This research aims at examining how women allocate their time of working in pandanus handicraft industry on Sungai Penuh City and to analyze affect women's time allocation in pandanus craft industry. The study was conducted in Kota Dian Village Hamparan Rawang District Sungai Penuh City. This study employed cross-section primary data. The data collection was conducted from June until October 2017 by interviewing 32 womens who were selected by cluster and purposive sampling. Data were tested by descriptive and multiple regression test. The results showed that the average time allocation of women in pandanus industry for 30 hours / week or 5 hours /day by working part-time. Women has dual-role in the household. From the regression analysis, two significant factors observed. These are the number of household members and the earnings of the household, while the age factor and level of education of women have no significant effect.
Data menunjukkan bahwa angakatan kerja dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan, seperti di Laporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 2013), bahwa pertumbuhan Angakatan kerja selama sepuluh tahun terakhir cukup tinggi, dari 102,75 juta angkatan kerja pada tahun 2003 menjadi 121,19 juta pada tahun 2013, dan hal ini juga terjadi di Provinsi Jambi, yakni memiliki jumlah angkatan kerja sebanyak 2.318.485 orang.
Melihat kenyataan bahwa peningkatan angkatan kerja termasuk angkatan kerja wanita tidak dapat dielakkan, namun kesempatan kerja yang ada terbatas, apalagi kesempatan kerja disektor pertanian mengalami pergeseran. Di sisi lain kebutuhan rumahtangga selalu meningkat akibat dari kemajuan teknologi dan kemajuan pembangunan lainnya. Bagi rumahtangga yang ekonominya lemah, pendapatan suami sebagai pencari nafkah utama dirasakan tidak mencukupi sehingga keikutsertaan isteri atau ibu rumahtangga untuk mencari nafkah sangat membantu untuk menambah pendapatan rumahtangga tersebut. Melihat kondisi yang ada tersebut, para isteri atau ibu rumahtangga tidak lagi terfokus pada pekerjaan domestik yaitu pekerjaan mengurus suami dan anak (domestic role) yang tidak menghasilkan uang, namun ikut mencari nafkah sebagai peranan publik (occupational role).
Kota Sungai Penuh akhir-akhir ini cukup gencar menggalakkan pembangunan di bidang industri kecil, salah satunya adalah Industri Kerajinan Anyaman Pandan. Dengan adanya Industri Kerajinan Anyaman Pandan mempunyai dampak terhadap kesempatan kerja terutama kesempatan kerja wanita. Seperti di ketahui sebelum berkembangnya Industri Kerajinan Anyaman Pandan wanita bekerja di sektor pertanian. Mengingat adanya peran ganda wanita, sehingga bekerja pada Industri Kerajinan Anyaman Pandan sangat tepat sekali karena bekerja pada industri ini memiliki jam kerja yang luwes, dan dapat dilakukan di rumah sehingga bagi wanita yang sudah berkeluarga hal ini merupakan keuntungan karena selama bekerja mereka masih dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumahtangga sebagai tugas utama seorang isteri atau ibu rumahtangga.
Setelah wanita memasuki pekerjaan pada industri anyaman pandan tentu alokasi waktu yang mereka miliki untuk pekerjaan domestik yakni mengurus suami, mengasuh anak, dan pekerjaan rumahtangga lainnya, serta pekerjaan untuk individu/sosial akan berkurang. Sebaliknya pekerjaan domestik membutuhkan waktu yang cukup panjang sehingga waktu yang diperlukan untuk pekerjaan publik terutama untuk menganyam sangat terbatas. Supaya pekerjaan domestik sebagai peran utama wanita tidak terabaikan dan pekerjaan publik dapat berjalan terus sebagai tambahan pendapatan rumahtangga, maka perlu pengalokasian waktu yang efektif dan efisien. Tujuan penelitian: (1) Untuk mengetahui alokasi waktu wanita pada Industri Kerajinan Anyaman Pandan, dan (2) Untuk mengetahui faktor-faktor mempengaruhi alokasi waktu wanita pada Industri Kerajinan Anyaman Pandan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan di Kecamatan Hamparan Rawang Kota Sungai Penuh dengan memilih dua desa, yaitu: Desa Kota Dian dan Desa Kota Baru Rawang. Terpilihnya kedua desa tersebut sebagai wilayah pengabdian dengan pertimbangan diharapkan dapat mewakili karakteristik desa yang ada di Kecamatan Hamparan Rawang Kota Sungai Penuh sebagai sentra produksi anayaman pandan baik dilihat dari aspek ekonomi, maupun mutu produks yang dihasilkan oleh pengrajin. Waktu kajian secara keseluruhan enam bulan kalender.
Jenis atau variabel kajian dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: (1) karakteristik pengrajin (umur, umur anak terakhir, jumlah anak yang dimiliki, tingkat pendidikan, dan penghasilan suami), dan (2) alokasi waktu wanita (pekerjaan rumahtangga, pekerjaan pada industri kerajinan anyaman pandan, dan pekerjaan untuk individu/waktu luang), Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi. Untuk mendapatkan data lebih mendalam, pengumpulan data dilanjutkan dengan metode wawancara mendalam (Indepth Interview) terhadap beberapa responden terpilih dan Focus Group Discussion (FGD). Jumlah pengrajian sebagai responden diambil secara acak sederhana (simple random sampling) sebanyak 32 orang yaitu memilih langsung pengrajin yang membawa pekerjaannya ke rumah (putting out system). Jumlah responden terpilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yakni responden yang sudah bersuami dan mempunyai anak. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Regresi Linier Berganda.
Becker (1965; 495) mengungkapkan bahwa fungsi produksi rumah tangga merupakan bagian dari teori ekonomi yang menekankan bahwa barang-barang dan jasa merupakan input penting untuk mencapai tingkat utilitas[1]. Namun, dalam teori alokasi waktu input yang terpenting bukan lagi barang-barang dan jasa melainkan waktu yang dimiliki konsumen. Kemudian Becker menambahkan bahwa pemanfaatan leisure menjadi waktu kerja (produktif) sangat tepat untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Berkaitan dengan alokasi waktu wanita dalam rumah tangga dan sesuai dengan peranannya menurut Gronau[2] (1973; 634) dan King (1976) dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Pertama, waktu untuk bekerja produktif di pasar kerja (market production time) yaitu waktu yang digunakan untuk mencari nafkah (income earning market production) yang memungkinkan rumah tangga dapat membeli barang dan jasa yang dibutuhkannya dipasar. Kedua, waktu untuk bekerja produktif di rumah tangga (home production time) yaitu waktu yang digunakan untuk non-income earning, artinya bekerja di rumah untuk menghasilkan barang dan jasa yang tidak perlu dibeli di pasar. Ketiga, waktu untuk konsumsi (time consuming) yaitu waktu selain untuk bekerja di pasar kerja dan rumah tangga, yang digunakan atau yang dinikmati baik untuk kebutuhan fisiologis (physiological needs) maupun untuk kebutuhan rekreasi.
Alokasi waktu yang dicurahkan pekerja wanita di sektor anyaman pandan dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dari dalam yaitu berupa fungsi pekerja itu sendiri dalam rumah tangga baik sebagai istri maupun sebagai ibu rumah tangga yang bertugas mengasuh anak, memasak, mengurus suami, dan lain sebagainya, sedangkan faktor dari luar ditentukan oleh ketersediaan lapangan pekerjaan dan tingkat upah yang diterima. Berdasarkan hasil penelitian alokasi waktu pekerja wanita di sektor anyaman pandan ternyata mengelompok pada kelompok jam kerja 5 jam/hari, dengan rata-rata jam kerja perminggu adalah 30 jam/minggu. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pekerja wanita pada sektor anyaman pandan didaerah penelitian per hari cukup panjang, mengingat pengrajin bekerja part-time. Padahal hasil penelitian Sudibia dalam Yasa (1993;34) menunjukkan bahwa pekerja pada Industri Kecil dan Kerajinan di Bali rata-rata jam kerjanya sebanyak 8 jam/hari untuk pekerja full time dan 4 jam/hari untuk pekerja part time. Kemudian, hasil penelitian Muhibat dan Sekarningrum (1994;51) menemukan hasil hampir sama bahwa rata-rata jam kerja pengrajin pada Industri Anyaman Pandan di Tasikmalaya Jawa Barat sebesar 4,5 jam/hari. Adapun alasan utama dari pekerja wanita bekerja secara part-time erat kaitannya dengan peran mereka dirumah tangga yaitu mempunyai peran ganda (dual roles), disamping bekerja untuk mencari nafkah juga ikut bekerja di rumah sebagai kewajiban seorang istri atau ibu rumah tangga. Hal ini didukung oleh Simanjuntak (1985;24) bahwa seseorang akan menghendaki pekerjaan tak penuh karena beberapa alasan, antara lain: pertama, alasan sekolah. Kedua, mengurus rumah tangga dan ketiga alasan motivasi kerja.
Tinggi rendahnya alokasi waktu pekerja wanita pada sektor anyaman pandan banyak ditentukan oleh faktor tempat kerja, sosial ekonomi rumah tangga dan tingkat upah yang diterima disamping faktor sosial demografi. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian Utomo (1988;77) bahwa alokasi waktu wanita pada pekerjaan produktif banyak ditentukan oleh faktor pendapatan keluarga, pemilikan arta benda, umur dan tingkat pendidikan yang dimiliki[3]. Dalam teori ekonomi bahwa seseorang akan mengalokasikan waktunya untuk 2 (dua) kegiatan yaitu untuk waktu luang dan waktu bekerja. Jumlah waktu yang dialokasikan untuk masing-masing kegiatan dioengaruhi oleh tingkat upah yang berlaku di pasar kerja. Apabila seseorang merasa bahwa upah yang terjadi yaitu memperpanjang jam kerja di sektor publik ataukah menguranginya. Mereka yang sudah berpendapatan tinggi, kenaikan upah cenderung menurunkan jam kerjanya, sedangkan bagi mereka yang masih memiliki pendapatan rendah maka naiknya upah cenderung diikuti oleh naiknya jam kerja.
Masuknya wanita sebagai pekerja pada Industri Kerajinan Anyaman Pandan tidak mengurangi peran sebagai istri atau ibu rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab wanita sebagai istri dan ibu rumah tangga menjadi rangkap (ganda). Kegiatan domestik menyita sebagian besar waktu bagi pekerja wanita. Oleh karena itu, pilihan tempat kerja di rumah sudah menunjukkan bagaimana terikatnya mereka dengan pekerjaan domestik. Berdasarkan hasil penelitian alokasi waktu pekerja wanita di daerah penelitian masih merupakan pekerjaan utama, hal ini ditandai dengan jumlah jam kerja yang dicurahkan mereka selam seminggu rata-rata 30 jam atau 5 jam/hari. Sedangkan waktu untuk rumah tangga rata-rata 3,5 jam/hari. Banyaknya waktu yang mereka curahkan untuk pekerjaan rumah tangga erat kaitannya dengan tugas atau kewajiban seorang istri dan ibu rumah tangga, yaitu memasak, mencuci (piring, pakaian), mensterika pakaian, mengasuh anak, mengurus suami, belanja ke pasar, dan lain sebagainya. Banyaknya jam kerja yang dicurahkan untuk pekerjaan rumah tangga tidak terlepas dari keanekaragaman jenis pekerjaan rumah tangga tersebut mulai dari pekerjaan memasak sampai pada pekerjaan mengurus anak. Bagi pekerja yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak alokasi waktu untuk rumah tangga juga semakin besar. Selain itu, jika seorang pekerja wanita memiliki anak yang masih kecil-kecil alokasi waktu untuk rumah tangga yang semakin besar. Hal ini terjadi pada wanita yang memiliki umur dibawah 30 tahun, karena pda umur tersebut banyak pekerja yang memiliki anak yang masih kecil sehingga membutuhkan waktu lebih untuk mengurusnya dibanding pekerja wanita yang berusia lebih dari 40 tahun yang memiliki anak yang sudah beranjak remaja sehingga tidak perlu waktu banyak untuk mengurusnya.
Sebagai anggota masyarakat disamping bekerja pada sektor anyaman pandan dan rumah tangga, pekerja wanita di daerah penelitian juga meluangkan waktu untuk kegiatan yang bersifat kemasyarakatan.Tinggi rendahnya frekuensi wanita terlihat dalam kegiatan kemasyarakatan banyak ditentukan oleh budaya yang dianut oleh masyarakat setempat. Misalnya, masyarakat Bali frekuensi kegiatan yang bersifat sosial/ kemasyarakatan terutama bagi wanita lebih banyak dibandingkan kegiatan sosial masyarakat lainnya. Kegiatan sosial yang ditekuni oleh pekerja disamping yang berhubungan dengan manusia, lingkungan juga banyak yang bersifat ritual atau kerja sosial yang bersifat keagamaan. Sesuai dengan budaya Jambi merupakan budaya Melayu, banyak kegiatan yang mengarah pada kegiatan kekeluargaan atau silahturahmi yang meliputi kegiatan saling kunjung-mengunjungi terutama dalam keluarga dekat, pesta-pesta (perkawninan, sunatan), kematian, dan yang bersifat ritual berupa pengajian, disamping kegitan-kegiatan lainnya yang bersifat ekonomi, yakni kegiatan arisan.
Berdasarkan hasil penelitian alokasi waktu pada kegiatan sosial didaerah penelitian paling banyak mengelompok pada kelompok alokasi waktu pekerja wanita pada kegiatan sosial 0,5 – 0,59, sedangkan hasil penelitian Wisnobroto dan Budiono (1994;50) alokasi waktu yang dicurahkan pengrajin bambu di Jawa Timur untuk kegiatan sosial hanya 2 jam/minggu atau 0,3 jam/ hari. Berarti, curahan waktu pekerja wanita untuk kegiatan sosial di daerah penelitian cukup besar. Ini menandakan bahwa tingkat kekerabatan masyarakat didaerah penelitian masih tergolong tinggi. Artinya, masyarakat di daerah penelitian tingkat kekeluargaan masih kuat dan tidak bersifat materialistis atau individualistis. Apabila alokasi waktu pekerja wanita dikelompokkan, ternyata alokasi waktu terbesar terdapat pada kelompok 0,5 – 0,59 jam/hari yaitu 10 orang (31,3 %). Kemudian diikuti kelompok 0,6 – 0,69 jam/hari yaitu 10 orang (31,2%), sedangkan kelompok lebih dari 0,7 jam/hari proporsinya 24,9 % (8 orang) dan kelompok kurang dari 0,5 jam/hari sebesar 12,4% atau hanya sekitar 4 orang.
Melihat proporsi alokasi waktu yang dicurahkan pekerja wanita terhadap kegiatan sosial cukup memadai. Hal ini mencerminkan bahwa tingkat kekerabatan masyarakat setempat erat kaitannya dengan asal usul dari masyarakat itu sendiri. Di daerah penelitian ini, merupakan masyarakat yang satu rumpun, artinya masyarakatnya masih satu keluarga, sedikit sekali pendatang (migran). Kemudian, masyarakat setempat dapat menangkal derasnya arus globalisasi yang merebak di masyarakat luas terutama di kota-kota. Dapatnya mereka menangkis arus globalisasi terutama sisi negatif yang dapat merusak mental masyarakat berkat adanya penebalan iman melalui pengajian dan shalat lima waktu di samping mengikuti ceramah-ceramah di masjid.
Kegiatan sosial pekerja wanita dilihat lebih dalam lagi, sehingga dapat diketahui proporsi waktu yang paling banyak dicurahkan mereka, kegiatan yang paling banyak waktunya adalah silahturahmi kemudian diikuti pengajian. Manfaat lain kegiatan sosial yang telah dipaparkan diatas sangat membantu mereka dalam membentuk jaringan sosial yang pada akhirnya akan banyak bermanfaat secara ekonomis. Apabila rumah tangga mereka mengalami krisis ekonomi dapat memanfaatkan jaringan sosial untuk mecari pinjaman uang. Kegiatan sosial lain yang cukup menarik untuk ditelaah yaitu kegiatan pengajian, proporsi kegiatan pengajian merupakan terbesar kedua setelah silahturahmi. Tingginya proporsi alokasi waktu pekerja wanita pada kegiatan pengajian, menandakan bahwa masyarakat di daerah penelitian mempunyai tingkat ketaatan yang tinggi sebagai umat muslim.
Umur merupakan variabel penting baik dalam analisis demografi maupun analisis angkatan kerja. Dalam analisis angkatan kerja variabel umur erat kaitannya dengan produktivitas kerja. Kemudian, kalau angkatan kerja yang dikaji adalah angkatan kerja wanita maka variabel umur berhubungan dengan reproduksi (melahirkan). Artinya, semakin tua umur (batas umur tertentu) maka tingkat produktivitas baik untuk melahirkan maupun untuk bekerja semakin tinggi. Hal ini menandakan bahwa variabel umur pekerja wanita didaerah penelitian tidak berpengaruh pada alokasi jam kerja di sektor anyaman pandan. Kenyataan tersebut didukung oleh hasil analisis melalui Uji Regresi Ganda diperoleh nilai t (partial test) sebesar 0,981, nilai ttabel(0,05) = 2,6. Berarti thitung < ttabel. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima atau ditolak. Berarti hasil yang diperoleh dilapangan berbeda dengan teori-teori yang ada dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Tidak adanya pengaruh variabel umur istri terhadap alokasi waktu pada pekerjaan menganyam erat kaitannya dengan persepsi dan motivasi kerja para pekerja tersebut. Mengingat budaya masyarakat desa bahwa mereka sudah terbiasa bekerja dari sejak kecil, walaupun pekerjaan yang mereka lakukan tidak menghasilkan uang tetapi cukup membantu pekerjaan dalam rumah tangga, misal: mencuci piring, memasak nasi, menjaga adik, dan lain sebagainya. Hal tersebut senada yang dikemukakan oleh Sutrisno dalam Muryani (1985;24) bahwa wanita desa sudah terbiasa bekerja sejak umur dimi, baik pekerjaan rumah tangga sampai pada pekerjaan sebagai pekerja buruh tani. Bagi golongan ini bekerja telah mereka terima beagai kodrat wanita. Kemudian setelah mereka kawin, mereka bekerja lebih baik lagi sebagai istri, ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah disamping suami.
Faktor lain yang dapat menyebabkan tidak adanya pengaruh variabel umur terhadap pekerjaan mengayam yaitu rata-rata umur pekerja wanita didaerah penelitian berkisar 40 tahun. Seperti diketahui bahwa pada kelompok umur tersebut, kebanyakan para istri mempunyai anak yang sudah besar-besar. Dengan besarnya umur anak maka kesibukan untuk mengurus anak semakin berkurang sehingga mereka lebih leluasa untuk bekerja baik pada pekerjaan rumah tangga maupun bekerja di sektor anyaman pandan.
Penghasilan rumah tangga merupakan salah satu variabel yang dipertimbangkan oleh pekerja wanita/istri dalam memasuki angkatan kerja. Apabila penghasilan rumah tangga sudah mampu memenuhi segala kebutuhan keluarga maka istri atau ibu rumah tangga tidak perlu lagi bekerja karena tugas utama istri adalah bekerja dalam rumah tangga. Hal seperti ini tentu hanya berlaku bagi keluarga yang sudah mampu, lain halnya pada keluarga miskin, tidak ada pilihan lain karena satu-satu kekayaan yang dimiliki oleh keluarga miskin adalah tenaga kerja untuk bekerja karena penghasilan rumah tangga tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Dengan demikian, panjang pendeknya waktu yang dicurahkan wanita untuk bekerja di sektor publik erat kaitannya dengan penghasilan rumah tangga.
Pengaruh penghasilan rumah tangga terhadap alokasi waktu pekerja wanita didaerah penelitian menunjukkan pengaruh negatif yang sangat nyata. Artinya, semakin rendah tingkat penghasilan rumah tangga maka alokasi waktu untuk bekerja di sektor mengayam pandan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga maka waktu yang dicurahkan di sektor anyaman pandan semakin berkurang.
Hasil analisis statistik melalui Uji Regresi Ganda diperoleh nilai t (partial test) sebesar -3,989, nilai ttabel(0,05) =2,6. Berarti thitung> ttabel. Ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima. Terdapatnya pengaruh penghasilan rumah tangga terhadap alokasi waktu di sektor anyaman pandan erat kaitannya dengan tugas dan kewajiban seorang istri atau ibu yaitu bekerja di rumah tangga, sedangkan kerja di sektor publik atau mencari nafkah merupakan kerja sampingan. Mereka masih menganggap bahwa pencari nafkah utama dalam rumah tangga adalah tugas pria/suami. Apabila penghasilan suami sudah merasa tercukupi maka mereka lebih banyak diam di rumah terutama untuk mengurus anak, kerja domestik lainnya, disamping mengurus suami. Hasil yang diperoleh pada daerah penelitian ini senada dengan hasil penelitian Wahyuni (1987;69) bahwa hubungan antara pendapatan perkapita dengan TPAK wanita berhubungan kuat negatif[4]. Artinya semakin rendah pendapatan perkapita maka TPAK wanita semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita maka TPAK wanita semakin rendah. Kemudian Susanto dalam Syahruddin (1983;7) menambahkan bahwa tujuan dari seorang istri untuk bekerja adalah untuk menambah pendapatan suaminya dalam usaha pencapaian tingkat hidup yang minimum (minimum standard living) rumah tangga mereka.
Variabel pendidikan formal pekerja wanita didaerah penelitian tidak berpengaruh pada alokasi jam kerja di sektor anyaman pandan. Kenyataan tersebut didukung oleh hasil analisis melalui Uji Regresi Ganda diperoleh nilai t (partial test) sebesar 0,625, nilai ttabel(0,05) = 2,6. Ini berarti thitung< dari ttabel(0,05). Dengan demikian, hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima atau ditolak. Hubungan antara pendidikan formal dengan alokasi waktu di sektor kerajinan anyaman pandantidak berpengaruh. Artinya,walaupun pendidikan pekerja wanita semakin rendah tidak membuat alokasi waktu pekerja untuk menganyam semakin tinggi. Hal ini dikarenakan bahwa untuk bekerja di sektor kerajinan anyaman pandan ini tidak memelurkan pendidikan yang tinggi. Kebanyakan ibu-ibu yang ada didesa penelitian sudah biasa bekerja sedari kecil sehingga tidak menempuh pendidikan karena alasan tertentu seperti membantu orang tua bekerja ataupun tidak ada biaya untuk meneruskan pendidikan.
Variabel jumlah anggota keluarga pekerja wanita didaerah penelitian berpengaruh pada alokasi jam kerja di sektor anyaman pandan. Kenyataan tersebut didukung oleh hasil analisis melalui Uji Regresi Ganda diperoleh nilai t (partial test) sebesar 4,868, nilai t-tabel(0,05) = 2,6. Ini berarti thitung > ttabel (0,05). Dengan demikian, hipotesis yang diajukan diterima. Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan alokasi waktu di sektor kerajinan anyaman pandan berpengaruh nyata. Artinya, semakin besar tanggungan atau beban dari jumlah anggota keluarga pekerja semakin banyak curahan waktu pekerja disektor kerajinan anyaman pandan. Sebaliknya semakin sedikit (kecil) tanggungan atau beban dari pekerja semakin sedikit (kecil) pula curahan waktu pekerja disektor kerajinan anyaman pandan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak tanggungan semakin besar pula biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga semkain giat pula pekerja wanita tersebut untuk bekerja mencari nafkah tambahan guna memenuhi kebutuhan di sektor kerajinan anyaman pandan.
Alokasi waktu pekerja wanita di sektor anyaman pandan dengan rata-rata jam kerja perminggu adalah 30 jam/minggu jam atau 5 jam/hari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pekerja wanita pada sektor anyaman pandan didaerah penelitian per hari cukup panjang, mengingat pengrajin bekerja part-time. Masuknya wanita sebagai pekerja pada Industri Kerajinan Anyaman Pandan tidak mengurangi peran sebagai istri atau ibu rumah tangga (double role). Alokasi waktu pekerja wanita pada kegiatan rumahtangga yang dicurahkan mereka selama seminggu rata-rata 30 jam atau 5 jam/hari. Banyaknya waktu yang mereka curahkan untuk pekerjaan rumah tangga erat kaitannya dengan tugas atau kewajiban seorang istri dan ibu rumah tangga, yaitu memasak, mencuci (piring, pakaian), mensterika pakaian, mengasuh anak, mengurus suami, belanja ke pasar, dan lain sebagainya. Sebagai anggota masyarakat disamping bekerja pada sektor anyaman pandan dan rumah tangga, pekerja wanita juga meluangkan waktu untuk kegiatan yang bersifat kemasyarakatan. Alokasi waktu pada kegiatan sosial selama seminggu rata-rata 3,6 jam atau 0,6 jam/hari. Tingginya curahan waktu pada kegiatan sosial, mengingat tingkat kekerabatan masyarakat masih tergolong tinggi. Dengan kata lain, masyarakat di daerah penelitian tingkat kekeluargaan masih kuat dan tidak bersifat materialistis atau individualistis.Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi alokasi waktu wanita pada kerajinan anyaman pandan adalah faktor jumlah anggota keluarga dan penghasilan keluarga, sedangkan faktor umur, dan faktor tingkat pendidikan pengrajin tidak berpengaruh nyata dan signifikan terhadap alokasi waktu wanita pada industri kerajinan anyaman pandan di Kota Sungai Penuh..
[1]Becker, A Theory of The Allocation of Time. The Essence of. Stanford: Hoover Institution Press, 1995.
[2]R. Gronau, “Leisure, Home Production, and Work--the Theory of the Allocation of Time Revisited,” J. Polit. Econ., vol. 85, no. 6, pp. 1099–1123, 1977.
[3]N. Utomo, Alokasi Waktu Wanita Pedesaan dan Pendapatan Keluarga: Suatu Kasus di Tiga Desa Wilayah Kabupaten Malang. Tesis S2 Ekonomi Pertanian (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada (KPK-UGM dan UNIBRAW, 1988.
[4]R. W. Pangestuti, Kontribusi Wanita Tani terhadap Pendapatan Keluarga dalam Wanita dan Keluarga (Totok Mardikanto). Surakarta: Tri Tunggal Tata Fajar, 1989.