Community Education Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v16i1.1150

Realizing a Child Friendly School Through Anti-Bullying and Environmentally Friendly Strategies at Tk Aisyiyah Bustanul Athfal III Candi


Mewujudkan Sekolah Ramah Anak Melalui Strategi Anti-Bullying Dan Ramah Lingkungan Di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal III Candi

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Iceland

(*) Corresponding Author

child-friendly education safe school environment anti-bullying strategies

Abstract

In order to move towards better education, a new initiative has emerged to create a safe and comfortable school environment for all children. The goal of this service is to create a safe and comfortable school environment for children through anti-bullying strategies and clean and green environmental efforts. The methods used include teaching students about bullying prevention, as well as school greening and cleaning programs. The expected results are increased awareness of bullying, reduced incidents of violence in schools and the creation of a beautiful school environment. The outputs of this service include anti-bullying educational videos, articles in online media and books that invite all educators to do the same activities, and through this program it is hoped that a generation will be created that is intelligent, has strong character and cares about the environment.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan wadah untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas [1] Melalui pendidikan, segala upaya yang telah dilakukan dalam mengembangkan potensi peserta didik baik dari segi jasmani maupun rohani, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang berkompeten dan berintegritas [2] Memberikan pendidikan sejak dini merupakan salah satu cara mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Oleh karena itu PAUD dapat memfasilitasi tumbuh kembang anak secara sehat dan optimal sesuai norma, nilai, dan harapan masyarakat. Hal ini tercantum pada pasal 29 ayat (1) untuk terciptanya anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia, dan cinta tanah air [3] Di indonesia, pendidikan anak usia dini dapat dilakukan di Taman Kanak-Kanak (TK) dengan harapan dapat memberikan kesiapan mental perkembangan jiwa, sosial, emosional, moral dan religius anak yang dapat terbina akan menjadi bekal pendidikan bagi anak tersebut [4].

Untuk mewujudkan tekad bangsa Indonesia dalam memenuhi hak dan melindungi anak dalam bidang pendidikan, tercantum dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 28C yaitu “Setiap anak berakhir mendapat mengembangkan diri melalui pemenugan kebutuhan dasar, berhak mendapatkan pendidikan dasar dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, senja dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidup dan demi kesejahteraan umat manusia”. Hal tersebut juga dijelaskan dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945 bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” (UUD NKRI 1945).

Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2024 menjelaskan bahwa masih terdapat kasus kekerasan yang tertutupi dan terabaikan, anak menjadi sasaran pelanggaran terhadap pemenuhan hak di sekolah. Pada bulan Maret 2024, KPAI telah menerima pengaduan pelanggaran perlindungan anak sebanyak 383 kasus, dan 34% dari data kasus tersebut terjadi di lingkungan satuan pendidikan. Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan bahwa masih terdapat pelanggaran terhadap pemenuhan hak anak di sekolah.

Berdasarkan permasalahan yang diatas, maka Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengeluarkan peraturan menteri PPPA Nomor 8 Tahun 2014 tentang kebijakan sekolah ramah anak untuk menjamin pemenuhan hak anak seperti kesehatan, keamanan, dan kenyamanan anak di sekolah. Sekolah ramah anak digunakan sebagai penyeimbang terhadap aksi sekolah efektif yang berusaha mengubah prestasi siswa di berbagai tempat [5] Selain itu sekolah dapat menerapkan program SRA untuk menyejahterakan hak-hak anak yang sejalan dengan program UNESCO yang dapat menciptakan dan mendukung sistem sekolah dalam mempromosikan kesehatan fisik dan mental, memelihara lingkungan belajar yang aman dan inklusif bebas dari segala bentuk kekerasan, intimidasi dengan tujuan agar siswa memenuhi potensinya [6] Selain itu, tujuan ini juga dapat mendorong tercapainya SDGs bidang pendidikan, kesehatan, dan kesetaraan gender [7].

Permasalahan yang muncul berkaitan dengan pemahaman guru dan siswa tentang bullying adalah masih rendahnya pemahaman siswa tentang bullying dan efek dari kegiatan bullying itu sendiri. Hal ini dibuktikan pada saat mahasiswa melakukan observasi dan koordinasi dengan kepala sekolah, masih terdapat guru yang melerai karena adanya siswa yang saling ejek mengejek sehingga sampai terjadi perselisihan dan atau pertengkaran kecil setiap harinya pada saat jam pelajaran ataupun pada saat jam-jam istirahat. Upaya-upaya untuk mengatasi bullying ini pun terus dilakukan akan tetapi hasil yang diharapkan belum cukup efektif sehingga kasus bullying ini setiap waktu selalu ada.Selain itu, permasalahan yang lainnya adalah lingkungan sekolah yang kurang hijau dan sampah masih berserakan dimana-mana. Berdasarkan hal tersebutlah, maka Kegiatan Pengabdian Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk membantu pihak sekolah (guru dan murid) dalam memberikan wawasan dan pengetahuan terkait anti-bullying, dampak bullying, edukasi pemilahan sampah, dan penghijauan di lingkungan sekolah.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara kualitas lingkungan dengan tingkat kebahagiaan masyarakat. Majeed, Tariq, dan Mumtaz menemukan bahwa degradasi lingkungan berdampak signifikan terhadap menurunnya kebahagiaan. Sementara itu, dalam penelitiannya di Eropa mengungkapkan bahwa polusi udara merupakan prediktor yang signifikan secara statistik untuk menjelaskan perbedaan tingkat kebahagiaan antar negara dan dari waktu ke waktu.

Menariknya, hubungan antara lingkungan dan kebahagiaan juga berlaku dalam konteks pendidikan. Lingkungan sekolah yang hijau dan bersih terbukti meningkatkan kebahagiaan siswa. Bayangkan sebuah sekolah dengan taman yang rindang, udara segar, dan ruang kelas yang bersih. Suasana tersebut tidak hanya menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, tetapi juga berdampak positif bagi kesejahteraan mental siswa.

Siswa yang belajar di lingkungan yang menyenangkan umumnya merasa lebih rileks dan stresnya berkurang. Mereka dapat menikmati keindahan alam disekitarnya sehingga meningkatkan mood dan semangat belajarnya. Selain itu, udara bersih membantu meningkatkan konsentrasi dan daya ingat, sehingga siswa dapat belajar lebih efektif. Kegiatan seperti berkebun atau merawat tanaman di sekolah juga dapat menjadi cara siswa untuk terhubung dengan alam, mengembangkan rasa tanggung jawab, dan merasakan kepuasan yang berujung pada kebahagiaan yang lebih besar. Dengan demikian, menciptakan dan menjaga lingkungan sekolah yang hijau dan bersih tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik, tetapi juga berperan penting dalam meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan mental siswa.

Dari paparan identifikasi permasalahan yang diuaraikan, penulis yakin bahwa kegiatan sosialisasi anti bullying, edukasi pemilahan sampah, dan melakukan penghijauan pada TK Aisyiyah Bustanul Athfal III dapat memfasilitasi mitra secara bersama dalam mewujudkan misinya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dan karakter siswa. Selain itu, dengan adanya kegiatan sosialisasi anti bullying merupakan upaya efektif dalam mencegah dan mengatasi bullying, seluruh elemen membutuhkan perhatian terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya bullying, seperti karakteristik, tantangan anak-anak dan remaja, serta faktor dalam ekologi sosial individu, termasuk keluarga anak, sekolah, kelompok sebaya, dan komunitas.

Metode

Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat (PKM) ini merupakan kegiatan kolaborasi antara Tim Pengabdian Masyarakat Kelompom 7 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan para Guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Candi sebagai bentuk pelaksanaan Tri Dharma Perguruaan Tinggi dan pelaksanaan Program kerja KKN-T tahun 2024. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini berupa sosialisasi kepada murid TK Aisyiyah Bustanul Athfal III terkait antibullying dan dampaknya sebagai bentuk upaya pencegahan perilaku bullying dan realisasi sekolah ramah anak yang telah dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 23 Agustus 2024. Sosialisasi antibullying juga memainkan peran penting sebagai stimulus yang bertujuan mengubah perilaku siswa. Melalui pendekatan Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R) yang dikemukakan oleh Hovland pada tahun 1953, bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku bergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organism. Berdasar penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pesan-pesan anti perundungan yang disampaikan melalui berbagai media (stimulus) diproses oleh siswa (organisme) berdasarkan pengalaman pribadi, nilai-nilai, serta kondisi psikologis mereka. Proses internal ini kemudian menentukan respon siswa, yang diharapkan berupa penolakan terhadap perundungan, peningkatan kesadaran empati, serta keterlibatan aktif dalam menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi semua pihak. Dengan demikian, teori S-O-R memberikan kerangka konseptual untuk memahami bagaimana sosialisasi anti perundungan atau antibullying dapat mempengaruhi perubahan perilaku dalam konteks pendidikan. Adapun tahapan pelaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat meliputi persiapan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi sebagai berikut :

Figure 1.Tahapan Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Pada dasarnya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bisa dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

  1. Pada tahap persiapan merupakan tahapan analisis terhadap permasalahan yang terjadi dan kebutuhan masyarakat terutama yang ada pada lembaga pendidikan yaitu TK Aisyiyah Bustanul Athfal III, Candi. Tim pengabdian masyarakat mendapatkan data dan informasi mengenai persoalan yang dihadapi mitra dan kebutuhan apa saja yang dapat membantu memecahkan permasalahannya. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, kami akan mengadakan program kerja untuk mengatasi permasalahan pada perilaku dan lingkungan. Pada perilaku kami mengadakan kegiatan sosialisasi anti-bullying dan pengadaan tempat sampah sebagai sarana dan prasarana sekolah, kemudian pada permasalahan lingkungan kami melakukan program kerja edukasi pemilahan sampah organik anorganik dan penghijauan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal III. kegiatan tersebut kami lakukan guna meningkatkan pemahaman siswa mengenai bullying dan salah satu bentuk wujud pemenuhan hak-hak anak di sekolah.. Pada tahap persiapan, tim juga melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yaitu kepala sekolah terkait pelaksanaan program kerja kepada siswa TK dan menyiapkan perlengkapan dalam melaksanakan program kerja. Dalam pengabdian masyarakat ini kami menyusun daftar pembicara dan mahasiswa yang bertugas dalam pelaksanaani tersebut.
  2. Tahap kedua yaitu pelaksanaan kegiatan sosialisasi anti-bullying, edukasi pemilahan tempat sampah organik anorganik, serta penghijauan yang terbagi menjadi beberapa sesi diantaranya:
  1. Penyampaian materi terkait pengertian bullying
  2. Penyampaian materi terkait jenis - jenis bullying
  3. Penyampaian materi terkait dampak dari bullying
  4. Memberi pemahaman kepada siswa-siswi bahwa kita adalah makhluk sosial, yang artinya kita butuh teman untuk saling membantu dan bekerjasama
  5. Pembuatan cap tangan pada media banner
  6. Pemaparan materi terkait sampah organik dan anorganik
  7. siswa berlomba-lomba dalam memasukkan sampah ke dalam tong sampah secara benar
  8. Melakukan pengadaan sarana sarana kebersihan yang dibutuhkan seperti tempat sampah yang disesauikan dengan klasifikasi sampah yang dibuang (orgnaik dan anorganik)
  9. melakukan pemasangan tanaman hijau pada lokasi yang telah ditentukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Candi (dunding depan kelas)

Hasil dan Pembahasan

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan oleh tim pengabdian masyarakat kelompok 07 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo pada tanggal 23 Agustus 2024 di TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Candi, Dsn. Meduran, Ds. Balongdowo. Sasaran utama dalam kegiatan ini yaitu siswa di sekolah dengan jumlah peserta kurang lebih sebanyak 60 siswa. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dimaksudkan sebagai penyuluhan dengan memberikan layanan informasi mengenai perundungan sebagai dukungan terhadap program pemerintah yaitu menekan angka kekerasan di lingkungan sekolah. Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini terdapat 3 tahapan pelaksanaan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan , dan evaluasi.

Pada tahap ini Tim Pengabdian Mayarakat melakukan koordinasi dengan kepala sekolah terkait program kerja apa saja yang bisa dilaksanakan oleh mahasiswa pada tanggal 30 Juli 2024. Pertemuan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai keadaan di lingkungan sekolah terkait keadaan pengadaan pengelolaan sampah, perlunya pemahaman warga sekolah terutama siswa terkait bullying, serta melakukan penghijauan. Dalam analisis dan wawancara tersebut, tim memperoleh permasalahan yang dihadapi oleh mitra serta kebutuhannya terkait pemahaman warga sekolah terutama siswa tentang bullying, tidak adanya sistem pemilahan sampah yang mewadai, serta penghijauan. Setelah tim memperoleh informasi dan pengamatan langsung yang dilakukan di sekolah, tim menyusun dan berdiskusi terkait pelaksanaan bentuk kegiatan.

Figure 2.Koordinasi dengan Kepala Sekolah TK ABA III

Berdasarkan temuan tersebut, tim pengabdian masyarakat merancang program pendidikan interaktif yang sesuai dengan usia anak prasekolah. Fokus utama program ini adalah mengenalkan dampak dari bullying dan konsep pemilahan sampah organik dan non-organik melalui kegiatan menyenangkan yang mudah dipahami anak-anak. Persiapan meliputi menyiapkan video dan membuat alat peraga edukasi. Untuk meningkatkan kesadaran tentang anti bullying, tim membuat poster, dan video animasi. Sementara itu, pada edukasi lingkungan hidup menyiapkan contoh tempat sampah berwarna, kartu bergambar jenis sampah dan tanaman untuk kegiatan penghijauan. Semua materi dan sumber dirancang untuk menarik dan memfasilitasi pemahaman anak-anak usia dini. Selain itu dengan adanya penghijauan di lingkungan sekolah juga dapat menambah semangat belajar peserta didik.

Pada Tahap ini, tim pengabdian masyarakat melakukan sosialisasi yang mana terbagi menjadi beberapa sesi. Untuk tahap awal, tim melakukan pendampingan terhadap siswa pada awal masuk dengan memberikan ice breaking dan menyanyi. Hal ini dilakukan untuk menambah semangat anak-anak TK sebelum menerima materi “Stop bullying” dan edukasi pemilahan sampah.

Hasil yang dilihat dari kegiatan ini adalah keceriaan dan keakraban antar siswa yang terlihat dari suasana menyenangkan dan positif.

Dalam kegiatan ini bernyanyi bersama-sama dan mengikuti guru. Kadang dalam bernyanyi, anak-anak saling bersahutan. Suasana tersebut dapat dilihat foto berikut :

Figure 3.Tim melakukan pendampingan pada awal masuk

Setelah melakukan pendampingan, anak-anak digiring untuk masuk ke dalam kelas. Setelah semua siswa masuk ke kelas dan mereka telah duduk dengan rapi, mahasiswa dengan jurusan pendidikan guru sekolah dasar Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang sedang melaksanakan pengabdian masyarakat menyampaikan materi terkait bullying pada siswa TK Aisyiyah Bustanul Atahfal III. Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan di ruang kelas B TK Aisyiyah Bustanul Athfal III mulai pukul 08.00 sampai dengan 08.45 dan diikuti oleh 60 siswa, 5 orang guru, dan 1 orang kepala sekolah.

Mahasiswa melakukan kegiatan dengan membuka salam dan mengecek semangat siswa. Sebelum mahasiswa menyampaikan materi terkait bullying, mahasiswa bertanya kepada siswa seperti “Pernahkah kalian mengejek teman?” banyak siswa yang menjawab “Tidak ada”. kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan “Pernahkan kalian memukul dan menendang teman kalian?” dari sini ada beberapa mahasiswa dan guru yang memberikan jawaban bahwa ada siswa yang suka memukul dan menendang. Kemudian mahasiswa bertanya kembali “Apa yang kalian rasakan jika dipukul?” banyak siswa yang menjawab “Sakit”. Dari hasil jawaban siswa, mahasiswa memberikan arahan bahwa kita tidak boleh melakukan semua tindakan itu karena itu termasuk tindakan yang tidak terpuji dan akan diberi sanksi atau hukuman jika ada yang melakukan tindakan tersebut.

Setelah melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa, mahasiswa menyampaikan materi terkait anti bullying atau anti perundungan dengan tema “stop bullying”. Materi yang dijelaskan terkait pengertian bullying, jenis - jenis bullying, dampak dari bullying, dan memberi pemahaman kepada siswa bahwa kita adalah makhluk sosial, yang artinya kita butuh teman untuk saling membantu dan bekerjasama. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan menayangkan sebuah video melawan perundungan.

Figure 4.Siswa Menonton tayangan video antibullying

Setelah siswa menonton tayangan video anti perundungan, mahasiswa mengajak siswa dan guru untuk berdiri kemudian menyanyikan lagu anti bullying dengan gerak. kegiatan bernyanyi ini diulang selama dua kali. Saat pertama kali bernyanyi, mereka masih sedikit kebingungan menirukan gerak sambil bernyanyi, namun setelah melakukan kegiatan yang kedua kali nya mereka sangat antusias dan bersemangat dalam bernyanyi. Berikut ini gambar yang menunjukkan suasanana saat mahasiswa, siswa, dan guru bernyanyi dan menirukan gerak lagu antibullying :

Figure 5.Mahasiswa, Siswa, dan Guru bernyanyi dan menirukan gerak lagu antibullying

Tidak hanya itu sebagai penutup kegiatan sosialisasi antibullying, tim mahasiswa KKN-T mengajak anak-anak untuk bertepuk tangan bersama atau yang biasa dikenal dengan ice breaking antibullying. Tepuk Anti Bullying… jangan suka menyakiti, jangan suka memukuli, jangan suka caci maki. Bullying… Bullying… No! Sayang teman… Yes!

Kegiatan selanjutnya yaitu mahasiswa mengajak siswa untuk keluar kelas kemudian baris antri untuk menempelkan tangan yang sudah diberi cat oleh kakak mahasiswa dan secara bergantian mereka menempelkan tangan nya di banner yang sudah disiapkan. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai janji mereka untuk tidak melakukan bullying. Momen seperti ini lah yang paling dinantikan oleh anak-anak. Respon anak-anak dan guru sangat positif, hal itu terlihat dari antusiasme mereka saat mengikuti setiap sesi kegiatan. Berikut ini gambar penempelan cap tangan di banner :

Figure 6.Siswa melakukan cap tangan di banner

Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) juga melaksanakan kegiatan edukasi ramah lingkungan kepada siswa TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Candi. Tim pengabdian masyarakat mengawali kegiatan dengan sesi perkenalan yang ramah dan menyenangkan.

Anggota tim memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kunjungannya dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami anak-anak. Suasana hangat dan bersahabat ini turut menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi anak-anak prasekolah.

Figure 7.Pemaparan materi terkait pemilahan sampah

Tim kemudian membagikan makanan kepada siswa sebagai bagian dari metode pembelajaran berdasarkan pengalaman. Setiap anak mendapat dua jenis makanan, yaitu pisang yang dibungkus kulit pisang sebagai contoh sampah organik, dan makanan ringan dalam kemasan plastik sebagai contoh sampah non-organik. Pemberian makanan ini tidak hanya sebagai sarana pembelajaran tetapi juga membuat kegiatan menjadi lebih menarik dan melibatkan anak secara aktif.

Setelah anak-anak selesai makan, tim pengabdian masyarakat memulai edukasi tentang pemilahan sampah. Dengan bahasa sederhana dan contoh nyata dari kemasan pangan yang baru saja mereka gunakan, tim menjelaskan perbedaan sampah organik dan non-organik. Penjelasan tersebut disertai dengan demonstrasi visual agar lebih mudah dipahami oleh anak-anak.

Puncak kegiatan ini adalah sesi praktik langsung, dimana anak-anak diminta membuang sisa makanannya ke tempat sampah yang diberi label khusus sampah organik dan non-organik. Tim pengabdian masyarakat dengan sabar membimbing setiap anak, memuji usaha mereka dan dengan lembut mengoreksi mereka jika terjadi kesalahan dalam penyortiran.

Figure 8.Anak-anak praktik untuk pemilahan sampah

  1. Tahap Persiapan
  2. Tahap Pelaksanaan
  3. Evaluasi

Pada tahap ini terdiri dari monitoring kegiatan dan evaluasi kegiatan. Saat tahap evaluasi dimulai, tim pengabdian kepada masyarakat mengamati antusiasme dan tingkat partisipasi anak-anak selama kegiatan berlangsung. tim pengabdian kepada masyarakat mencatat bahwa program yang dijalankan dikatakan berhasil. hal itu dibuktikan bahwa kasus bullying di TK Aisyiah Bustanul Athfal III sangat berkurang dibandingkan dengan sebelum adanya program yang dijalankan oleh tim pengabdian kepada masyarakat, walau tetap masih ada anak yang melakukan bullying. Namun jika dibandingkan dengan sebelum pengabdian masyarakat dilakukan, kasus bullying sudah sangat jarang dilakukan mereka. Oleh karena itu, program yang dijalankan dalam penyelesaian masalah dikatakan berhasil.

Figure 9.Tahap monitoring dengan mengawasi anak-anak saat duduk melingkar

Tim pengabdian masyarakat juga mencatat bahwa sebagian besar anak menunjukkan minat dan pengetahuan dasar tentang konsep pemilahan sampah. Beberapa anak bahkan mampu menjelaskan perbedaan sampah organik dan non-organik dengan kata-kata mereka sendiri, yang menunjukkan bahwa program tersebut berhasil dalam mengajarkan konsep dasar. Sebagai tindak lanjutnya, tim pengabdian kepada masyarakat menyarankan pihak sekolah untuk menyediakan lebih banyak tempat sampah terpisah antara sampah organik dan non-organik di lingkungan TK. Mereka juga menyarankan agar pihak sekolah melanjutkan pendidikan pemilahan sampah secara berkala untuk memperkuat pemahaman dan kebiasaan baik yang telah ditanamkan. Tim berkomitmen untuk melakukan kunjungan penilaian dalam beberapa bulan mendatang untuk memantau kemajuan dan memberikan dukungan lebih lanjut jika diperlukan.

Membangun Generasi Emas dengan Sikap Empati Tinggi dan Cinta Lingkungan

Fenomena perundungan tidak hanya sebatas interaksi sederhana antara pelaku dan korban. Hal ini juga dapat melibatkan teman sebaya, keluarga dan komunitas sekolah yang lebih luas. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa suasana negatif di sekolah merupakan salah satu katalis utama terjadinya intimidasi. Suasana sekolah yang kurang kondusif ini dapat memicu perilaku bullying di kalangan siswa [8]

Salah satu faktor penyebabnya adalah kecenderungan lembaga pendidikan yang terlalu menekankan pada prestasi akademik, sedangkan aspek non-akademik seperti pengembangan karakter dan keterampilan sosial kurang mendapat perhatian. Akibatnya, siswa sering kesulitan mengelola emosinya secara konstruktif dan cenderung mengungkapkannya kepada teman atau benda di sekitarnya.Kondisi ini menyebabkan banyak anak tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk menyelesaikan konflik atau permasalahan yang mereka hadapi. Bahkan lelucon ringan atau ejekan antar teman dapat meningkat menjadi konflik yang lebih serius, yang pada akhirnya dapat memicu perilaku agresif [8]

Bullying merupakan permasalahan sosial yang serius, mengingat dampak traumatisnya yang dapat mempengaruhi perkembangan perilaku anak pada tahap selanjutnya. dampak negatif bullying dapat bertahan lama dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan korbannya di kemudian hari [9]

Mengingat dampaknya yang serius, perilaku bullying harus diatasi sesegera mungkin dengan pendekatan yang tepat dan komprehensif. Intervensi yang efektif harus mencakup tidak hanya pelaku dan korban, namun juga saksi atau pengamat insiden intimidasi. Di lingkungan sekolah, guru memainkan peran penting dalam pendekatan ini. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika bullying di sekolah. Dengan pengetahuan ini, guru dapat lebih siap mengenali tanda-tanda awal dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat. Strategi pencegahan perundungan sebaiknya dimulai sejak tahap pendidikan paling awal, yakni pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Selain itu, mengajarkan pengetahuan lingkungan kepada siswa merupakan salah satu strategi terpenting dalam pendidikan lingkungan hidup. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap permasalahan lingkungan berbanding lurus dengan kepedulian yang lebih besar dan perilaku pro lingkungan. Dengan menanamkan kesadaran ekologis sejak dini, harapannya generasi mendatang akan lebih siap menghadapi dan mencegah berbagai permasalahan lingkungan [9]

Asumsi yang mendasari pendekatan ini adalah semakin dalam pengetahuan seseorang mengenai dinamika ekosistem dan dampak aktivitas manusia terhadapnya, maka semakin besar kemungkinan mereka untuk menerapkan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup bertujuan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi, namun juga membentuk pola pikir dan kebiasaan yang berkelanjutan.

Dengan membekali anak usia dini dengan wawasan ekologi yang komprehensif, menjadi salah satu bentuk investasi masa depan untuk lingkungan yang lebih hijau. Harapannya, generasi yang terdidik dengan baik terhadap lingkungan akan mampu mengambil keputusan yang lebih bijak, mengembangkan solusi inovatif dan pada akhirnya berkontribusi dalam mengurangi kerusakan lingkungan di masa depan.[10]

Mengintegrasikan pendidikan anti-bullying dan ramah lingkungan pada anak usia dini dapat memberikan landasan yang kuat dalam membangun generasi yang lebih berempati dan bertanggung jawab terhadap sesama dan lingkungan. Dengan mengajarkan anak untuk tidak melakukan intimidasi, mereka belajar menghargai perbedaan dan memperlakukan orang lain dengan baik. [11] Sekaligus dengan memperkenalkan pemisahan sampah organik dan non-organik mengajarkan mereka untuk peduli terhadap lingkungan sejak dini. Kedua aspek ini saling mendukung dalam membentuk karakter anak yang positif dan berpikiran terbuka. [12][13]

Pendekatan ini memungkinkan anak-anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang penting. Mereka belajar menunjukkan empati, bekerja sama dan menghargai kontribusi setiap individu dalam menjaga lingkungan. Ketika anak-anak dilibatkan dalam kegiatan pemilahan sampah bersama-sama, mereka belajar bahwa setiap orang mempunyai peranan penting dalam menjaga kebersihan dan melestarikan alam. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya bullying karena anak mulai memahami bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk mengecualikan atau meremehkan orang lain, melainkan kesempatan untuk saling melengkapi dalam mencapai tujuan bersama.[14]

Lebih lanjut, integrasi ini juga membantu anak memahami konsep sebab akibat dan tanggung jawab pribadi. Mereka belajar bahwa tindakan mereka, baik terhadap orang lain maupun terhadap lingkungan, mempunyai dampak. Pemahaman ini dapat mendorong mereka untuk lebih bijak dalam berperilaku dan mengambil keputusan. Dengan menggabungkan pendidikan anti-bullying dan pemilahan sampah, anak-anak belajar tidak hanya untuk peduli terhadap perasaan orang lain, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan alam. [15]

Hal ini menciptakan landasan yang kuat bagi pengembangan karakter holistik, mempersiapkan mereka menjadi warga negara yang peduli dan bertanggung jawab di masa depan.

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan:

Kegiatan edukasi anti perundungan dan pengenalan pemilahan sampah di TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Candi merupakan langkah positif dalam membangun karakter anak sejak dini. Melalui program ini, anak tidak hanya belajar menghargai orang lain, tapi juga peduli terhadap lingkungan. Integrasi kedua aspek ini membantu terciptanya pembelajaran holistik, dimana anak dapat mengembangkan keterampilan kesadaran sosial, emosional dan lingkungan pada saat yang bersamaan. Kegiatan ini juga mendukung terbentuknya nilai-nilai penting seperti empati, tanggung jawab dan kerjasama yang bermanfaat bagi perkembangan anak di masa depan.

Saran :

Konsistensi dan Keberlanjutan: Memastikan program ini dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan. Mengintegrasikan nilai-nilai anti-bullying dan kesadaran lingkungan ke dalam kurikulum harian sekolah.

Keterlibatan Orang Tua: Libatkan orang tua dalam program ini melalui kegiatan bersama atau pekerjaan rumah yang melibatkan anak dan orang tua. Hal ini memastikan nilai-nilai yang diajarkan di sekolah juga diperkuat di rumah.

Pujian dan apresiasi: Berikan hadiah sederhana kepada anak yang menunjukkan perilaku positif dalam konteks anti-bullying dan kesadaran lingkungan untuk memotivasi mereka.

Pengembangan fasilitas: Menyediakan fasilitas pendukung seperti tempat sampah yang menarik untuk pemilahan sampah dan pojok baca dengan buku-buku tentang lingkungan dan persahabatan.

Dengan melaksanakan saran-saran tersebut, TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Candi dapat meningkatkan efektivitas program pendidikan anti perundungan dan ramah lingkungan sehingga dapat membangun generasi yang lebih berempati, bertanggung jawab dan peduli terhadap sesama dan lingkungan.

Ucapan Terima Kasih

Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) mengucapkan terimakasih kepada pihak TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Candi, karena telah memberikan kesempatan kepada tim agar bisa melaksanakan program kerja nya di lembaga ini. Dukungan serta kerja sama yang diberikan oleh guru, orang tua murid, dan siswa sangat berarti dalam keberhasilan tim melaksanakan program. Program kemitraan masyarakat dapat terlaksana dengan adanya kerjasama antara tim pengabdian masyarakat kelompok 07 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan pihak TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Candi.

References

  1. N. Aulia, D. P. Yuniar, and F. L. T. Arianto, “Implementasi Sekolah Ramah Anak di TK YKK 1 Bangkalan,” JCE (Journal Child., vol. 7, no. 1, pp. 72–81, 2023, doi: http://www.journalfai.unisla.ac.id/index.php/jce/article/view/1224.
  2. S. Muitasari, “Implementasi Program Sekolah Ramah Anak,” 2020.
  3. S. Musrifah, R. Nugroho, and U. Supriatna, “Implementasi Kebijakan Sekolah Ramah Anak Di Tk Islam Plus Insan Kamil Tuban,” Pros. SNasPPM, vol. 6, no. 1, pp. 6–12, 2021, doi: http://prosiding.unirow.ac.id/index.php/SNasPPM/article/view/875%0Ahttp://prosiding.unirow.ac.id/index.php/SNasPPM/article/download/875/550.
  4. W. Zulianda, I. Muda, and B. Jamil, “Efektivitas Pelaksanaan Kurikulum untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di TK Dewantara Titi Kuning Kecamatan Medan Johor,” 2020. doi: 10.31289/jipikom.v2i1.187.
  5. F. Çobanoğlu, Z. Ayvaz-Tuncel, and A. Ordu, “Child-friendly schools: An assessment of secondary schools,” Univers. J. Educ. Res., vol. 6, no. 3, pp. 466–477, 2018, doi: 10.13189/ujer.2018.060313.
  6. U. N. Education, Scientific, and C. Organization, UNESCO 2 Strategy on Education for Health and Well-Being. Paris: UNESCO, 2022.
  7. A. N. Azizah, B. K. Nuria Fitriawan, N. S. Muzhaffarah, S. N. Anisa, and V. F. Syanur, “Implementasi Sekolah Ramah Anak Untuk Mewujudkan Perilaku Antikekerasan,” J. Penelit. Kebijak. Pendidik., vol. 16, no. 2, pp. 131–144, 2023, doi: 10.24832/jpkp.v16i2.801.
  8. D. Setyawan, R. Y. Putri, and R. Rahmawati, “Peran guru dalam pencegahan bullying di PAUD,” MOTORIC, vol. 2, no. 1, pp. 34–43, 2018, doi: 10.31090/paudmotoric.v2i1.739.
  9. R. R. Perdana et al., “Pencegahan Bullying Dalam Lingkungan Pendidikan,” J. Pengabdi. Masy. Mandiri (JPMM, vol. 2, no. 02, pp. 273–277, 2024.
  10. M. Rusyda and T. H. Siagian, “ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBAHAGIAAN DENGAN KUALITAS LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI,” J. Litbang Sukowati Media Penelit. Dan Pengemb., vol. 7, no. 1, pp. 81–91, 2023, doi: 10.32630/sukowati.v7i1.360.
  11. “Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 8 Tahun,” 2014.
  12. S. Maesaroh, B. Bahagia, and K. Kamalludin, “Strategi menumbuhkan literasi lingkungan pada siswa,” J. Basicedu, vol. 5, no. 4, 2021.
  13. B. Sutami, D. Setyawan, and N. Fithriana, “Implementasi Program Sekolah Ramah Anak dalam Mewujudkan Kota Layak Anak,” REFORMASI, vol. 8, no. 3, pp. 567–578, 2020.
  14. S. S. Ndari and C. Chandrawaty, “Peran Guru dan Orangtua dalam Implementasi Sekolah Ramah Anak Tanpa Kekerasan Melalui Parenting di PAUD,” Pros. Kolok. Dr. dan Semin. Has. Penelit. Hibah, vol. 2, no. 1, pp. 789–800, 2019.
  15. D. C. Pratiwi and A. Kriswibowo, “Implementasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak,” Popul. J. Sos. dan Hum., vol. 9, no. 2, pp. 345–356, 2022.