Background: Effective communication is essential for nurturing children's moral development, particularly in orphanages. Specific Background: This qualitative study investigates communication dynamics between four caregivers and 19 children at the Muhammadiyah Pagesangan Orphanage in Surabaya. Knowledge Gap: Limited research exists on communication methods used in orphanages, especially for children from diverse socioeconomic backgrounds. Aims: The study aims to analyze communication patterns in moral guidance within the orphanage. Results: Findings indicate that children employ both primary and secondary communication methods to connect with distant parents, facing challenges such as limited phone access and socio-economic barriers. Novelty: This research highlights unique communication challenges in orphanages and proposes that effective communication fosters a nurturing environment. Implications: By promoting a loving communication atmosphere, caregivers can enhance children's emotional well-being and moral development, suggesting that communication is crucial for effective caregiving practices in orphanage settings.
Highlights :
Keywords: communication, orphanage, moral development, caregivers, qualitative research
Komunikasi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusiayang sebenarnya. Dari awal manusia itu dilahirkan dan telah melakukan berbagai interaksi kegiatan komunikasi dan sampai kapanpun manusia selalu dan akan tetapmelakukan berbagai kegiatan komunikasi. Manusia adalah sebagai makhluk social, manusia itu hidup dengan manusia yang lainyayang satu dengan yang lainnya salingmembutuhkan, seperti simbosis mutualisme. Hubungan tersebut akan tercipta antar manusiajika manusia itu melakukan suatu komunikasi,baik komunikasi tersebut dilakukan secara verbal (berbicara) ataupun secara nonverbal(simbol, gambar, atau media komunikasi lainnya).
Komunikasi di dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik yang silih berganti, bisa dari oarang tua terhadap anak, atau dari anak terhadap orang tua ataupun dari anak terhadap anak. Ada banyak sekali norma-norma yang telah di wariskan oleh para orang tua terhadap anak cucunya seperti berikut yaitunorma agama, norma akhklak, norma etika, norma estetika, dan juga norma moral. Komunikasi selain dimanfaatkan sebagaisarana untuk menyampaikan pesan, ide atau gagasan, tetapi komunikasi juga dapat digunakan untuk menciptakan kesamaan dan kebersamaan sehingga dapat membangun perubahan pada tiap individu. Perubahan yang
di maksud adalah dapat merubah pola pikir dengan cara yang sehat, bertutur kata yangbaik, serta bijak dalam berbicara dan bertingkah laku. Panti Asuhan Muhammadiyahamal usaha Muhammadiyah yang berfokus pengasuhan dan pendampingan anak yatim, piatu dan anak terlantar dimana mempunyai tujuan dan sasaran pada aspek sosial, agama dan kemanusiaan. Pada Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan dalammengembangkan dan membimbing para anak asuhanya tidak hanya dilakukan oleh pengurussaja. Menurut para pengurus ada juga peran orang tua kandung / keluarga anak asuh yang berada di Panti Asuhan ini. Komunikasi antar anggota keluarga merupakan suatu hal yang penting, khususnya antara orangtua dengan anak, dimana komunikasi sebagai alat atau sebagai media penjembatan dalam hubungan antar sesama anggota keluarga. Komunikasiadalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubunganantara anggota keluarga pun sukar untukdihindari [1]
Kualitas hubungan dan komunikasi yang diberikan orang tua pada anak akan menentukan kualitas kepribadian dan moral mereka. Hubungan yang penuh akrab dan bentuk komunikasi dua arah antara anak dan orang tua merupakan kunci dalam pendidikan moral keluarga. Komunikasi yang perlu dilakukan adalah komunikasi yang bersifat integratif, dimana ayah atau ibu dan anak terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan dan menghindari model komunikasi yang bersifat dominatif atau suka menguasai pembicaraan.
Dalam kehidupan keluarga komunikasi sangat dibutuhkan karena komunikasi menjadi hal yang sangat penting untuk menunjang agar anak giat dalam belajar. adanya kasih sayang dan perhatian dari orangtua besar pengaruhnya dalam perkembangan seorang anak, semangat dan motivasi belajar anak akan tumbuh subur karenanya. Setiap anggota keluarga hendaknya menginsafi bahwa mereka sebagai individu memiliki tugas dan kewajiban terhadap keluarganya. Orang tua yang memberikan bimbingan kepada anak dalam hal belajar, maka anak akan senang hati menerimanya. Belajar itu akan dianggapnya sebagai suatu kewajibannya sendiri. [2] Kurangnya interaksi antara orang tua dengan anak akan mengakibatkan kesenjangan diantaranya. Komunikasi merupakan hal paling esensial dalam hubungan antar manusia, khususnya hubungan interpersonal di lingkungan keluarga. Komunikasi yang efektif yang terjalin antara semua anggota keluarga dapat menciptakan kebersamaan dan saling pengertian di dalam keluarga. Jalaludin Rakhmat mengatakan bahwa suatu jalinan akan menciptakan harmonisasi.
Menurut [3] Ada istilah We cannot not communication, yang artinya kita tidak bisa tidak berkomunikasi, karena semua perilaku adalah komunikasi. Terutama dalam hubungan komunikasi orang tua dan anak, tujuannya untuk dibina dan dibimbing dengan baik. Dalam konteks ini, anak harus berkomunikasi dengan siapa saja di masyarakat atau keluarga untuk menjaga keeratannya, terutama dengan orang tuanya, anak harus mengerti dan menuruti perintah orang tua, begitu pula sebaliknya orang tua harus mendidik anaknya dengan baik. Orang tua merupakan tempat bagi anak-anak untuk salingberbagi komunikasi. [4]
Menurut,[5]Bahwa hubungan komunikasi pada keluarga dibangun secara efektif oleh orang tua untuk anak dengan kapasitas dan keberanian anak untuk mengambil keputusan. Intensnya hubungan komunikasi orang tua dan anak sangat membantu keefektifitas suatu hubungan psikologis sehingga pendekatan parenting yang bersifat sepihak.. Menurut[6]dapat dikatakan bahwa interaksi orang tua dan anak dengan melakukan suatu komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi untuk membentuk suatu karakter anak, semua orang tua menginginkan anaknya memiliki karaktek yang lebih baik.
Orang tua harus menerapkan komunikasi mengajak anak. untuk memulai berbicara. Peran aktif orang tua sangat bermanfaat bagi proses hubungan emosional anak, yang dapat dilihat sebagai bentuk dukungan terkait pembentukan tumbuh kembang anak, untuk melepaskan daya kreatif dan imajinasi anak yang berdampak positif dan tentunya anak selalu fokus dalam membangun karakternya. [7] Dengan demikian, untuk menghadapi karakter anak, orang tua harus melakukanserangkaian dialog yang baik dengan anak- anaknya. Interaksi atau komunikasi yang baik, hangat dan penuh keakraban sehingga selalu ada timbul keinginan yang membuat anak tidak memberikan kesulitan pada diri anak. Dalam hal ini, proses relasi antara orangtua dan anak untuk mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, intelektual dan spiritual berlangsung sejak anak dalam kandungan hingga dewasa. [8]
Bertemunya antara orang tua kandung dengan anak anak asuh di Panti Asuhan dapatmmebuat anak anak tidak kehilangan sosok orang tuanya meskipun mereka berada di panti asuhan, selain itu orang tua kandung mereka juga dapat memantau tumbuhkembang anak-anaknya yang berada di panti asuhan. Pola komunikasi yang digunakan setiap orang tua terhadap anaknya tentu akan berbeda-beda, hal ini dikarenakan oleh sikap,sifat, situasi dan kondisi dari setiap keluarga. Alasan penulis meneliti polakomunikasi anak asuh dengan orang tua kandung di Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan ini, karena tidak dapat dipungkiribahwa di dalam suatu lembaga terlebih lagi dalam panti asuhan ingin menciptakan generasi muda yang berbudi pekerti yang baik, yang cakap di hadapan masyarakat, dengan memberikan pengajaran secara berulang-ulang agar jiwa anak tertanam nilai-nilai akhlak yang baik.
Diharapkan agar komunikasi orangtua dengan anaknya banyak bersifat mendorong, penuh penghargaan dan perhatian. Karena iniberguna untuk meningkatkan kualitaskarakter dan moral anak. Namun sebaliknya ada beberapa orang tua ada yang menggunakan cara kekerasan atau memaksakan kehendak kepada anaknya dengan dalih mendisiplinkan, serba melarangdengan dalih melindungi, bahkan perhitungandalam memberikan kasih sayang dengan dalihagar anak mandiri. Terlalu banyak larangan menyebabkan anak dihantui ketakutan, was- was, dan kurang percaya diri. Selain peran para pengurus Panti Asuhan, orang tuakandung anak anak asuh juga paling tidak memiliki andil dalam tumbuh kembang anak anak nya walaupun anak anak nya berada di Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatifMenurut [9]metode penelitiankualitatif adalah metode penelitian yangberlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri- anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian inilebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Mengenai hal ini, peneliti menggunakanjenis penelitian ini untuk menggambarkan dan menjelaskan pola komunikasi yang ada dalam membina akhlak anak-anak di panti asuhan Muhammadiyah Pagesangan.Adapaun yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu empat orang pengasuh serta 19 orang anak-anak asuh. Sedangkan teknik sampel yang digunakan yakni purposive sampling[10] Tempat penelitian ini adalah Panti asuhan Muhammadiyah Pagasangan Cabang Kecamatan Jambangan Daerah Kota Surabaya,Panti asuhan ini di kelola oleh Majelis Pelayanan Kesejahteraan Sosial Cabang Kecamatan Jambangan dan dibina Majelis Pelayanan Kesehatan Sosial Daerah Muhammadiyah Surabaya. Anak anak asuh binaan ada 65 anak , mulai usia TK, SD dan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesanganini di didirikan pada tahun 2019 dengan total binaan 65 anak dengan rincian : anak asrama 19 anak di pesantren Lawang Malang ada 12 anak dan sisanya 34 anak non asrama. Berdiri di atas tanah Hibah dari Abah Murjito seluas 170 m2 di Jl. Pagesangan 2a No 7 Kelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Kota Surabaya.
A. Pembahasan Pola Komunikasi Komunikasi dapat diartikan sebagai hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. Komunikasi juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan suatu permasalahan antar manusia, atau diartikan sebagai tukar-menukar pendapat. Pernyataan tersebut memberi pemahaman bahwa komunikasi haruslah melibatkan sejumlah orang sehingga dapat disebut sebagai Human Communication (komunikasi manusia). Bernard Berelson & Gary A. Steiner berpendapat bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasam emosi, keahlian, dan lain- lain melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar, angka-angka dan lain-lain. [11] Berdasarkan pengertian tersebut, komunikasi adalah
proses penyampaian pesan antar dua orang atau lebih melalui lambang atau simbol- simbol yang mengandung arti. Selain itu Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian suatu pernyataan (informasi), atau penyampaian gagasan tetapi sudah melibatkan pengirim dan penerima pesan secara aktif-kreatif dalam pencipataan arti dari pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. [12] Definisi komunikasi menurut pendapat lain yaitu suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna, atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain.
Pola adalah bentuk atau model (atau lebih abstrak suatu set peraturan) yang biasadigunakan untuk membuat atau untukmenghasilkan suatu atau bagian dari suatuyang ditimbulkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa polamemiliki arti sistem atau cara kerja, bentuk atau struktur yang tetap dimana pola itu sendiri bisa dikatakan sebagai contoh ataucetakan. [13] Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnyadalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan belangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan[14]Everett M. Rogers seorangpakar sosiologi pedesaan Amerika yang telahbanyak memberi perhatian pada studi risetkomunikasi, khususnya dalam hal penyebaraninovasi membuat definisi bahwa
“komunikasiadalah proses dimana suatu ide dialihkan darisumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah lakumereka. Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Secara etimologis, komunikasiberasal dari Bahasa Inggris yaitucommunication, dan kata communicationberasal dari kata dalam Bahasa Latin yaitu komunis [15]
Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak
Pola komunikasi biasa disebut dengan model yaitu sistem yang terdiri atas berbagai kompinen yang berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan masyarakat. Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dan pengoperan untuk mengubah tingkah laku individu lain.) Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
1. Pola Komunikasi Permissif Pola Komunikasi Permissif (cenderung membebaskan) adalah satu pola komunikasi yang dalam hubungan komunikasi orang tua bersikap tidak peduli dengan apa yang akan terjadi kepada anaknya, orang tua cenderung tidak merespon ataupun tidak menanggapi, jika anak berbicara atau mengutarakan masalahnya. Dalam banyak haljuga anak terlalu di beri kebebasan untuk mengambil suatu keputusan. Jadi anak tidak merasa dipedulikan oleh orang tuanya, bahkan ketika anak melakukan suatu kesalahan orang tua tidak menanggapi sehingga anak tidak mengetahui dimana letak kesalahan yang telah ia perbuat atau hal- hal yang semestinya tidak terjadi dapat terulang berkali-kali. Maka anak tersebut akan merasa bahwa masih banyak yang kurang atau anak tersebut masih merasa dirinya tidak mampu, maka anak pun menjadi kehilangan rasa percaya diri. Bukan hanya itu, anak akan memiliki sifat suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya, prestasinya yang rendah dan terkadang anak tidak menghargai orang lain selalu mementingkan dirinya, anak tersebut tidak memiliki rasa empati terhadap orang lain Seperti Pak Angga selaku ayahnya Rama dan Icha yang menerapkan pola komunikasi premissif Dengan selalu bilang sudah nurut saja sama Pak Jintung. Hal tersebut membuat Pak Angga selaku orang tua terkesan tidak peduli dan Pak Angga juga sudah pasrah terhadap anaknya semua diserahkan dan dipercayakan ke pengasuh Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan.
2. Pola Komunikasi Otoriter Tipe pola komunikasi otoriter adalah tipe pola komunikasi yang memaksakan kehendak. Dengan tipe orang tua ini cenderung sebagai pengendali atau Pengawas (controller), terhadap pendapat anak, sangat sulit menerima saran dan cenderung memaksakan kehendak dalam perbedaan, terlalu percaya pada diri sendiri sehingga menutup katup musyawarah. Dalam upaya mempengaruhi anak sering mempergunakan pendekatan (approach) yang mengandung unsur paksaan atau ancaman, kata-kata yang diucapkan orang tua adalah hukum atau peraturan dan tidak dapat diubah, memonopoli
tindak komunikasi dan seringkali meniadakan umpan balik dari anak. Hubungan antar pribadi di antara orang tua dan anak cenderung renggang dan berpotensi antagonistik (berlawanan). Pola komunikasi ini sangat cocok untuk anak PAUD dan TK dan masih bisa digunakan untuk anak SD dalam kasus tertentu. pola otiriter juga diterapkan oleh salah satu orangtua wali anak asuh yaitu mbah slamet selaku orang tua zainal, beberapa ungkapan harus fokus yang di ucapkan berkali-kali, harus nurut sama pengasuh. Harus selalu gosok gigi, hrs potong rambut. Ungkapan selalu diawali kata harus. Meskipun dari mbah Slamet seakan akan memaksa Zainal tetapi mbah Selamet memiliki tujuan yang baik untuk kedepannya agar Zainal lebih disiplin.
3. Pola Komunikasi Demokratis Tipe pola komunikasi demokratis adalah tipe pola komunikasi yang terbaik dari semua tipe pola komunikasi yang ada. hal ini disebabkan tipe demokratis ini selalu mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan individu anak. Tipe ini adalah tipe pola asuh orang tua yang tidak banyak menggunakan kontrol terhadap anak. Pola ini dapat digunakan untuk anak SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi. Tipe pola komunikasi demokratis mengharapkan anak untuk berbagi tanggung jawab dan mampu
mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya. Memiliki kepedulian terhadap hubungan antarpribadi dalam keluarga. Meskipun tampak kurang terorganisasi dengan baik, namun gaya ini dapat berjalan dalam suasana yang rileks dan memiliki kecenderungan untuk menghasilkan produktivitas dan kreativitas, karena tipe komunikasi demokratis ini mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki anak. Pola komunikasi demokratis di terapkan oleh beberapa orang tua wali anak anak asuh seperti ibu dari Fais, ibu dari Mikael dan samuel, para orang tua tersebut selalu memberikan usul ketika kunjungan selalu mengajak jalan jalan anak-anak nya, minta usul kepada anak-anak mau pergi kemana
4. Pola Komunikasi Laissez-Faire Tipepola komunikasi ini tidak berdasarkan aturan-aturan. Kebebasan terbuka bagi anak dengan sedikit campur tangan orang tua agar kebebasan yang diberikan terkendali. Bila tidak ada Kendal, tidak terorganisasi, tidak produktif, dan apatis, sebab anak merasa tidak memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Orang tua yang menggunakan gaya ini,
menginginkan anaknya seluruh anaknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak komunikasi dari orang tua
cederung berlaku sebagai seorang penghubung yang menghubungkan kontribusi atau sumbang pemikiran dari anggota keluarga. Pola komunikasi ini bisa digunakan untuk anak dalam semua tingkatan usia. Pola Komunkasi Fathernalistik Fathernalistik (fathernal = kebapakan)
adalah pola komunikasi kebapakan, dimana orang tua bertindak sebagai ayah terhadap anak dalam perwujudan mendidik, mengasuh, mengajar, membimbing, dan menasihati. Orang tua mengggunakan pengaruh sifat kebapakannya untuk menggerakkan anak mencapai tujuan yang diinginkan meskipun terkadang pendekatan yang dilakukan bersifat sentimental. Dibalik kebaikannya, kelemahannya adalah tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh menjadi dewasa dan bertanggung jawab. Itulah sebabnya, tipe pola komunikasi ini diberi ciri- ciri berdasarkan sifat-sifat orang tua sebagai pemimpin. Di antara sifat-sifat umum initipe pola komunikasi kebapakan aadalah orang tua menganggap anak sebagai manusia yang tidak dewasa, terlalu melindungi anak, tidak memberi kesempatan Kepada anak untuk mengambil keputusan dan untuk mengembangkan inisiatif dan kreasi, orang tua sering menganggap dirinya serba tahu.
5. Pola Komunikasi Karismatik Tipe pola komunikasi karismatik adalah pola komunikasi orangtua yang memiliki kewibawaan yang kuat. Kewibawaan itu hadir bukan karena kekuasaan atau ketakutan, tetapi karena adanya relasi kejiwaan antara orang tua dan anak. Adanya kekuatan internal luar biasa yang diberkahi kekuatan gaib (supernatural powers) oleh Tuhan dalam diri orang tua sehingga dalam waktu singkat dapat menggerakkan anak tanpa bantahan. Pola komunikasi ini baik, selama orang tua berpegang teguh kepada nilai-nilai moral dan akhlak yang tinggi dan hukum- hukum yang berlaku. Pola komunikasi ini dapat diberdayagunakan terhadap anak usia SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.
6. Pola Komunikasi Melebur Diri Tipe pola komunikasi melebur diri (affiliate) adalah tipe kepemimpinan orang tua yang mengedepankan kerja sama dengan anak dengan anak denga cara menggabungkan diri. Tipe komunikasi ini berusaha membangun ikatan yang kuat antara orang tua dan anak, berupaya menciptakan perasaan cinta, membangun kepercayaan dan kesetiaan antara orang tua dan anak. Keakraban antara orang tua dan anak terjalin sangat harmonis. (Djamarah S. , 2014 ).
7. Pola Komunikasi Gaya Pelopor Tipe pola komunikasi orangtua yang satu ini biasanya selalu berada di depan (pelopor) untuk memberikan contoh atau suri tauladan dalam kebaikan bagi anak dalam keluarga. Orang tua benar-benar tokoh yang patut diteladani karena sebelum menyuruh atau memerintah anak, ia harus lebih dulu berbuat. Dengan kata lain, orangtua lebih banyak sebagai pelopor di segala bidang demi kepentingan pendidikan anak. Pola komunikasi ini dapat digunakan untuk anak dalam semua tingkatan usia
8. Pola Komunikasi Manipulasi Tipe pola komunikasi ini selalu melakukan tipuan, rayuan, memutar balik kenyataan. Agar apa yang dikehendaki tercapai orangtua menipu dan merayu anak agar melakukan yang dikehendakinya. Orangtua selalu memutar balikkan fakta atau memanipulasi keadaan sebenarnya. Pola komunikasi orangtua yang bergaya manipulasi biasanya berhasil mencapai tujuan karena anak yang diperlakukan tidak tahu maksud orangtuanya.
9. Pola Komunikasi Transaksi Pola komunikasi orangtua tipe ini selalu melakukan perjanjian (transaksi), dimana antara orangtua dan anak membuat kesepakatan dari setiap tindakan yang diperbuat. Orangtua menghendaki anaknya
mematuhi anaknya dalam wujud melaksanakan perjanjian yang telah disepakati. Ada sanksi tertentu yang dikarenakan kepada anak jika suatu waktu anak melanggar perjanjian tersebut. Pola komunikasi ini cocok digunakan untuk anak SD dan SMP.
10. Pola Komunikasi Biar Lambat Asal Selamat Pola komunikasi orangtua tipe ini melakukan segala sesuatu sangat berhati-hati. Orang berprinsip biar lambat asal selamat. Biarpelan tapi pasti melompat jauh kedepan. Orangtua tidak mau terburu-buru, tapi selalu memperhitungkan secara mendalam sebelum bertindak. Dalam berbicara orangtua menggunakan bahasa lemah lembut, sopan dalam kata-kata, santun dalam untaian kalimat. Pola komunikasi ini cocok digunakan untuk anak PAUD, TK, SD, dan SLTP.
pola komunikasi orangtuadapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
a) Pola komunikasi membebaskan ( Permissive ) Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan Pola komunikasi serba membiarkan adalah orangtua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.
b) Pola Komunikasi Otoriter Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orangtua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Pola komunikasi otoriter mempunyai aturan – aturan yang kaku dari orangtua. Dalam pola komunikasi ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum, bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku atau keran, cendenrung emosinal dan bersikap menolak
c) Pola Komunikasi Demokratis Pola komunikasi orangtua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak. Mereka membuat semacam aturan – aturan yang disepakati bersama. Orangtua yang demokratis ini yaitu orangtua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.
Proses Komunikasi
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni secara primer dan secara sekunder:
1. Proses Komunikasi Primer Proses komunikasi secara primer merupakan proses yang menyampaikan pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Dalam komunikasi secara primer, media yang digunakan meliputi bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung dapat “menggambarkan” atau “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan
2. Proses Komunikasi Sekunder Proses komunikasi secara sekunder merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai simbol sebagai media pertama. Dalam proses ini, komunikator mengirim pesan kepada komunikan yang berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak menggunakan media kedua meliputi surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan masih banyak lagi yang sering digunakan dalam berkomunikasi Terdapat dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi verbal dan nonverbal :
a. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan symbol verbal. Simbol tersebut dapat berupa bahasa verbal (lisan dan tulisan).
b. Komunikasi nonverbal Komunikasi nonverbal menurut adalah proses komunikasi dengan menyampaikan pesan tanpa kehadiran simbol – simbol verbal. Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi komunikasi secara nonverbal. Beberapa indikator tersebut yaitu mata dan wajah (eye and face), pergerakan (movement), sentuhan (touch), bebauan (smell), jarak (distance), waktu (time), ketertarikan (attractiveness), pakaian (clothing), dan lingkungan fisik (physical environment).
Menurut,Bahwa hubungan komunikasi pada keluarga dibangun secara efektif oleh orang tua untuk anak dengan kapasitas dan
keberanian anak untuk mengambil keputusan. Intensnya hubungan komunikasi orang tua dan anak sangat membantu keefektifitas suatu hubungan psikologis sehingga pendekatan parenting yang bersifat sepihak
Hambatan Komunikasi
Hambatan komunikasi merupakan sesuatu yang dapat menghalangi ataupun mengganggu terciptanya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi akan mempersulit dalam penyampaian pesan yang jelas, mempersulit pemahaman terhadap penerima pesan, serta mempersulit dalam menerima umpan balik yang tepat Dalam pembagian hambatan yang terdapat 4 (empat) jenis, yaitu hambatan personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau budaya, serta hambatan lingkungan, berikut 4 (empat) hambrmatannya yaitu :
1. Hambatan Personal
2. Hambatan Kurtural
3. Hambatan Fisik
4. Hambatan Lingkungan
B. Hasil Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak
Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi orang tua dengan anak ini merupaan salah satu cara dalam mengembangkan pola piker anak. Ada beberapa bentuk pola komunikasi orang tua dan anak , ada juga yang sesuai dengan kondisi yang berada di Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan yaitu Pola Komunikasi Permissif yang dimana menurut teori menyebutkan pola komunikasi ini merupakan pola komunikasiyang bebas dan cenderung kurang peduli dengan anak seperti dari hasil wawancara yang telah saya lakukan dengan Isatin Rodiyah sebagai Pengurus Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan menilai sikap orang tua para anak asuh berbagai macam ada beberapa orang tua yang rutin untuk berkomunikasi dengan anaknya, ada yang melakukan komunikasi nya jarang-jarang, da nada juga yang tidak melakukan komunikasi sama sekali dengan anaknya. Para pengurus panti juga ingin elalu memberikan kesempatan buat anak anak asuh agar berkomunikasi dengan orang tua kandungnya karena dalam membentuk karakter dan mental para anak asuhpara
pengurus ingin ada keterlibatan orang tua kandung para anak asuh agar para anak asuh tetap mendapatkan perhatian dari orang tua kandung nya.
Menurut teori menyebutkan ada 2 proses komunikasi yaitu proses komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder. Proses komunikasi primer merupakan proses komunikasi yang meliputi bahas isyarat dan lainnya yang secara langsung menggambarkan / menerjaemahkan pikiran atau perasaan yang digunakan jika proses komuniksi sekunder yaitu proses komunikasi yang menggunakan media kedua seperti radio,tv, Telefon dll. Dari kedua proses komunikasi tersebut selaras dengan kondisi yang ada di Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan, hal ini di dukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan pengurus Panti Asuhan dan dengan beberapa Anak asuh di panti asuhan.
Menurut Isatin Rodiyah sebagai salah satu Pengasuh di Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesanagan menjelaskan bahwa pihak pantiasuhan memfasilitasi kepada anak anak asuhnya yang ingin berkomunikasi dengan orang tua kandung nya. Isatin Rodiyah juga menjelaskan bahwa anak anak asuh yang ingin berkomunikasi dengan orang tua kandungnya menggunakan 2 proses komunikasi yaitu proses komunikasi primer dan sekunder. Disini anak anak yang melakukan proses komunikasi primer melakukan komunikasi dengan orang tuah kandungnya dengan cara
menemui orang tuanya di jalan jalan karena sebagian besar orangtua kandung dari mereka mata pencarian nya sebagai pengamen, dan pemulungnamun ada juga yang berkomuikasi langsung di rumah orang tua kandungnya. Pihak panti memberikan fasilitas agar anak anak bias bertemu dan berkomuniksi dengan orang tua kandungnya. Seperti pada gambar berikut.
Pihak pengasuh mengantar anak-anak asuh untuk meemui orang tuanya yang bekerja dijalanan seperti pada gambar tersebut yang orang tua nya berprofesi sebagai pengamen dijalan dan tukang becak di sekitaran Jl.Arjuno Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan juga membuka lebar jika ada orang tua kandung anak anak asuh ingin bertemu seperti pada gambar berikut :
Para pengurus panti asuhan tetap ingin orangtua kandung berkontribusi dalam tumbuhkembang anak anak asuh, jadi meskipun anak-anak tinggal di Panti asuhan tetapi mereka tetap bias berbagi cerita dengan orang tua kandung nya. Selain itu pihak panti asuhan juga memberikan fasilitas lain kepada anak-anak asuhnya yang orang tuanya bertempat tinggal jauh dengan memberikan kesempatan anak anak menghubungi orang tua kandungnya dengan menggunakan hp pengurus. Hal ini di dukung dengan hasil
wawancara dengan Isatin Rodiyah sebagai salah satu Pengasuh di Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan.
Isatin Rodiyah menjelaskan bahwa ada juga beberapa anak anak yang berkomunikasi dengan video call / telefon dikarenakan orangtuanya jauh / tidak sempat bertemu pengasuh sangat mengusahakan anak anak asuh bisa tetap berkomunikasi dengan orangtuanya meskipun mereka besar di panti asuhan. Hal ini di dasari karena posisi ornagtuanya jauh di luar kota. Dengan adanya hambatan jarak orang tuanya, pihak panti tetap bias mengusahakan agar anak-anak asuh dapat berkomunikasi dengan orang tua kandung nya. Hal ini selaras dengan teori proses komunikasi di atas , anak anak asuh di panti asuhan menggunakan 2 proses komunikasi tersebut . ada beberapa yang menggunakan proses komunikasi sekunder dan kebanyakan menggunakan proses komunikasi sekunder melihat kondisi orang tua dari anak anak asuh yang jarang sekali memiliki
hp jadi kebanyakan dari anak anak asuh menggunakan proses komunikasi primer .
Tidak berjalan selancar itu anak anak asuh di panti asuhan juga memiliki hambatan hambatan komunikasi sepeti pada teori Hambatan Personal dan Hambatan Lingkungan seperti anak anak yang melakukan komunikasi dengan orang tua nya secara langsung / disebut dengan proses komunikasi primer lebih sering mengalami hambatan karena kebanyakan dari orang tua mereka bekerja sebagai pengamen/pemulung jika di tempat pangkalan mereka ada razia satpol PP mereka tidak bias menemui orang tua kandung mereka. Hal tersebut sring sekali di alami.
Ada beberapa hambatan anak-anak untuk melakukan komunikasi dengan orangtua kandungnya seperti anak – anak yang menemui orangtua kandungnya di tempat pangkalan mereka tidak dapat di prediksi karena
sering sekali tejadinya razia yang dilakukan oleh satpol PP untuk menertibkan para PKL, pengamen dan pengemis dan tidak sedikit oragtua kandung anak-anak asuh di Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan berprofesi menjadi pedagang asongan, pengamen maupun pengemis. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta melalui cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus di bawa dan dibimbing, dan dididik, dan bukan sebagai objek semata
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pola komunikasi orang tua terhadap anak dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pola komunikasi antara orang tua dan anak berperan penting dalam perkembangan anak. dalam membimbing anak anak asuh pihak Panti Asuhan Muhammadiyah Pagesangan tetap ingin memberikan kesempatan bagi orang tua kandung yang ingin tetap berkomunikasi dengan anak- anak asuhnya. seperti yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa pola komunikasi yang dilakukan anak-anak asuh untuk berkomunikasi dengan orangtua kandungnya seperti melakukan komunikasi melalui whatsaapp, telfon maupun video call hal ini di dasari karena posisi orangtua kandung sangat jauh berada di luar kota. Selain itu ada beberapa anak –anak yang menemui orang tuanya secara langsung yang sedang mangkal di tempat kerjanya dan ada beberapa juga anak anak yang beruntung tanpa harus susah susah untuk melakukan komunikasi dengan orang tuanya karena orangtua kandungnya menghampiri di panti asuhan. Meskipun tidak sedikit orang tua yang acuh dan kadang susah untuk bertemu namun pihak panti asuhan tetap mengusahakan agar anak-anak tetap bias berkomunikasi dengan orangtua mereka.