkan nasi. Pemberian makanan tambahan yang beragam diharapakan dapat menarik minat ibu untuk mengajak balitanya pergi ke posyndu. PMT yang diberikan saat posyandu diolah sendiri oleh salah satu kader yang tentunya sudah berkoordinasi dengan bidan desa terlebih dahulu terkait menu PMT yang akan diberikan. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) anggarannnya bersumber dari Dana Desa yang salah satu prioritas penggunaannya adalah untuk penanganan stunting. Posyandu balita di Desa Wunut diberi nama Posyandu Bougenvile dan dibagi menjadi lima pos berdasarkan wilayah yakni Bougenvile I, Bougenvile II, Bougenvile III, Bougenvile IV dan Bougenvile V. Berikut jumlah balita Desa Wunut dan jumlah balita yang terindikasi stunting pada masing-masing pos di tahun 2023
Nama posyandu | Jumlah balita | Balita stunting |
Bougenvile I | 138 | - |
Bougenvile II | 92 | 2 |
Bougenvile III | 46 | - |
Bougenvile IV | 128 | 1 |
Bougenvile V | 79 | 2 |
Total Jumlah Balita | 483 | 5 |
Sumber: Laporan Posyandu Desa Wunut Tahun 2023
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2023 masih terdapat balita stunting di Desa Wunut yakni lima balita. Masih adanya balita stunting di Desa Wunut menunjukkan bahwa belum optimalnya pelaksanaan posyandu sebagai upaya pencegahan dan perununan stunting. Adapun beberapa hal yang menyebabkan tidak optimalnya peran posyandu dalam penurunaan stunting di Desa Wunut, permasalahan pertama yaitu tidak adanya kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh kader posyandu. Dalam pelaksanaan posyandu balita, penerapan program lima meja belum sempurna karena tidak dilaksanakannya penyuluhan pada meja empat. Kedua yaitu Sarana prasarana posyandu yang masih belum optimal. Ketiga Honor kader posyandu yang masih rendah juga dapat mempengaruhi kinerja kader posyandu. Keempat adalah Pemerintah Desa yakni Kepala Desa selaku pembina posyandu tidak mengalokasikan anggaran untuk pelatihan dan pembinaan bagi kader posyandu secara berkala yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader. Kelima pelaksanaan posyandu balita di Desa Wunut juga tidak optimal karena jumlah balita yang hadir terlalu banyak. Jumlah balita yang hadir dalam satu posyandu idealnya adalah tidak lebih dari 100 balita . Namun dalam pelaksanaannyapun, Posyandu Bougenvile I dan IV dilaksanaan dalam satu tempat dan waktu yang sama yakni di Pendopo Balai Desa Wunut dan Posyandu Bougenvile II dan V dilaksanakan dalam satu tempat dan waktu yang sama pula yakni di Pendopo Balai Dusun Kesamben.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di lokasi penelitian dan kajian penelitian terdahulu diatas maka peneliti tertarik menganalisis lebih dalam penelitian dengan judul “Peran Posyandu Dalam Penurunan Stunting Di Desa Wunut, KecamatanPorong, KabupatenSidoarjo”
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang memberikan gambaran tentang objek penelitian berdasarkan fakta yang ada, sehingga data yang dihasilkan sifatnya potret atau paparan seperti apa adanya [11]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran posyandu dalam menurunkan prevalensi stunting di Desa Wunut. Lokasi dilaksanakannya penelitian adalah di Desa Wunut Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo. Teknik pemilihan informan dengan teknik purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan pemilihan beberapa informan yang terlibat langsung atau informan yang mengerti tentang permasalahan penelitian dan dapat memberikan informasi yang berkualitas . Informan dalam penelitian ini antara lain Kepala Desa Wunut, Bidan Desa, Kader Posyandu dan Ibu Balita. Teknik pengumpulan data didapat melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun Sumber data yang diperoleh melalui : (1) Data Primer, data yang diperoleh melalui secara langsung, dicatat serta diamati, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi. (2) Data Sekunder, data yang didapat tidak secara langsung, sumber data sekunder diperoleh melalui jurnal dan sumber data dari media massa [12].
Fokus penelitian ini yaitu menganalisis peran posyandu dalam penurunan stunting menggunakan teori peran dari Tjokroamidjojo yang terdiri dari peran sebagai motivator, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai mobilisator . Selanjutnya teknis analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif dari Miles & Huberman yang meliputi : (1) Pengumpulan Data. Pengumpulan data bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. (2) Reduksi Data. Menurut Miles & Huberman reduksi data adalah proses seleksi, pemusatan perhatian melalui penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang berasal dari catatan tertulis yang dilakukan di lapangan sehingga mendapatkan sebuah ringkasan data yang penting dan kemudian membuang data yang tidak di pakai atau tidak diperlukan. (3) Penyajian Data.ialah menggabungkan seluruh data informasi yang diperoleh dilapangan menjadi bentuk yang mudah didapat atau diraih. Sehingga dapat memudahkan melakukan kajian keseluruhan. (4) Penarikan Kesimpulan. Penarikan Kesimpulan adalah seluruh data yang disimpulkan menjadi satu sesuai dengan hasil data yang telah dilakukan dilapangan oleh peneliti [13].
Fokus penelitian ini yaitu menganalisis peran posyandu dalam penurunan prevalensi stunting menggunakan teori peran dari Tjokroamidjojo yang terdiri dari peran sebagai motivator, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai mobilisator [14]. Berikut penjelasan dan analisa tiap-tiap peran posyandu:
Motivator merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lainnya sedemikian rupa, sehingga orang yang diberikan motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh tanggung jawab. Motivasi bisa diberikan dari seorang individu kepada kelompok atau kelompok kepada individu ataupun dari kelompok ke kelompok. Indikator peran posyandu sebagai motivator yaitu sebagai pemberi semangat dan pemberian penghargaan [15].
Upaya pemberian semangat untuk mengikuti Posyandu bagi masyarakat desa merupakan langkah penting dalam meningkatkan partisipasi dan kesadaran akan pentingnya kesehatan, beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak di Desa Wunut Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo antara lain Sosialisasi dan edukasi rutin tentang manfaat Posyandu, Menyebarluaskan informasi tentang waktu dan tempat posyandu kepada masyarakat Meningkatkan kualitas pelayanan dan fasilitas Posyandu, Mengadakan kunjungan rumah untuk menjangkau yang berhalangan datang ke posyandu [16]. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara kepada informan yaitu Ibu Murti selaku Kader Posyandu:
"Kami selalu berusaha membuat kegiatan Posyandu menarik dengan memberikan PMT posyandu yang bervariasi setiap bulannya . Di awal kegiatan posyandu biasanya PMT yang ada difoto dan dishare di grup atau di status WA . Untuk memberikan informasi tentang pelaksanaan posyandu, kadernya biasanya membuat flyer jadwal posyandu lalu dibuat status di WA dan di share di grup WA RT masing-masing . Ibu balita di wilayah saya yang tidak mempunyai W A maupun yang jarang hadir ke posyandu, saya datangi langsung ke rumahnya dan saya ajak untuk datang ke posyandu . Jika ada yang tidak hadir posyandu ibu kader yang sesuai wilayahnya yang akan mendatangi balita dan melakukan penimbangan di rumah " . (Hasil wawancara Tanggal 3 Juni 2024)
Hasil wawancara diatas dikuatkan oleh pernyataan Kepala Desa Wunut Bapak Puji Darjo:
"Sebagai pemerintah desa, kami sangat mendukung kegiatan Posyandu. Kami mengalokasikan dana desa untuk pengadaan PMT Posyandu dan memberikan uang bantuan transpot untuk kader p os yandu yang bertugas selain honor yang diberikan oleh Pemkab ." (Hasil wawancara Tanggal 14 Juni 2024)
Sumber: Pemerintah Desa Wunut 2024
Sumber. Pemerintah Desa Wunut 2024
Berdasarkan gambar 1 dan 2 di atas menunjukkan bahwa posyandu telah berupaya untuk mengajak, mengarahkan serta menumbuhkan keinginan masyarakat untuk hadir dalam kegiatan posyandu secara rutin sebagai upaya penurunan stunting di Desa Wunut. Hal tersebut merupakan upaya penurunan stunting yang bisa dilakukan oleh kader posyandu dengan mengoptimalkan tingkat kehadiran peserta posyandu dengan memanfaatkan penyampaian informasi terkait jadwal posyandu melalui media WhatsApp. Seperti yang diuraikan pada penelitian dengan judul Analisis Peran Kader Posyandu dalam Pencegahan Stunting di Kelurajan Margoagung, Kapanewon Seyegan, Kabupaten Sleman yang menjelaskan bahwa kader Kelurahan Margogung telah berperan aktif dalam program posyandu sebagai upaya pencegahan stunting dengan cara memberikan dorongan kepada masyarakat dan selalu mengingatkan ibu balita agar datang ke posyandu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balitanya melaui WhatsApp, siaran di masjid serta penyebaran informasi dengan cara getok tular atau dari mulut ke mulut.. Selanjutnya peran kader dalam memotivasi anggota agar terlibat dalam kegiatan posyandu daengan cara memberi support pada anggota posyandu, sebagaimana hasil wawancara dengan Bidan Desa Wunut Ibu Siti Choiriyah juga menyatakan bahwa :
"Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kami berusaha memberikan pelayanan terbaik di Posyandu. Selain pemeriksaan rutin, kamu juga mengadakan diskusi dan konsultasi saat posyandu apabila ada permasalahan dalam kenaikan berat badan anak. terkait permasalahan dalam mengasuh anak, pemberian ASI dan makanan tambahan. , kami selalu menjalin komunikasi yang baik dengan para ibu dan berupaya agar ibu balita yang anaknya mengalami permasalah pertumbuhan dan perkembangan tidak minder ataupun merasa tersinggung terhadap apa yang dialami balitanya, a mende n garkan keluhan mereka, dan memberikan solusi terbaik. Strategi yang kami lakukan ya membe ri kan pengumuman terkait jadwal posyandu kepada warga melalui story Wa dan mengshare flyer terkait jadwal pelaksanaan posya n du di group whatsapp masing-masing RT " (Hasil wawancara Tanggal 10 Juni 2024).
Berdasarkan uraian dari beberapa pernyataan dari para informan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa program posyandu di Desa Wunut, para kader posyandu, bidan dan kepala desa sudah memberikan motivasi kepada para ibu untuk secara aktif datang dalam program posyandu yang telah dilakukan sebagai upaya dalam menurunkan jumlah balita stunting di Desa Wunut. Peran posyandu tidak hanya bermanfaat pada anggota posyandu saja, namun juga pada penggerak posyandu yakni dalam memberikan insentif pada petugas atau kader posyandu yang dapat mendorong para kader untuk terus meningkatkan kualitas layanan Posyandu. Sejak Tahun 2024 Pemerintah Desa Wunut memberikan bantuan transpot kepada kader posyandu untuk setiap kehadiran dalam kegiatan sedangkan honor diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo setiap bulannya sebesar Rp 50.000 setiap bulannya dan ditransfer ke rekening kader masing-masing. Selain mendapatkan honor, kader posyandu juga mendapatkan perlindungan jaminan sosial yaitu keikutsertaan dalam BPJS Tenagakerjaan yang pembiayaannya melalui APBD Sidoarjo. Seperti yang tercantum pada pada tabel berikut:
Jenis Insentif | Nominal | Sumber | |
Honorarium | 15.000.000 | APBD | |
Bantuan Transpot | 24.000.000 | APBDes |
Dari tabel di atas diketahui bahwa kader posyandu di Desa Wunut menerima honorarium dari ABPD DAN Bantuan Transpot dari APBDes.. Seperti yang disampaikan oleh kader posyandu desa wunut Ibu Winarti:
“ Kami mendapatkan honor dari desa berupa uang transport . Besaran bantuan transport yang diberikan kepada kader posyandu adalah 40.000 dipoto ng pajak sebesar 6% oleh bendahara desa menjadi 37.000 yang diterima oleh kader. Untuk setiap bulan kami biasanya bisa hadir dalam dua kegiatan. Sedangkan honorarium didapatkan oleh kader posyandu bersumber dari Kabupaten yang ditransfer ke masing-masing rekening kader sejumlah 50.000/bln. Sistem seperti ini berjalan sejak 2024. Sebelumnya kader posyandu mendapatkan honorarium dari desa saja sesuai SK Kepala Desa yakni 150.000/ Bkn ditransfer ker rekening. Sebenarnya kami lebih menyukai s i stem pemberian honor dari desa langsung bukan bantuan transpot karena jika dibandingkan , uang yang kita terima jumlahnya lebih banyak s i stem yang dulu namun hal tersebut tidak berpengaruh kami tetap senang menjadi kader . Sudah terbiasa bekerja sosial " ( Hasil wawancara Tanggal 5 Juni 2024)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh kader telah mendapatkan insentif berupa honoraarium bdan bantuan transpot namun masih terdapat ketidakpuasan kader dengan insentif yang diterima saat ini karena nominal insentif yang diterima lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran posyandu sebagai motivator dalam penurunan stunting di Desa Wunut telah sesuai dengan teori peran dari Tjokroamidjojo. Selain sebagai motivator untuk anggotanya posyandu juga berperan sebagai motivator untuk petugasnya. Seperti pada penelitian terdahulu yaitu Pengaruh Usia dan Insentif Terhadap Kinerja Kader Posyandu di Kabupaten Purworejo, jika pemberian insentif kepada kader posyandu mempengaruhi kinerja mereka. Pemberian insentif dapat meningkatkan semangat mereka dalam melaksanakan tugas di posyandu. Pekerjaan yang dilakukan akan berhasil dengan pemberian insentif secara berkala [18].
Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam memperlancar proses komunikasi sekelompok orang, sehingga mereka dapat memahami atau memecahkan masalah bersama-sama. Fasilitator disini adalah tenaga terlatih atau berpengalaman, yang memiliki kompetensi dan kecakapan substantif dan teknis serta memiliki keterampilan menerapkan berbagai teknik dan instrumen untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas memandu masyarakat dan pemerintah desa melaksanakan tugas-tugasnya [17]. Fasilitator bukanlah seorang yang bertugas hanya memberikan pelatihan, bimbingan, nasihat arahan maupun pendapat namun juga menjadi narasumber untuk berbagai masalah. Adapun peran posyandu sebagai fasilitator diuraikan lagi menjadi beberapa indikator antara lain sebagai penyedia sumber daya, penyedia layanan, dan peningkatan kapasitas. Sebagai penyedia sumber daya terutama terkait sumber daya anggaran. Pemerintah Desa Wunut telah mengalokasikan anggaran untuk posyandu yang dapat mendukung kegiatannya dalam penurunan stuntig di Desa Wunut. Seperti hasil wawancara dengan Kepala Desa Wunut Bapak Puji Darjo :
“....Setiap tahunnya kami menganggarkan 10 % dari Dana Desa yang diterima untuk dialokasikan ke anggaran kesehatan salah satunya untuk program posyandu. Sesuai dengan prioritas penggunaan dana desa yaitu untuk penanganan dan penurunan stunting, maka a nggaran tersebut kami gunakan untuk pemberian PMT pada posyandu, pembelian peralatan seperti timbangan, bantuan transpot untuk kader posyandu, rapat koordinasi kesehatan rutin setiap bulan , serta untuk kegiatan rembug stunting.” (Hasil wawancara tanggal 14 Juni 2024)
Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa Kepala Desa Wunut telah memberikan anggaran untuk mendukung kegiatan posyandu dalam penurunan stunting yang ada di Desa Wunut. Terkait dengan penganggaran sarana atau fasilitas yang membutuhkan anggaran cukup besar namun pagu anggaran yang sudah dialokasikan untuk Posyandu dirasa sudah cukup maka penganggaran akan dilaksanakan pada APBDes di tahun berikutnya. Anggaran yang diberikan secara rutin disetiap tahun adalah pemberian PMT, bantuan transpot kader dan pengadaan prasarana. Pemenuhan kebutuhan posyandu secara keseluruhan berasal dari anggaran Dana Desa dan beberapa alat antropometri merupakan bantuan dari puskesmas tidak ada yang berasal dari swadaya masyarakat ataupun bantuan dari pihak swasta.
Selain tersedianya sumber daya anggaran yang dibutuhkan untuk mewujudkan Desa Wunut yang bebas stunting adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas yang mendukung terlaksananya kegiatan posyandu. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah petugas posyandu atau kader. Peran kader dalam penurun stunting yakni dengan menjalankan tugasnya pada saat pelaksanaan posyandu yaitu denagn melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan balita, melakukan pencatatan pada buku KMS, memberikan penyuluhan terkait kondisi kesehatan balita serta menyebarluaskan informasi tentang stunting kepada masyarakat. Kualitas dan kemampuan kader tentunya akan berpengaruh pada kualitas posyandu.
Sumber: Pemerintah Desa Wunut 2024
Sumber: Pemerintah Desa Wunut 2024
Berdasarkan gambar 3 dan 4 di atas dapat diketahui bahwa kemampuan kader dalam melakukan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan pada saat kegiatan posyandu sudah cukup baik. Kader posyandu melepaskan alas kaki, jaket maupun penutup kepala balita pada saat melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan sehingga akan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Kemampun lainnya yang harus dimiliki kader yaitu kemampuan dalam melakukan penyuluhan ketika posyandu yakni pada meja 4 posyandu. Berdasarkan pengamatan peneliti pada pelaksanan posyandu pada 5 pos posyandu yang ada di Desa Wunut, tidak ada proses penyuluhan yang dilakukan oleh kader pada meja 4. Penyuluhan dilakukan oleh bidan desa di meja 5 pada saat pelayanan kesehatan. Kendala yang dihadapi oleh kader dalam melakukan penyuluhan disampaikan oleh kader Ibu Winarti.
“..... penyuluhan di meja 4 tidak dilaksanan . bukan karena pengetahuan kami kurang. Aslie kan yo ngerti (sebenarnya paham), asli e yo is o lek ngomong koyo biasa kasaran (sebenarnya bisa kalau bicar a nya dengan bahasa seahari-sehari) tapi lek ngomong alusan ngarep e wong akeh yo mungsret (tapi kalau berbicara dengan bahasa yang baik dan benar di didepan orang banyak takut i/tidak percaya diri ) ” (Hasil wawancara Tanggal 5 Juni 202 4 ).
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh kader di atas disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi oleh kader dalam melaksanakan tugasnya melakukan penyuluhan adalah bukan karena pengetahuan kader yang kurang melainkan kurangnya tingkat kepercayaan diri kader ketika harus berbicara di depan umum atau banyak orang dan takut melakukan kesalahan dalam pemilihan kata ketika menyampaikan informasi. Selain sumber daya anggaran dan sumber daya manusia tersedianya sumber daya sarana atau fasilitas yang memadai akan sangat berpengaruh pada peran posyandu sebagai fasilitator dalam penurunan stunting di Desa Wunut. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa terdapat beberapa sarana dan prasaran yang kurang seperti alat timbangan yang digunakan, alat permainan edukatif (APE), meja kursi serta tempat pelaksanaan posyandu yang tidak sesuai dengan jumlah Pos yang ada di Posyandu Bougenvile. Seperti yang disampaikan oleh anggota posyandu yaitu ibu laila:
“....timbangannya biasanya bermasalah. Ketika sudah menimbang lalu saya coba lagi setelahnya ternyata hasilny a berbeda . Seharusnya kan hasilnya sama. Untuk alat permainan juga kurang beragam. Peserta posyandu juga terlalu banyak karena di gabung jadi satu. Saya lebih suka posyandunya sendiri-sendiri jadi tidak terlalu antri saat menimbang”( Hasil Wawancara Tanggal 5 Juni 2024)
Dari hasil wawancara terhadap salah seorang ibu balita di atas ditemukan bahwa ada permasalahan dalam penyediaan sumberdaya sarana dan fasilitas oleh posyandu. Pernyataan angota posyandu tersebut diperkuat oleh hasil wawancara peneliti dengan Bidan Desa Wunut Ibu Siti Choiriyah:
“I ya mbak, di pos 3 itu sebenarnya kurang jumlah meja dan kursinya. Tempatnya juga kurang luas. Untuk pembagian pos seharusnya kita juga harus berbeda waktu dan tempat setiap pos. Seperti di balai dusun harusnya ada pos 2 di wilayah RT 17 misalnya, beda pos itu seharusnya beda tempat dan waktu pelaksanaan. Seperti pos 4 ya kembali seperti semula di rumahnya bu lurah. Kalau digabung-gabung seperti ini ya sama saja. Terlalu banyak pesertanya. Untuk APE juga jumlahnnya kita kurang. Seharusnya masing-masing pos mempunyai APE yang beragam karena itukan sangat berguna untuk merangsang otak dan memantau perkembangan otak anak”(Hasil Wawancara Tanggal 10 Juni 2024)
Dari hasil wawancara dengan bidan desa dapat disimpulkan masih adanya sumberdaya sarana yang masih kurang untuk menunjang penyelenggaraan posyandu. Tersedianya sumberdaya yang optimal baik itu meliputi sumber daya anggaran, sumber daya manusia maupun sumber daya prasarana tentu akan mempengaruhi peran posyandu sebagai fasilitator dalam menurunkan stunting di Desa Wunut. Seperti pada penelitian dengan judul Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu di Kabupaten Paser yang menjelaskan bahwa sumber pembiayaan, sarana dan prasarana, imbalan kader dan pelatihan kader akan mempengaruhi kinerja posyandu. Posyandu yang sumber pembiayaannya berasal dari pemerintah dan swasta kinerjanya lebih baik dibandingkan dengan posyandu yang sumber pembiayaannya hanya mengandalkan dari dana desa saja. Sarana dan prasarana yang tidak lengkap juga akan menyebabkan penurunan kinerja posyandu. Keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh kader yang sangat penting bagi kinerja posyandu terutama dalam pemantauan tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu .
Indikator lain yang mendukung dalam peran posyandu sebagai fasilitator dalam penanganan stunting adalah pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh posyandu tidak hanya penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan saja banyak jenis pelayanan lainnya yang akan didapatkan seperti yang disampaikan oleh Bidan Desa Wunut Ibu Siti Choiriyah yang menyatakan bahwa :
"Posyandu sangat penting sebagai fasilitator kesehatan di tingkat desa. Mereka membantu kami menjembatani antara masyarakat dan layanan kesehatan formal. Posyandu memfasilitasi pemantauan pertumbuhan balita, pemberian Makanan Tambahan (PMT) , imunisasi dasar lengkap , dan edukasi gizi. Mereka juga membantu mengidentifikasi masalah kesehatan sejak dini , seperti pemberian vitamin A pendamping ASI, pemberian tablet penambah darah (TTD) dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) , sehingga kami bisa memberikan intervensi tepat waktu. Selain itu, Posyandu juga menjadi tempat untuk menyebarkan informasi kesehatan terbaru ke masyarakat. " (Hasil wawancara Tanggal 10 Juni 2024)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Bidan desa diatas, pelayanan kesehatan di posyandu tidak sebatas pengukuran berat badan anak saja melainkan pelayan kesehatan dasar lainnya sebagai upaya penurunan stunting. Hal yang sama juga disampaikan oleh salah seorang kader yaitu Ibu Murti:
" di Posyandu desa Wunut ini, kami melakukan banyak hal. Yang rutin adalah penimbangan balita dan pencatatan di Kartu Menuju Sehat (KMS). Kami juga melakukan pemberian imunisasi dasar lengkap , membantu distribusi vitamin A , serta pemberian makanan tambahan . " (Hasil wawancara tanggal 3 Juni 2024).
Berdasarkan wawancara tersebut menjelaskan bahwa Peran Posyandu sebagai fasilitator dalam penurunan stunting sangat penting karena posisinya yang strategis di tengah masyarakat, Posyandu menyediakan layanan kesehatan dasar yang terjangkau mudah diakses oleh masyarakat, penyuluhan kesehatan oleh bidan desa, termasuk pemantauan pertumbuhan, imunisasi, dan konsultasi kesehatan. Posyandu juga memfasilitasi distribusi suplemen vitamin A, tablet tambah darah, dan makanan tambahan untuk balita dan ibu hamil.
Sebagai fasilatator, posyandu juga berupaya menjadikan Desa Wunut bebas stunting melalui peningkatan kapasitas petugasnya. Kader posyandu secara berkala mendapatkan pelatihan dari Puskesmas Kedungsolo yang setiap posnya diwakili oleh satu orang kader. Namun menurut bidan desa hal tersebut kurang maksimal seperti yang disampaikannya ketika wawancara:
“kalau dari Puskesmas Kedungsolo itu kan Cuma perwakilan satu orang per pos ya mbak. Ya jelas kurang kan. Harusnya pelatihan bersama dari desa tidak usah jauh-jauh di balai desa saja selama dua hari apalagi saya lihat kadernya muda-muda banyak yag bar u perlu diusulkan ini untuk diadakan pelatihan ketika musrenbang. Bidan desanya diundang kan mbak kalau musrenbang ? ” (Hasil wawancara tanggal 10 Juni 2024) .
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa di atas diketahui bahwa pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Desa Wunut sangat diperlukan dalam meningkatkan kapasitas dan kemampuan kader dalam melaksanakan tugasnya di posyandu. Hal yang sama disampaikan oleh ibu murti selaku kader ketika wawancara:
“sudah lama mbak tidak diadakan pelatihan kader . Dulu pernah tapi sejak covid sampai sekarang belum pernah lagi. Dulu itu narasumber pelatihannya bidan desa dan bu Erna dari Puskesmas Kedungsolo. Apalagi saat ini kadernya b anyak yang baru ya bisanya diajarin sama kader yang lama barangkali ada pelatihan kami kader lama jug a pasti dapat penyegaran ilmu baru ” (Hasil wawancara tangga l 3 Juni 2024)
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa diperlukannya peningkatan kapasitas kader melalui pelatihan mengingat sebagian kader posyandu saat ini adalah petugas baru. Mendasari dari hasil wawancara dengan kader dan bidan desa yang menyatakan bahwa pelatihan ini dibutuhkan oleh kader maka peneliti melalukan wawancara dengan Kepala Desa Wunut Bapak Puji Darjo:
“memang sudah lama tidak ada pelatihan kader tapi setiap bulannya kita selalu mengadakan pertemuan RAKORDES yaitu rapat koordinasi yang dihadiri oleh kader, Ketua TP PKK, Kepala Desa beserta perangkatnya serta bidan desa. Pada saat itu bidan desa bisa menyampaikan informasi-informasi terbaru yang perlu diketahui kader dan permasalahan atau kesulitan yang dihadapi kader saat bertugas kepada kami . Kalau pelatihan mengenai praktek penggunaan alat timbang atau pengukuran yang benar memang sudah lama tidak dilaksanakan. Ini akan menjadi masukan bagi kami dalam melakukan perencanaan tahun depan untuk mengadakan pelatihan kader dengan narasumber dari petugas kesehatan Puskesmas Kedungsolo ” (Hasil wawancara tanggal 14 Juni 2024).
Dari hasil wawancara di atas Kepala Desa Wunut menyatakan bahwa belum dilaksanakannya pelatihan untuk kader. Namun beliau menyampaikan akan melaksanakan pelatihan untuk kader pada tahun 2025. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran posyandu sebagai fasilitator dalam menurunkan stunting di Desa Wunut sudah sesuai dengan teori peran dari Tjokroamidjojo yakni sebagai penyedia sumber daya, pelayanan dan peningkatan kapasitas. Peran posyandu sebagai fasilitator tidak hanya kepada anggotanya dengan meyediakan sumberdaya dan pelayanan kesehatan namun kepada petugasnya pula melalui pelatihan meskipun belum dapat dilaksanakan secara berkala di Desa Wunut. Pelatihan kader sangat diperlukan karena akan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan kader dalam melaksanakan tugasnya di posyandu sebagai upaya penurunan stunting. Seperti pada penelitian dengan judul Optimalisasi Peran Kader Kesehatan Dalam Deteksi Dini Stunting yang juga menyatakan bahwa penguatan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan dalam pemantauan pertumbuhan dan khususnya pengukuran panjang/tinggi badan sangat diperlukan agar hasil pemeriksaan akurat.Diperlukan juga sinergi antara posyandu dengan puskesmas setempat untuk peningkatan pengetahuan kader tentang stunting dan monitoring evaluasi pelaksanaan pemeriksaan panjang/tinggi badan.
Mobilisator ialah orang yang mengarahkan atau menggerakan untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan sebuah pembangunan guna untuk kepentingan bersama. Posyandu memiliki peran penting sebagai mobilisator dalam upaya penurunan stunting [19]. Adanya Posyandu berperan dalam menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan menurunkan jumlah balita stunting. Kegiatan kesehatan yang dilakukan adalah penyuluhan dan promosi kesehatan yang dilakukan oleh bidan dan kader posyandu untuk ibu dan balita untuk mengorganisir berbagai kegiatan kesehatan di tingkat masyarakat yang berfokus pada perilaku hidup sehat yang dapat mencegah dan mengatasi stunting. Sebagai mobilistaor yang menggerakkan masyarakat untuk terlibat dalam penurunan stunting, posyandu telah berupaya dengan melakukan inovasi dan memberdayakan ataupun melibatkan peran serta masyarakat
Inovasi menjadi salah satu instrumen penting dalam upaya mempercepat penurunan kasus stunting di Indonesia. Dengan inovasi pula, diharapkan ada langkah-langkah improvement atau pembenahan untuk mengatasi setiap permasalahan yang ada. Posyandu di Desa Wunut terus melakukan inovasi dalam upaya mencegah maupin menurunkan angka balita stunting. Inovasi yang telah dilakukan adalah dengan mengadakan kelas ibu hamil dan kelas balita.
Sumber: Pemerintah Desa Wunut Tahun 2024
Sumber: Pemerintah Desa Wunut Tahun 2024
Gambar di atas menunjukkan bahwa posyandu telah berupaya dalam menurunkan jumlah balita stunting Di Desa Wunut dengan menyelenggaran program kelas ibu hamil dan kelas balita. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Siti Choiriyah:
“ kita rutin mengadakan kelas ibu hamil dan kelas balita agar bisa melakukan pemantauan kepada ibu hamil dan balita dengan kasus gizi kurang dan stunting. Program ini saya rasa cukup efektif dalam mengatasi stunting karena 10 0 0 HPK ini kan merupakan periode penting dalam mengatasi stunting yaitu ketika hamil hingga anak berusia dua tahun. Akan ditemukan kasus ibu hami l beresiko atau KEK (kekurangan Energi Kronis) dan dapat segera teratasi serta dilaksanakan pemberian tablet tambah darah serta diberitahu bagaimana pemenuhan gizi pada ibu hamil seharusnya. Begitu pula pada kelas balita akan dilakukan penyuluhan tentang pola asuh yang baik untuk meningkatkan status gizi bayi yang kurang itu dan balita stunting. Karena kan penyebab stunting ini dari pola asuh ya seperti pemberian makanan yang kurang harusnya ditambahkan camilan tapi tidak ya cuma makanan tiga kali itu saja juga saya temukan cara menggendong yang salah harusnya sudah mulai tegak tapi masih ditidurkan. Inikan juga menyebabkan tumbuh kembang bayi jadi lambat ya mbak.”. (Hasil wawancara tanggal 10 Juni 2024)
Wawancara dengan bidan desa di atas menunjukkan bahwa posyandu di Desa Wunut telah berupaya menurunkan jumlah balita stunting dengan melaksanakan dua program di atas. Pada kegiatan kelas ibu hamil tersebut selain penyuluhan yang diberikan oleh bidan desa dilakukan pula penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan darah dan pengukuran lila ibu hamil yang dilakukan oleh kader. Sedangkan pada kelas balita akan diberikan penyuluhan sehingga terjadi perbaikan status gizi pada balitanya. Seperti yang disampaikan oleh ibu Winarti:
“ibu hamil yang datang setelah mengisi daftar hadir akan ditimbang, ditensi dan diukur lilanya. Lalu mendengarkan penyuluhan dari bidan desa. Terkadang juga di ajak senam untuk ibu hamil. Kami ini kader punya data ibu hamil di wilayah masing-masing yang kami undang untuk hadir kalau orangnya bekerja ya tidak bisa. Kalau kelas balita ini yang diundang ya yang status gizi nya kuran g dan stunting atau yang berat badannya tidak naik selama dua bulan ”(Hasil wawancara tanggal 3 Juni 2024) .
Terkait dengan inovasi lainnya seperti pemanfaatan teknologi ataupun pemberian hadiah kepada balita yang telah mengalamai peningkatan status gizi sebagai upaya untuk mewujudkan balita di Desa Wunut yag bebas stunting apakah telah dilakukan oleh posyandu maka peneliti melakukan wawancara dengan ibu Murti:
“pemanfaatan teknologi di posyandu yaitu dengan memanfaatkan penggunaan WhatsApp dalam menyebarkan informasi terkait pelaksanaan posyandu dan melakukan pelaporan hasil penimbangan dan pengukuran tinggi badan kepada puskesmas melalui aplikasi E-PP GB M. Untuk pemberian hadiah sudah pernah dibahas oleh ibu-ibu kader dengan bu lurah tapi belum dilaksanakan . ” (Hasil Wawancara tanggal 3 Juni 2024).
Dari hasil wawancara di atas didapatkan informasi bahwa sudah melakukan inovasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yaitu melalui penggunaan WhatsAPP dan pelaporan hasil posyandu melalui aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat atau E-PPGBM. Sedangkan upaya menggerakkan masyarakat untuk terlibat dalam peningkatan status kesehatan dengan meberikan hadih masih belum dilakukan oleh posyandu.
Sebagai mobilisator dalam penurunan stunting di Desa Wunut, posyandu tentunya melibatkan dan memberdayaan masyarakat dalam mewujudkan tujuan tersebut. Pemberdayaan masyarakat dalam posyandu diwujudkan dengan adanya partispasi masayarakat sebagai anggota maupun petugas posyandu, adanya informasi tentang kesehatan, tumbuh kembang anak maupun stunting yang dapat di akses oleh masyarakat serta menerima masukan-masukan dari masyarakat tentang pelayanan kesehatan di posyandu [20]. Peran posyandu dalam oenurunan stunting tidak akan bisa terwujud tanpa terlibatnya peran masyarakat karena sejatinya posyandu merupakan wujud dari pemberdayaan masyarakat desa di bidang kesehatan. Keterlibatan masyarakat melalui posyandu menciptakan lingkungan yang mendukung bagi peningkatan status gizi anak dan penanganan stunting. Seperti informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan Kader Posyandu Ibu Murti:
"Posyandu sangat berperan dalam program penurunan stunting. Kami melakukan pemantauan rutin terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anak balita, memberikan penyuluhan tentang kesehatan , dan mengajak ibu-ibu untuk datang setiap bulan nnya . Masyarakat, khususnya ibu-ibu, juga berperan aktif sebagai anggota posyandu . Bahkan sebelum ada informasi tentang pelaksanaanya posyandu ada saja ibu bertanya kenapa kok belum juga posyandu. Mereka antusias mengikuti kegiatan posyandu, tapi ya ada juga ibu balita yang tidak mau mengajak balitanya ke posyandu ya palinv hanya satu dua ibu saja . Partisipasi m asyarakat untuk datang ke posyandu ini sangat berpengaruh pada keberhasilan p osyandu " (Hasil wawancara tanggal 3 Juni 2024)
Dari hasil wawancara di atas dapat diketaui bahwa partisipasi masyarakat dalam kagiatan posyandu di Desa Wunut cukup tinggi. Apalagi dengan adanya keterlibatan masyarakat setempat menjadi petugas atau kader yaitu untuk satu wilayah RT memiliki satu orang kader maka tentunya akan memudahkan masyarakat mendapatkan informasi terkait kesehatan maupun program posyandu. Hal tersebut disampaikan oleh ibu Laila sebagai ibu balita:
“saya tahu jadwal posyandu ya dari info yang dishare ibu kader di grup. Kader disini juga tidak pelit memberikan info tentang kesehatan yang didapatkan setelah mereka rapat atau diberitahu sama bidan. Biasanya cukup disampaikan melalui grup WhatsApp atau saat kumpul kumpul di arisan” (Hasil wawancara tanggal 3 Juni 2024).
Dari hasil wawancara dengan para informan diatas Posyandu memiliki peran penting dalam upaya penurunan stunting di Indonesia dengan melibatkan masyarakat secara aktif. Kader posyandu, ibu-ibu balita, dan bidan bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan anak, memastikan mereka mendapatkan gizi yang cukup, dan tumbuh kembang yang optimal. Partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan program posyandu dalam menurunkan stunting. Hal yang sama juga dinyatakan pada penelitian tentang posyandu sebagai program pemberdayaan masyarakat untuk mencegah stunting pada balita di Dusun Tlogo yang menyatakan bahwa partisipasi aktif masyarakat merupakan kunci keberhasilan program pencegahan stuting di Posyandu. Dengan meningkatnya pastisipasi masyarakat maka akan meningkatkan pemahaman masyarakat dan kesadaran masyarakat akan dampak stunting
Dengan demikian, Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran posyandu sebagai mobilisator dalam penurunan stunting di Desa Wunut telah sesuai dengan teori peran dari Tjokroamidojo penguatan peran Posyandu sebagai mobilisator merupakan strategi kunci dalam upaya penurunan stunting di Desa Wunut. Peran ini tidak hanya penting dalam menggerakkan partisipasi masyarakat, tetapi juga dalam membangun dukungan lintas sektor dan memobilisasi sumber daya lokal untuk mendukung program-program pencegahan stunting yang berkelanjutan [21].
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa posyandu di Desa Wunut, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo memiliki peran yang sangat penting dalam penurunan angka stunting. Posyandu berfungsi sebagai motivator dengan upaya untuk mengajak, mengarahkan, dan menumbuhkan kesadaran masyarakat agar hadir secara rutin dalam kegiatan posyandu sebagai bagian dari upaya penurunan stunting. Selain itu, posyandu juga berperan sebagai motivator bagi petugas dengan memberikan insentif berupa bantuan transportasi untuk kehadiran petugas dalam kegiatan tersebut. Sebagai fasilitator, posyandu menyediakan sumber daya yang diperlukan, seperti anggaran, sumber daya manusia, dan sarana untuk memberikan layanan kesehatan dasar yang mudah diakses oleh masyarakat, termasuk pemantauan pertumbuhan, imunisasi, dan konsultasi kesehatan. Posyandu juga memfasilitasi distribusi suplemen gizi, seperti vitamin A, tablet tambah darah, dan makanan tambahan untuk balita dan ibu hamil. Terakhir, posyandu berperan sebagai mobilisator dengan menggerakkan masyarakat melalui inovasi program yang menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan anak, memastikan mereka mendapatkan gizi yang cukup, serta tumbuh dan berkembang secara optimal. Peran-posyandu ini, secara keseluruhan, berkontribusi besar terhadap upaya penurunan stunting di Desa Wunut.