This systematic literature review aims to investigate whether blended learning can become the hallmark of educational excellence. The study documents and reviews articles related to blended learning from 2014 to 2021, sourced from accredited national and international journals accessible through Google Scholar, ScienceDirect, and ResearchGate. The results reveal that blended learning plays a crucial role as a solution for teaching and learning activities during the COVID-19 pandemic and the 21st century. It has the potential to become an icon of educational excellence; however, successful implementation requires alignment of institutional goals, educators, students, and parents. The implications of this study underscore the significance of embracing blended learning as a creative and innovative approach to adapt to the challenges of the pandemic and beyond.
Highlights:
Blended learning as a transformative solution: Blended learning emerges as a vital approach to seamlessly integrate traditional face-to-face teaching with online education, presenting a transformative solution to adapt to the challenges of the COVID-19 pandemic and beyond.
Educational excellence in the 21st century: The systematic review showcases blended learning as a potential icon of educational excellence, offering a pathway to foster innovative and creative learning environments that align with the demands of the 21st-century education landscape.
Key success factors for implementation: The study emphasizes the significance of goal alignment among institutions, educators, students, and parents, highlighting that successful implementation of blended learning hinges upon the collaboration and synchronization of all stakeholders.
Keywords: Blended Learning, Educational Excellence, COVID-19 Pandemic, Systematic Literature Review, Online Education
Pada abad 21 dunia berada pada era revolusi industry 4.0. Pada era 4.0 masyarakat tidak lepas dengan internet dan teknologi digital. Fenomena ini merubah cara hidup masyarakat Indonesia hingga ke semua sektor termasuk pendidikan. Pendidikan pada era ini dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai fasilitas lebih dan serba canggih untuk memperlancar proses pembelajaran [1]. Keselarasan antara manusia dan teknologi informasi dapat menciptakan peluang yang kreatif dan inovatif sehingga dapat memecahkan persoalan. Pada Pendidikan 4.0, Pendidik dan peserta didik dituntut untuk mempelajari dan memahami penggunaan teknologi guna melaksakan kegiatan belajar mengajar secara online.
Masa pandemik covid-19 yang terjadi pada era 4.0 juga mendorong percepatan digitalasi masyarakat Indonesia. Kehadiran pandemi yang menerapkan kebijakan untuk Work From Home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), telah memaksa setiap orang untuk menjalani aktivitasnya dari rumah saja dengan menggunakan teknologi seperti gadget. Secara tidak langsung hal ini mempengaruhi cara berpikir para pendidik lebih untuk kreatif dan inovatif agar kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan meskipun tidak bertemu di sekolah [2].
Salah satu yang dilakukan oleh para pendidik di sekolah adalah melakukan pembelajaran jarak jauh secara online. Para pendidik bertemu secara virtual melalui aplikasi video call, chat, platform pengelola pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung. Seiring dengan menurunnya covid-19 dan masih adanya pembatasan. Munculnya ide kreatif dan inovatif untuk melaksanakan blended learning. Blended Learning secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran terpadu antara pembelajaran face to face atau pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh secara online atau e-learning. Blended learning dilakukan secara harmonis artinya sehari tatap muka sehari online atau bisa disesuaikan dengan kebijakan sekolah masing-masing.
Pelaksanaan blended learning di sekolah dasar di Indonesia menjadi salah satu hal baru, populer dan solusi inovatif. Hal ini mendorong peneliti untuk mencari tahu keefektifan dan respon masyarakat terhadap blended learning. Dengan begitu diketahui blended learning dapat menjadi ikon keunggulan sekolah dasar atau tidak.
Artikel ilmiah ini disusun dengan menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR). Metode tinjauan pustaka sistematis adalah metode tinjauan pustaka yang mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi, dan menafsirkan semua penelitian yang tersedia dengan topik fenomena yang menarik. Dalam metode SLR, peneliti melakukan review dan mengidentifikasi jurnal secara terstruktur yang dalam setiap prosesnya mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Untuk melengkapi penelitian ini, peneliti mengumpulkan artikel jurnal dari ScienceDirect. Kata kuncinya adalah blended learning. Artikel yang dikumpulkan hanya artikel yang diterbitkan pada periode 2014 hingga 2021..
Problematika manajemen pendidikan Islam yang terjadi di masa pandemi covid-19 dan di era revolusi industri 4.0 membuat sekolah-sekolah membuat kebijakan melaksanakan model blended learning. Dalam implementasinya blended learning dirasa sangat sesuai dan mendukung perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Blended learning juga lebih baik digunakan dari pada peserta didik hanya mengikuti pembelajaran jarak jauh secara online dalam waktu lama, tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Blended learning merupakan cara terbaik untuk menggabungkan pembelajaran tatap muka dan juga online [3]. Dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka dan online maka waktu belajar peserta didik fleksibel dan peserta didik dapat belajar mandiri sesuai gaya belajarnya. Blended learning meningkatkan kualitas dan kuantitas yang lebih mumpuni dari interaksi antar manusia dalam lingkungan pembelajaran, hal itu dikarenakan blended learning dilengkapi dengan penggabungan teknologi dan interaksi yang baik, menghasilkan dukungan sosial, konstruktif, serta pengalaman belajar [4].
Blended learning membuat peserta didik yang memiliki gaya belajar visual dan audio mendapatkan kesempatan memperoleh ilmu tidak hanya saat pembelajaran di kelas secara tatap muka dengan guru akan tetapi mereka juga dapat memperoleh ilmu saat berada di luar kelas secara online baik melalui internet maupun berkomunikasi dengan guru melalui chat atau video call [5]. Menerapkan blended learning untuk strategi pengorganisasian pengajaran, penyampaian pengajaran, dan kualitas pengajaran akan membantu guru meningkatkan daya tarik pembelajaran di era 21 dengan para siswa yang telah siap berkompetisi untuk dapat hidup di era digital. Oleh karena itu blended learning dapat dikatakan efektif untuk menggali inovasi dan kreatifitas guru dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik. Collaborative activities might be of great value for the learning process when two conditions are fulfilled [6]. First, the teacher provides appropriate help through face-to-face discussion and supervision. Second, the students receive a greater amount of guidance in teacher education. The implication of this study is that BLA at any level should promote collaborative work, giving the trainees a sense of how teaching.” Yang artinya Kegiatan kolaboratif mungkin bernilai besar untuk pembelajaran proses ketika dua kondisi terpenuhi. Pertama, guru memberikan bantuan yang tepat melalui diskusi tatap muka dan pengawasan. Kedua, siswa menerima lebih banyak bimbingan dalam pendidikan guru. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa pendekatan blended learning di tingkat manapun harus mempromosikan kerja kolaboratif, memberikan peserta pelatihan rasa bagaimana mengajar.
Pada penelitian terdahulu oleh Tsuwaybah Al Aslamiyah, Punaji Setyosari, Henry Praherdhiono berjudul Blended Learning dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Teknologi Pendidikan pada tahun 2019 menyimpulkan blended learning dan kemandirian belajar mahasiswa Teknologi Pendidikan angkatan 2016, diperoleh persentase hasil kemandirian belajar dari 6 indikator yaitu : 1) ketidaktergantungan terhadap orang lain sebesar 78,2% dikategorikan sangat positif, 2) memiliki kepercayaan diri sebesar 75,4% dikategorikan positif, 3) berperilaku disiplin sebesar 74,3% dikategorikan positif, 4) memiliki rasa tanggung jawab sebesar 77,6 % dikategorikan sangat positif, 5) berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri sebesar 74,8 % dikategorikan positif, dan 6) melakukan kontrol diri sebesar 76,4 % dikategorikan sangat positif. Sedangkan hasil pembahasan tentang dampak penerapan blended learning terhadap kemandirian belajar diperoleh hasil persentase sebesar 77,6 % dikategorikan sangat positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kemandirian belajar mahasiswa yaitu mahasiswa terbukti memiliki kemadirian belajar yang positif. Mahasiswa tidak tergantung terhadap orang lain, mereka cenderung lebih mandiri dalam segala hal. Di lain sisi blended learning terbukti sangat mendukung dalam pembelajaran begitupun dampak dari blended learning terhadap kemandirian belajar mahasiswa yang cenderung sangat positif. Namun apabila blended learning di laksanakan di sekolah dasar maka pendidik membutuhkan kerjasama erat dengan orangtua untuk membimbing peserta didik saat belajar online dari rumah.
Jurnal yang berjudul "Information Technologies in Education: Blended Learning menyampaikan hasil yang diperoleh dari survei dan interpretasinya, sebagai berikut: (1) Blended learning meningkatkan efektivitas pembelajaran [7]. (2) Blended learning berkontribusi pada transformasi pembelajaran karena menggabungkan dua format: tradisional dan e-leaning dan siswa belajar dengan gaya baru: bagaimana, kapan dan di mana nyaman bagi mereka untuk belajar, mereka tidak hanya mendapatkan informasi dari ceramah guru dan buku teks tetapi mereka juga mencarinya sendiri,memilih, dan mengolahnya, sehingga isi pembelajarannya terus menerus melebar, memutakhirkan, dilengkapi dengan berbagai macam dan interpretasi yang berbeda dan memberikan makanan untuk berpikir kritis dan mengembangkan keterampilan analitis, serta siswa dapat berkenalan dan mencoba bentuk-bentuk baru kegiatan belajar (diskusi). (3) Eksperimen tersebut juga menunjukkan bahwa "pola Barat" blended learning menjadi efektif di Rusia, itu harus diadopsi ke dalam sistem pendidikan nasional yang dipengaruhi oleh tradisi dan stereotip. Sebagai kemungkinan varian dariadaptasi di sana dapat secara bertahap memperkenalkan bentuk-bentuk pembelajaran baru dan kegiatan belajar bagi siswa untuk secara bertahap. Penelitian Alla menunjukkan bahwa blended learning juga dapat dilakukan di negara lainnya dimana sekolah dan peserta didik yang melaksanakan memiliki fasilitas yang mendukung.
This was the first study comparing outcomes of self-efficacy, knowledge between BL and face-to-face groups of learners in a full semester health assessment course [8]. The findings of this study revealed that there was no difference in self-efficacy between groups and self-efficacy increased similarly in both groups, over time. There was no significant difference in knowledge, as measured by exam marks and final grades. Perceptions of the BL experience were positive. The overall conclusions reached by this study support the use of BL as a pedagogical approach.” Yang artinya Ini adalah studi pertama yang membandingkan hasil efikasi diri, pengetahuan antara BL (blended learning) dan kelompok tatap muka peserta didik secara penuh mata kuliah penilaian kesehatan semester. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan efikasi diri antar kelompok dan efikasi diri meningkat secara serupa pada kedua kelompok, dari waktu ke waktu. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan, yang diukur dengan nilai ujian dan nilai akhir. Persepsi dari pengalaman BL adalah positif. Secara keseluruhan kesimpulan yang dicapai oleh penelitian ini mendukung penggunaan BL sebagai pendekatan pedagogis.
The results showed significant in the usage of BL tools in teaching and learning [9]. The usage of BL tools not only enhancing students’ campus learning experiences but providing quality and friendly learning environment as a whole.” Artinya hasil penelitian menunjukkan signifikan dalam penggunaan blended learning dalam belajar mengajar. Penggunaan blended learning tidak hanya meningkatkan pengalaman belajar kampus mahasiswa tetapi juga menyediakan lingkungan belajar yang berkualitas dan ramah secara keseluruhan.”
Pembelajaran blended learning merupakan pembelajaran yang sangat efektif, efisien untuk meningkatkan kemampuan peserta didik menjadi menyenangkan, minat belajar pesertad didik lebih besar dengan lingkungan belajar yang nyaman. Blended learning menawarkan pembelajaran yang lebih baik, baik terpisah atau kelompok serta dalam waktu yang sama atau berbeda [10]. Muhammad Taufik, Teuku dan Yakob juga menyimpulkan dalam penelitiannya pada tahun 2020 yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Tradisi Lisan Aceh, bahwa pembelajaran Blended Learning layak digunakan untuk proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap tradisi lisan aceh.
Keunggulan sekolah menjadi hal menonjol yang diperlihatkan oleh sekolah kepada masyarakat. Keunggulan sekolah dapat dilihat sebagai upaya peningkatan kapasitas sekolah dan menjadikan sekolah berbeda dengan sekolah lainnya. Berdasarkan telaah beberapa jurnal dapat disimpulkan bahwa Blended learning dapat dijadikan ikon keunggulan sekolah dasar di era revolusi industry 4.0 baik di masa pandemic covid-19 maupun tidak. Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik untuk meningkatkan efektivitas waktu (saving time), kualitas belajar siswa, inovasi guru dan memberikan daya tarik yang lebih besar dalam berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam.