Cultural and Creative Industries
DOI: 10.21070/ijccd.v14i2.966

Cultural Empowerment and Economic Upturn: Unveiling Bojonegoro's Wayang Thengul Tourism


Pemberdayaan Budaya dan Peningkatan Ekonomi: Mengungkap Wisata Wayang Thengul Bojonegoro

Universitas Sebelas Maret
Indonesia
Universitas Sebelas Maret
Indonesia
Universitas Sebelas Maret
Indonesia

(*) Corresponding Author

Cultural Potential Economic Development Wayang Thengul Community Empowerment Cultural Tourism

Abstract

This research delves into the cultural and economic potential of Bojonegoro regency in East Java, focusing on the unique three-dimensional puppetry tradition known as Wayang Thengul. Situated in Kedungkrambil hamlet, Sumberjo Village, Margomulyo sub-district, this study employs qualitative descriptive methods including in-depth interviews, observation, and documentation to explore the empowerment of local communities through the development of cultural tourism. By harnessing the heritage of Wayang Thengul and leveraging geographical advantages, the project "Kampoeng Thengul" was initiated to invigorate the economy. Results demonstrate that community engagement in tourism activities and planning plays a pivotal role in stimulating economic growth. This investigation offers valuable insights into community-driven cultural tourism initiatives and their significant contributions to local economies.

Highlight:

  • Unveiling Cultural Riches: This study explores the distinctive Wayang Thengul puppetry tradition as a cultural and economic asset in Bojonegoro regency, East Java.
  • Community-Driven Empowerment: Through qualitative methods, the research highlights the vital role of local community involvement in the development of "Kampoeng Thengul" cultural tourism project.
  • Economic Catalyst: Findings emphasize the significant contribution of community engagement in cultural tourism to stimulate robust economic growth in the region.

Keyword: Cultural Potential, Economic Development, Wayang Thengul, Community Empowerment, Cultural Tourism

Pendahuluan

Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang begitu banyak. Setiap daerah memiliki khasanah budaya dan kearifan lokal yang berbeda dengan daerah lainnya. Hal ini menjadikan pengembangan daerah melalui kekayaan budaya menjadi peluang tersendiri untuk peningkatan perekonomian masyarakat. Pengembangan ini bisa berupa pengembangan destinasi wisata berbasis budaya. Edi Sedyawati (dalam Yoeti 2016:21) mengatakan bahwa agar sebuah kebudayaan dapat lestari maka harus dilakukan berbagai upaya untuk menjamin keberlangsungannya baik berupa perlindungan, pengembangan maupun pemanfaatan. Tanpa pengembangan dan pemanfaatan yang sesuai, sebuah kebudayaan dapat perlahan hilang tergerus kemajuan zaman dan hadirnya tren baru di masyarakat.

Kabupten Bojonegoro sebagai salah satu daerah di provinsi Jawa Timur merupakan daerah dengan berbagai potensi alam dan budaya yang bisa dikembangkan sebagai destinasi pariwisata. Letak kabupaten Bojonegoro yang berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten yaitu Kabupaten Tuban, kabupaten Madiun, Kabupaten Lamongan, kabupaten Nganjuk, kabupaten Blora dan Kabupaten Ngawi membuat kabupaten ini memiliki akulturasi budaya dan kesenian yang berkembang dengan pesat secara turun-temurun di masyarakat. Hal ini penting sebagai salah satu komponen yang dapat dikembangkan dan diterima masyarakat sebagai bentuk hiburan sekaligus destinasi Koentjaraningrat (2000) menyatakan kebudayaan mempunyai ekspresi-ekspresi artistik, hal ini berarti bahwa semua bentuk seni dikembangkan dalam setiap kebudayaan. Melalui karya-karya seni seperti sastra, music, tari, Lukis dan drama, manusia mengekspresikan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita serta perasaan-perasaannya.

Salah satu kesenian khas yang menjadi ikon Bojonegoro adalah wayang thengul. Wayang ini berupa wayang tiga dimensi terbuat dari kayu yang dipentaskan di berbagai kesempatan acara. Menurut Yoeti (1985) kesenian tradional sendiri merupakan Seni budaya yang sejak lama turun-temurun telah hidup dan berkembang pada suatu daerah tertentu, pada umumnya ditampilkan pada upacara keagamaan, musim panas, upacara selamatan dan pesta. Keberadaan wayang thengul Bojonegoro kerap diidentikkan dengan wayang golek yang berkembang di Jawa Barat dan D.I Yogyakarta. Padahal keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Wayang golek di Jawa Barat merupakan wayang tiga dimensi yang mengambil lakon dari kisah Ramayana dan Mahabarata. Sedangkan wayang golek di D.I Yogyakarta dan sebagian daerah Jawa Tengah mengambil lakon syiar islam. Di Jawa Timur, wayang golek tampil sebagai bentuk wayang dengan kekayaan karakter dan cerita yang berbeda dengan menampilkan kisah- kisah dari babad tanah jawa maupun legenda yang berkembang di masyarakat secara turun-temurun. Tak heran jika dalam pementasan wayang thengul, akan ditemui kisah-kisah seperti Angling Dharma, Damar Wulan, Jaka Tarub hingga Sri Huning atau kisah-kisah panji.

Pada tahun 2018, wayang thengul juga telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor registrasi 201800736 Sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Kabupaten Bojonegoro. Pengakuan ini semakin memperkuat posisi wayang thengul sebagai ikon khas kebudayaan Bojonegoro. Hal ini menjadi penghargaan sekaligus tantangan untuk pengembangan dan pelestarian wayang thengul di Bojonegoro. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro seperti gelaran kegiatan Thengul Folklore Festival, pemecahan rekor penari thengul terbanyak, penampilan penari thengul Bojonegoro saat upacara HUT RI di Istana negara, dan sebagainya.

Potensi tersebut menjadi peluang tersendiri untuk pengembangan pariwisata berbasis wisata budaya. Desea wisata merupakan konsep Kawasan yang memiliki kekhasan tersendiri untuk memikat wisatawan baik dari budaya, kesenian, alam, sejarah maupun kearifan lokal dan atraksi budaya dan industri kreatif yang dijalankan oleh masyarakat desa. Berangkat dari potensi tersebut, sebuah dusun di Kecamatan Margomulyo, kabupaten Bojonegoro yaitu Dusun Kedungkrambil mengambil sebuah Langkah inovatif dengan membentuk Kampoeng Thengul. Hal ini didasarkan pada potensi pengembangan kesenian ini yang dapat mendatangkan peluang ekonomi dan potensi sumber daya manusia setempat sebagai pendukung lahirnya destinasi wisata budaya melalui proses pemberdayaan masyarakat lokal.

Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di Dusun Kedungkrambil mengambil tema wayang thengul sebagai atraksi utama dan dikembangkan dalam bentuk pergelaran mini, edukasi, les menari hingga event-event kebudayaan dan produk ekonomi kreatif bertema thengul Bojonegoro. Seluruh kegiatan tersebut lahir dari inisiatif dan gerakan bersama seluruh warga masyarakat untuk brandingdaerah serta sebagai upaya untuk mendatangkan peluang ekonomi untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Metode

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor: 1993). Penelitian kualitatif dilaksanakan dengan mengamati orang dalam lingkungan, berinteraksi dengan mereka dan menafsirkan pendapat mereka tentang dunia sekitar (Nasution: 2003).

Pelaksanaan penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data mengenai objek penelitian yaitu wisata budaya Kampoeng Thengul. Hal ini mencakup penelitian dan penggalian data tentang kondisi geografis dan keberadaan aspek-aspek pendukung pariwisata yang ada di Dusun Kedungkrambil sebagai lokasi wisata budaya Kampoeng Thengul. Pengamatan mendalam dan dokumentasi kegiatan di lokasi penelitian dapat memberi gambaran utuh tentang potensi-potensi pariwisata yang dapat dikembangkan sebagai pendukung Kampoeng Thengul.

Data observasi lapangan dan dokumentasi kemudian dilengkapi dengan keterangan dari narasumber dan disajikan dalam bentuk naratif. Pengambilan data dari narasumber/informan melibatkan perwakilan dari masyarakat Dusun Kedungkrambil sebagai pelaku wisata budaya dan kepala desa sebagai perwakilan pemerintah desa yang merupakan fasilitator wisata budaya. Langkah tersebut juga digunakan untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi masyarakat dan upaya apa saja yang dilakukan dalam pengembangan wisata budaya agar tercipta peningkatan perekonomian masyarakat.

Hasil dan Pembahasan

A. Potensi Wisata Dusun Kedungkrambil

Dusun Kedungkrambil merupakan satu diantara delapan dusun yang berada di Desa Sumberjo, kecamatan Margomulyo, kabupaten Bojonegoro. Terletak di ruas jalan raya utama antar kabupaten, dusun ini merupakan sebuah dusun kecil yang terdiri dari 1 RW dan 2 RT. Lokasi dusun yang strategis menjadi peluang tersendiri untuk pengembangan destinasi wisata dan pelaksanaan event maupunn kegiatan lain karena kemudahan akses sebagai salah satu bagian dari instrument 4A (Atrraction, Accessibility, Amenity, Anciliary) yang kerap menjadi rujukan dan pedoman dalam penyiapan dan evaluasi perencanaan pengembangan destinasi wisata. Menurut Sugiama (2014), sebuah tempat bisa dikembangkan menjadi suatu destinasi wisata jika setidaknya memenuhi 4 (empat) komponen kepariwisataan tersebut. Kualitas dan variasi dari masing-masing komponen harus memenuhi kriteria yang memadai sehingga dapat memberikan kepuasan pada wisatawan.

Berbagai potensi yang dimiliki oleh Dusun Kedungkrambil untuk pengembanan wisata Kampoeng Thengul adalah sebagai berikut:

1. Lokasi geografis

Dusun Kedungkrambil terletak di Jalan Nasional Ngawi-Bojonegoro dan hanya berjarak kurang lebih 2 kilometer dari kawasan proyek strategis Pemerintah kabupaten Bojonegoro yaitu restareamasjid Wisata Religi Margomulyo. Keberadaan dusun di tepi jalan raya nasional menjadi keunggulan karena kemudahan akses dari berbagai arah. Tidak hanya itu, Dusun Kedungkrambil juga telah mendapat penghargaan Anugerah Adi Buana Kabupaten Bojonegoro Tahun 2022 untuk penataan lingkungan kategori inovasi.

Figure 1.Kampoeng Thengul berada di Dusun Kedungkrambil yang terletak di Jalan Nasional Ngawi - Bojonegoro

2. Sumber Daya Manusia

Keberadaan SDM pendukung Dusun Kedungkrambil sebagai destinasi wisata budaya Kampoeng Thengul diantaranya adalah adanya dalang sekaligus perajin wayang thengul, kelompok karawitan, kelompok kesenian jaranan dan penari tradisional. Para pelaku kesenian tersebut telah menjalankan aktifitas kesenian sejak puluhan tahun silam dan masih aktif berkegiatan hingga saat ini.

3. Kegiatan Pendukung

Beberapa kegiatan yang telah rutin dilaksanakan di Dusun Kedungkrambil adalah latihan karawitan, latihan kesenian jaranan, tari dan sinden. Kegiatan-kegiatan tersebut telah dilaksanakan secara konsisten oleh warga lokal dan warga masyarakat dari dusun/desa terdekat.

B. Program Kegiatan Wisata Budaya

Sebagai lokasi wisata budaya, beberapa kegiatan rutin dan insidental telah dilaksanakan oleh Dusun Kedungkrambil untuk mendukung eksistensi Kampoeng Thengul dengan memberdayakan masyarakat lokal. Beberapa kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pergelaran wayang thengul

Pergelaran wayang thengul menjadi salah satu agenda utama dalam misi pelestarian kesenian wayang thengul Bojonegoro. Berbagai jenis pergelaran mulai dari pergelaran standar hingga pergelaran khusus berkolaborasi dengan kelompok kesenian maupun komunitas menjadi kegiatan yang dilaksanakan di Kampoeng Thengul sebagai salah satu media memperkenalkan kesenian thengul kepada seluruh lapisan masyarakat. Uniknya, pergelaran wayang thengul yang dilaksanakan di Kampoeng Thengul memiliki format pertunjukan yang berbeda dengan pergelaran wayang pada umumnya. Pergelaran tersebut dapat menggunakan durasi waktu dan lakon sesuai dengan permintaan pengunjung dan komunitas yang berkolaborasi. Tidak hanya itu, formasi pemain dan pendukung pergelaran wayang seperti jumlah pemain gamelan dan tata letak panggung juga dibuat lebih fleksibel dan inovatif dengan sentuhan kreatifitas masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari dokumentasi kunjungan wisatawan dengan salah satu paket kunjungan pergelaran mini wayang thengul. Dalam pergelaran tersebut, dalang menyajikan pertunjukan bersama 7 pemain gamelan dengan panggung sederhana berlokasi di halaman rumah warga. Setelah dalang memainkan lakon wayang thengul, pengunjung juga diijinkan untuk merasakan pengalaman bermain gamelan bahkan memainkan wayang dan berfoto.

Figure 2.Pergelaran Wayang Thengul

2. Latihan karawitan

Karawitan menjadi salah satu aspek penting yang tidak bisa dipisahkan dari pergelaran wayang thengul. Untuk itu Kampoeng Thengul membentuk tim karawitan bernama Kampoeng Laras yang beranggotakan warga asli dusun Kedungkrambil. Tim karawitan ini telah mampu mengiringi pertunjukan wayang thengul maupun pergelaran untuk hajatan, event kunjungan tamu, dan sebagainya. Anggota karawitan terdiri dari masyarakat Dusun Kedungkrambil dari berbagai latar belakang dan usia mulai dari remaja hingga lansia.

3. Les tari thengul

Tari thengul merupakan salah satu bentuk pengembangan kreatif dari kesenian wayang thengul yang dapat menjadi ajang kreativitas dan kegiatan menarik untuk anak-anak. Selain berlatih tari thengul yang telah populer sebelumnya seperti Langen Thengul, Kampoeng Thengul menciptakan tari thengul sendiri yakni tari Jumantara Kampoeng Thengul yang merupakan salah satu bentuk tari selamat datang terinspirasi dari Kampoeng Thengul yang kini sering dikunjungi oleh tamu dari berbagai kalangan. Les tari thengul di Kampoeng Thengul dilaksanakan setiap satu minggu sekali bertempat di Dusun Kedungkrambil.

Figure 3.Les tari thengul

4. Edukasi thengul

Untuk memperkenalkan kesenian wayang thengul kepada generasi muda, dilaksanakan berbagai kegiatan edukatif bertema thengul seperti menggambar/mewarnai thengul, membuat gantungan kunci, berlatih dalang thengul dan sebagainya.

Figure 4.Edukasi Thengul

Figure 5.Para siswa dengan karya gambar wayang thengul

5. Kunjungan wisata

Dalam pengembangan wisata budaya Kampoeng Thengul, Dusun Kedungkrambil membentuk berbagai paket kunjungan wisata untuk meningkatkan jumlah pengunjung dengan melibatkan masyarakat sebagai penyedia barang/jasa sehubungan dengan kunjungan. Rombongan dari berbagai unsur seperti pemerintahan, swasta hingga komunitas dan akademisi telah melakukan kunjungan ke Kampoeng Thengul untuk melakukan penelitian, edukasi hingga project-project dan event bertema thengul.

Figure 6.Pengunjung Kampoeng Thengul memainkan wayang

6. Liputan dan pembuatan film

Sebagai bentuk inovasi dan kegiatan kreatif pengembangan dan pelestarian wayang thengul, Kampoeng Thengul telah melakukan berbagai kegiatan pendokumentasian potensi berupa pembuatan video, film dokumenter hingga kolaborasi dengan berbagai media lokal hingga nasional untuk melakukan liputan kegiatan maupun kebudayaan di Kampoeng Thengul.

A. Pemberdayaan Masyarakat untuk Peningkatan Perekonomian

Keterlibatan masyarakat sebagai aktor utama pengembangan wisata budaya Kampoeng Thengul tidak dapat dipisahkan dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan di Dusun Kedungkrambil. Seluruh kegiatan yang dilaksanakan merupakan bentuk gerakan bersama masyarakat sebagai pelaku budaya, penyedia barang/jasa dan pihak yang ikut merencanakan kegiatan maupun penyambutan kunjungan wisata.

Pengembangan kepariwisataan sendiri merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan pasal 5 menyatakan bahwa Pembangunan Objek dan Daya Tarik Wisata dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola, dan membuat objek-objek baru sebagai objek dan daya tarik wisata kemudian pasal 6 menyatakan bahwa pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan:

  1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya.
  2. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
  3. Kelestarian budaya dan lingkungan hidup.
  4. Kelangsungan pariwisata itu sendiri

Dalam pengembangan Kampoeng Thengul, pemilihan lokasi dan pelaksanaan kegiatan didasarkan pada potensi yang ada di lokasi dusun Kedungkrambil. Lokasi les tari thengul, edukasi dan pergelaran wayang thengul berada di lokasi rumah warga. Selain itu, berbagai lokasi seperti lahan luas milik warga dimanfaatkan sebagai lokasi kemah budaya, jalan dusun dan fasilitas umum juga dimaksimalkan penggunaannya untuk mendukung branding Kampoeng Thengul.

Selain pemilihan lokasi, berbagai kegiatan yang dilakukan di Kampoeng Thengul juga sepenuhnya dilakukan masyarakat lokal. Sebagai contoh, penyedia sajian kuliner khas saat kunjungan adalah ibu-ibu warga dusun, penyedia homestay dan para instruktur edukasi thengul merupakan pemuda setempat.

Keterlibatan masyarakat dalam semua kegiatan selain sebagai bentuk keaktifan dan keikutsertaaan juga merupakan pemberdayaan yang mendatangkan nilai ekonomi. Berbagai peluang ekonomi yang muncul di setiap kegiatan dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meraih peningkatan penghasilan tambahan.

Simpulan

Dusun Kedungkrambil yang merupakan salah satu dari 8 dusun yang terletak di Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro. Pada dusun tersebut terdapat Kawasan wisata budaya bertajuk Kampoeng Thengul yang merupakan bentuk wisata budaya khas Bojonegoro yang memadukan wisata edukasi, pergelaran budaya dan industri kreatif. Hal ini didukung dengan lokasi strategis, SDM yang medukung dan terlaksananya berbagai kegiatan pendukung wisata budaya. Berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan di Dusun Kedungkrambil dalam pengembangan Kampoeng Thengul diantaranya adalah Pergelaran Wayang Thengul, Latihan karawitan, Les tari thengul, edukasi wayang thengul dan liputan serta pembuatan film/video dokumenter. Dalam pelaksanaan kegiatan- kegiatan tersebut, masyarakat berperan sebagai aktor utama yang menjadi pelaku, penyedia barang/jasa sekaligus pihak yang dilibatkan dalam perencanaan setiap kegiatan pengembangan wisata budaya sehingga dampak ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat.

References

  1. R. Bogdan and S. J. Taylor, "Kualitatif – Dasar-Dasar Penelitian," Surabaya: Usaha Nasional, 1993.
  2. K. Koentjaraningrat, "Pengantar Ilmu Antropologi," Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
  3. S. Nasution, "Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung)," Tarsito, 2003.
  4. A. G. Sugiama, "Metode Riset Bisnis dan Manajemen," Bandung: Guardaya Intimarta, 2008.
  5. Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, "Warisan Budaya Tak Benda Indonesia," [Online]. Available: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=736. 2018. [Accessed May 29, 2023].
  6. O. A. Yoeti, "Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata," Jakarta: Balai Pustaka, 2016.