Arts and Heritage Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v11i0.796

Audience's Meaning of Marriage Procession in "Atta and Aurel's Love Bond" Show


Pemaknaan Audiens Tentang Prosesi Pernikahan dalam Tayangan “Ikatan Cinta Atta dan Aurel”

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Television Reception Analysis Audience Meaning Indonesian Marriage

Abstract

The phenomenon of artist marriages being broadcast live on television is now becoming more and more common. Television is one form of mass communication technology development that many people choose so that viewers can now get all the information they need in a simple way. With so many broadcasts on television, researchers are interested in discussing the audience's meaning of one of the most widely discussed shows, namely the wedding broadcast of a pair of public figures in the event "Ikatan Cinta Atta and Aurel" broadcast by RCTI. Therefore, the researcher wants to know how the audience's acceptance of wedding shows and the diversity of wedding culture in Indonesia in the "Atta and Aurel Love Association" event. The researcher used the reception analysis method with a qualitative research approach which was carried out by in-depth interviews with ten informants in Entalsewu Village RW 04 Buduran Sidoarjo. In selecting the informants, the researcher used purposive sampling technique. The result of this research is the audience's meaning which is classified into three positions, namely Dominant Position, Negotiated Position and Optional Position. there are seven informants who are included in the Dominant Position, then there are two informants who are included in the Negotiated Position, and finally there is one person who is included in the Optional Position.

Pendahuluan

Televisiitermasuk mediaiyang sangat terkenalidi kalangan khalayak luas. Televisi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kegunaan televisiisebagaiimedia massa salah satu diantaranya ialah mengirimkan informasi. Karena melalu media televisi tersebut dapat menyampaikan informasi dengan biaya yang tidak mahal dan cepat, sesuai fakta dan memberikan nilai kepercayaan tersendiri bagi khalayak masyarakat. Di Indonesia hampir seluruh kalangan masyarakat serta berbagai usia bisa dipastikan telah menghabiskan beberapa jam atau bahkan seharian duduk dan menikmati tayangan televisi. Hal itu dikarenakan televisi menyuguhkan berbagai acara yang beragam dan tanpa harus berfikir banyak yang membuat para penontonnya betah berlama-lama di depan layar televisi. Televisi merupakan salah satu wujud perkembangan teknologi komunikasi massa yang banyak dipilih masyarakat. Salah satu keunggulan lainnya yang ada di televisi yaitu televisi dapat disajikan dalam bentuk materi audiovisual, dengan kata lain televisi merupakan perpaduan antara radio dan film yang menjadi daya tarik tersendiri bagi televisi. Selain itu, TV juga memiliki elemen visual berupa gambar langsung yang dapat meninggalkan kesan mendalam bagi penontonnya. Jadi seolah-olah penonton dan siaran pemancar TV berada di tempat yang sama.[1]

Seiring berjalannya waktu, televisi terus mengarungi perkembangan. Untuk Indonesiaasendiri stasiun TV yang pertama terbit di tahun 1962 ialah TelevisiaRepublikaIndonesia (TVRI).[2] Hingga saat ini di Indonesia telah berdiri banyak stasiun televisi swasta seperti Trans TV, Trans 7, SCTV, ANTV, RCTI, Indosiar dll. Selain itu, saat ini juga sudah bermunculan stasiun televisi lokal seperti JTV dan SBO TV. Dengan munculnya banyak stasiun televisi tersebut maka para penonton mempunyai banyak pilihan untuk memilih program acara televisi. Kondisi tersebut memicu adanya persaingan antar program acara televisi dan juga para pekerja di dunia pertelevisian. Mereka dituntut untuk terus berusaha menaikkan program acaranya supaya tidak kehilangan minta oleh penontonnya. Karena sebab itu perihal perencanaan dari sebuah acaraaharusamelibatkan pada minat, kebutuhan, keinginan dan juga teknik penyajiannya.[3]

Dengan munculnya televisi, pemirsaasekarang dapat memperoleh semua informasiayang mereka butuhkan dengan cara yang sederhana. Informasi tersebut bisa meliputi tentang ekonomi, sosial budaya hingga politik yang disampaikan dalam bentuk tayangan berita. Selain itu para pemirsa juga dapat mendapatkan hiburan seperti tayangan sinetron, film, reality show dan acara musik baik yang ditayangkan melalui siaran langsung maupun tidak.

Dalam beberapa program acara yang muncul di televisi terdapat salah satu tayangan yang mampu memikat para pemirsa yaitu reality show. Dalam tayangan ini televisi berfungsi sebagai media untuk menghibur, mempersuasi, menginformasikan dan mendidik. Realityashow ialah tayangan televisi yang memperlihatkan kehidupan seseorang dengan sungguh-sungguh tanpa rekayasa atau adegan yang dibuat-buat, lalu dipertunjukkan olehaorangabiasa (bukan artis). Menurut penelitian yang dilakukan dua mahasiswa Universitas Haifa yaitu Michael Hershman Shitrit dan Jonathan Cohen, alasan para pemirsa sangat menyukai tayangan reality show adalah karena empati. Penonton jadi bisa ikut merasakan apa yang dirasakan yang ditayangkans: kebahagiaan, kemarahaan, kekecewaan serta kesedihan.

Dalam menganalisis resepsi publik terhadap program TV, dapat dilakukan melalui tiga aktivitas secara bersamaan di antara penonton, yaitu membaca, memahami, dan menafsirkan. Membaca sehingga ada sebuah tulisan atau bacaan yang tersusun dari visualaatauAsimbol lain akan 4 membentuk makna khusus. Dengan begitu para penonton televisi yang mempunyai kemampuan untuk mengkonstruksi makna dari sebuah acara yang sedang mereka tonton, maka akan memunculkan interaksi antara tayangan acara tersebut dengan penontonnya. Penonton televisi saat menonton tayangan program televisi bisa menerima simbol yang muncul dalam tayangan program televisi dan ketika penonton mulai memperkirakan nilainya maka mereka mulai akan memahami dengan menempatkan seolah dirinya ada dalam acara televisi yang sedang ditonton tersebut. Para penonton tersebut kemudian menjelaskan simbol tersebut dengan cara menyambungkannya dengan apa arti dari acara televisi dan pesan apa yang akan disampaikan oleh acara televisi tersebut.

Dalam penelitian ini, penelitiatertarik untuk mengkaji salah satu realityashow yang bertemakan kehidupan, ialah “Ikatan Cinta Atta dan Aurel”. Acara tersebut merupakan acara berseries yang di tayangkan oleh RCTI mulai tanggal 13 Maret 2021 sampai 03 April 2021. Fenomena pernikahan artis yang disiarkan secara langsung di televisi sudah sering terjadi. Beberapa pasangan artis yang melakukan pernikahan secara langsung di televisi adalah Anang Hermansyah dan Ashanty, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Baim Wong dan Paula Verhoeven dan beberapa pasangan artis lainnya. Tayangan “Ikatan Cinta Atta & Aurel” tersebut menayangkan secara langsung prosesi lamaran, siraman, pengajian hingga acara akad pernikahan.

Pernikahan adalah ritual sakral di mana dua orang bersatu untuk membangun sebuah kehidupan baru bersama. Mengingat keragaman budaya dan suku bangsa Indonesia, perkawinan menurut adat setempat bukanlah hal asing. Hingga saat ini, banyak pasangan yang terus merayakan pernikahan menurut adat atau biasa disebut pernikahan tradisional ini karena ingin mengikuti dan melestarikan etnis dan adat istiadat dari pasangan tersebut. Proses pernikahan tradisional tidak mudah dan tidak murah. Ada beberapa proses tradisional yang perlu dilakukan ke pesta pelaminan sejak awal. Menyelenggarakan pesta pernikahan tradisional yang meriah dan tak terlupakan bagi Anda dan keluarga besar adalah dambaan setiap pasangan.

Pada pernikahan Atta dan Aurel ini mereka mengusung dua adat sesuai dengan asal mereka yaitu adat Jawa dan Minang. Untuk adat Jawa sendiri lebih terlihat dirangkaian prosesi yang dilakukan sebelum akad, contohnya seperti prosesi sungkeman, siraman, adol dawet, dulangan pungkasan dll. Selain itu untuk di hari Akadnya juga tetap menggunakan adat Jawa dengan sedikit modifikasi. Untuk adat Minang dalam pernikahan ini ditampilkan pada saat malam resepsi dalam dekorasi ruangan serta pakaian dan rangkaian awal menuju pelaminan. Pada malam itu Atta dan Aurel menggunakan pakaian adat Minagkabau lengkap dengan diiringi oleh Tari Gelombang yang memang memiliki arti untuk menyongsong tamu yang datang apalagi dalam pernikahan adat.

Pernikahan dari Atta dan Aurel tersebut sangat memberikan kesan yang mendalam bagi seluruh masyarakat yang menonton acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel. Salah satu hal yang paling terlihat adalah karena kini riasan dan juga gaya busana Aurel pada saat Akad menjadi tren baru yang diikuti oleh masyarakat luas. Para MUA seakan mendapatkan angin segar dengan adanya tren tersebut karena membuat gaya busana serta model pernikahan semakin bervariatif. Selain itu kalung pemberian dari Atta untuk Aurel juga menjadi sorotan hingga menjadi perhiasan yang paling dicari. Gaya kalung yang simple namun tetap elegan sangat cocok saat dikenakan oleh Aurel saat itu. Saat ini tidak hanya kalung saja, namun ada cincin dan gelang yang berbentuk sama dan bahkan ada yang dijual secara lengkap satu set (kalung, cincin, dan gelang).

Pernikahan Atta dan Aurel ini memang bukan pernikahan pertama selebriti yang ditayangkan di televisi, namun dalam acara pernikahan Atta dan Aurel ini merupakan yang pertama menggunakan prosesi adat Jawa yang lengkap serta adat Minang. Karena untuk sebelum-sebelumnya kebanyakan dari pernikahan selebriti yang ditayangkan adalah adat Sunda.

Dengan adanya acara siaran tayangan “Ikatan Cinta Atta dan Aurel” tersebut sempat mendapatkan teguran baik dari KPI maupun masyarakat lainnya karna dinilai telah menyalahgunakan frekuensi publik.[4] Sebagaimana fakta yang diketahui bahwa Atta dan Aurel melaksanakan acara lamaran pada tanggal 13 Maret 2021 dan disiarkan langsung oleh stasiun TV RCTI sekitar 4 jam. Menjawab kontroversi yang muncul, pihak RCTI menegaskan program 7 live tersebut tidak melanggar aturan penyiaran apapun. Menurut Syafril Nasution selaku Group Corporate Secretary Director MNC Group dalam keterangan pers tertulis yang diterima oleh media kompas.com bahwa acara tersebut sarat akan unsur budaya. Beliau mengatakan bahwa acara prosesi lamaran itu juga termasuk dari budaya dan RCTI ingin menampilkan keragaman budaya pernikahan yang ada di Indonesia. Selain itu pihak RCTI menegaskan bahwa penayangan acara tersebut untuk menjawab kebutuhan pemirsa serta animo penonton yang tinggi. Hal itu dikarenakan Atta dan Aurel adalah seorang influencer yang dinilai dapat memberikan contoh yang baik bagi para kaum muda Indonesia. Dari penayangan acara tersebut juga membantu bagi masyarakat dan keluarga besar yang ingin tetap mengikuti rentetan proses pernikahan Atta dan Aurel tetapi terhalangi oleh pandemi.

Pihak KPI mengatakan bahwa mereka telah melakukan komunikasi dengan pihak RCTI sehari setelah penayangan acara Tunangan Atta dan Aurel dan melakukan rapat pleno yang memberikan hasil bahwa acara tersebut diperbolehkan tayang kembali namun dengan beberapa catatan sebagai berikut: (1) Menjelaskan bahwa tamu yang hadir dan seluruh kru yang bertugas telah melakukan tes usap PCR/Antigen serta tetap menerapkan protokol kesehatan. (2) Mengupayakan untuk tidak menampilkan scene yang terlihat cenderung ramai dan berkerumun. (3) Ada komentator/Moderator yang memberikan pengetahuan tentang adat yang digunakan dalam pernikahan serta menjelaskan makna dari setiap prosesi yang dilakukan. (4) Pada acara sebelum akad nikah dilaksanakan komentator bisa menjelaskan 8 mengenai profil dari Atta dan Aurel terlebih juga mengenai prestasi dari keduanya sehingga para kaum milenial lainnya dapat mengikuti langkah suksesnya, contohnya prestasi sebagai Youtuber/Content Creator. (5) Dapat dijelaskan bahwa penayangan acara tersebut adalah agar anak muda juga mendapatkan pengetahuan budaya beberapa daerah tertentu melalui pernikahanya. [5]

Selain itu beberapa kontroversi yang terjadi diantaranya adalah tentang ijin penyelenggaraan acara yang menghadirkan banyak tamu, mengingat saat ini masih dalam masa pandemi dan PPKM. Lalu dengan datangnya tamu penting seperti bapak Presiden Republik Indonesia yaitu Joko Widodo, Prabowo Subianto dan beberapa menteri lainnya.

Penelitian ini akan dilaksanakan di RW 04 Desa Entalsewu Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo dengan pemilihan informan dengan teknik purposive sampling, yaitu hanya orang-orang yang terseleksi berdasarkan kriteria tertentu yang sudah dibuat oleh peneliti. Adapun kriteria menurut peneliti tersebut adalah Ibu Rumah Tangga dan Remaja 17 tahun keatas dan juga telah menonton tayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel” di RCTI. Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pemaknaan Audiens Tentang Prosesi Pernikahan dalam Tayangan “Ikatan Cinta Atta & Aurel” (Studi Resepsi Pada Ibu Rumah Tangga dan Remaja di Desa Entalsewu Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo).

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menerapkan pendekatan penelitian kualitatif, yang mana penelitian kualitatif penelitian berbasis metode dan proses pemahaman yang bertujuan untuk mempelajari kejadian sosial dan permasalahan manusia. Pada penelitian ini, peneliti menyajikan penggambaran yang kompleks, memperhatikan perkataan, merinci pendangan responden, serta melakukan penelitian dalam situasi yang alami.[6]

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu deskriptif. Nantinya penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan dan mengintegrasikan bermacam-macam fenomena sosial secara nyata yang ada pada khalayak yang diteliti. Jenis studi ini digunakan untuk studi yang fokus pada suatu unit fenomena tertentu. Oleh karena itu, kedalaman penggalian informasi menjadi salah satu pertimbangan dalam jenis penelitian ini.[7]

Metode penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah analisisAresepsi, yaitu penelitian yang didasarkan terhadap bagaimana kesadaran atau individu dalam memahami objek serta peristiwa melalui pengalamannya sendiri. AnalisisAresepsi dapat menunjukkan hasil mengapaakhalayak memiliki interpretasi yang beragam terhadap suatu hal. Pada nantinya yang akan membuat pengaruh tentang perbedaan dan konsekuensi yang akan dihasilkan adalah dari faktorapsikologis danAsosial.[8]

Metode analisis resepsi didasari oleh teori kritis encoding-decoding. Menurut David Morley dalam buku “Television, Audience and Culture 2005” mengatakan bahwa ada tiga klasifikasi penafsiran audiens dalam membaca teks media sesuai dengan pemikirannya, yaitu: 1) Dominant Position, yaitu khalayak menerima, mengakui dan setuju dengan makna yang dikehendaki, tanpa ada penolakan dan menghasilkan pesan yang sama persis dengan yang diproduksi oleh produsen atau media. 2) Negotiated Position, yaitu khalayak berada dalam posisi elemen adaptif dan selektif. Pengaruh dari makna mereka terima, namun khalayak juga memeliki pemikiran mereka sendiri. Mereka akan menggabungkan hasil meikirannya dan pengalaman yang pernah mereka alami. 3) Oppositional Position, yaitu khalayak yang memahami makna pesan dalam media yang ditayangkan, namun khalayak tersebut melawan atau memiliki pemikiran tersendiri yang berbeda terhadap penyampaian pesan dan infonya.

B. SUbjek dan Objek Penelitian

Pengertian subjek dan objek penelitian menurut Sugiyono adalah sebagai berikut: “subjek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.[9] Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah warga Desa Entalsewu RW 04 Buduran Sidoarjo.

Objek penelitian juga penting karena objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Jika penentuan objek penelitian tidak mendukung judul dan data penelitian maka menjadi kendala besar dan mempengengaruhi hasil penelitian tersebut. Objek penelitian ini adalah tayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel” di tayangkan oleh RCTI.

C. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data kualitatif, yaitu nantinya data yang didapatkan dalam wujud data non hitung atau non digital, tetapi data berupa informasi yang menjelaskan hasil hasil kuantitatif atau wawancara yang dilakukan secara lisan maupun tulisan. [10]

Pada penelitian ini, penelitian menggunakan sumber data berupa data utama yang diperoleh langsung dari narasumber melalui wawancara dengan warga Desa Entalsewu RW 04. Dalam sebuah penelitian kualitatif data utama didapatkan oleh peneliti yang secara langsung menggabungkan informasi yang didapat dari informan di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan secara medalam melalui wawancara dengan informan dan penelaan melaluialiteratur.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga metode dalam teknik pengumpulan data yakni pertama, observasi dengan cara menonton acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel” yang ditayangkan oleh RCTI mulai tanggal 13 Maret 2021 sampai 03 April 2021. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan secara lagsung untuk menemukan hasil yang realistis di lapangan. Kedua, wawancara dengan informan yang sesuai dengan kriteria. Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah disipakan sebelumnya sehingga diharapkan dapat mempermudah penggalihan informasi terkait permasalahan yang diteliti. [11]

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan digunakan teknik analisis data yang dibagi dalam tiga macam kegiatan, yakni Pertama,reduksi data yaitu data yang telah dikumpulkan dari lapangan akan dipilih yang sesuai dan difokuskan sesuai bahasan. Kedua, penyajian data dengan penjelasan yang logis mudah dipahami. Dan yang terakhir, data yang terkumpul akan diolah dan dianalogikan satu sama lain dan ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang ada.

Hasil dan Pembahasan

Selama melakukan penelitian mengenai pernikahan yang menampilkan keragaman budaya Indonesia melalui pernikahan dalam tayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel”, peneliti mendapatkan resepsi (penerimaan) yang beragam sesuai dengan pengalaman yang didapat dari setiap informan yang diwawancarai. Pemanfaatan dari teori analisis resepsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penunjang penelitian terhadap khalayak yang mana mendapatkan khalayak yang tidak hanya pasif namun yang memiliki kuasa tersendiri dalam memberikan makna dari berbagai macam hal yang disampaikan oleh media. Menurut David Morley dalam buku “Television, Audience and Culture 2005” mengatakan bahwa ada tiga klasifikasi penafsiran audiens dalam membaca teks media, yaitu: (1) dominant position, (2) negotiated position, dan (3) opposittional position. Berdasarkan tiga klasifikasi tersebut, akan menunjukkan tergolong dalam jenis posisi yang berkaitan dengan pemaknaan khalayak tersebut, yaitu: Dominant Position, yaitu khalayak menerima, mengakui dan setuju dengan makna yang dikehendaki, tanpa ada penolakan dan menghasilkan pesan yang sama persis dengan yang diproduksi oleh produsen atau media.Untuk posisi ini terdapat tujuh informan yang memiliki pemahaman yang sejalan dan menyetujui apapun yang disampaikan dalam tayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel”. Negotiated Position, yaitu khalayak berada dalam posisi elemen adaptif dan selektif. Pengaruh dari makna mereka terima, namun khalayak juga memeliki pemikiran mereka sendiri. Mereka akan menggabungkan hasil pemikirannya dan pengalaman yang pernah mereka alami. Untuk posisi ini terdapat dua informan yang mana informan tersebut yang termasuk pada posisi ini menerima sebagaian pesan yang disampaikan oleh tayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel” sesuai pandangan masing-masing. untuk sisanya, informan akan menyatakan ketidaksetjuannya sesuai dengan kondisi atau pengalaman yang dialami oleh masing-masing informan tersebut. Oppositional Position, yaitu khalayak yang memahami makna pesan dalam media yang ditayangkan, namun khalayak tersebut melawan atau memiliki pemikiran tersendiri yang berbeda terhadap penyampaian pesan dan infonya. Untuk posisi ini terdapat satu informan yang mana informan tersebut memiliki pemahaman yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh tayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel”. Khalayak tersebut memahami makna yang disampaikan, namun Ia melawan berdasarkan pengalaman atau pandangan sendiri yang bertentangan. Dalam penelitian analisis resepsi makna dari sebuah pesan atau teks tersebut bersifat polisemi, yaitu khalayak dapat membuat makna apa saja dari pesan atau teks yang diterimanya. Penelitian ini dapat menunjukkan bagaimana sebuah pesan yang disampaikan dari sebuah tayangan acara televisi dapat diterima atau ditolak oleh khalayak.

Kesimpulan

Penelitian mengenai analisis resepsi merupakanapenelitian yang menitik fokuskan padaaaudiens atau penonton. Dalam penelitianaini, peneliti menggunakan metodeaanalisis resepsi denganamenggunakan informan yang bertempat tinggal di Desa Entalsewu RW 04. Setelah melakukan wawancara secara mendalamadan analisis data dari sepuluh informan, yaitu Juariya, Nuzila Ismi, Suryanti Rahayu, Raha Destyca, Nadiah Elly, Yuliana, Rya, Salsabila Aulia, Nurika dan Shafa Anggraeni yang mana terdapat beberapa halayangadapat penelitiasimpulkan. Dari penelitianayang sudah dilakukan olehapeneliti, terdapat informan yang terbagiamenjadi tigaaposisi penerimaan makna yang ada dalam tayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel”. Berdasarkan penerimaan audiens terhadap unsur edukasi yang menampilkan keragaman budaya Indonesia melalui pernikahan dalam tayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel” yang tergantung dari pandangan masing-masing informan, menghasilkan tiga kesimpulan penerimaan, yaitu: Dominant Position, Informan yang memilikiapemahaman yang sejalanadan menyetujui apapun yangadisampaikan encoder dalamatayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel”. Informan mengakui bahwa setelah menonton tayangan acara tersebut mereka merasa mendapatkan wawasan baru atau bahkan menjadi lebih detail mengetahui tentang berbagai prosesi adat yang ada dalam pernikahan beserta dengan makna dan filosofinya. Negotiated Position, Informan yang menerima sebagaian pesan yang disampaikan oleh tayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel” sesuai pandanganamasing-masing. untuk sisanya, informanaakan menyatakan ketidaksetjuannya dengan kondisi atau pengalaman yang dialami olehamasing-masing informanatersebut. Informan mengakui bahwa tayangan acara tersebut memberikan wawasan baru mengenai adat dan budaya pernikahan di Indonesia, tetapi mereka juga tidak setuju karena acara pernikahan tersebut telah melanggar peraturan pemerintahan yang berlaku. Mengingat acara pernikahan tersebut diselenggarakan saat pandemi dan kasus sedang tinggi, tetapi ternyata acara pernikahan tersebut tetap terlaksana bahkan ditayangkan di televisi, padahal untuk masyarakat lainnya dilarang untuk menyelenggarakan acara yang mengundang kerumunan dan harus social distancing. Opposittional Position, Informan memahamiamakna yangadisampaikan, namun Ia melawan berdasarkan pengalamanaatau pandanganasendiri yangabertentangan. Informanamerasa dalam tayangan acara “Ikatan Cinta Atta dan Aurel” tersebut lebih mengarah pada publikasi artis yang menikah, karena makanya pernikahan tersebut semuanya dirancang untuk live mulai dari prosesi lamaran, siraman, pengajian, akad hingga resepsi. Dari sepuluh informan yang diwawancarai, ada tujuh orang informan yang berada dalam dominant position, dua orang informan berada dalam negotiated position, dan satu orang informan yang berada dalam oppositional position.

References

  1. Effendy, Onong Uchjana 2000, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Sakti.
  2. Subroto, Darwanto Sastro, 1994, Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
  3. Wibowo, Fred, 1997, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi, Jakarta: Grasindo.
  4. Teguran tertulis KPI dalam http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalamnegeri/36165-pemanggilan-rcti-soal-siaran-pernikahan-atta-aurel-kpitekankan-kepentingan-publik-harus-diutamakan [diakses pada hari Jumat, tanggal 21 Mei 2021 pukul 09:55 WIB].
  5. Teguran tertulis KPI dalam http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalamnegeri/36166-kpi-pusat-ingatkan-rcti-dan-lembaga-penyiaran-televisiagar-memperhatikan-kemanfaatan-dan-kepentingan-publik-pada-suatuprogram-siaran [diakses pada hari Jumat, tanggal 21 Mei 2021 pukul 09:10 WIB].
  6. Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gaung Persada, 2009) cet.1 h. 11.
  7. Burhan Bungin, “Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Ilmu Sosial Lainnya”. Jakarta:
  8. Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya..
  9. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
  10. Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
  11. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M. Si. Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. (Online). https://www.uin-malang.ac.id/r/110601/metodepengumpulan-data-penelitian-kualitatif.html. [Diakses tanggal 07 Februari 2021 pukul 09:13].