Disaster Risk Reduction, Resilience, and Community-based Approaches
DOI: 10.21070/ijccd.v14i2.973

Adolescent Health Care Education: A Community Intervention


Edukasi Perawatan Kesehatan Remaja: Intervensi Komunitas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Adolescents Hygiene practices Youth Health Care Education program Hand washing Infectious diseases

Abstract

This study addresses the imperative of imparting effective hygiene practices to adolescents to mitigate menstrual health issues and infectious diseases. Focused on the Ketegan Village area, our Youth Health Care Education program aimed to instill the significance of proper hand hygiene, particularly in the context of viral and bacterial infections, among children aged 6-10 and adolescents aged 11-14. Employing a community-based approach, the program integrated educational activities to encourage consistent hand washing with soap before and after daily tasks. The outcomes revealed a substantial increase in awareness and adherence to hand hygiene practices among the targeted age groups. By equipping adolescents with essential knowledge during formative years, this initiative bears implications for sustained hygiene habits, thereby reducing the susceptibility to health complications associated with inadequate hygiene practices.

 

Highlights:

  • Community-based approach: The program utilized a community-focused strategy to ensure effective education and behavior change.
  • Age-specific targeting: The initiative catered to different age groups, emphasizing the importance of hygiene practices among children and adolescents.
  • Sustained impact: The study showed increased awareness and adherence to hand hygiene, indicating potential long-term benefits for health outcomes.

Keywords: Adolescents, Hygiene practices, Youth Health Care Education program, Hand washing, Infectious diseases

PENDAHULUAN

Desa Ketegan merupakan desa yang terletak di Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Desa Ketegan ini memiliki remaja yang tergolong cukup banyak yang mengikuti program posyandu remaja sekitar 107 remaja namun ketika kami melaksanakan edukasi hanya sekitar 20 remaja yang datang diantaranya kebanyakan wanita. Kegiatan di posyandu remaja desa hampir sama dengan kegiatan di posyandu yang lain yaitu test kesehatan berupa pengecekan tinggi dan berat badan, pemeriksaan tekanan darah, juga dilakukan pemeriksaan gula darah secara gratis. Pelaksanaan pelayanan kesehatan posyandu remaja menggunakan fasilitas umum yaitu balai desa Ketegan, kegiatan yang diselenggarakan oleh kepala desa dan organisasi PKK dengan mengundang bidan desa. Edukasi yang kami berikan berkaitan dengan perawatan kesehatan remaja antara lain edukasi cuci tangan, dan edukasi perawatan ketika menstruasi.

Kelompok penduduk dikatakan remaja apabila memiliki rentang usia antara 10-19 tahun. Sesuai dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan selama masa remaja dibagi dalam tiga fase, yaitu remaja awal (usia 11-14 tahun), remaja pertengahan (usia 14-17 tahun) dan remaja akhir (usia 17-20 tahun). Masa remaja ini diawali dengan adanya tanda-tanda pubertas yang ditandai dengan pencapaian tingkat kematangan organ reproduksi baik pada remaja wanita maupun remaja laki-laki. Pada remaja wanita ada beberapa keluhan pada masa remaja diantaranya adalah masalah menstruasi dan praktik kebersihan selama periode menstruasi. Jika kondisi tersebut tidak tertangani maka akan menyebabkan berbagai permasalahan diantaranya yaitu gangguan kesehatan yang tidak diinginkan seperti penyakit radang panggul dan bahkan infertilitas.

Belajar tentang kebersihan selama menstruasi merupakan aspek penting dari pendidikan kesehatan untuk remaja perempuan, karena pola yang dikembangkan pada masa remaja cenderung bertahan sampai dewasa. Pengetahuan yang kurang tentang menstruasi disebabkan oleh usia remaja, pendidikan ibu, dan keterpaparan informasi. Peran ibu sangat penting dalam pemberian informasi. Ibu adalah sumber informasi pertama tentang menstruasi, sehingga terhindar dari pemahaman yang salah mengenai kebersihan menstruasi dan kesehatan reproduksi.

Remaja perlu diberikan informasi yang baik dan positif melalui orangtua, teman sebaya, guru sekolah. Namun masyarakat menganggap kesehatan reproduksi masih tabu dibicarakan oleh remaja. Pubertas dalam hal ini yaitu perubahan fisik yang menonjol, perubahan pola pikir yang awalnya takut menjadi berani dan juga perubahan hormon pada sel kelamin. Saat remaja terjadi proses pematangan organ reproduksi yang disebut dengan pubertas, biasanya ditandai dengan terjadinya menstruasi. Perilaku hygiene saat menstruasi sangatlah penting dilakukan oleh wanita dengan tujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan diri sendiri baik secara fisik maupun mental. Personal hygiene saat menstruasi merupakan langkah awal untuk mewujudkan kesehatan diri karena tubuh yang bersih akan meminimalkan risiko seseorang terjangkit suatu penyakit. Ketika terjadi menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat rentan terkena infeksi. Daerah yang cukup panas membuat tubuh berkeringat, sehingga meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama pada organseksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Hal tersebut menyebabkan bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap dan infeksi. Ketika mengalami mestruasi diharuskan menjaga kebersihan antara lain penggunaan pembalut yang perlu diganti setiap 4 jam sekali, membersihkan minimal 2 kali sehari dengan membasuh area kemaluan dengan air hangat dari arah depan dan arah belakang, membuang bekas pembalut denagn aman, menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat, dan cuci tangan sebelum mengganti pembalut dan membasuh area kemaluan.

Tangan adalah bagian tubuh kita yang paling banyak tercemar kotoran dan bibit penyakit. Ketika memegang sesuatu, dan berjabat tangan, tentu ada bibit penyakit yang melekat pada kulit tangan kita. Telur cacing, virus, kuman dan parasit yang mencemari tangan, akan tertelan jika kita tidak mencuci tangan dulu sebelum makan atau memegang makanan. Dengan cara demikian umumnya penyakit cacing menulari tubuh kita. Di samping itu, bibit penyakit juga dapat melekat pada tangan kita setelah memegang uang, memegang pintu kamar mandi, memegang gagang telepon umum, memegang mainan, dan bagian-bagian di tempat umum. Melalui tangan kita sendiri segala bibit penyakit itu juga bisa memasuki mulut, lubang hidung, mata, atau liang telinga, karena kebiasaan memasukkan jari ke hidung, mengucek mata, mengorek liang telinga, bukan pada waktu yang tepat (pada saat tangan kotor), dan ketika jari belum dibasuh (belum cuci tangan).

Seringkali orang hanya mencuci tangan dengan menggunakan air saja, padahal keefektifannya dibanding mencuci tangan dengan menggunakan sabun (CTPS) sangatlah kurang untuk menghilangkan kuman penyakit yang menempel pada tangan dan jari jemari. Memang jika dihitung dengan waktu yang harus dihabiskan untuk mencuci tangan menggunakan sabun membutuhkan waktu yang lama dan terbilang kurang praktis tetapi jika dilihat pada dampak baik yang akan ditimbulkan pasti setiap orang akan berfikir lagi dan memilih mencuci tanga menggunakan sabun (CPTS). Sabun akan membantu untuk melepaskan lemak dan kotoran yang menempel pada tangan. CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) merupakan usaha untuk menjaga kebersihan seluruh bagian tangan dengan media air dan sabun antiseptik sebagai penghilang kotoran.

Kegiatan Program Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku peserta posyandu remaja dari kelas 5 Sekolah Dasar hingga kelas 3 Sekolah Menengah Pertama dalam mengenal dan mencegah penularan penyakit pada menstruasi dan cuci tangan serta mampu mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari – sehari. Proses pemberian informasi dan pengetahuan tentang perawatan ketika menstruasi melalui kegiatan penyuluhan dapat menjadi salah satu upaya peningkatan literasi remaja di desa.

METODE

Waktu dan tempat pengabdian masyarakat dilakukan di Balai Desa Ketegan Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 18 Desember 2022 pada pukul 09.00-11.30 WIB. Metode dan rancangan pengabdian kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan 4 tahapan yaitu tahapan persiapan, pembuatan media edukasi, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi. Pada tahap persiapan yang dilakukan yaitu survei dan observasi langsung masalah kesehatan di Kepala Desa dan Bidan Desa Ketegan kecamatan Tanggulangin. Setelah menemukan permasalahan yang dilakukan selanjutnya diskusi dengan dosen pembimbing Manajemen Informasi Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidorjo Media edukasi yang digunakan berupa power point dan video edukasi

Pemberian materi diberikan secara jelas karena dilengkapi dilengkapi gambar membuat sasaran lebih mudah memahami. Topik-topik yang disampaikan dalam pengabdian masyarakat ini yang dimaksud dengan kondisi tubuh menjelang haid, perawatan tubuh saat haid menstruasi dan makanan sehat saat menstruasi. Setelah pemberian edukasi kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Pada tahap evaluasi, seluruh kegiatan acara dievaluasi apakah ada kekurangan dalam kegiatan penyuluhan. Tahap evaluasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan efisien seperti yang diharapkan. Selain itu tahap evaluasi juga difokuskan kepada sasaran apakah ada peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan materi kesehatan menstruasi. Dengan pengambilan sampel sasaran kegiatan pengabdian masyarakat adalah para remaja kelas 5 SD – 3 SMP Desa Ketegan Kecamatan Tanggulangin

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Ketegan ini memiliki remaja yang tergolong cukup banyak yang mengikuti program posyandu remaja sekitar 107 remaja namun ketika kami melaksanakan edukasi hanya sekitar 20 remaja yang datang. Kegiatan posyandu diadakan di balai desa Ketegan dimana kegiatan yang diselenggarakan oleh kepala desa dan organisasi PKK dengan mengundang bidan desa.

Figure 1.Pelaksanaan sambutan yang disampaikan oleh Kepala Desa Ketegan Tanggulangin

Figure 2.Penyampaian materi tentang cuci tangan 6 langkah

Berdasarkan Gambar 2. Bahwa tekhnik mencuci tangan dengan 6 langkah itu sangat penting dan yang lebih penting cuci tangan dengan menggunakan sabun. Terkadang mencuci tangan dengan menggunakan sabun saja belum tentu kuman-kuman yang menempel di tangan sudah hilang apalagi kalau tidak menggunakan sabun. Bahkan air yang digunakan juga harus berkualitas air bersih karena dapat mebyebabkan diare, gastrointestinal atau penyakit yang lainnya. Kegiatan mencuci tangan dilakukan bukan hanya tangan kita terlihat kotor tetapi pada saat sebelum makan, setelah buang air bersih dan lain-lain.

Figure 3.Kegiatan praktik mencuci tangan 6 langkah kepada adik-adik di Desa Ketegan Tanggulangin

Kegiatan selanjutnya yaitu praktek mencuci tangan 6 langkah yang dilakukan oleh adik-adik di Desa Ketegan Tanggulangin. Adapun mencuci tangan 6 langkah yaitu:

1.Gosok kedua telapak tangan

2.Gosok kedua Punggung tangan

3.Gosok ke sela-sela jari

4.Gosok bagian dalam tangan dan punggung jari dengan mengunci

5.Bersihkan ibu jari dengan cara menggosok secara memutar dalam genggaman tangan kanan

6.Bersihkan juga bagian kuku dan ujung jari

Figure 4.Penyampaian materi tentang menstruasi pada remaja yang disampaikan oleh Ibu Cholifah

Hasil yang telah kita peroleh saat pengabdian di Desa Ketegan bahwa asupan kecukupan karbohidrat sangat berperan penting karena berhubungan dengan siklus mentruasi. Contoh dari karbohidrat yaitu seperti sayur, buah. Gizi pada remaja dapat menyebabkan siklus menstruasi jadi terganggu. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan produksi estrogen yang diketahui bahwa selain ovarium jaringan adiposa juga dapat memproduksi estrogen. Seperti yang dipaparkan kemarin ke para remaja bahwa ada beberapa tahap dimana remaja mengalami krisis karena adanya perubahan cepat yang memunculkan sesuatu yang dirasakan baru dan berbeda dalam aspek fisik mereka. Keberadaan seorang keluarga dan juga teman adalah salah satu aspek penting bagi remaja untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Kelompok sebaya pun juga memiliki pengaruh kuat bagi para remaja dalam proses mereka mencari nilai-nilai baru. Hal ini juga dapat berpengaruh dengan kemampuan para remaja dalam mengambil keputusan untuk menentukan siapa yang akan menjadi teman kelompoknya mereka akan melewati sebagian besar masa remajanya. Terbentuknya pribadi remaja dimulai dari didikan seorang keluarga. Terutama pada tahap-tahap tumbuh kembang remaja bahwa hubungan harmonis dalam keluarga harus sangat tetap terjaga karena kedekatan antara anak dan orangtua bisa terjalin melalui komunikasi yang penuh dengan perhatian.

Figure 5.Kegiatan Foto BersamaPenulis diharapkan menggunakan template yang telah disediakan.

SIMPULAN

Perilaku hygiene saat menstruasi sangatlah penting dilakukan oleh wanita dengan tujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan diri sendiri baik secara fisik maupun mental. Personal hygiene saat menstruasi merupakan langkah awal untuk mewujudkan kesehatan diri karena tubuh yang bersih akan meminimalkan risiko seseorang terjangkit suatu penyakit. Ketika terjadi menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat rentan terkena infeksi. Daerah yang cukup panas membuat tubuh berkeringat, sehingga meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama pada organseksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Hal tersebut menyebabkan bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap dan infeksi. Ketika mengalami mestruasi diharuskan menjaga kebersihan antara lain penggunaan pembalut yang perlu diganti setiap 4 jam sekali, membersihkan minimal 2 kali sehari dengan membasuh area kemaluan dengan air hangat dari arah depan dan arah belakang, membuang bekas pembalut denagn aman, menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat, dan cuci tangan sebelum mengganti pembalut dan membasuh area kemaluan. Tangan merupakan bagian tubuh kita yang paling banyak tercemar kotoran dan bibit penyakit. Ketika memegang sesuatu, dan berjabat tangan, tentu ada bibit penyakit yang melekat pada kulit tangan kita. Telur cacing, virus, kuman dan parasit yang mencemari tangan, akan tertelan jika kita tidak mencuci tangan dulu sebelum makan atau memegang makanan. Dengan cara demikian umumnya penyakit cacing menulari tubuh kita. Di samping itu, bibit penyakit juga dapat melekat pada tangan kita setelah memegang uang, memegang pintu kamar mandi, memegang gagang telepon umum, memegang mainan, dan bagian-bagian di tempat umum. Mencuci tangan dilakukan bukan hanya saat keadaan tangan kita kotor, namun cuci tangan dilakukan saat akan makan, memegang makanan, sebelum menggendong atau memegang bayi, setelah buang air kecil, sebelum dan sesudah mengganti pembalut saat menstruasi. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Kepala Desa dan Bidan Desa Ketegan untuk meningkatkan promosi kesehatan terutama penyuluhan tentang perawatan pada saat menstruasi dan cuci tangan dengan langkah-langkah yang benar dan juga promosi kesehatan tentang variable dalam keluarga misalnya kesehatan lingkungan, rumah sehat, dan lain-lain.

References

  1. AG Agus Erwin, "Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun pada Anak Kelas V Sekolah Dasar melalui Senam Cuci Tangan Pakai Sabun," Jurnal Ilmiah Permas, vol. 10, no. 1, hal. 8, 2020. DOI: 10.32583/PSKM.V10I1.635
  2. Astutiningrum, "Pembentukan Kader Kesehatan Remaja dan Peningkatan Pengetahuan tentang Kebersihan Menstruasi dengan Edukasi pada Santriwati," Jurnal Empati Edukasi Masyarakat, Pengabdian dan Bakti, vol. 3, hal. 5, 2022. DOI: 10.26753/EMPATI.V3I1.746
  3. SEM Baiq Nurlaily Utami, "Hubungan Pola Makan dan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia Remaja Putri," Jurnal Keperawatan Soedirman, vol. 10, hlm. 9, 2015. DOI: 10.20884/1.JKS.2015.10.2.604
  4. RA Batubara, “Edukasi Kesehatan Menstruasi dan Permasalahannya di SMA N 5 Padangsidimpuan Tahun 2021,” Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa (JPMA), vol. 3, hlm. 5, 2021.
  5. EER Diah Astutiningrum, "Pembentukan Kader Kesehatan Remaja dan Peningkatan Pengetahuan tentang Kebersihan Menstruasi dengan Edukasi pada Santriwati," Jurnal Empati, vol. 3, hlm. 5, 2022. DOI: 10.26753/EMPATI.V3I1.746
  6. EHRK Felicia Felicia, "Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Psik FK UNSRAT Manado," Jurnal Keperawatan, vol. 3, hlm. 7, 2015. DOI: 10.35790/JKP.V3I1.6694
  7. WW Iwan Suhendar, "Edukasi Kebiasaan Cuci Tangan pada Anak Sekolah sebagai Upaya Menurunkan Resiko Diare," Media Karya Kesehatan, vol. 2, hal. 6, 2019. DOI: 10.24198/MKK.V2I2.22634
  8. LW Mia Kartika, “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Sambiroto 01 Kota Semarang,” Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. 4, hal. 8, 2016. DOI: 10.14710/JKM.V4I5.14626
  9. TYF Nel Efni, "Edukasi Manajemen Kesehatan Remaja Saat Menstruasi di SMPN 5 Kota Jambi," Jurnal Abdimas Kesehatan, vol. 3, hlm. 5, 2021. DOI: 10.36565/JAK.V3I2.236
  10. Rosidi, “Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dan Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare pada Anak SD Negeri Podo 2 Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan,” Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, vol. 6, hlm. 9, 2010. DOI: 10.26714/JKMI.6.1.2010.%25P
  11. Setiawati, "Pengaruh Stres terhadap Siklus Menstruasi pada Remaja," Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, vol. 4, hal.5, 2015.
  12. Suprapto, “Pembiasaan Cuci Tangan yang Baik dan Benar pada Siswa Taman Kanak-Kanak (TK) di Semarang,” Jurnal Surya Masyarakat, vol. 2, hlm. 7, 2020. DOI: 10.26714/JSM.2.2.2020.139-145