Village Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v15i3.1091

Preventing Stunting Through Effective Supplementary Feeding


Mencegah Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan yang Efektif

Program Studi Administrasi Publik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Program Studi Administrasi Publik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Stunting Child Nutrition Public Health Providing Supplementary Food (PMT)

Abstract

General Background: Stunting is a significant public health issue that adversely affects child growth and development, particularly in developing countries like Indonesia, leading to increased morbidity and mortality rates. Specific Background: In Kedung Peluk Village, Sidoarjo Regency, the Supplementary Feeding Program (PMT) was implemented to combat stunting, but its effectiveness remains uncertain. Knowledge Gap: There is limited research evaluating the specific effectiveness of PMT in this context, necessitating a thorough examination. Aims: This study analyzes the effectiveness of PMT in preventing stunting in Kedung Peluk Village, focusing on indicators such as target accuracy and program understanding. Results: While PMT is well-targeted and timely, many community members lack understanding of stunting prevention. Although the number of stunted children decreased from 15 to 9, awareness of nutritional needs remains low. Novelty: This research offers new insights into PMT's effectiveness in a rural setting, highlighting community perceptions. Implications: The findings emphasize the need for improved educational initiatives to enhance community understanding and engagement, ultimately aiming to reduce stunting rates.

Highlights:

  • Effectiveness Evaluation: The study assesses PMT's impact on reducing stunting rates among children in Kedung Peluk Village.
  • Community Awareness: Significant gaps exist in community understanding of nutritional needs and stunting prevention.
  • Educational Initiatives: Enhanced educational strategies are crucial for improving engagement and knowledge about stunting in the local population.

Keywords: Stunting, Child Nutrition, Public Health, Providing Supplementary Food (PMT)

Pendahuluan

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Permasalahan gizi yang dimaksud antara lain kegagalan pertumbuhan pada awal kehidupan seperti berat badan lahir rendah, pendek, kurus dan gemuk, yang akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Anak yang kekurangan gizi nantinya bisa mengalami hambatan kognitif dan kegagalan pendidikan, sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas di masa dewasa [1]. Kurang energi dan kurang protein, kekurangan vitamin A, yodium, zat besi, vitamin, dan mineral lainnya merupakan msalah gizi yang sering dialami oleh balita (bawah lima tahun) [2]. Malnutrisi energi protein atau kekurangan energi protein (KEP) merupakan suatu penyakit gangguan gizi yang banyak terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Gangguan gizi ini sering terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun (balita), ibu yang sedang mengandung atau menyusui [3].

Stunting merupakan kegagalan tumbuh kembang anak yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak mencukupi yang ditandai dengan tinggi badan berada dibawah standar deviasi pada kurva tinggi menurut usia. Stunting menjadi masalah yang serius yang dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian pada balita [4]. Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang sangat penting untuk diperhatikan, khususnya di negara-negara miskin dan berkembang. Kejadian stunting sering dijumpai pada balita dengan usia 12-36 bulan dengan pravalensi sebesar 38,3-41,5%. Dampak yang ditimbulkan dari stunting yaitu otak tidak dapat berkembang dengan baik sehingga menyebabkan penurunan kemampuan intelektual dan produktivitas [5]. Selain dampak biologis, stanting juga dapat mengakibatkan risiko kesehatan yang serius, diantaranya yaitu infeksi biasa, infeksi serius yang fatal hingga kematian. Balita yang mengalami masalah stunting akan memiliki risiko terjadinya kerusakan secara permanen pada perkembangan kognitif yang diikuti oleh perkembangan intelektual, motorik yang kurang optimal, dan kemampuan bahasa.

Factor penyebab langung terjadinya kekurangan gizi adalah ketidak seimbangan gizi dalam makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak dan pelayanan Kesehatan . Ketiga factor tersebut berkaitan dengan tingkat Pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan keluarga serta tingkat pendapatan keluarga [6]. Faktor ibu memegang peran penting dalam menyediakan dan menyajikan makanan yang bergizi dalam keluarga, sehingga berpengaruh terhadap status gizi anak [7].

Anak dengan status gizi stunting akan mengalami gangguan pertumbuhan hingga masa remaja sehingga pertumbuhan akan lebih rendah dibandingkan dengan remaja normal. Remaja yang terdampak stunting akan berisiko mendapatkan penyakit kronik salah satunya yakni obesitas. Remaja stunting akan berisiko lebih tinggi terkena obesitas dibandingkan dengan remaja yang tinggi badannya normal. Obesitas dapat disebabkan oleh faktor lingkungan yang terjadi melalui ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik.

Asupan gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting. Pola pemberian makanan dapat memberikan gambaran tentang asupan gizi yang mencakup jenis, jumlah, dan jadwal makanan yang berbeda-beda [8]. Pola pemberian makan yang tepat pada balita sebagian besar memiliki gizi yang normal. Para ibu yang memiliki pola pemberian makan yang baik, menunjukkan bahwa ibu telah memberikan makanan yang tepat kepada balita sehingga kebutuhan nutrisi balita terpenuhi [9]. Asupan nutrisi menjadi salah satu komponen penting dalam pertumbuhan balita. Makanan yang didapatkan oleh balita yaitu makanan yang mengandung sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan mikro (seng, kalsium). Asupan energi yaitu lemak dan protein yang digunakan sebagai sumber kekuatan tubuh. Asupan nutrisi merupakan determinan stunting yang mana asupan nutrisi yang rendah berpotensi pada meningkatnya kejadian stunting hingga 1,9 kali [10].

Percepatan penurunan stunting di Indonesia menjadi suatu isu prioritas dalam pelaksanaan pembangunan. Permasalahan ini juga harus mendapat perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat dikarenakan permasalahan ini sangat berkaitan dengan kemiskinan yang berhubungan dengan masalah Kesehatan pangan di tingkat rumah tangga serta menyangkut perilaku tentang hidup sehat. Apabila masalah stunting dan masalah gizi tidak ditangani dengan serius maka diperkirakan Indonesia akan kehilangan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 2-3% setiap tahunnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 menunjukkan bahwa Balita yang menderita stunting mencapai 30,8%, sedangkan pada tahun 2019 turun menjadi 27,67%. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan angka stunting di Indonesia selama ini belum menunjukkan adanya perubahan yang cukup signifikan. Efektivitas diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan dan pelaksanaan suatu tugas yang dinilai baik atau tidak, terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang diperlukan untuk itu [11].

Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, pemerintah menetapkan 160 Kabupaten/Kota yang menjadi daerah prioritas dalam penanganan stunting yang melingkupi 1.600 desa. Berdasarkan data, di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2022 19,2%. Dalam hal ini, pemerintah melakukan upaya dalam mengatasi permasalahan stunting melalui peningkatan gizi masyarakat dengan melakukan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk meningkatkan status gizi anak. Berikut merupakan data Prevalensi Balita Stunting (Tinggi Badan Menurut Umur) Berdasarkan Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur tahun 2022 sebagai berikut:

No. Kabupaten/Kota Prevlensi Stunting
2021 2022
1. Kab. Jember 23,90% 34,90%
2. Kab. Bondowoso 37,00% 32,00%
3. Kab. Situbondo 23,70% 30,90%
4. Kab. Ngawi 16,20%2 28,50%
5. Kab. Lamongan 20,50% 27,50%
6. Kab. Bangkalan 38,90% 26,20%
7. Kota Batu 15,00% 25,20%
8. Kab. Tuban 25,10% 24,90%
9. Kab. Bojonegoro 23,90% 23,80%
10. Kab. Lumajang 30,10% 24,30%
11. Kota Probolinggo 19,00% 23,80%
12. Kab. Malang 25,70% 23,00%
13. Kab. Jombang 21,20% 22,10%
14. Kab. Kediri 15,70% 21,60%
15. Kab. Sumenep 29,00% 21,60%
16. Kota Pasuruan 22,10% 21,10%
17. Kab. Pacitan 22,70% 20,60%
18. Kab. Pasuruan 21,50% 20,50%
19. Kab. Nganjuk 25,30% 20,00%
20. Kab. Trenggalek 18,10% 19,50%
21. Kab. Banyuwangi 20,10% 18,10%
22. Kota Malang 25,70% 18,00%
23. Kab. Madiun 15,90% 17,60%
24. Kab. Tulungagung 13,10% 17,30%
25. Kab. Probolinggo 23,30% 17,30%
26. Kab. Sidoarjo 14,80% 16,10%
27. Kab. Magetan 17,20% 14,90%
28. Kab. Blitar 14,50% 14,30%
29. Kota Kediri 18,00% 14,30%
30. Kab. Ponorogo 20,00% 14,20%
31. Kota Blitar 12,90% 12,80%
32. Kab. Mojokerto 27,40% 11,60%
33. Kab. Gresik 23,00% 10,70%
34. Kota Madiun 12,40% 9,70%
35. Kota Mojokerto 6,90% 8,40%
36. Kab. Pamekasan 38,70% 8,10%
37. Kab. Sampang 17,20% 6,90%
38. Kota Surabaya 28,90% 4,80%
Table 1.Prevalensi Balita Stunting (Tinggi Badan Menurut Umur) Berdasar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2021-2022

Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2021 yaitu sebesar 14,80% namun pada tahun 2022 mengalami kenaikan sebesar 1,30%. Dengan adanya hal tersebut maka pemerintah Kabupaten Sidoarjo berupaya untuk mengatasi masalah stunting dilakukan dengan upaya peningkatan gizi masyarakat, salah satunya melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Di Kabupaten Sidoarjo khususnya di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi sendiri sudah ada program untuk meningkatkan status gizi anak dengan memberi makanan tambahan. PMT memiliki tujuan guna mengurangi angka stunting dimana program tersebut dilaksanakan pada setiap posyandu yang ada di desa khususnya Desa Kedung Peluk. Dalam efektifitas Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Berikut merupakan data balita dan status gizi bayi setelah adanya PMT di Desa kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo sebagai berikut:

Jenis Kelamin Status Gizi
Pendek Sangat Pendek
2021 2022 2021 2022
Laki-Laki 2 2 2 2
Perempuan 2 1 - -
Jumlah 2 3 2 2
Table 2.Data Balita dan Status Gizi Bayi Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Tahun 2022

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah bayi dengan status gizi pendek pada tahun 2021 jumlahnya 4 sedangkan di tahun 2022 mengalami penurunan yaitu ada 3 bayi yang berstatus pendek. Sedangkan status gizi sangat pendek terdapat 2 bayi pada tahun 2021 dan mengalami jumlah yang sama ditahun 2022. Terdapat enam bayi yang terdata pada posyandu di Desa Kedung Peluk memiliki status gizi buruk di tahun 2021 dan memiliki jumlah 5 pada tahun 2022. Dengan adanya data diatas diketahui bahwa belum ada perubahan yang siginifikan terhadap jumlah balita dan bayi yang menderita stunting di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Dengan terdatanya bayi dan balita yang mengalami status gizi yang buruk maka program Pemberian makanan tambahan dan vitamin tambahan dilakukan ketika kegiatan posyandu sehingga petugas atau kader posyandu dapat memantau perkembangan bayi yang bergizi kurang. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan jumlah balita normal di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

Untuk melakukan kajian dan analisis tentang Efektifitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Pencegahan Stunting di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo maka penulis perlu memahami tentang konsep efektivitas program. Dalam Ensiklopedi Umum Administrasi, efektivitas berasal dari kata kerja efektif, berarti terjadinya suatu akibat atau efek yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya [12]. Efektivitas adalah jangkaun usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sarananya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya [13].

Dalam proses penyususnan artikel ilmiah ini, penelitian terdahulu memiliki peran yang cukup penting yang digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam melaksanakan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini adalah penelitian pada tahun 2021 dengan judul “Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting Di Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan (Studi Kasus Pada Desa Mampari Dan Desa Banua Hanyar)” tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting pada Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan (studi kasus pada desa Mampari dan desa Banua Hanyar) dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan hasil Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan Batumandi (studi kasus pada desa Mampari dan desa Banua Hanyar) terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung program ini adalah Kerjasama yang baik antara petugas gizi dari UPT Puskesmas Batumandi, bidan desa, kader Posyandu dan kader PMT. Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah kurangnya pendanaan, pendidikan orang tua, ekonomi keluarga balita stunting dan kurangnya sosialisasi tentang pola asuh anak. Selanjutnya penelitian pada tahun 2022 dengan judul “Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita Berisiko Stunting Di Desa Rerang Kecamatan Dampelas” tujuan dari penelitian ini yaitu untuk ikut berkontribusi dalam percepatan penurunan angka kejadian stunting serta membantu meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terutama ibu rumah tangga mengenai pentingnya komponen asupan nutrisi dalam pertumbuhan anak. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu metode observasi, studi dokumen dan metode dokumentasi. Hasil dari data yang didapatkan menunjukkan adanya perbedaan berat badan dan tinggi badan yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan pada balita yang berisiko terkena stunting. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai asupan gizi mengakibatkan kurangnya asupan nutrinya yang didapatkan oleh balita. Pemberian makanan tambahan menjadi salah satu cara dalam pencegahan stunting yang cukup efisien agar dapat menurunkan angka stunting di Indonesia khususnya di Desa Rerang Kecamatan Dampelas. Selanjutnya penelitain terdahulu pada tahun 2023 dengan judul “Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting Di Kepulauan Riau” bertujuan mendeskripsikan sejauh mana efektifitas program percepatan penurunan stunting di Kepulauan Riau dengan menggunakan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi literatur. berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa efektifitas program percepatan penurunan stunting sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan ketentuan dan tujuan yang telah ditetapkan. Namun, terdapat factor penghambat pada kurangnya Pendidikan, ekonomi, dan kurangnya pengetahuan pola asuh anak. Berdasarkan permasalahan dan penlitian terdahulu duatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul Efektifitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Pencegahan Stunting di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

Dengan penelitian kualitatif deskriptif, peneliti bermaksud untuk mengetahui dan menjabarkan secara terperinci serta mendalam Efektifitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Pencegahan Stunting di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Lokasi penelitian ini di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. sedangkan fokus indikator pada penelitian ini adalah indikator yang digunakan untuk mengukur efektivitas program menurut Sutrisno dengan beberapa indikator yakni a) Ketepatan sasaran, b) Pemahaman program, c) Ketepatan Waktu , d) Tercapainya Tujuan dan e) Perubahan nyata [14].

Metode

Dalam penelitian terkait “Efektifitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Pencegahan Stunting di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.” ini merupakan penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah upaya peneliti mengumpulkan data yang didasarkan pada latar ilmiah [15]. Sedangkan penelitian lainnya menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada penelitian dengan tujuan guna memahami gejala dan fenomena serta komprehensif yang dialami oleh subjek penelitian terhadap beberapa beberapa persoalan seperti tindakan, motivasi, persepi dan lain sebagainya dengan menggunakan deskripsi sebagai penjelasannya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ialah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data ialah metode yang digunakan untuk mengumpulkan bahan yang digunakan dalam sebuah penelitian. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer yang mana peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan yakni Sekretaris Desa Kedung Peluk, Kader Posyandu Desa Kedung Peluk serta Masyarakat Desa Kedung Peluk. Dan untuk melengkapi hasil dari penelitian tersebut, peneliti juga menggunakan data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen yang tersedia seperti Data mengenai balita stunting di Desa Kedung Peluk. Fokus dalam penelitian ini ialah berhubungan dengan Efektifitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Pencegahan Stunting di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo..

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan memilih sampel dengan berlandaskan pada penilaian atas karakteristik sampel yang dibutuhkan dan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini atau disebut dengan purposive sampling. Sedangkan untuk teknik analisis data hasil penelitian berpedoman pada model analisis data dari Miles dan Huberman, teknis analisis data ialah proses mengorganisir, menganalisis dan menginterprestasikan data non numeric menjadi sebuah informasi atau trend yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan penelitian. Miles dan Huberman membagi tahapan analisis data menjadi tiga langkah yakni 1) Reduksi data, yakni proses melakukan pemilihan, pemfokusan, pengabstraksian dan transformasi data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan. 2) Penyajian data, pengumpulan informasi yang tersusun yang memberikan peluang terjadinya penarikan kesimpulan. Mulanya penyajian data pada data kualitatif berbentuk teks naratif, namun seiring dengan perkembangannya kini banyak ditemui penyajian data kualitatif dengan menggunakan grafik, bagan ataupun matriks. 3) Penarikan kesimpulan, yakni kegiatan penyimpulan data yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan [16].

Hasil dan Pembahasan

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dengan berdasarkan efektivitas program menurut Sutrisno dengan beberapa indikator yakni a) Ketepatan sasaran, b) Pemahaman program, c) Ketepatan Waktu , d) Tercapainya Tujuan, e) Perubahan Nyata:

1. Ketepatan Sasaran

Pada indikator ketepatan sasaran dimana posisi pengukuran sangat penting dalam merumuskan sebuah program bagaimana sebuah program tersebut dapat tertancap pas dan tepat sasaran pada perencanaa nyang sebelumnya telah ditentukan sehingga berjalan sesuai dengan kondisi lingkungan. Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk telah dilaksanakan secara lebih masif khususnya sejak adanya regulasi Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Hal ini karena Pemerintah menargetkan angka populasi mencapai 24% di tahun 2024 secara nasional. Berdasarkan regulasi tersebut Sasaran dari PMT berbahan pangan lokal ini adalah Balita Gizi Kurang, Balita Berat badan Kurang dan Balita dengan Berat Badan Tidak Naik, hal ini bertujuan agar Berat badan Balita kembali naik secara adekuat mengikuti kurva pertumbuhan, Berat Badan Kembali Normal dan menjadi Gizi Baik. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa sasaran program tersebut difokuskan pda balita yang kondisi gizinya buruk. Berikut penjelasan mengenai sasaran program kadarzi berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dewi selaku Kader Posyandu Desa Kedung Peluk sebagai berikut:

“Pemberian makanna tambahan memang di tujukan kepada balita yang memang dalam kondisi gizi kurang baik, tinggi badan belum sesuai dengan kurva, serta berat badan yang tidak bertambah tiap bulannya. Pada kondiis tersebut kami sebagai kader memberikan makanan tambahan agar dapat membantu kondisi bayi atau balita tersebut Kembali baik dan tumbuh sesuai dengan usianya. Sedangkan bagi balita atau bayi yang tumbuh kembangnya sudah sesuai juga tetap kita berikan PMT namun tidak intens seperti bayi atau balita yang gizi buruk. Tp kadang ada juga yang acuh ibu-ibu tidak mengajak bayi atau balitanya untuk datang ke posyandu“ (Wawancara, 10 Januari 2024)

Berdasarkan wawancara diatas telah diketahui bahwa memang PMT di Desa Kedung Peluk sasarannya yaitu bayi atau balita yang memiliki kondisi gizi yang buruk sehingga pertumbuhannya tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan. Namun, PMT juga diberikan kepada bayi yang tumbuh kembangnya normal hanya saja berbeda jenis atau varian makannya. Tidak semua ibu-ibu di Desa Kedung Peluk membawa bayi atau balitanya untuk rutin dating ke Posyandu Desa. Hal tersebut diatasi dengan kader yang datang kerumah warga yang telah dilaporkan RT setempat jika ada warganya yang mengalami gizi buruk. Berikut merupakan data balita dan status gizi bayi di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo sebelum program PMT sebagai berikut:

Jenis Kelamin Status Gizi
Pendek Sangat Pendek Normal
Laki-Laki 3 2 3
Perempuan 4 - 3
Table 3.Status Gizi Bayi Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah bayi dengan status gizi pendek jumlahnya tujuh orang, status gizi sangat pendek terdapat dua bayi dan enam bayi dalam kondisi normal. Hal tersebut dapat dikatakan lebih dari setengah jumlah bayi atau balita yang terdata pada posyandu di Desa Kedung Peluk memiliki status gizi yang cukup buruk sehingga memerlukan PMT.

Pelaksanaan Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo juga didukung oleh para stakeholder atau lembaga yang ada di desa. Partisipasi atau keterlibatan lembaga-lembaga tersebut penting untuk efektivitas program. Hal ini sesuai dengan wawancara bersama Bapak Shofi selaku Sekretaris Desa Kedung Peluk sebagai berikut:

“penanganan stunting di Desa Kedung Peluk melibatkan beberapa lembaga desa seperti PKK, Posyandu, Kader Pembangunan Manusia, Kader Dasawisdma, Bidan Desa, petugas gizi dari Puskesmas Pembantu, Puskesmas Kecamatan dan juga adanya tim khusus untuk penanganan stunting. lembaga-lembaga terebut punya peran masing-masing. Kalau lembaga yang sumberdayanya itu masyarakat ya selain melakukan pendataan, penyuluhan, dan edukasi kepada masyarakat. kalau tenaga kesehatan mendukung dari sisi pelayanan teknisnya. Karena itu harus orang-orang khusus yang betul-betul memahami mengenai gizi dan stunting.”(Wawancara, 10 Januari 2024)

Dalam pelaksanaannya, program dilaksanakan dengan melibat berbagai pihak dan lembaga yang ada di desa dan di tingkat kecamatan. Di tingkat desa, program dilakukan dengan melibatkan 2 Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) yakni Posyandu dan PKK. Sementara untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang terlibat yakni Puskesmas Pembantu Desa Kedung Peluk di tingkat desa dan Puskesmas Candi di tingkat kecamatan. Sementara itu, sumber daya manusia yang terlibat sebagai pelaksana teknis program/kegiatan yakni bidan desa, kader posyandu, kader PKK, Kader Pembangunan Manusia, kader dasawisma, dan petugas gizi Puskesmas. Bidan desa, kader posyandu, kader PKK, dan kader pembangunan manusia memiliki peran sentral dalam upaya penurunan stunting, karena pihak-pihak tersebut merupakan bagian dari Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Desa Kedung Peluk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Norsanti dengan judul “Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan Batumandi Kabupaten Balang dengan fokus studi kasus di Desa Mampari dan Desa Banua Hanyar, bahwa upaya percepatan penurunan stunting dengan menyasar pada ibu hamil, ibu neyusui dan balita melibatkan beragam pihak baik dari Puskesmas, Bidan Desa, Posyandu, dan lembaga desa lainnya seperti PKK dan Kader Pembangunan Manusia.

Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di desa Kedung Peluk dilaksanakan sesuai dengan jadwal posyandu desa. Dimana kegiatan posyandu di Desa Kdeung Peluk dilaksanakan sebulan seklai yaitu di mingguke dua. Di posyandu tersebut balita yang terdeteksi memilki status gizi yang buruk diberikan PMT, Vitamin tambahan dan pemeriksaan lebih intens. Penelitian saat ini jika disandingkan dengan penelitian terdahulu yang berjudul “Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting Di Kepulauan Riau” menemui hasil yang sama yaitu Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk telah dilaksanakan secara lebih masif dan telah tepat sasaran sesuai dengan pendataan bayi dan balita sesuai KMS setiap posyandu. Hal tersebut juga ditemukan pada penelitian terdahulu dimana penlitian tersebut dijumpai hasil efektifitas program percepatan penurunan stunting sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan ketentuan dan tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan data yang ada dilapangan dengan indikator ketepatan sasaran pada penelitain Efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan telah tepat sasaransesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sutrisno. Dikarenakan jumlah dan pemberian PMT telah disesuaikan dengan kondisi bayi dan balita yang memang memiliki angka PMT yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sehingga PMT di Desa Kedung Peluk dapat mencegah stunting pada bayi dna balita di lingkungan sekitar.

2. Pemahaman Program

Pada indikator pemahaman program dipelrukan dalam rangka untuk mencapai suatu program yang telah ditentukan oleh organisasi, pemahaman suatu program perlu dilakukan oleh para implementasi sehingga dalam penerapannya sesuai dengan target yang dilayangkan oleh organisasi tersebut. Pemahaman program merupakan aspek kedua dalam konteks efisiensi Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk. Pemahaman program bukan hanya dari sisi penerima atau sasaran, melainkan juga dari sisi pelaksana program. Dari sisi pelaksanaan program, pada dasarnya tidak semua memiliki pemahaman yang baik terhadap pelaksanaan program, khususnya para kader baik kader posyandu, kader PKK, dan kader pembangunan manusia. Sementara itu, untuk petugas puskesmas pembantu, puskesmas, dan bidan desa telah memiliki pemahaman mengenai program secara baik. Hal tersebut dikarenakan sudah melekat pada tugas mereka. Lebih lanjut, upaya untuk memberikan pemahaman program terkait Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk dapat mengacu pada wawancara dengan Ibu Bu Dewi selaku pengurus Posyandu sebagai berikut:

“jadwal posyandu desa tiap minggu ke dua tiap bulannya mbak, itu sebagai bentuk konsistensi kita dalam melaksanakan program dari pemerintah. Sehingga harapan kami balita dan bayi di desa kedung peluk ini tidka ada yang stunting lagi. Bidan desa, ibu PKK dan Kader posyandu bekerjasama dengan baik untuk permasalahan stunting. Di sini juga dapat susu, telur dan bahan makanan lain untuk menunjang perbaikan gizi bagi bayi yang status gizonya buruk atau di bawah rata-rata.kita juga melakukan sosialisasi mulai dari ibu-ibu hamil dan ibu-ibu yang memiliki bayi dna balita dengan begitu kami harap semua sadar akan kebutuhan gizi anak.” (Wawancara, 10 Januari 2024)

Berdasarkan wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa selain melakukan kegiatan pelayanan kesehatan dan pendataan serta pencatatan, kader-kader Posyandu yang dibantu Bidan Desa dan tenaga dari Puskesmas melakukan penyuluhan dan sosialisasi pentingnya pemenuhan gizi kepada ibu hamil, iebu menyusui, dan balita khususnya yang di bawah 2 tahun. Upaya tersebut merupakan bentuk edukasi yang dilakukan agara sasaran program kadarzi lebih paham pentingnya pemenuhan gizi untuk mencegah terjadinya stunting. Selain itu pemerintah Desa Kedung Peluk juga melaksanakan sosialisasi mengenai program kadarzi dalam percepatan penurunan stunting di Desa Kedung Peluk, Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan sosialisasi sebagai berikut:

Figure 1.Kegiatan Soialisasi Kader dan Bidan Desa Kedung Peluk

Berdasarkan gambar 1 diatas dapat diketahui bahwa pemerintah Desa Kedung Peluk melakukan kegiatan sosialisasi yang melibatkan Bidan Desa dan Kader Posyandu Desa Kedung Peluk guna memberikan informasi mengenai Efektifitas Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Dengan harapan program tersebut dapat di sampaikan kepada warga sekitar sehingga masyarakat juga sadar akan pentingnya stunting tersebut dicegah. Namun, sosialisasi tersebut belum selurhnya masyarakat mengetahui program tersebut. Selain itu, dari sisi penerima/sasaran program memang harus diakui, masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya pemenuhan gizi terhadap ibu dan anak untuk mencegah gagal tumbuh pada balita (stunting). Budaya konsumsi masyarakat cenderung kepada makanan yang kurang bergizi. Kondisi ini selain dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat, juga dikarenakan faktor ekonomi masyarakat yang sulit untuk memperoleh makanan yang bergizi baik untuk ibu hamil, bayi, dan balita. Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Shofi.selaku Sekretaris Desa Kedung Peluk sebagai berikut:

“banyak juga masyarakat itu yang belum tau apa itu stunting. Jadi banyak yang masih ga oaham dengan kurang gizi itu sendiri. Jadi kita harus ekstra kaish infonya biar masyarakat paham mengenai pentinbgnya makanan bergizi bagi bayi dan balita biar tumbuh sesuai KMS yang berlaku. Makanya kita juga sering berkunjung ke rumah-rumah ibu hamil yang kurang aktif ikut posyandu. Sehingga kita jemput bola untuk memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakat.” (Wawancara, 10 Januari 2024)

Penjelasan di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Fitri dengan judul “Studi Meta Analisis: Efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Program Literasi Gizi menggunakan Pendekatan Pendidikan Keluarga” yang menyatakan bahwa penyuluhan dan sosialisasi sebagai bentuk edukasi kepada keluarga sasaran stunting merupakan aspek penting dalam membentuk masyarakat yang sadar akan pentingnya pemenuhan gizi. Hal ini juga akan berdampak pada peningkatan kualitas pengasuhan kepada anak khususnya balita [17]. Pemahaman terkait pentingnya program pada dasarnya dapat dioptimalkan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif. Kegiatan edukatif ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat terkait pentingnya upaya percepatan penurunan stunting di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Sehingga masyarakat dapat menerapkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang sangat sering dimapanyekan dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, termasuk masyarakat yang bebas stunting.

Berdasarkan data yang didapat dilapangan dengan indikator Pemahaman Program dapat diketahui bahwa Efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan belum sesuai tujuan yang ditetapkan dikarenakan masih banyak warga Desa Kedung Peluk yang belum memahami pencegahan stunting melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Dan ada juga masyarakat yang menganggap pemberian makanan tambahan (PMT) sebagai aji mumpung dikarenakan keluarga yang memiliki balita yang status gizinya kurang baik emndapat bantuan susu maupun makanan yang mengandung gizi yang diperuntukkan untuk bayi atau balita yang KMS di bawah standart ang berlaku.

3. Ketepatan Waktu

Manajemen waktu mencakup tindakan perencanaan, penjadwalan, pengorganisasian, dan mengalokasikan setiap waktu seseorang yang digunakan untuk menyelesaikan, dan mengalokasikan setiap waktu seseorang yang digunakan untuk menyelesaikan sesuatu tugas hariannya. Manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi terkendali sehingga untuk memastikan tercipatanya sebuah efisiensi dan efektivitas serta produktivitasPelaksanaan [18]. Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) didukung oleh program-program dari Dinas Kesehatan melalui puskesmas pembantu dan puskesmas, pemerintah Desa Kedung Peluk melalui Posyandu, PKK dan Kader Posyandiu Desa Kedung Peluk. Kegiatan PMT di Desa Kedung Peluk konsisten dilakukan setiap sebulan sekali di minggu kedua pada kegiatan posyandu Desa. Hal ini bertujuan untuk memantau perkembangan bayi atua balita yang KMSnya berada dibawah rata-rata (stunting) sehingga dapat mengetahui perkembangannya setiap bulan. Penjelasan tersebut sesuai dengan wawancara dengan Bu Dewi selaku Kader Posyandu Desa Kedung Peluk sebagai berikut:

“tiap bulan diminggu ke dua tiap bulan, di setiap kegiatan posyandu kami bidan desa dan kader posyandu menyiapkan makanan yang dibagikan kepada seluruh bayi dan balita yang hadir tentunya yang mengandung gizi guna menunjang perkembangan pertumbuhan abak-anak. Kita juga kasih ke ibu-ibu hamil makanannya serta vitaminnya juga.” (Wawancara, 10 Januari 2024)

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa kegiatan di Posyandu Desa Kedung Peluk dilaksanakan sebulan sekali. Setiap minggu kedua tiap bulannya. Pada kegiatan tersebut selain ada imunisasi, ada juga pemberian makanan tambahan dan penyuluhan gizi. Dimana tujuannya yaitu untuk mencegah stunting pada bayi dan balita yang ada di Desa Kedung Peluk. Dalam setiap bulannya keluarga yang terdata memiliki bayi atau balita yang status gizi dibawah KMS mendapatkan bantuan makanan. Berikut merupakan data warga Desa Kedung Peluk yang mendapatkan bantuan makanan sebagai berikut :

RW. 1 RW. 2 RW. 3 RW. 4
15 KK 8 KK 6 KK 8 KK
Jumlah 37 KK
Table 4.Data Warga Desa Kedung Peluk yang Mendapat Bantuan Makanan

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah bantuan yang diterima Desa Kedung Peluk sejumlah 37 bantuan. Dimana semuanya disebar di empat RW yang ada di Desa Kedung Peluk sesuai dengan temuan saat posyandu Desa. Bantuan ini diterima masyarakat setiap bulannya, tujuannya yaitu dapat memberikan makanan yang bergizi bagi bayi atau balita yang KMS nya di bawah rata-rata. Sehingga dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan porsinya. Hal tersebut sebagimana disampaikan oleh Ibu Dewi Selaku kader posyandu Desa Kedung Peluk sebagai berikut:

“pemberian makanan tambahan kepada keluarga yang memiliki bayi atau balita yang status gizinya di bawah KMS memang setiap bulan diberikan. Susu, telur vitamin itu yang diberikan setiap bulan untuk menunjang tumbuh kembang bayi atau balita tersebut. Namun, jika dalam perkembangnnya bayi tersebut sudah membaik maka bantuan tersebut akan behenti.” (Wawancara, 10 Januari 2024)

Berdasarkan wawancara ditas dapat diketahui bahwa setiap keluarga mendapatkan bantuan makanan dan susu guna menunjang pertumbuhan bayi atau balita yang berada dibawah garis KMSnya. Beberapa penjelasan di atas sesuai dengan penelitian Tongko dkk dengan judul “Upaya Pemerintah Desa terhadap Penanggulangan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Totikum Selatan Kabupaten Benggai Kepulauan” yang menyebutkan bahwa hal utama sebagai upaya penanganan stunting di desa yakni mengenai peningkatan gizi masyarakat khususnya sasaran Posyandu yakni kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita tiap bulan sekali [19]. Beberapa hal diatas sebelumnyadijumpai bahwa dalam indikator ketapatan waktu pada Efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan telah sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Sutrisno. Dikarenakan kegiatan posyandu dilakukan setiap bukandengan konsisten. Serta pemberian bantuan makanan juga diberikan setiap bulannya kepada keluarga yang memiliki bayi atau balita yang status KMSnya dibawah garis.

4. Tercapainya Tujuan

Tujuan program adalah sebuah pedoman untuk tercapainya sebuah program yang diinginkan faktor penting untuk efektivitas program. Dan apakah tujuan yang diinginkan sesuai dengan rencana yang diinginkan dalam proses pelaksanaannya. Tanpa tujuan dari program pencapaian hasil hanyalah halusinasi tanpa ekspetasi yang sulit di capai dengan tujuan dari pelaksanaanya program hanya fokus kepada tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui program itu efektif atau tidakknya. Maka harus dilakukan sebuah identifikasi dengan membandingkan dari tujuan program dan juga hasil dari program tersebut.

Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) memiliki tujuan yakni dalam rangka upaya percepatan penurunan stunting yang mana merupakan prioritas nasional dan telah tercantum dalam Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Tujuan dari program ini yakni mencapai angka stunting sebesar 14% secara nasional. Target ini seharusnya juga menjadi target di lingkup pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan target di lingkup Desa Kedung Peluk. Karena berdasaekan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskeda) tahun 2018 angka stunting Kabupaten Sidoarjo sebanyak 27,05% dan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 angka stunting Kabupaten Sidoarjo yakni 14,8%. Beberapa nilai riset tersebut menunjukkan bahwa angka stunting Kabupaten Sidoarjo masih tinggi dan harapannya dapat di bawah target nasional di tahun 2024.

Upaya Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam rangka penanganan stunting di Desa Kedung Peluk dapat merujuk pada wawancara dengan Ibu Dewi selaku pengurus Posyandu berikut ini:

“kegiatan PMT ini memang fokusnya untuk mengentas stunting di desa kita ini. Dulunya masih ada kurang lebih 15an anak yang terdata di bawha KMS. Namun berangsur menurun. Sekarang sudah ada 9 yang masuk data kami. Dengan demikian saya rasa tujuan program ini sudah mulai tercapai meksipun belum semua bayi dan balita disini tidak berstatus stunting.” (Wawancara, 10 Januari 2024)

Berdasarkan wawancara diatas diketahui bahwa jumlah bayi dan balita stunting mencapai angka 15 bayi. Namun, saat ini sudah berangsur menurun jumlahnya yaitu 9 bayi. Hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa PMT di Desa Kedung peluk telak bejalan sebagimana yang telah di tujukan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ada permasalahan pada penanganan stunting di tahun 2021-2022. Namun mulai berkurang di tahun 2023, karenanya banyaknya kegiatan terkait Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang diterima sasaran stunting mulai dari pemberian susu, maganan bergizi, dan vitamim. Kondisi masih tinggi stunting seharusnya menjadi perhatian seluruh stakeholder Desa Kedung Peluk harus meningkatkan upaya percepatan penurunan stunting melalui kegiatan-kegiatan yang selama ini dilaksanakan baik melalui Puskesmas dan Posyandu. Dengan kata lain, hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan dari sisi pencapaian tujuan penurunan stunting di Desa Kedung Peluk. Kondisi di Desa Kedung Peluk juga terjadi pada kasus di daerah lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Aminah dan Riduan yang menyatakan bahwa pada aspek ketercapaian tujuan program, masih sedikit Ibu Hamil yang berkunjung ke Posyandu dan lebih memilih langsung pergi ke Puskemas [20].Kondisi ini menjadi perhatian penting baik dari pemerintah desa dan puskesmas serta stakeholder lain yang terlibat dalam upaya percepatan penurunan angka stunting. Hal tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada indikator Tercapainya tujuan dapat dikatakan sdah baik. Dikarenakan jumlah bayi atau balita stunting di Desa Keudng Peluk telah mengalami menurunan.

5. Perubahan Nyata

Perubahan nyata yang dimaksud yaitu melihat bahwa sejauhmana program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dapat memberikan efek atau dampak serta perubahan yang nyata bagi pihak terkait. Dalam hal ini maka perubahan nyata dilihat dari sejauhmana program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dampak atau perubahan nyata terhadap bayi dan balita. Apakah pihak terkait dapat merasakan adanya perubahan atau dampak dengan adanya pelaksanaan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Perubahan nyata pada program ditinjau melalui perubahan atau dampak positif yang dirasakan oleh sasaran program setelah salah satu dari penerima manfaat program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk bayi dan balita. Perubahan nyata dapat dilihat melalui perbedaan kondisi sebelum dan sesudah tergabung menjadi bagian dari penerima program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk bayi dna balita satunting di Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sebagaimana disampaikan oleh Ibu Rosi selaku orang tua balita stunting sebagai berikut:

“iyaa, kebetulan anak saya itu berat badannya belum sesuai garis, jadi setiap posandu saya dapat suus formula, telur dan makanan sehat untuk anak saya. Serta saya di kaish tambahan vitamin. Kebetulan anak saya susah makan jadi memang beratnya tidak sesuai. Tapi dengan adanya program ini, anak saya sudah mulai makan sebagaimana mestinya, sudah tidak kekuarangan vitamin dan susu. Sehingga anak saya sudah tumbuh dnegan normal seperti teman seusinya.” (Wawancara, 10 Januari 2024)

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Bu Dewi selaku Kader Posyandu Desa Kedung Peluk sebagai berikut:

“alkhamdulillah beberapa anak yang berstatus gizi buruk suah mulai berkurang dikarenakan emmang ini tujuan dari pemberian makanan tambahan agar bayid na balita tidak stunting. Memang prosesnya tidak sebentar, karena memang kan kasus gizi buruk ini beda-beda tiap anaknya. Sehingga juga penyembuhan atau prosesnya juga beda-beda.” (Wawancara, 10 Januari 2024)

Berdasar wawancara diatas pada indikator perubahan nyata dapat diketahui bahwa telah terdapat perubahan yang cukup baik pada gizi balita yang kurang dengan pemberian makanna tambahan berupa susu, telur, dan vitamin yang di berikan kepada balita setiap kegiatan posyandu di Desa Kedung Peluk.

Simpulan

Berdasarkan indikator pada pengukuran Efektifitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Pencegahan Stunting di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dilihat dari Ketepatan sasaran, Pemahaman program, Ketepatan Waktu dan Tercapainya Tujuan. Maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut. Pertama, dengan indikator ketepatan sasaran dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa Efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan telah tepat sasaran. Dikarenakan jumlah dan pemberian PMT telah disesuaikan dengan kondisi bayi dan balita yang memang memiliki angka PMT yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sehingga PMT di Desa Kedung Peluk dapat mencegah stunting pada bayi dna balita di lingkungan sekitar. Kedua, indikator Pemahaman Program dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa Efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan belum sesuai tujuan yang ditetapkan dikarenakan masih banyak warga Desa Kedung Peluk yang belum memahami pencegahan stunting melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Dan ada juga masyarakat yang menganggap pemberian makanan tambahan (PMT) sebagai aji mumpung dikarenakan keluarga yang memiliki balita yang status gizinya kurang baik emndapat bantuan susu maupun makanan yang mengandung gizi yang diperuntukkan untuk bayi atau balita yang KMS di bawah standart ang berlaku. Ketiga, indikator ketapatan waktu pada Efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan telah sesuai. Dikarenakan kegiatan posyandu dilakukan setiap bukandengan konsisten. Serta pemberian bantuan makanan juga diberikan setiap bulannya kepada keluarga yang memiliki bayi atau balita yang status KMSnya dibawah garis. Keempat, indikator Tercapainya tujuan dapat dikatakan sdah baik. Dikarenakan jumlah bayi atau balita stunting di Desa Keudng Peluk telah mengalami menurunan. Dan kelima, yaitu perubahan nyata dimana terdapat perubahan yang nyata dimana bayi stunting jumlahnya menurun.

References

  1. I. Suariasa, Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC, 2016.
  2. D. Krisnansari, "Nutrisi dan Gizi Buruk," Mandala of Health, vol. 4, no. 1, pp. 60-68, 2010.
  3. S. S. Rabinowitz, M. Gehri, N. Stettler, and E. R. Di Paolo, "Marasmus," MDweb LLC, USA, 2009. [Online]. Available: http://www.mdweb.com/marasmus. [Accessed: Apr. 23, 2013].
  4. S. Sekarini, "Kejadian Stunting Pada Balita Ditinjau Dari Karakteristik Umur Dan Jenis Kelamin," Jurnal Ilmu Kesehatan Makia, vol. 12, no. 1, pp. 8–12, 2022. [Online]. Available: https://doi.org/10.37413/jmakia.v12i1.186. [Accessed: Oct. 2, 2024].
  5. S. A. Hana and I. K. Martha, "Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan," Journal of Nutrition College, vol. 1, no. 1, pp. 30–37, 2012.
  6. Supariasa, B. Bakri, and I. Pajar, Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC), 2002.
  7. Arisman, Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC), 2004.
  8. L. Oktavia Ningtias and U. Solikhah, "Perbedaan Pola Pemberian Nutrisi pada Balita dengan Stunting dan Non-Stunting," Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, vol. 3, no. 1, pp. 1–8, 2020.
  9. T. Subarkah and P. D. Rachmawati, "Pola Pemberian Makan Terhadap Peningkatan Status Gizi pada Anak Usia 1–3 Tahun," Journal of Education and Clinic, vol. 1, pp. 146–154, 2012.
  10. I. Picauly and S. M. Toy, "Analisis Determinan Dan Pengaruh Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah," Jurnal Gizi Dan Pangan, vol. 8, no. 1, pp. 55–62, 2013. [Online]. Available: https://doi.org/10.25182/jgp.2013.8.1.55-62.
  11. A. I. Indrawijaya, Teori, Perilaku, dan Budaya Organisasi. Bandung: PT Refika Aditama, 2014.
  12. D. Mutiarin and Z. Arif, Manajemen Birokrasi dan Kebijakan (Penelusuran Konsep dan Teori). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
  13. R. M. Steers, Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga, 2015.
  14. E. Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana, 2017.
  15. P. S. Rahmat, "Penelitian Kualitatif," Journal Equilibrium, vol. 5, no. 9, pp. 1-8, 2009.
  16. S. Yunengsih and S. Syahrilfuddin, "The Analysis of Giving Rewards by the Teacher in Learning Mathematics Grade 5 Students of SD Negeri 184 Pekanbaru," JURNAL PAJAR (Pendidikan Dan Pengajaran), vol. 4, no. 4, pp. 715, 2020. [Online]. Available: https://doi.org/10.33578/pjr.v4i4.8029.
  17. Norsanti, "Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting," Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, vol. 3, no. 1, 2021.
  18. A. Anggara Putra and T. Ariebowo, "Pengaruh Manajemen Waktu Terhadap Kinerja Karyawan Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah I Soekarno-Hatta Jakarta," J. Akuntasi, Ekon. dan Manaj. Bisnis, vol. 3, no. 1, pp. 62–71, 2023.
  19. A. Putra and Y. Fitri, "Studi Meta Analisis: Efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Program Literasi Gizi Menggunakan Pendekatan Pendidikan Keluarga," vol. 4, no. 1, 2021.
  20. M. Tongko et al., "Upaya Pemerintah Desa Terhadap Penanggulangan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Totikum Selatan Kabupaten Benggai Kepulauan," Jurnal Kesmas Untika Luuwuk: Public Health Journal, vol. 11, no. 2, 2020.