Tourism and Hospitality Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v14i2.961

Sustainable Branding for Local Products: Empowering Rural Economic Development


Branding Berkelanjutan untuk Produk Lokal: Pemberdayaan Pembangunan Ekonomi di Daerah Pedesaan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Rural Economic Sustainability Branding Local Products Empowerment Honey Tourism Village

Abstract

This scientific article presents a program designed to foster sustainable economic independence within Kemlagi Village, Indonesia, by harnessing the potential of small businesses. The program aims to motivate and engage the local community through effective communication schemes and empowerment initiatives, maximizing the village's resources and potential. By focusing on the branding of local honey products, the program enhances the value and marketability of these products while promoting the understanding of the significance of branding among the villagers. The training method involves short sessions covering branding strategies and media utilization, followed by interactive Q&A and discussions. The results highlight increased knowledge and skills in branding, paving the way for the village to transform into a sought-after Honey Tourism Village. The implications of this study shed light on how local communities can achieve economic sustainability through targeted empowerment programs and brand development.

Highlights:

  • Engaging Rural Communities: The program aims to motivate and involve local residents directly in maximizing their village's potential by harnessing the power of branding for local products.
  • Enhancing Marketability: Through targeted training sessions, the program seeks to equip villagers with the knowledge and skills needed to elevate the value and market appeal of their local honey products.
  • Towards Sustainable Development: By transforming Kemlagi Village into a Honey Tourism Village, the program sets the stage for long-term economic sustainability, leveraging the natural resources and unique offerings of the community.

Keywords: Rural Economic Sustainability, Branding, Local Products, Empowerment, Honey Tourism Village

PENDAHULUAN

Bukan hanya negara dan kota besar, saat ini desa-desa mulai memiliki dan menonjolkan potensi desa yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata. Di Indonesia sendiri, saat ini desa-desa berkompetisi dalam menggali dan memoles potensi desa yang memiliki daya jual. Hal ini dilakukan, untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, bahkan mungkin mengundang investor untuk bersama-sama membangun desa sehingga masyarakat desa itu sendiri merasa nyaman dan memiliki pendapatan lebih untuk kehidupan sehari-hari.

Branding desa merupakan kegiatan penting yang perlu dilakukan oleh pemerintah desa bersama-sama dengan masyarakatnya agar desa memiliki identitas yang memiliki daya saing. Menurut branding desa tidak lain merupakan Upaya melabeli desa sehingga desa memiliki kekhasan atau keunikan. Kekhasan perlu ditonjolkan untuk menghasilkan branding yang kuat. Branding membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan ciri khas desa yang mereka tinggali. Hal tersebut akan membantu mengubah cara berpikir masyarakat dalam memandang desa, baik masyarakat desa itu sendiri maupun masyarakat dari luar desa lain pada umumnya.

Identitas desa sendiri dapat digali dari potensi alam, budaya, maupun potensi buatan. Banyak desa di Indonesia telah menciptakan identitasnya dari potensi yang mereka miliki. Setelah desa memiliki identitas yang khas, maka langkah penting selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mempromosikan keunikan desa tersebut. Promosi secara umum adalah usaha untuk memperbesar daya tarik produk terhadap calon konsumen. Kaitannya dengan promosi desa, maka promosi penting dilakukan sehingga kekhasan desa dapat dikenal oleh masyarakat luas.

Usaha untuk “menjual” potensi desa salah satunya dengan melakukan Village Branding. Sama seperti city branding atau country branding, village branding merupakan serangkaian usaha untuk membuat sebuah desa menjadi lebih menarik, memiliki keunggulan yang berbeda (distinctive), yang unik dan khas, dengan identitas yang kuat, sehingga bisa menampilkan pesonanya. Branding seperti halnya untuk merek barang yang tangibel ataupun jasa pada dasarnya untuk menciptakan ikatan atau hubungan emosional dengan target pasar dan para pemangku kepentingan lainnya.

Profil desa yang berbentuk video sangat diperlukan untuk berbagai keeperluan, misalnya untuk pementaan potensi desa, branding desa, sosialisasi program, dan sebagainya. Namun, seringkali pihak pemerintahan desa mengalami kesulitan dalam pembuatan video profil tersebut. Untuk memperkenalkan Desa Wisata lainnya diperlukan media informasi yang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat luas. Penyebaran informasi saat ini tidak cukup berupa teks saja, tetapi mencakup semua unsur multimedia yaitu teks, grafik, animasi, audio dan video. Salah satu bentuk penyampaian informasi berbentuk audio visual yaitu video profil.

Kemlagi merupakan sebuah desa di kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. Desa Kemlagi yang ditempati ± 5000 jiwa dengan luas ± 360 Ha yang mayoritas mata pencaharian penduduknya mempunyai penghasilan dari bercocok tanam dan berdagang. namun demikian banyak juga yang berprofesi sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta. Hampir sepertiga dari penduduknya adalah pegawai negeri sipil baik dalam bidang militer,guru,dan pelayan publik, mereka bersinergi bersama warga desa Kemlagi yang lainya untuk pembangunan desa dalam bidang infrastruktur maupun bidang pemberdayaan masyarakat.

Dari segi pemberdayaan masyarakat, warga desa Kemlagi mempunyai keterampilan dalam bidang peternakan khususnya pemberdayaan madu sebagai kegiatan warga selama ini sebagai potensi yang dapat digunakan sebagai pendapatan sampingan hingga saat ini yang secara perlahan dapat digerakan dan ditingkatkan menjadi potensi taman wisata desa. Namun demikian hal tersebut tidak lepas dari berbagai kekurangan dan permasalahan yang harus dibenahi. Demi kelangsungan ekowisata yang sudah terwujud. berbagai masalah yang ada perlu dicarikan jalan keluarnya demi mempertahankan dan melestarikan pemberdayaan madu sebagai objek taman wisata tersebut atau lebih dikenal dengan sebutan Kampung Madu. Adapun fokus pada permasalahan yang dimaksud salah satunya kesiapan warga dalam membranding desa Kemlagi sebagai tempat yang dikenal dengan sebutan Kampung madu sehingga perlu adanya bimbingan berupa pemberian wawasan dan pelatihan kepada masyarakat agar dapat membranding yang nantinya mendapatkan sebuah apresiasi (kesan) bagi masyarakat luar daerah.

Pemanfaatan sumber daya alam perlu dioptimalkan salah satunya dengan diwujudkannya wahana wisata sebelum terjadinya pencemaran lingkungan yang mengganggu ekosistem alam sekitar . Maka perlu adanya video profile yang meliputi pelestarian alam, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan objek wisata . Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah No 8 Tahun 2019 Pasal 28 tentangRencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten pada Bab VI tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan. Program village dapat memberikan manfaat sosial yaitu pertama memberikan pemahaman tentang bagaimana membangun brand kepada masyarakat luar daerah tentang potensi yang terdapat di desa Kemlagi. Kedua, memberikan rasa percaya diri bagi masyarakat diarahkan pada pola pikir positif dengan potensi yang dimiliki (pemeberdayaan madu) dapat dikembangkan lebih luas lagi dengan menciptakan potensi wisata bagi daerahnya.

Sehingga dari analisis situasi di atas, sangat penting untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana membranding pemberdayaan Madu menjadi potensi sendiri dengan diberdayakan sebagai Taman Wisata. Lebih lanjut, program ini untuk memberdayakan potensi sumber daya manusia dan alam yang ada di kawasan desa setempat.

METODE

Kegiatan Branding melalui video profile merupakan program pengabdian masyarakat yang menerjunkan langsung mahasiswa dan dosen sebagai katalisator program. Kegiatan pemberdayaan di Kampung madu desa kemlagi ini dilakukan dengan melakukan pelatihan bagaimana membangun sebuah brand lokal sebagai potensi desa yang dipromosikan melalui media sosial untuk mengoptimalkan potensi wisata yang ada di desa kampung madu tersebut. Hal ini dikarenakan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kampung madu adalah kurangnya kegiatan promosi yang disebabkan belum adanya kegiatan branding yang mendukung. Harapannya dengan adanya pendampingan membuat brand ini dapat memperkuat citra Kampung madu desa kemlagi sebagai desa wisata, dapat menarik lebih banyak wisatawan, dengan mengedepankan produk lokal berupa madu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan program abdimas ini sebelumnya telah dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam program MBKM BKP Proyek Desa dengan memperoleh hasil potensi Desa Kemlagi berupa Madu yang dihasilkan dari peternak lebah lokal di Desa Kemlagi sendiri. Setelah memperoleh data potensi Desa, maka melalui program abdimas internal Umsida ini kami menindak lanjuti dengan produksi video branding hasil potensi lokal yaitu madu yang dikemas dengan berbagai ukuran.

Produksi video profil Desa Kemlagi melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahap Pra Produksi. Pada tahapan ini tim abdimas melakukan riset atau penggalian data tentang desa dan potensi lokal yang memiliki daya jual. Tim abdimas melakukan wawancara dengan Kepala Desa yang akhirnya mengenalkan pada pemiliki peternakan lebah madu. Selain itu, tim juga melakukan observasi pada lokasi yang menjadi objek video profile.

2. Tahap produksi. Pada tahapan ini tim melakukan pengambilan gambar di lokasi dan interview dengan Kepala Desa dan Pemilik peternakan lebah madu. Tim juga merekam proses produksi madu mulai dipanen sampai dengan di kemas hingga produk madu siap jual. Setelah pengambilan gambar, tim melakukan proses editing dan finishing hingga video layak untuk di sebarkan. Adapun pengambilan gambar video profile kampung madu seperti table dibawah ini.

VISUAL

Figure 1.Gapura Desa Kemlagi

Video diawali dengan identitas Desa Kemlagi. Menampakkan gapura desa yang terdapat nama desa.

Figure 2.Lokasi Peternakan Lebah

Figure 3.Sumber Madu Desa Kemlagi

Dalam video yang diproduksi, menampilkan lokasi peternakan lebah sebagai sumber madu desa kemlagi.

Figure 4.Narasumber Peternak Lebah

Figure 5.Pengambilan Madu yang Siap Panen

Figure 6.Alat Pemisah Madu dengan Sarangnya

Figure 7.Proses Penyaringan Madu

Figure 8.Madu yang Siap Jual

Peternak lebah menjadi narasumber yang menjelaskan tentang kondisi peternakan lebah dan proses hingga menjadi madu siap jual. Suara narasumber menjadi VO dalam video.

Video profile ini dibuat masih dalam bentuk sederhana, dikarenakan produk madu yang dikemas masih belum terkemas dengan menari. Masih perlu memberikan pengetahuan dan kemampuan tentang branding produk yang dihasilkan. Selain itu, kondisi lokasi juga masih perlu di kemas dan diberikan fasilitas penunjang untuk dapat menjadi desa wisata kampung madu. Setelah video dapat diproduksi lebih baik, maka masih ada yang perlu dilakukan yaitu menyebar luaskann video ini salah satunya dengan menggunakan media sosial. Intergrasi media sosial saat ini sangat berpengaruh dalam kegiatan promosi desa agar dapat mejadi media dalam usaha village branding.

Selain membentuk persepsi masyarakat, kegiatan branding desa juga dapat membangun rasa percaya diri masyarakat sebagai warga desa. Hal tersebut nantinya akan meningkatkan rasa cinta masyarakat kepada desanya. Banyak manfaat lanjutan yang diperoleh jika desa telah berhasil melakukan branding, seperti mudahnya melakukan promosi. Promosi sendiri akan meningkatkan daya tarik suatu desa sehingga memiliki tempat dihati masyarakat, terlebih di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Pada akhirnya, branding dan promosi juga dapat bermanfaat untuk membangun image positif desa dan menyukseskan pembangunan desa.

SIMPULAN

Village branding dapat dilakukan ketika sebuah desa itu siap baik itu dari infrastruktur, potensi desa, dan masyarakat lokal. Potensi desa yang terurus dengan baik, dapat menjadi sumber kehidupan dari masyarakat desa itu sendiri. Masih banyak pengelola potensi desa dan warga lokal yang belum memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola potensi desa yang memiliki daya jual. Baik itu dari segi produk maupun lokasi desa itu sendiri.

References

  1. Z. Apriliani, U. Hasanah, dan AS Anas, "Pembuatan Video Profil dengan Efek Vintage Kampung Wisata Adat Sengkoah sebagai Media Informasi," JTIM: Jurnal Teknologi Informasi Dan Multimedia, vol. 1, no. 1, hlm. 57-65, Mei 2019.
  2. MP Aprilia, "Pengembangan Strategi Promosi Pariwisata Desa Ledhok Blotan Melalui Media Sosial,” Prosiding Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat, vol. 1, no. 1, hlm. 293-298, November 2021.
  3. A. Haryanto, “Penyuluhan Pembuatan Video Profil Desa Bedoyo,” Jurnal Pengabdian Seni, vol. 1, no. 1, hlm. 4-10, 2020.
  4. L. Hasan, "Happy Vintage," Kepustakaan Populer Gramedia, 2016.
  5. P. Prayudi dan H. Herastuti, “Branding Desa Wisata Berbasis Ekowisata,” Jurnal Ilmu Komunikasi, vol. 16, no. 3, hlm. 227-237, 2018.
  6. M. Suyanto, "Merancang Konsep," Yogyakarta: Andi Offset, 2005.