This study aimed to promote literacy skills and creative thinking among elementary school students (SD Negeri 170, 36, and 336) in Assilulu, Maluku Tengah, through a workshop developing a 'Literacy Tree', a two-dimensional paper-based learning media. The low reading interest among Indonesians, with only 0.001 percent reading regularly according to UNESCO, highlighted the urgency of our intervention. Our methodology comprised imparting knowledge about creating a 'Literacy Tree', stimulating creativity, fostering aspirations, and enhancing mental, intellectual, and emotional spirit, thus simplifying the comprehension of complex materials for students. Results indicated that the workshop significantly engaged students, enhancing their creativity and understanding of knowledge. Therefore, we advocate for the 'Literacy Tree' workshop's incorporation into the curriculum, emphasizing its potential to foster creativity and boost literacy skills in a fun and engaging manner, and encourage further research on its long-term impacts and scalability in other educational contexts. This innovative approach has implications for Indonesia's literacy enhancement strategies and could potentially be applied globally to address similar educational challenges.
Highlights:
Keywords: Literacy skills, Creative learning, Literacy Tree Workshop, Elementary education, Indonesian school curriculum.
Negeri Assilulu merupakan salah satu Negeri yang dijadikan tempat melaksanakan kegiatan pengabdian Universitas Pattimura. Negeri Assilulu merupakan negeri yang berada di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan wilayahpegunungan Negeri Wakasihu, Negeri Alang dan Wilayah Pegunungan Kecamatan TelukAmbon, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Seram Bagian Barat, sebelah timurberbatasan dengan Dusun Waepula Negeri Ureng, sebelah barat berbatasan dengan DusunLai Negeri Larike. Negeri ini memiliki salah satu visi misi yang tertera pada nomor empat yaitu Meningkatkan sarana prasarana pendidikan formal dan pendidikan non formal [1].Olehkarena itu kami mahasiswa pengabdian Universitas Pattimura membuat program salah satunyaadalah workshop pembuatan pohon literasi kepada anak-anak sekolah khususnya untuki SD Negeri 170 & SD Negeri 36 & SD Negeri 336 Maluku Tengah. Latar belakang masalah yang ada dalam Pendidikan di Indonesia salah satunya yaitu minat baca masyarakat Indonesia dinilai masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.Menurut UNESCOmenyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca [2].
Sementara itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Negara Indones ia telah berhasil mengurangi angka buta huruf dengan mengupayakan menambah koleksi buku yang relevan bagi pelajar, juga mensosialisasikan Taman Bacaan Masyarakat.[3]. Namun demikian, keberhasilan pemerintah belum diimbangi dengan keberhasilan dalam menumbuhkan budaya baca.Sejalan dengan Tujuan Pendidikan yang terkandung dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Kondisi tersebut mengindikasi bahwa perlu adanya upaya inovasi kreatif untuk menumbuhkan minat baca serta penerapan pembiasaan membaca sejak dini.[4] Maka dari itu melalui program Pohon Literasi yang dilaksanakan oleh mahasiswa pengabdian Assilulu UNPPATI , diharapkan dapat membantu memotivasi siswa- siswi untuk gemar dalam membaca dan menghidupkan kembali suasana perpustakaan yang ada.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, kami mengembangkan media pembelajaran berupa Pohon Literasi, sebuah struktur pembelajaran inovatif yang merujuk pada replika pohon dua dimensi yang dihiasi dengan potongan-potongan kertas. Tujuan utama dari media pembelajaran ini adalah untuk memfasilitasi siswa dalam pengertian materi pelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Penggunaan media edukatif ini diharapkan dapat merangsang semangat belajar siswa dan memfasilitasi proses pembelajaran, sehingga objektif edukatif dapat dicapai dengan lebih efektif.Pohon Literasi, sebagai media pembelajaran, telah dirancang untuk memikat perhatian siswa dan mencegah mereka merasa bosan selama proses belajar berlangsung. Selain itu, media ini berperan penting dalam mempromosikan pemahaman mendalam tentang materi yang diajarkan, serta mendukung pendidik dalam proses mengajar. Keterampilan dalam menggunakan media pembelajaran semacam ini seringkali merupakan hasil dari latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja guru, yang membantu mereka dalam mengimplementasikan metode pembelajaran yang efektif di kelas.
Jadi dengan adanya pohon literasi dapat memberikan pengetahuan yaitu mendapatkan ilmu baru terkait pembuatan pohon literasi dan memberikan pemahaman dalam menjelaskan pohon literasi kepada siswa-siswi di SD Negeri 170 & SD Negeri 36 & SD Negeri 336 Maluku tengah.
Dari pengetahuan dan pemahaman terkait pohon literasi dapat meningkatkan potensi didalam diri setiap siswa-siswi disekolah tersebut, terutama dalam hal kreativitas. Karena untuk membuat pohon literasi sendiri membutuhkan ide-ide yang kreatif.[5]
Dari peningkatan potensi didalam diri setiap siswa- siswi dapat memberikan motivasi kepada mereka dalam mencapai setiap cita-cita yang mereka tuangkan dalam pohon literasi. Dimana setiap apa yang mereka tulis dalam pohon literasi tersebut akan menjadi suatu harapan besar kepada mereka dalam menggapainya.[6]
Berangkat dari suatu motivasi yang diamana hanya akan menjadi angan-angan. jika tidak dikuti dengan spirit, mental dan intelektual serta emosional. Dimana dengan spirit, mental dan intelektual serta emosional menjadi bekal bagi mereka untuk mencapai cita-cita mereka.[7]
Karena dengan membuat pohon literasi dapat memberikan penyederhanaan dan peringkasan terhadap setiap materi yang disampaikan,sehingga berangkat dari hal tersebut membuat siswa-siswi lebih mudah memahami setiap materi yang disampaikan.
Sehingga Melalui metode pengabdian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang siswa-siswi di SD NEGERI 170 & SD NEGERI 36 & SD NEGERI 336 MALUKU TENGAH, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan tantangan dalam implementasinya. Metode pengabdian ini dapat memberikan panduan dan rekomendasi bagi pendidik, sekolah, dan pihak terkait lainnya dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi edukasi teknologi digital pada anak sekolah.
Dari hasil wawancara kami secara lisan dengan anak-anak SD Negeri 170 dan 336 Maluku Tengah terkait dengan pengabdian masyarakat ini, sehingga memperoleh data sebagaimana bisa dilihat pada tabel 1.
No | Data Siswa | Keaktifan Siswa |
1. | SD NEGERI 170 MALUKU TENGAH | 15 Siswa |
2. | SD NEGERI 36 MALUKU TENGAH | 25 Siswa |
3. | SD NEGERI 336 MALUKU TENGAH | 20 Siswa |
Di Sekolah Dasar Negeri 170 Maluku Tengah, kami memulai proses pembelajaran dengan menyampaikan materi dasar tentang konsep workshop dan Pohon Literasi. Tujuannya adalah untuk membekali para siswa dengan pemahaman awal tentang topik-topik tersebut. Pemaparan materi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas terhadap apa yang dimaksud dengan workshop dan Pohon Literasi. Hasilnya, sebanyak 15 siswa dari SD Negeri 170 Maluku Tengah telah aktif dalam proses memahami konsep-konsep tersebut. Kami tidak menemukan hambatan dalam penyampaian materi ini, dan mendapat dukungan penuh dari sekolah dan para pemangku kepentingan.
Sementara itu, di Sekolah Dasar Negeri 36 Maluku Tengah, kami juga mengimplementasikan pendekatan yang sama dalam penyampaian materi tentang workshop dan Pohon Literasi. Metode ini berhasil memberikan pemahaman yang jelas tentang konsep-konsep tersebut kepada siswa. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa 25 siswa dari SD Negeri 36 Maluku Tengah telah aktif dalam memahami materi ini. Seperti di SD Negeri 170, kami juga tidak menemui hambatan dalam proses pembelajaran ini.
Di Sekolah Dasar Negeri 366 Maluku Tengah, pendekatan yang sama kembali kami gunakan. Dengan memberikan materi dasar tentang workshop dan Pohon Literasi, kami berhasil menarik perhatian 30 siswa untuk aktif dalam proses pemahaman. Proses ini berjalan lancar tanpa hambatan dan didukung sepenuhnya oleh pihak sekolah.Namun, data tersebut menunjukkan bahwa masih ada beberapa siswa yang belum mampu berpartisipasi secara aktif dalam proses kreatif pembuatan Pohon Literasi atau workshop. Hal ini menjadi acuan kami, sebagai mahasiswa KKN unpatti, untuk lebih mengembangkan minat dan bakat siswa-siswa yang belum sempat aktif berpartisipasi.Pada akhirnya, workshop dan pembuatan Pohon Literasi yang dilakukan secara daring diarahkan oleh Astria Duhumona, dengan moderasi oleh Nahdira Syaripudin (Figure 1). Mereka memaparkan metode pembuatan Pohon Literasi untuk meningkatkan minat baca siswa, yang merupakan bagian integral dari keseluruhan inisiatif ini.
Pengunaan pohon literasi dimaksut sebagai suatu hal yang merefresikan apa yang telah peserta didik baca dan difokuskan pada membaca suatu pemahaman untuk mengorganisasikan ide-ide gagasan.Dari pohon literasi ini siswa diharpkan dapan memahami dan memaknai bacaan kata-kata motivasi yang ada pada pohon literasi bisa meningkatkan motivasi belajar siswa [8].Kami melihat pohon litarasi ini merupakan media yang cocok dan menarik untuk siswa khususnya siswa SD 170 dan SD 36 serta SD 336 Maluku tengah agar lebih giat untuk belajar dan membaca dengan bijak khususnya dibidang kreatif dan Pendidikan. Oleh karena itu kami selaku kelompok KKN Universitas Pattimura membuat program ini dengan memberikan sebuah hadiah setiap siswa SD 170 dan SD 336 Maluku Tengah yang berani bertanya atau menjawab pertanyaan yang kami berikan, dengan demikian diharapkan siswa siswi SD 170 dan 336 Maluku Tengah dapat semangat meningkatkan budaya membaca.
Berdasarkan analisis data dari siswa SD Negeri 170, 36, dan 336 Maluku Tengah, terlihat bahwa beberapa siswa belum sepenuhnya aktif atau berpartisipasi dalam aktivitas kreatif dan pemahaman konsep dalam pembuatan Pohon Literasi atau workshop. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa: (1) workshop Pohon Literasi membantu memfasilitasi peningkatan kreativitas siswa, (2) kegiatan tersebut juga berfungsi sebagai motivator dalam rangka pengembangan kreativitas, (3) Pohon Literasi dapat mendukung guru dalam menyederhanakan pengetahuan yang kompleks, dan (4) partisipasi yang signifikan dari siswa dalam workshop dan Pohon Literasi menunjukkan perlunya implementasi program-program seperti ini.
Berdasarkan kesimpulan ini, beberapa saran dapat diajukan: (1) Guru diharapkan lebih memperhatikan eksistensi dan penggunaan workshop Pohon Literasi, (2) guru juga diharapkan untuk memberikan bimbingan yang lebih kepada siswa yang kurang aktif, (3) pembuatan Pohon Literasi penting sebagai metode untuk mempermudah penyederhanaan masalah, dan (4) kualitas pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengimplementasikan metode seperti Pohon Literasi.Dengan demikian, implikasi penelitian ini mencakup perluasan penggunaan dan implementasi workshop Pohon Literasi dalam pendidikan, serta peran aktif guru dalam proses tersebut. Selanjutnya, penelitian lebih lanjut direkomendasikan untuk mengeksplorasi bagaimana metode ini dapat dioptimalkan untuk mendukung pembelajaran yang efektif dan inovatif, dan bagaimana tantangan dalam implementasinya dapat diatasi.