The prevalence of substandard and non-halal school snacks is a pressing concern, as 35% of school snacks reportedly contain addictive substances, contributing to potential health risks among students [1]. Instances of elementary school children falling ill due to consumption of mobile vendor snacks have surged [2]. Prompted by these issues, our dedicated team embarked on an intervention to educate and revamp school canteen practices under the framework of BERSERIH (Clean, Healthy, Beautiful, and Halal). Focusing on Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 3 in Penatarsewu village, our selected canteen represented a nutritional fulcrum for students. The pre-intervention state depicted an inadequately healthy, clean, and appealing canteen, compounded by a lack of food variety, thus enticing students to seek alternative, risk-laden snack sources. Through imparting knowledge on healthy, halal food and revitalizing canteen aesthetics, a noticeable surge in canteen snack purchases by students was observed, alongside heightened food diversity facilitated by canteen vendors. This initiative underscores the pivotal role of canteens in fostering nutritious and ethical snacking habits among school children.
Highlight:
Keyword: School Snacks, Health Risks, Canteen Practices, Halal Food, Student Well-being
Isu tentang jajan anak sekolah yang tidak memenuhi standar kesehatan dan kehalalan sangat marak saat ini, dilansir Republika.co.id bahwa 35% jajan anak sekolah tidak sehat karena mengandung zat adiktif[1] belum lagi dikaitkan dengan nilai gizi, kebersihan, dan kehalalan. Masih dari pemberitaan Republika.co.id tentang maraknya siswa SD yang keracunan jajanan di sekolah, hal ini dialami siswa SDN 2 Tasyikmalaya, mereka dilarikan ke RS setelah jajan di sekolah melalui pedagang keliling[2]
Berdasarkan Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pengamanan makanan dan minuman merupakan salah satu dari 18 upaya kesehatan, maka pangan yang sehat adalah pangan yang bergizi dan layak dikonsumsi[3]. Pangan berupa makanan dan minuman yang mengandung sumber energi bagi tubuh agar dapat beraktivitas[4]. Jika tubuh kekurangan energi, maka akan mengalami kelelahan dan tak bertenaga. Selain itu makanan merupakan salah satu unsur pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh yang rusak apalagi pada anak – anak. Maka makanan dan minuman yang baik adalah yang bersih, sehat, bergizi dan yang penting tidak mengandung zat-zat yang membahayakan, seperti mengandung pengawet kimia, pewarna, dan pemanis buatan.
Kantin sekolah merupakan jantung asupan makanan dan minuman bagi siswanya. Untuk itu perlu kiranya makanan dan minuman yang dijual mempertimbangkan kebutuhan pemenuhan kandungan gizi, kesehatan, serta higenisitas makanan yang dijual. Mengapa demikian? Sebab hampir seharian siswa berada di sekolah mulai dari pagi sampai siang menjelang sore, praktis kecukupan asupan nutrisi untuk tumbuh kembang anak berada di sekolah. Apabila tidak terpenuhinya nutrisi anak, maka terganggu pula proses tumbuh kembangnya serta pertumbuhan sel otaknya, sehingga mempengaruhi kecerdasan anak[4]. Pada akhirnya anak akan sulit menerima pelajaran dan bersaing dengan anak sebaya lainnya.
Hasil penelitian Erina menemukan maasih trendahnya tingkat pengetahuan keamanan pangan dibuktikan 548 orang mengalami keracunan di Sumatera utara pada tahun 2017[5] ia melakukan riset dengan pola edukasi keamanan pangan ke siswa SD melalui media komik. Diketahui dengan menggunakan media ini siswa adanya perubahan perilaku siswa untuk memilih jajanan higenis dan bergizi. Sri Kardati [4]melakukan pengabdian di kantin sekolah wilayah Depok, diketahui rendahnya tingkat konsumsi jajanan sehat siswa serta rendahnya pengetahuan pengelola kantin tentang hygiene sanitasi. Maka melalui edukasi kantin sehat untuk siswa dan penjaga kantin ternyata belum ada perubahan signifikan. Berdasarkan beberapa penelitian gtersebut menggungah pengabdi melakukan program edukasi kantin BERSERIH (Bersih, sehat, Indah dan Halal) di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 3 Penatarsewu kecamatan Tanggulangin Kbupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 3 Penatarsewu merupakan sekolah yang berlokasi di desa paling timur Kabupaten Sidoarjo, sebagai mitra pengabdi mengembangkan kantin sehat, bersih, indah dan halal sebagai bentuk kepedulian memberikan edukasi dan penyadaran terhadap pentingnya pola konsumsi, kalau makanan sehat, bergizi dan halal. Penelitian terdahulu sebagai pijakan pengabdi melakukan pengabdian menunjukkan banyak dilakukan pengabdian tentang bersih dan sehat, tetapi ranah halal masih sedikit yang menyinggung.
Siswa MIM 3 khususnya kelas 4-6 seharian di sekolah mulai pukul 07.00 sd 15.00 sangat mungkin membutuhkan asupan makanan yang sehat bergizi dan tentunya halal karena asupan makanan yang dikonsumsi oleh anak akan menjadi sumber energi mereka untuk tumbuh cerdas, sehat dan berakhlak mulia. Problem yang dihadapi mitra adalah, 1)apakah makanan yang di sediakan di kantin sekolah sudah memenuhi kreteria sehat, bergizi, dan halal? 2) Belum pahamnya pedagang kantin sekolah tentang makanan yang sehat serta varian makanan yang dijual hanya mengandalkan makanan siap saji dan produksi pabrik.
Dari masalah yang dihadapi mitra, maka pengabdi akan melaksanakan edukasi kepada guru sebagai agen perubahan dan penjaga di kantin sekolah sebagai pelaku usaha tentang makanan sehat, bergizi dan halal, sehingga makanan dan minuman yang dijual tidak hanya mengandalkan produksi pabrik tetapi lebih mengutamakan buatan sendiri.
Berangkat dari permasalahan yang dihadapi mitra maka, pengabdian di MIM 3 Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin ini bertujuan untuk mengurangi permasalahan yang dihadapi oleh mitra. Hasil diskusi antara mitra dengan pengusul PKM-BAIK ini menghasilkan beberapa analisa solusi dari 3 masalah yang dihadapi. Permasalahan Pertama perlunya edukasi bagi siswa, guru, dan pedagang di kantin tentang makanan makanan sehat, bergizi, dan halal, sehingga semua warga sekolah sadar pentingnya makanan sehat, bergizi, dan halal untuk dikonsumsi dan di produksi. Kedua, perlunya edukasi tentang variasi makanan sehat dan halal bagi pedagang kantin agar tidak hanya menjual makanan dan minuman produksi pabrik, kalaupun menjual barang-barang dari produksi pabrik tetap selektif tentang komposisi gizi, kesehatannya dan kehalalannya. Ketiga, melakukan desain ulang kantin agar menjadi indah dan bersih, sesuai jargon abdimas Kantin BerSerIH (Bersih, sehat, indah dan Halal).
Metode kegiatan ini bisa digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat di MIM 3 Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, dilaksanakan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
A. Edukasi Kantin BERSERIH bagi Guru dan Penjaga Kantin
Edukasi dilakukan oleh tim pengabdi dengan tema pentingnya kantin bersih, makanan sehat, bergizi dan halal. Peserta pelatihan ini sebanyak 25 guru dan 5 pedagang kantin. Materi tentang makanan halal disampaikan bahwa makanan menjadi halal atau haram karena dua faktor: 1) Karena dzatnya, 2) karena perolehannya, tetapi di era modern banyak makanan instan yang membutuhkan campuran berupa zat-zat tertentu, unsur inilah yang menyebabkan kehalalan suatu produk tipertanyakan. Materi tentang makanan sehat dan bergizi dijelaskan bahwa makanan dikategorikan sehat ketika memenuhi prinsip higienitas dan pemenuhan nutrisi serta aman dikonsumsi tidak mengandung bahan-bahan yang berbahaya. Berikut ini dokumentasi kegiatan edukasi kantin berserih:
B. Edukasi Pengolahan Varian Makanan sehat dan Bergizi
Edukasi tentang pengelolahan varian makanan yang dijual di kantin MIM 3 Penatarsewu, jika dilihat dari jajanan yang dijual di sekolah masih kurang dari kriteria sehat dan bergizi. Maka pengabdi mendampingi bagaimana mengolah atau memproduksi jajanan anak yang sehat dan bergizi tetapi bisa menarik minat anak untuk mengkonsumsinya. Salah satunya cara bagaimana menjual minuman yang buatan sendiri seperti: teh hangat atau dingin, situp yang mengolah sendiri, minuman tradisional (sinom, temulawakatau jahe). Jajan sehat seperti; mengolah makanan sederhana (pentol ayam, somay, tahu bakso ayam), makanan sederhana seperti: nasi sayur sop, nasi sayur bening, atau bakso dengan lauk sederhana ayam goreng, telur goreng atau rebus, tempe, tahu, dan lainnya, sehingga kehalalan maknan yang dibuat bisa dipastikan meskipun belum dilegalkan, kegiatan ini meminimalisisr penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dalam makanan.
Kegiatan ini bisa sebagai berikut:
C. Redisain kantin
Salah satu kenapa siswa tidak jajan di kantin selain jajanan yang dijual kurang fariative, kondisi kantin yang kurang menarik menjadi alasan siswa jajan di luar kantin. Kondisi kantin sebelum adanya kegiatan pengabdian temboknya masih belum dicat, lantainya ubin kasar dan kondisi kurang bersih, bangku-bangku berserakan dan tembuat jualan terlihat kumuh, kondisi ini dapat dilihat dalam gambar berikut:
Setelah tim pengabdi melakukan kegiatan redisain kantin mulai dari pengecatan tembok kantin, dimana tembok kantin terdiri dari tembok bata dan besi seng dibantu petugas kebersihan sekolah untuk mengecatnya hasilnya sebagai berikut:
Selanjutnya Bersama waka kurikulum kami menata kursi – kursi yang layak dipakai dan memindahkan kursi yang sudah rusak, selanjutnya melapisi lantai ubin yang masih kasar dengan terpal plastik agar bisa digunakan tempat duduk lesehan siswa yang jajan serta menggunakan meja-meja kecil yang awalnya tidak terpakai kami perbaiki menjadi lebih bagus dan bisa digunakan untuk meja ketika siswa jajan di kantin, hasilnya sebagai berikut:
Kegiatan akhir tim pengabdi adalah menghias dengan bungadi depan kantin, dan memberi hiasan daun gantung di sekeliling sisi kantin sehingga terlihat asri. hasilnya sebagai berikut:
Setelah kegiatan pengabdian ini selesai diketahui mulai meningkat jumlah kunjungan siswa ke kantin sekolah, karena mereka merasa nyaman di kantin yang bersih dan indah. Meskipun hasil pendampingan menu varian jajanan kantin masih belum banyak berubah karena penjaga kantin masih memikirkan kepentingan dirinya sendiri yaitu keuntungan, maka perlu kiranya ditahun ada pendampingan yang lebih intensif kepada pedagang kantin untuk memiliki kesadaran pengolahan makanan yang sehat dan bergizi, mengubah mindset mereka untuk kesehatan dan kebaikan generasi penerus bangsa.
Kantin sebagai jantung asupan gizi dan nutrisi siswa saat di sekolah haruslah memenuhi kriteria sehat, bergizi dan tentunya halal karena kita sebagai warga muslim. Rendahnya kesadaran pedagang kantin akan pentingnya menyajikan jajajnan sehat bergizi dan halal ini menjadikan siswa memiliki masalah pada pemenuhan asupan nutrisi dan gizi, apalagi MIM 3 Penatarsewu merupakan sekolah yang menjalankan program semi full day, sehingga siswa berada di sekolah hampir seharian.
Dengan adanya pengabdian ini diharapkan ada perubahan perilaku guru, siswa dan penjaga kantin sekolah akan pentingnya kesadaran mengkonsumsi makanan atau jajanan sehat, bergizi dan halal. Dari hasil pengabdian ditemukan perubahan meskipun belum signifikan pada guru dan pengelola kantin untuk menjual jajanan yang memperhatikan kriteria tersebut. Maka diperlukan pendampingan yang intensif untuk bisa menumbuhkan kesadaran warga sekolah secara paripurna.