Community Education Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v14i2.960

Empowering Accounting Educators: Innovative Development through Community Engagement


Pemberdayaan Pendidik Akuntansi: Pengembangan Inovatif melalui Keterlibatan Komunitas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Accounting educators Competence enhancement Community engagement Pedagogical innovation Teacher development

Abstract

This study underscores the imperative for continuous teacher development by elucidating an innovative community engagement endeavor aimed at augmenting the proficiency of accounting educators within the Sidoarjo Regency's Subject Teachers Forum (Musyawarah Guru Mata Pelajaran – MGMP). Employing a triad of methodologies encompassing awareness campaigns, training modules, and mentorship, the initiative proffers a curriculum centered on teaching factory concepts, financial technology integration, and millennial business trends. Evidenced by amplified pre- to post-test scores, the outcomes reveal a discernible upswing in pedagogical acumen following program participation. Qualitatively, heightened post-training dialogues showcase expanded knowledge domains concerning the aforementioned subjects, bolstering the claim of qualitative competence enhancement. This pioneering approach holds potential implications for fostering transformative teaching paradigms in the global pedagogical landscape.

Highlights:

  • Innovative Engagement: This study presents an inventive community engagement strategy that redefines teacher development through collaborative initiatives.
  • Targeted Curriculum: The program introduces a curriculum emphasizing teaching factory concepts, financial technology integration, and millennial business trends, fostering contemporary pedagogical approaches.
  • Measured Impact: Quantitative improvement observed in pre- and post-test scores is substantiated by qualitative enhancements, underscoring the efficacy of the engagement in elevating accounting educators' proficiency.

Keywords: Accounting educators, Competence enhancement, Community engagement, Pedagogical innovation, Teacher development.

PENDAHULUAN

Program Teaching factory (TEFA) adalah program penerapan di sekolah berdasarkan kegiatan-kegiatan nyata yang ada di industri sehingga terjadi link and match antara sekolahan dan dunia industri [1]. Pelaksanaan TEFA menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK [2]. Konsepsi dasar TEFA bertujuan untuk melakukan transfer lingkungan produksi di industri dan jasa ke dalam ruang praktik di kelas [3]. Kehidupan produksi yang sesungguhnya sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran berbasis aktivitas nyata dari industri dan jasa setiap harinya. Secara teknis aplikasinya dilakukan dengan kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Pembelajaran ini dilakukan dengan cara siswa magang di DUDI selama beberapa waktu yang telah ditentukan. Siswa tersebut wajib memahami dan mengerti kegiatan di DUDI sampai menghasilkan produk atau jasa. Selanjutnya siswa tersebut akan melakukan hal yang sama yakni membuat produk atau jasa yang sama dengan DUDI di sekolah. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara pembelajaran di sekolah dengan di dunia kerja.

Sementara itu, pada tahun 2021, jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang melaksanakan model pembelajaran teaching factory mengalami peningkatan sebesar tujuh persen menjadi 52 persen dibanding pada tahun 2020. Data tersebut berdasarkan hasil survei penguatan pendidikan vokasi yang dilakukan oleh lembaga survei Indikator Politik Indonesia pada akhir tahun 2021. Pembelajaran teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industry [4]

Hasil survey tersebut diperkuat oleh hasil penelitian [5] yang menyatakan bahwa program TEFA terbukti dapat meningkatkan mutu lulusan SMK jurusan akuntansi. Lebih rinci dijelaskan bahwa tahap penjelasan materi adalah 84% peserta sangat memahami dan 14% peserta cukup memahami dan 2% kurang memahami, sedangkan hasil tahap pendampingan didapatkan bahwa 70% peserta siap dan 14% cukup siap dalam melaksanakan kegiatan teaching factory dengan tata kelola yang baik. Harapan dari pelatihan ini berikutnya adalah sekolah dan guru dapat menjadi pelaksana teaching factory yang mendukung terciptanya lulusan SMK yang bermutu dan siap kerja.

Hasil penelitian [6] mendukung hal tersebut. Kesimpulan penelitian tersebut menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa antara sebelum penerapan teaching factory dengan sesudah diberi model pembelajaran teaching factory. Dengan demikian bahwa adanya implementasi dan aplikasi teaching factory dapat memberikan dampak pada peningkatan kompetensi belajar siswa. Kesimpulan lain menyatakan bahwa aspek sumber daya manusia, partnership, sarana dan prasarana mempunyai peran sangat tinggi dalam penerapan teaching factory.

Program TEFA inilah yang menjadi pemasalahan dari pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Akuntansi Kabupaten Sidoarjo. Belum semua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bidang Akuntansi memahami tentang program TEFA tersebut dan juga belum memiliki jaringan yang luas dengan DUDI. Kesenjangan memang terjadi antara SMK negeri dengan SMK Swasta dalam hal pelaksanaan TEFA ini. SMK negeri sudah maju pelaksanaan TEFA nya dibanding dengan SMK Swasta. Pihak pengurus MGMP Akuntansi berkeinginan meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan jejaring kemitraan dengan DUDI agar program TEFA dapat dijalankan dengan baik dan tidak terjadi kesenjangan antara SMK negeri dan swasta.

Selain itu permasalahan yang dihadapi pihak pengurus MGMP Akuntansi Kabupaten Sidoarjo adalah update pengetahuan dan skill yang sangat lemah terutama pada strategi bisnis millenial dan financial technology (fintech).

Hal tersebut dikarenakan sibuk dengan mengajar dan urusan administrasi guru. Dua materi tersebut (strategi bisnis millenial dan fintech) juga akan sangat menarik dan bermanfaat untuk para siswa karena setiap hari mereka sudah akrab dengan marketplace seperti shopee, lazada, gojek dan lainnya.

Menurut definisi yang dijabarkan oleh National Digital Reseach Center (NDRC), financial technologi adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sesuatu in ivasi pada bidag keuangan, dimana istilah tersebut berasal dari kata “fina ncial” dan ”technologi” yang mengacu pada inovasi dengan menggunakan teknologi moderen. Fintech merupakan gabungan teknologi dan finansial dimana teknologi dapat berupa otomatisasi dengan mesin atau penggunaan media internet untuk mempermudah layanan, dan saat ini media internet menjadi pilihan utama bagi pelaku industri sektor keuangan [7].

Literasi keuangan dibutuhkan untuk dapat memperlancar pengetahuan tentang financial technology. Literasi keuangan sendiri diartikan sebagai tingkat pengetahuan, keterampilan, keyakinan masyarakat terkait lembaga keuangan serta produk dan jasanya yang dituangkan dalam prameter ukuran indeks [8]. Literasi finansial membantu dalam memberikan pemahaman tentang mengelola keuangan dan peluang untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtra dimasa yang akan datang. Orang yang berpengetahuan finansial cenderung untuk berpikir dahulu sebelum mengeluarkan uang dan bukan hanya itu, dapat lebih mungkin untuk paham berbagai alternatif untuk mengatur finansialnya.

Sementara itu seorang guru juga harus mempunyai literasi keuangan untuk menjaga perilaku konsumtif yang dimiliki. Guru yang yang tidak berperilaku konsumtif memiliki literasi finansial yang baik [9]. Hal ini sesuai dengan keempat bentuk literasi finansial yaitu memiliki pengetahuan tentang keuangan, tabungan, asuransi, dan investasi. Sedangkan guru yang berperilaku konsumtif walaupun seorang guru yang pasti memiliki pendidikan yang baik, tapi karena keengganan dalam menambah ilmu pengetahuan keuangan menyebabkan rendahnya literasi finansial yang guru miliki.

Hasil yang agak berbeda ditunjukkan [10] peneltiannya menyatakan bahwa literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku keuangan, financial technology tidak signifikan terhadap perilaku keuangan, dan gaya hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku keuangan. Untuk varibel yang tidak signifikan dapat diartikan bahwa penggunaan financial technology tidak berdampak signifikan terhadap perilaku keuangan. Hal ini dapat dipahami karena responden penelitian ini adalah guru Taman Kanak Kanak (TK) yang tidak banyak banyak menggunakan financial technology dalam melakukan transaksi.

Hal lain yang ditingkatkan kemampuannya dari pengurus MGMP akuntansi adalah pengetahuan tentang bisnis millennial. Millennial adalah sebutan untuk kelompok demografis atau generasi Y yang lahir setelah generasi X. Menurut para peneliti sosial, generasi Y atau Millennial lahir pada rentang tahun 1980an hingga akhir 1990an. Jika didasarkan pada Generation Theory yang dicetuskan oleh Karl Mannheim pada 1923, generasi millennial adalah generasi yang lahir pada rasio tahun 1980-2000 [11]. Para generasi X ini perlu melakukan bisnis dengan menjalankan bisnis millineal [12]. Adapun beberapa bisnis millineal dengan modal kecil adalah 1) fashion, 2) catering, 3) camilan, 4) jasa foto produk, 5) social media management, 6) pembuatan konten, 7) thrift Shop Online, 8) kursus private, 9) party planner, 10) bisnis balon dekor, 11) buket, 12) minyak esensial, 13) case handphone custom, 14) jasa bersih-bersih rumah, 15) personal shopper, 16) jasa titip, 17) desain grafis, 18) hias mahar, 19) makeup artis, 20) hadiah wisuda, 21) jual skincare dan make up [13].

Dengan memperhatikan permasalahan mitra tersebut, tim abdimas ini akan melakukan pelatihan dan pelaksanaan program Teaching Factory, pelatihan strategi bisnis millenial dan financial technology.

METODE

Program Kemitraan Masyarakat Institusi bagi pengurus MGMP Bidang Akuntansi Kabupaten Sidoarjo dilaksanakan dengan beberapa pendekatan, yakni 1) pelatihan dan praktik langsung program teaching factory; 2) jejaring kemitraan dengan DUDI melalui KADIN Sidoarjo; 3) pelatihan strategi bisnis millennial; 4) pelatihan financial technology. Penjelasannya sebagai berikut:

Permasalahan Mitra Solusi Pelaksanaan
Belum memahami program teaching factory Sosialisasi dan pelatihan program teaching factory Tim Abdimas memberikan sosialisasi dan pelatihan Teaching Factory (2, 7, 25 Februari 2023)
Masih terbatas jejaring kemitraan dengan DUDI Kerjasama dengan KADIN Sidoarjo untuk jejaring kemitraan MGMP Akuntansi dengan DUDI Tim Abdimas menjadi penghubung untuk kerjasama antara MGMP Bidang Akuntansi dengan KADIN Sidoarjo dalam menentukan DUDI yang sesuai untuk program TEFA (2, 7 Februari 2023)
Belum memahami strategi bisnis millenial Sosialisasi dan Pelatihan strategi bisnis millennial Tim Abdimas memberikan pelatihan financial technology kepada guru dan murid yang tergabung dalam MGMP Bidang Akuntansi 2, 7, 25 Februari 2023)
Belum memahami praktik financial technology Sosialisasi dan pelatihan financial technology Tim Abdimas memberikan pelatihan financial technology kepada guru dan murid yang tergabung dalam MGMP Bidang Akuntansi 2, 7, 25 Februari 2023)
Table 1.Pendekatan Program Kemitraan Masyarakat Institusi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan abdimas dimaksudkan untuk menyesaikan permasalahan mitra, yakni anggota dan pengurus MGMP Akuntansi. Untuk itu dilakukan sosialisasi dan pelatihan tentang program TEFA, financial technology dan bisnis millennial. Sosialisasi dilakukan kepada beberapa pengurus MGMP Akuntansi di SMKN 2 Buduran sebagai secretariat dan tempat mengabdi ketua MGMP Akuntansi, yakni Ibu Suparmiati. Selanjutnya dilakukan pelatihan tentang TEFA, financial technology, dan bisnis millennial. Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Februari 2023 di ruang 508 Gedung Kuliah Bersama (GKB) 2 Kampus 1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan peserta 25 guru.

Pemateri kegiatan ini adalah Dr. Sigit Hermawan, SE., M.Si untuk materi TEFA. Untuk materi financial technology adalah Dr. Imelda Dian Rahmawati, M.Ak, CA dan materi bisnis millennial adalah Dr. Sriyono, MM. Sebelum pelatihan diberi soal untuk pre test dan setelah pelatihan diberi soal lagi untuk post test. Soal pre test dan post test diberikan untuk pelatihan financial technology dan bisnis millennial. Untuk hasilnya, nilai rata-rata menunjukkan kenaikan pada setiap peserta pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan yang diselenggarakan sangat efektif meningkatkan kemampuan guru dalam memahami materi pelatihan financial technology dan bisnis millennial (Tabel 2 dan 3)

Nama Asal Sekolah Pre Test Post Test
Suparmiati SMKN 2 Buduran 7 8
Anis Sudaryaningsih SMK Muhammadiyah 1 Taman 8 9
Athik Rohmani SMK Darul Huda 8 8
Lailatul Farqiah SMK Darusssalam 6 8
Iriyaningtias Eva SMK PGRI 3 Sidoarjo 7 9
Syelbi Annas Sabila SMK Kemala Bhayangkari 1 Waru 6 8
Anik Suherlina SMK Diponegoro Sidoarjo 8 9
Sutjiati SMK IKIP Gedangan 5 7
Ratih Kumara Dewi SMK PGRI 2 Sidoarjo 9 9
Rusiati SMK Pemuda Krian 8 7
Umi Farukha SMK YPM 3 Taman 8 7
Inna Alfi Amalia SMK Antartika 2 Sidoarjo 7 8
Aminatussulia SMKN 2 Buduran 9 9
Siti Ma’ufah SMK Darma Siswa 2 9 9
Sri Astutik SMK Taman 8 9
Table 2.Hasil Pre dan Post Test (Nilai Rata-Rata) Tentang “Financial Technology
Nama Asal Sekolah Pre Test Post Test
Suparmiati SMKN 2 Buduran 6 9
Anis Sudaryaningsih SMK Muhammadiyah 1 Taman 7 8
Athik Rohmani SMK Darul Huda 8 9
Lailatul Farqiah SMK Darusssalam 7 8
Iriyaningtias Eva SMK PGRI 3 Sidoarjo 8 8
Syelbi Annas Sabila SMK Kemala Bhayangkari 1 Waru 7 9
Anik Suherlina SMK Diponegoro Sidoarjo 7 9
Sutjiati SMK IKIP Gedangan 7 8
Ratih Kumara Dewi SMK PGRI 2 Sidoarjo 8 9
Rusiati SMK Pemuda Krian 8 8
Umi Farukha SMK YPM 3 Taman 8 8
Inna Alfi Amalia SMK Antartika 2 Sidoarjo 7 8
Aminatussulia SMKN 2 Buduran 8 9
Siti Ma’ufah SMK Darma Siswa 2 7 9
Sri Astutik SMK Taman 7 8
Table 3.Hasil Pre dan Post Test Tentang “Bisnis Millenial”

Dengan adanya pelatihan ini diharapkan para pengetahuan dan ketrampilan para guru yang tergabung dalam MGMP Akuntansi dapat meningkat dan mampu memberikan pengatahuan baru kepada pada muridnya. Dengan kemampuan terkait dengan financial technology yang dimiliki oleh guru maka guru dapat memberikan pengetahuan tentang maraknya penggunaan e wallet dan pembayaran e banking atau m banking pada murid yang dibinanya. Adapun beberapa aplikasi fintech yang paling banyak dipakai oleh orang Indonesia adalah Finansialku, Bareksa, Go pay, Amarta, Doku, Uang Teman, T-Cash, Modalku, Midtrans, Cek Aja.

Demikian juga pelatihan tentang bisnis millennial ini juga dimaksudkan agar para guru memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang apa saja bisnis millennial yang dapat dilakukan oleh murid. Hal ini penting karena bisnis saat ini berbeda dengan 5 atau 10 tahun yang lalu karena dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0 dan juga karakteristik generasi millennial yang menyebabkan bisnis tumbuh berbeda. Beberapa bisnis millennial yang dapat dilakukan adalah social media management, fotografi, membuka thrift shop, usaha laundry, personal chef, editorial, video editor/production, cleaning service, personel shopper, buka kursus, pet sitting, tour guide, graphic designer, jasa titip beli, website developer, business planner, personal trainer, blogger / vlogger.

SIMPULAN

Pengabdian masyarakat ini dimaksudkan untuk memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi mitra, yakni MGMP Akuntansi Kabupaten Sidoarjo. Ada tiga masalah, yakni tentang program TEFA, financial technology dan bisnis millennial. Untuk memecahkan masalah mitra, tim abdimas melakukan sosialisasi dan pelatihan untuk guruguru yang tergabung dalam MGMP Akuntansi. Hasil sosialiasi dan pelatihan adalah adanya peningkatan pengetahuan dan kemampuan guru dalam program TEFA, financial technology, dan bisnis millennial.

References

  1. B. Budiono, “Membangun Jiwa Kewirausahaan di Era Milenial,” J. Paradigma, vol. 12, no. 1, hlm. 191-201, 2021.
  2. PGS Habiba, B. Sujanto, dan N. Karnati, "Evaluasi Pelaksanaan Program Teaching Factory di SMK Negeri Jakarta Selatan," J. Internasional Pendidikan dan Penelitian, vol. 8, no. 1, hlm. 157-164, 2020.
  3. Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan, "Kemendikbud Terbitkan Kurikulum Darurat pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus.
  4. E. Chandra, "Definisi Fintech," Finansialku.com, 2019.
  5. M. Hasan et al., "Keterbukaan Pelaku Usaha Milenial Terhadap Ekonomi Digital dalam Kegiatan Pemasaran," TINJAUAN EKOMBIS: J. Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, vol. 10, no. S1, hlm. 133-148, 2022.
  6. Otoritas Jasa Finansial, "Perbankan. Siaran Pers OJK Luncurkan Buku Literasi Finansial Tingkat Perguruan Tinggi," 2016.
  7. RC Putra et al., "Design Learning of Teaching Factory in Mechanical Engineering," dalam IOP Conf. Ser.: Ibu. Sains. Eng., Penerbitan IOP, 2018, hal. 012104.
  8. NA Rahma, "Kajian Literasi Finansial dan Perilaku Konsumtif Guru di SMAN 4 Makassar," Tesis PhD, Universitas Negeri Makassar, 2019.
  9. N. Saadah, "Perencanaan keuangan Islam sederhana dalam bisnis e-commerce pada pengguna toko online," Economica: J. Ekonomi Islam, vol. 9, no. 1, hlm. 105-128, 2018.
  10. S. Suranto et al., "Workshop Tata Kelola Teaching Factory (TEFA) dalam Meningkatkan Mutu Lulusan pada SMK Jurusan Akuntansi," J-ABDIPAMAS (J. Pengabdian Kepada Masyarakat), vol. 5, no. 2, hlm. 109-116, 2021.
  11. M. Ulfah, "Motivasi Berwirausaha Generasi Milenial di Kota Pekanbaru," Akuntabel, vol. 18, no. 2, hlm. 336-345, 2021.
  12. S. Wahjusaputri, S. Fitriani, dan IE Khuluqo, "Penerapan Teaching Factory Dan Implikasinya Terhadap Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Di Kawasan Industri Provinsi Jakarta, Indonesia," Proc. Kolokium Doktor dan Seminar Hasil Penelitian, 2017.
  13. MI Zarkasyi dan E. Purwanto, "Pengaruh Literasi Keuangan, Teknologi Finansial, dan Gaya Hidup Terhadap Perilaku Keuangan Guru Taman Kanak-Kanak," Al-Kharaj: J. Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah, vol. 4, no. 1, hlm. 290-307, 2022.