This scientific article presents the outcomes of a community engagement program conducted in collaboration with SD Muhammadiyah 01 Candi Labschool UMSIDA in Sidoarjo District, Indonesia. The program aimed to enhance the knowledge and practices of 22 regular teachers, 8 shadow teachers, and 3 educational staff members regarding early detection and intervention strategies for elementary school children, particularly those with special needs. The program, led by the Department of Physiotherapy and Primary School Teacher Education at Muhammadiyah University Sidoarjo, utilized a two-way lecture method, demonstrations with visual media, and mentorship in creating visually-based learning models. The program successfully increased the participants' understanding of stimulation, early detection, and the importance of attention to the learning needs of children with special needs through visual-based learning models. The evaluation of the program's effectiveness and satisfaction levels was conducted throughout its implementation, with the opportunity to modify methods if deemed ineffective. The implications of this community engagement initiative are relevant to professionals and researchers in the field of inclusive education worldwide, providing valuable insights for enhancing educational practices and fostering the development of diverse learners in elementary school settings.
Highlight:
Keyword:
Early Detection, Inclusive Education, Teacher Knowledge, Visual-Based Learning, Special Needs
Media merupakan secara bahasa berarti medium, maka media merupakan perantara bagi guru untuk menyampaikan materi agar lebih memahami suatu materi. Visual adalah media pembelajaran yang melibatkan indera penglihatan untuk dapat memahami medianya. Media visual dapat berupa gambar, grafik, foto, baliho, dll (Mustaji, 2015:14). Dikatakan dalam teori Piaget perkembangan anak pada usia 7-11 tahun adalah masa perkembangan operasional konkrit. Periode usia ini anak akan dapat berpikir sesuai alam pikiran mereka, berkaitan dengan keadaan yang konkrit dan mereka sudah mampu untuk mengelompokkan benda-benda ke dalam bentuk- bentuk yang berbeda.Kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu sudah ada, tetapi belum mampu untuk memecahkan permasalahan secara abstrak. Tahap operasi konkret ini diperlukan adanya intervensi yang berkaitan dengan objek konkret nyata dalam proses pembelajaran mereka (Marinda, 2020).
Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan, memiliki kondisi medis, kondisi kejiwaan, dan/atau kondisi bawaan tertentu. Mereka membutuhkan perhatian dan penanganan khusus. Klasifikasi anak berkebutuhan khusus adalah Tunanetra, Tunarunggu, Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras, Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), Autisme, Gangguan ganda, Lamban belajar, kesulitan belajar khusus, gangguan kemampuan komunikasi, potensi kecerdasan atau bakat istimewa. Pendidikan inklusi merupakan suatu konsep pendidikan yang sangat berbeda dengan konsep pendidikan khusus (Specialeducation), sehingga ada karakter tersendiri dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, yaitu: 1) cakupan pendidikan luas, dirumah, masyarakat, formal dan informal, 2) pendidikan mengakui bahwa setiap anak punya hak yang sama dalam belajar, 3) adanya struktur, system dan metodologi pendidikan yang memenuhi kebutuhan semua anak, 4) menghargai keberbedaan setiap anak, usia, gender, etnik, bahasa, ketunaan, status kesehatan, dan kemampuan ( Desiningrum: 2016). SD Muhammadiyah 1 Candi merupakan salah satu sekolah yang menyelenggaran program pendidikan berbasis inklusi. Sehingga ada bermacam peserta didik yang ada di sekolah tersebut, akan tetapi terdapat permasalahan bahwa guru yang ada disana background pendidikan sarjana pendidikan, dengan tidak memperoleh basic anak-anak berkebutuhan khusus. Sehingga sering guru kesulitan untuk melakuka deteksi terhadap kebutuhan keberagaman pada peserta didik ABK disekolah tersebut
Sekolah inklusi adalah tempat di mana anak-anak berkebutuhan khusus dapat belajar bersama dengan anak-anak reguler lainnya. Namun, anak berkebutuhan khusus tetap didampingi oleh guru pendamping atau shadowselama kegiatan belajar mengajar.SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool UMSIDA beralamat Jl. Sidodadi No.1983, Sudio, Sidodadi, Kec. Candi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61271 merupakan salah satu sekolah Inklusi yang ada di Sidoarjo dari 172 sekolah Inklusi lainnya mulai dari TK, SD, SMP dan SMA. Sistem pembelajaran, pengajaran, kurikulum, sarana dan prasarana, serta sistem penilaian di sekolah inklusi akan mengakomodasi kebutuhan anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka dapat beradaptasi dan menerima pendidikan sebaik mungkin. Hari efektif senin sampai jumat dengan jam pembelajaran efektif pada siswa dimulai 07.00 sampai 10.30 WIB untuk kelas satu dan dua dan kelas tiga sampai lima dimulai 07.00 sampai 12.30 WIB
Asesment di lapangan siswa inklusi yang dimiliki oleh SD Muhammadiyah 01 Candi Labschool UMSIDA berjumlah 36 siswa mulai dari kelas satu sampai kelas lima. Kelas satu memiliki anak ABK berjumlah 8 dengan masing-masing kelas empat siswa, kelas dua berjumlah 8 siswa, kelas tiga berjumlah 9 siswa, kelas empat berjumlah 9 siswa dan kelas lima berjumlah 3 siswa dengan kategori ABK Berat. Mulai PMDB SD Mica 2022/2023 mempunyai kebijakan siswa inklusi yang diterima adalah memiliki diagnose ABK kategori berat. Pada SDM yang di miliki SD Muhammadiyah 01 Candi Labschool UMSIDA masih belum mempunyai guru background dari Pendidikan luar biasa sehingga mengalami kesulitan jika anak mengalami tantrum saat pembelajaran.
Solusi dengan adanya masalah tersebut pengabdi membantu mitra untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, solusi dan target yang akan dilakukan pada kegiatan Pengabdian Masyarakat antara lain: 1) Workshop tentang cara Stimulasi, deteksi dan intervensi dini dalam tumbuh kembang usia sekolah dasar 2) Pendampingan guru pembuatan model pembelajaran berbasis media visual untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).
Pelaksanan program kemitraan pengabdian masyarakat ini merupakan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) Prodi Fisioterapi dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. kegiatan ini diikuti dua puluh dua guru regular, delapan guru pendamping atau shadow dan tiga tenaga pendidikan (tendik) SD Muhammadiyah 01 Candi Labschool UMSIDA Kabupaten Sidoarjo. Waktu pelaksanaan dari program ini mulai 3 Maret 2023. Metode yang digunakan dalam Kegiatan edukasi pada guru dan tendik meliputi metode ceramah dua arah, demonstrasi yang diikuti semua guru serta Pendampingan guru pembuatan model pembelajaran berbasis media visual.
Dalam pelaksanan program pengabdian masyarakat, mitra berpartisipasi mengikuti kegiatan sampai selesai Workshop tentang cara Stimulasi, deteksi dan intervensi dini dalam tumbuh kembang usia sekolah dasar dan Pendampingan guru pembuatan model pembelajaran berbasis media visual untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Diharapkan dengan kegiatan ini guru dan tendik dapat memahami dan meningkatnya pengetahuan tentang Stimulasi dan deteksi dini serta atensi belajar pada ABK melalui model pembelajaran berbasis media visual.
Hasil yang di capai dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan koordinasi dari berbagai pihak diantaranya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Sidoarjo , pihak Kepala sekolah SD Muhammadiyah 01 Candi Labschool UMSIDA, Program Studi Fisioterapi dan PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat disajikan dalam bentuk table berikut ini:
Jenis Kelamin Responden Pengabdian masyarakat, Usia Responden Pengabdian masyarakat dan Pekerjaan Responden Pengabdian masyarakat
Berdasarkan table 3.1 diatas dapat diketahui sebagian besar responden pengabdian masyarakat berjenis kelamin perempuan dari pada laki-laki dengan presentase 71 % dengan usia rata-rata responden 20-30 tahun.
Berdasarkan grafik 8 tingkat kepuasaan diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mendapatkan kepuasan pelayanan pengabdian masyarakat menyatakan sangat puas sebanyak 22 orang.
Program pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di SD Muhammadiyah 01 Candi Labschool UMSIDA, Kabupaten Sidoarjo, berhasil meningkatkan pengetahuan peserta dalam hal Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini dalam Tumbuh Kembang Usia, serta mencapai tingkat kepuasan yang tinggi. Evaluasi program dilakukan secara berkelanjutan setiap kegiatan, dengan melakukan penilaian terhadap efektivitas metode yang digunakan. Jika metode yang digunakan dinilai kurang efektif, maka pengabdian akan mencoba menggunakan metode lain yang lebih sesuai. Evaluasi program ini akan terus dilakukan hingga akhir dari kegiatan pengabdian masyarakat. Keberlanjutan program setelah selesainya pengabdian masyarakat akan dijamin oleh pihak sekolah, sehingga program-program ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang berkelanjutan. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengukur dampak jangka panjang dari program pengabdian ini terhadap perkembangan anak-anak, serta untuk menjelajahi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi program serupa di lingkungan pendidikan.