Tourism and Hospitality Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v13i0.845

Management of Island Tourism Destinations in Sidoarjo Regency


Pengelolahan Destinasi Pariwisata Pulau di Kabupaten Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Management Tourist Destinations Lusi Island

Abstract

Lusi Island is one of the tourist destinations in Sidoarjo which is expected to become an environmentally friendly tourist destination with the theme of utilization, research, and conservation of mangroves. Lusi Island is not widely known by the public because visitors are still dominated by the Jabon sub-district and the surrounding area. This study aims to analyze and describe the management and constraints in the Management of Tourism Destinations on Lusi Island in Sidoarjo Regency. The research method used is a qualitative approach, data collected through observation, interviews and documentation, while the data sources are primary and secondary data. Informants who were determined by interview, the informants were UPT BPSPL Wilker staff, East Java Directorate General of PRL, Lusi Island Guard and Head of the Sidoarjo Regency Tourism Office, data analysis derived from Miles and Huberman data, namely through data collection, data, data presentation and conclusions. The results of this study indicate that the process of managing Lusi Island has not been maximized because there are several inhibiting factors. As for some of these factors, there is no government intervention in the process of maintaining and developing the island and there is no legality on the island of Lusi in Sidoarjo Regency.

Pendahuluan

Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki banyak pulau yang berjumlah 17.506 pulau. Dari 17.506 pulau tersebut terdapat pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga. Keadaan geografis Indonesia yang sangat strategis sehingga menjadi kan daerah sebagai pusat ekonomi tidak terkecuali dalam hal pariwisata, bicara soal pariwisata di Indonesia banyak sekali sektor-sektor wisata yang sangat menjanjikan dan masih dalam proses pembangunan dan juga pengembangan sehingga banyak investor baik didalam ataupun dari luar mengivestasikan sahamnya kesektor-sektor pariwisata .

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 T ahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil , aturan pelaksanaan diantaranya: (1) Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar , (2) Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil , (3) Peraturan Presiden Nomor 73 tahun 2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tingkat Nasional , (4) Peraturan Presiden Nomor 56 tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Terpadu Taman Nasional dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Tahun 2018-2025 , (5) Keputusan Presiden Nomot 6 tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar .

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mencakup tahapan kebijakan pengaturan sebagai berikut:Pemanfaatan dan pengusahaan perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dilaksanakan melalui pemberian izin pemanfaatan dan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3). Izin pemanfaatan diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kewenangan masing-masing instansi terkait.Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) diberikan di Kawasan perairan budidaya atau zona perairan pemanfaatan umum kecuali yang telah diatur secara tersendiri.Pengaturan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dimulai dari perencanaan, pemanfaatan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, pengakuan hak dan pemberdayaan masyarakat, kewenangan, kelembagaan, sampai pencegahan dan penyelesaian konflik.Pengelolaan pulau-pulau kecil dilakukan dalam satu gugus pulau atau kluster dengan memperhatikan keterkaitan ekologi, keterkaitan ekonomi, dan keterkaitan sosial budaya dalam satu bioekoregion dengan pulau induk atau pulau lain sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.

Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang relatif kaya sering menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduknya padat. Namun, sebagian besar penduduknya relatif miskin dan kemiskinan tersebut memicu tekanan terhadap Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang menjadi sumber penghidupannya. Apabila diabaikan, hal itu akan berimplikasi meningkatnya kerusakan e kosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Selain itu, masih terdapat kecenderungan bahwa industrialisasi dan pembangunan ekonomi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sering kali memarginalkan penduduk setempat . Hal ini menjadikan belum optimalnya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan wisata di daerah.

Kawasan wisata di Kabupaten Sidoarjo saat ini semakin berkembang pesat dengan adanya pulau-pulau kecil di kawasan pesisir. Kabupaten Sidoarjo memiliki 2 pulau diantaranya Pulau Lusi dan Pulau Sarinah dijadikan tempat wisata, namun pulau-pulau kecil ini belum begitu dikenal secara luas terutama masyarakat Sidoarjo. Pulau Lusi terletak di sebelah timur kecamatan Jabon lebih tepatnya ditengah-tengah sungai porong perbatasan antara Pasuruan dan Sidoarjo yang berjarak sekitar 25 kilometer dari darat Tlocor, Desa Kedungpandan Jabon Sidoarjo.Wisata Pulau Lusi telah beroperasi sejak 2017 setelah diresmikan dan diberi nama oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Nama Pulau Lusi adalah singkatan dari Lumpur Sidoarjo (Sidoarjo Lumpur).

Desa Kedungpandan memiliki potensi sumber daya manusiayang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan petani . Melihat kondisi tersebut , maka perlu adanya pemberdayaan sumber daya manusia di bidang pariwisatapembangunan yang berpotensi menjadidaya tarik di tingkat lokal, regional, nasional dantingkat internasional. P ariwisata Pulau Lusi memiliki keunikan tersendiri, karena prosespembentukannya berasal dari endapan Lumpur Lapindo yang merupakan satu-satunya didunia. P ada tahun 2018, Pulau Lusi menerimaAnugerah Pesona Indonesia Award sebagai yang paling populerekowisata.

Akses untuk menuju ke Pulau Lusi melalui dermaga wisata Tlocor dengan menggunakan armada perahu mesin yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa setempat. Sejak tahun 2019 p engelolaan wisata bahari Tlocordilakukan dengan swadaya masyarakat oleh POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) dan BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) desa Kedungpandan. Sebelum masa pandemi omset pemasukan bisa mencapai 300 juta rupiah dalam setahun . Pokdarwis memiliki 3 perahu boat dan 4 bis air yang berfungsi untuk sarana transportasibagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke pulau Lusi.Setiap hari libur empat perahu bisa mengantar wisatawan sampai 24 kali ke pulau Lusi, satu orang tarifnya 25 ribu rupiah, untuk anak-anak 15 ribu rupiah. Perjalanan dari dermaga ke pulau Lusi sekitar 30 menit untuk jam oprasional Wisata Pulau lusi dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 – 17.00. waktu pengunjung dibatasi maksimal 1,5 jam.

Figure 1.Pulau LusiDokumen Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2018

Awal mula pembentukan Pulau Lusi dilakukan pada tahun 2011 oleh pihak BPLS. Kemudian pada tahun 2014 Banyak pihak yang ingin mengelola diantaranya dari pihak TNI, Pemerintah Daerah, Dinas Pariwisata dan KKP. Pada tahun 2015 kewenangan pengelolaan Pulau Lusi diserahkan kepada pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan dan beberapa masyarakat sekitar yang tergabung dalam POKDARWIS.Pengelolaan dan pemanfaatan barang milik Negara aset Pulau Lumpur Sidoarjo diatur dalam surat Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor B. 535/DJPRL.3/II/2020 tentang. Sehingga berdasarkan surat tersebut KKP mempunyai wewenang penuh dalam pengelolaan Pulau Lusi. Di Pulau Lusi ada beberapa sport untuk mengabadikan foto diantaranya Jembatan Kayu, Gazzebo, Tempat duduk, Pepohonan, dan Hutan Mangrove.

Berdasarkan observasi di lapangan, ekspektasi pengunjung setelah sampai di lokasi wisata Pulau Lusi tidak sesuai yang diharapkan dikarenakanbeberapa fasilitas yang ada di Pulau Lusi tersebut kondisinya saat ini tidak terawat seperti jembatan kayu dan gazebo, juga fasilitas yang kurang memadai seperti toilet dan tempat pembuangan sampah. Dengan adanya kondisi pulau seperti itu pengelolaan Pulau Lusi kurang optimal untuk menarik minat wisatawan.Berdasarkan hasil observasi peneliti bisa dilihat di gambar yang tertera dibawah ini :

Figure 2.Jembatan di Pulau LusiPenulis tahun 2020

Berdasakan gambar di atas bisa dilihat dari awal pembangunan jembatan pada tahun 2018 sampai 2020 tidak mengalami perubahan namun mengalami kerusakan dikarenakan tidak ada campur tangan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pengelolaan wisata pulau lusi tersebut.

Selain itu strategi marketing berupa media sosial juga sangat penting untuk menarik wisatawan. Namun sayangnya tidak adanya di pulau lusi website maupun media sosial yang lainnya.

Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai keterkaitan hubungan pengelolaan destinasi pariwisata, untuk itu penelitian tertarik melakukan penelitian dengan judul : “PENGELOLAAN DESTINASI PARIWISATA PULAU LUSI DI KABUPATEN SIDOARJO”.

Rumusan Masalah

  1. Bagaimanakah Pengelolaan Destinasi Pariwisata Pulau Lusi di Kabupaten Sidoarjo?
  2. Apa sajakah Kendala dalam Pengelolaan Destinasi Pariwisata di Pulau Lusi di Kabupaten Sidoarjo?

Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam peristiwa yang sebenarnya terjadi dengan maksud untuk mendapatkan data-data penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. [1], memutuskan sistem terbaik untuk meninjau teori substantif dan arena lapangan dan mencari korespondensi dengan kenyataan di lapangan. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini dilakukan di Pulau Lusi.Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut dikarenakan Pulau Lusi memiliki masalah mengenai Pengelolahan destinasi wisata. Hal tersebut dinyatakan oleh salahsatu pengelola di pulau Lusi dari pihak KKP.

2. Teknik Penentuan Informan

informan adalah seseorang yang memberikan informasi yang terkait dengan judul penelitian yaitu Pengelolaan destinasi wisata. Informan adalah seseorang atau beberapa orang yang diminta mampu memberikan penjelasan mendalam tentang keadaan pada latar belakang permasalahan yang sudah diuraikan peneliti. [2], tidak meletakkan istilah populasi pada penelitian kualitatif, namun meletakkan situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas. Teknik yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalan purposive sample. Purposive sample dapat diartikan sebagai teknik dalam penentuan sampel dengan melakukan berbagai pertimbangan [3]. Selanjutnya menurut [4] pemilihan sampel pada penelitian berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Pengambilan sampel harus berdasarkan sifat, ciri maupun karakteristik yang merupakan ciri pokok populasi.
  2. Subjek yang akan diambil dan dapat dijadikan sebagai sampel harus benar-benar subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi key informan.

Informan yang berkaitan pada penelitian ini, yaitu :

No Penentu Informan Keterangan Jumlah
1 Staff KKP (Koordinator Pulau Lusi) Key Informan 1
2 Dinas Pariwisata Informan 1
3 Pokdarwis Informan 1
4 BUMDES Desa Kedungpandan Informan 1
5 Warga Lokal Informan 1
Table 1.Data Informan PenelitianData Yang Diolah, 2021

3. Jenis dan Sumber Data

Menurut [5] menyebutkansumber data merupakan subjek darimana bukti didapatkan dan untuk meringankanpeneliti dalam mengidentifikasi sumber data. Yang dimaksudkan dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data didapatkan. Jika dengan wawancara dalam mengumpulkan datanya maka sumber data disebut informan, dan jikadengan observasi maka sumber datanya adalah metode prosedur dari perumusan hingga penyusunan sebuah program. Jika dengan dokumentasi, maka dokumen atau catatannya menjadi sumber data. Dalam penelitian ini sumber data primer berupa observasi dan wawancara dengan para key informan dan informan yang telah disebutkan yang berkaitan dengan Pengelolaan Destinasi Pariwisata. Dan untuk sumber data sekunder pada penelitian ini berupa data dokumen dan foto partisipasi masyarakat dalam Pengelolaan Destinasi pariwisata.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling prioritas dalam penelitian, dikarenakan tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data yang sebenar-benarnya di lokasi lapangan yang menjadi sasaran. Menurut [6] teknik pengumpulan data terbagi menjadi beberapa cara observasi, wawancara, angket serta dokumentasi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui :

a.Observasi

Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek penelitian, sehingga peneliti dapat mengenal kondisi dilapangan. Peneliti melakukan beberapa kali observasi. Tujuan observasi yang dilakukan peneliti untuk mengetahui gambaran tentang perumusan Pengelolaan Destinasi pariwisata pulau Lusi di kabupaten sidoarjo.

b.Wawancara

Dalam [7], wawancara merupakan sebagai konferensi dua orang atau lebih untuk berganti laporan, penjelasan, dan persepsi yang dilakukan dengan prosedur tanya-jawab. Dengan wawancara, peneliti mampu mendeskripsikan hal-hal yang lebih mendalam tentang informan dalam menguraikan situasai yang terjadi. Melalui wawancara, peneliti sudah harus mempersiapkan instrumen penelitian yaitu data-data pertanyaan secara tertulis untuk diajukan dan menulis catatan apa yang sudah diuraikan oleh informan. Materi wawancara meliputi mekanisme tingkat partisipasi masyarakat pada alur perencanaan pembangunan desa.

c.Dokumentasi

Menurut [8] dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa dalam bentuk tulisan, gambarm atau karya-karya monumental seseorang.

5. Alur Kerangka Penelitian

Alur kerangka penelitian yang dijadikan oleh peneliti sebagai titik awal dari peneliti untuk melakukan sebuah penelitian yang bermaksud mencarikan sebuah kesimpulan, solusi dan saran. Permasalahan yang diketahui adalah kurangnya kepedulian pemerintah dalam mengembangkan destinasi pariwisata Pulau Lusi, kurangnya sosialisasi dan informasi pemerintahan desa kepada masyarakat umum. Sehingga berakibat kurang mendapat respon masyarakat (rendah partisipasi).

Dalam memecahkan permasalahan, peneliti menggunakan teoriSherry Arnsteinsebagai pedoman yaitu tingkat partisipasi masyarakat yang bertujuan untuk mendeskripsikan sejauh mana kendala pengelolahan destinasi pariwisata pulau lusi. Dari teori tersebut akan memberikan penjelasan dan jawaban tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam kendala pengelolahan destinasi pariwisata pulau lusi. Kemudian peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk penelitiannya. Sedangkan proses yang akan dilalui peneliti dalam mengumpulkan data adalah dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menganalis datanya, peneliti menggunakan teknik analisis data dari Milles dan Huberman yaitu cara mulai pengumpulkan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dengan penarikan kesimpulan dapat mengetahui dan menjawab permasalahan kajian yang diteliti oleh peneliti. Sehingga peneliti akan mampu memberikan saran dan solusi atas permasalahan yang terjadi.Berikut adalah gambar dari alur kerangka berpikir pada penelitian ini :

Figure 3.Alur Kerangka Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Strategi Pengembangan Objek Wisata Pulau Lusi

Menurut [9] strategi adalah suatu proses penentuan nilai pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaatan sumber daya yang menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindakan yang mengarah pada masa depan. Strategi dapat pula diartikan sebagai rencana atau kebijakan yang dibuat dengan cermat untuk sektor pariwisata sehingga dapat diperoleh hasil maksimal. Pengembangan pariwisata tidak hanya berfokus pada daya tarik wisata, namun juga berkaitan dengan aksesibilitas, maupun sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Menurut Marpaung dalam [10] Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam perjalanan wisatanya, sedangkan prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya untuk mencapai suatu objek wisata.

Faktor internal sarana prasarana yang menjadi faktor pendukung yaitu adanya toilet, tempat parkir yang luas, tersedianya tempat ibadah, adanya jogging track serta gazebo yang dapat digunakan oleh pengunjung di objek wisata Pulau Lusi, sedangkan sarana prasarana yang menjadi faktor penghambat yaitu kondisi dermaga yang perlu diperbaiki agar dapat menjamin keselamatan pengunjung, kelayakan dan ketersediaan perahu bagi pengunjung yang masih kurang, belum adanya toko souvenir serta tidak adanya fasilitas penunjang seperti fasilitas kesehatan, fasilitas komunikasi serta fasilitas penginapan yang disediakan untuk menunjang kenyamanan wisatawan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa objek wisata Pulau Lusi belum mempunyai fasilitas penginapan yang dapat digunakan pengunjung. Fasilitas kesehatan berupa polindes berjarak sekitar jarak 3 Km dari dermaga penyeberangan ke Pulau Lusi dan hanya melayani pada hari-hari tertentu. Fasilitas komunikasi berupa sinyal telepon di objek Pulau Lusi tergolong lemah. Penambahan fasilitas baik dari sarana prasarana maupun fasilitas penunjang lainnya yang terdapat di sekitar objek wisata Pulau Lusi perlu ditambah agar dapat meningkatkan kepuasan wisatawan yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan.

Faktor pendukung berkembangnya objek wisata Pulau Lusi adalah kondisi jalan menuju objek wisata Pulau Lusi yang telah dibangun dengan baik dan dapat dilewati oleh berbagai jenis kendaraan sehingga memudahkan wisatawan yang akan menuju ke objek wisata Pulau Lusi. Kondisi jalan yang baik ini dapat dimanfaatkan untuk menarik wisatawan meskipun jarak objek wisata Pulau Lusi cukup jauh dari pusat Kota Sidoarjo yaitu sekitar 31 Km. Keunikan yang dimiliki oleh Pulau Lusi berupa kawasan ekowisata dapat dimanfaatkan menjadi daya tarik khas yang mampu menarik wisatawan.

[11] mengemukakan bahwa promosi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memberikan informasi tentang suatu produk/jasa. Promosi dapat berpengaruh pada jumlah kunjungan wisatawan karena dengan promosi wisatawan dapat mengetahui dan memperoleh informasi tentang suatu objek wisata yang akan dituju. Aspek promosi dilihat dari tiga hal yaitu media promosi, frekuensi dan jangkauan promosi. Media promosi yang menjadi pendukung dalam faktor internal berupa media sosial instagram, facebook, website maupun dari booklet dan brosur. Frekuensi promosi dan jangkauan promosi menjadi penghambat dalam faktor internal sebab frekuensi promosi yang masih jarang dilakukan serta jangkauan promosi yang belum mencapai luar Provinsi Jawa Timur.

Promosi yang dilakukan untuk pengembangan objek wisata Pulau Lusi dilakukan dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan kawasan ekosistem mangrove yang terdapat di objek wisata Pulau Lusi, sehingga promosi yang dilakukan di objek wisata Pulau Lusi berbeda dengan promosi wisata pada umumnya. Promosi wisata pada umumnya bertujuan menarik sebanyak-banyaknya wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata, sedangkan promosi yang dilakukan untuk pengembangan objek wisata Pulau Lusi dilakukan dengan konsep edukasi untuk pelestarian mangrove, sehingga diharapkan pengunjung yang datang tidakhanya sekedar untuk tujuan wisata, namun juga ikut serta dalam pelestarian ekosistem mangrove dengan cara melakukan penanaman bibit mangrove serta ikut andil dalam menjaga lingkungan sekitarnya.

Peran aktif masyarakat yang tergabung dalam Pokdarwis (kelompok sadar wisata) dengan koordinasi dari Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Sidoarjo yang dibentuk pada awal tahun 2019 menjadi faktor pendukung dalam faktor eksternal, hal ini dapat dilihat dari peran masyarakat yang ikut serta dalam menjaga keamanan parkir serta penarikan tiket masuk menuju objek wisata Pulau Lusi. Tiket masuk yang murah dapat menjadi keunggulan bagi objek wisata Pulau Lusi. Menurut [12] strategi pada prinsipnya berkaitan dengan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan penentuan cara atau metode penggunaan sarana prasarana. Strategi harus didukung oleh kemampuan untuk mendayagunakan kesempatan yang ada.

Menurut [13] Analisis SWOT merupakan identifikasi dari berbagai faktor yang disusun secara sistematis untuk merumuskan strategi. Strategi pengembangan objek wisata Pulau Lusi dapat ditentukan oleh kombinasi antara faktor internal dan faktor eksternal. Analisis SWOT yang digunakan pada objek wisata Pulau Lusi akan membandingkan antara faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan dengan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman sehingga dapat ditentukan strategi yang tepat. Setelah dilakukan identifikasi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan serta digambarkan dalam diagram analisis SWOT.

Prioritas Pengembangan Objek Wisata Pulau Lusi

Prioritas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diutamakan. [14] mendefinisikan pengembangan sebagai usaha memajukan dan memperbaiki atau meningkatkan yang telah ada. Pengembangan dapat diartikan pula sebagai proses untuk memajukan sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa dengan meremajakan atau memelihara yang telah berkembang agar menjadi menarik dan lebih berkembang. Menurut [15] pengembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat sehingga pengembangan pariwisata yang tepat dapat memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun masyarakat sekitar. Prioritas pengembangan objek wisata Pulau Lusi ditentukan dengan menilai beberapa faktor penilaian menggunakan analisis SWOT.

Penilaian dengan cara analisis SWOT mempertimbangkan faktor kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) yang terdapat di objek wisata Pulau Lusi. Menurut [16] alternatif strategi yang telah dihasilkan dari matriks SWOT, diurutkan berdasarkan skor. Skor terbesar dijadikan prioritas strategi pengembangan kegiatan ekowisata. Prioritas utama strategi pengembangan untuk objek Pulau Lusi yaitu dengan meningkatkan promosi diberbagai media promosi dengan pemanfaatan teknologi promosiagar masyarakat dapat lebih mengenal objek wisata Pulau Lusi. Media promosi yang dapat digunakan untuk meningkatkan promosi yaitu dengan memanfaatkan berbagai media sosial seperti instagram, twitter, facebook maupun youtube serta dengan memanfaatkan media cetak seperti majalah, koran, maupun brosur sehingga objek wisata Pulau Lusi dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Potensi keunikan yang dimiliki oleh objek wisata Pulau Lusi sebagai kawasan ekowisata baru di kabupaten Sidoarjo dapat dijadikan selling point untuk dipromosikan ke media online sebab minat masyarakat saat ini mulai beralih ke wisata berbasis alam. Pemanfaatan ekosistem mangrove untukkonsep ekowisata sejalan dengan pergeseran minat wisatawan dari old tourism yaitu wisatawan yang hanya datang melakukan wisata saja tanpa terdapat unsur pendidikan dan konservasi menjadi new tourism yaitu wisatawan yang datang untuk melakukan wisata yang di dalamnya terdapat unsur pendidikan dan konservasi. Pembangunan objek wisata Pulau Lusi sebagai ekowisata diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar baik dari aspek sosial dan ekonomi.

Ditinjau dari aspek sosial, masyarakat dapat merasakan manfaat berupa aksesibilitas yang semakin mudah karena jalan menuju objek wisata Pulau Lusi telah dibangun dengan baik dibandingkan tahun-tahun sebelum Pulau Lusi dikembangkan sebagai kawasan wisata. Secara ekonomi, adanya objek wisata Pulau Lusi dapat menciptakan lapangan pekerjaan berupa kesempatan bagi masyarakat untuk berdagang di area objek wisata Pulau Lusi. Berikut ini merupakan lima prioritas utama pengembangan objek wisata Pulau Lusi di Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo:

a. Meningkatkan promosi di berbagai media promosi dengan pemanfaatan teknologi promosi agar masyarakat dapat lebih mengenal objek wisata Pulau Lusi. Potensi keunikan yang dimiliki oleh objek wisata Pulau Lusi sebagai kawasan ekowisata baru di kabupaten Sidoarjo dapat dijadikan selling point untuk dipromosikan ke media online sebab minat masyarakat saat ini mulai beralih ke wisata berbasis alam. Promosi ini dilakukan dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan ekosistem mangrove di Pulau Lusi, sehingga kegiatan promosi yang dilakukan harus mengusung konsep ekowisata serta pelestarian dan edukasi mangrove agar masyarakat dapat menjaga kelestarian objek wisata Pulau Lusi

b. Memanfaatkan peran Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) agar dapat membantu pengembangan objek wisata Pulau Lusi Memanfaatkan peran Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) agar dapat membantu pengembangan objek wisata Pulau Lusi. Kelompok sadar wisata memiliki peran yang besar dalam pengembangan objek wisata Pulau Lusi karena berusaha untuk mendapatkan bantuan modal dari pihak swasta agar dapat mengembangkan Pulau Lusi menjadi lebih menarik serta membantu dalam menjaga keamanan objek wisata Pulau Lusi.

c. Memperbaiki kondisi dermaga penyeberangan. Kondisi dermaga yang kurang layak yaitu terbuat dari kayu serta besi yang telah berkarat akibat air sungai dapat membahayakan keselamatan pengunjung yang akan menaiki perahu sehingga dermaga penyeberangan ini membutuhkan perbaikan.

d. Memanfaatkan daya tarik wisata yang khas yaitu berupa ekosistem mangrove di kawasanSidoarjo melalui media promosi agar dapat menarik pengunjung dari lokasi yang jauh. Daya tarik yang khas dari Pulau Lusi berupa ekosistem mangrove yang pertama ada di Kabupaten Sidoarjo diharapkan dapat menjadi nilai lebih bagi Pulau Lusi dibandingkan objek wisata lain di Kabupaten Sidoarjo, sebab sebagian besar jenis wisata yang tersedia merupakan wisata buatan, sedangkan minat masyarakat saat ini mengarah kepada wisata alam. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan Pulau Lusi agar mampu bersaing dengan objek wisata lainnya.

e. Penambahan atraksi wisata di objek wisata Pulau Lusi. Atraksi wisata yang dapat dilakukan di objek wisata Pulau Lusi yaitu dengan penambahan kegiatan outbond, penambahan spot foto yang unik maupun dengan penyediaan hummock untuk menarik minat pengunjung.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian akhirnya penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :

  1. Keberadaan Pulau Lusi yang berada di Dusun Tlocor ini memiliki sebuah keunikan sehingga sampai akhirnya pulau tersebut dijadikan sebuah destinasi pariwisata baru yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Sebagaimana dari sejarah kemunculan pulau ini bukanlah hal yang alamiah, melainkan pulaubuatan dari hasil pembuangan limbah lumpur panas yang disebabkan daripengeboranPT.Lapindo Brantas keSungai Porong
  2. Dari hasil penelitian dan observasi kendala dalam Pengelolahan Destinasi Pariwisata di Pulau Lusi di Kebupaten Sidoarjo ada kendala Internal dan ekternal dimana kendala internal pulau yang belum memiliki legalitas dan masih bergantung pada demaga Telocor dan kenndala eksternal Kurangnya permodalan untuk pengembangan pulau lusi, dikarenakan pulau lusi hanya mendapatkan pengunjung dan berapa persen dari penjualan tiket di daerah telocor.

References

  1. Afifudin. 2013. Dasar-dasar Manajemen, (Terje: G.A Ticoalu), CV. Alfabeta,Bandung.
  2. Appley A,Lawrence, Lee,Oey,Liang. 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta. Salemba Empat..
  3. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
  4. Chafid Fandeli. 1995. “Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam”. Liberty Offset, Yogyakarata.
  5. Chikmawati, Nurul Fajri.2018. Pengelolaan wilayah pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia (Dalam Perspektif Perlindungan Hukum bagi Hak-Hak Ekonomi Masyarakat Tradisional).Jurnal Hukum Vol. 4 No.2.
  6. Foster, Douglas. 1985. Travel and Tourism Managemen, London: Macmillan Press LTD
  7. George R. Terry, 2013, Principles of Management. Erlangga, Jakarta
  8. Griffin, Ricky W. 2003.Manajemen, Jilid I. Jakarta : Erlangga.
  9. Harsoyo. 1977. Manajemen Kinerja. Persada, Jakarta..
  10. Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi revisi cetakan ke tiga belas). Jakarta: PT Bumi Aksara
  11. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta : Grasindo
  12. Laksmi, Fuad dan Budiantoro. 2008. Manajemen Perkantoran Modern. Jakarta: Penerbit Pernaka
  13. Mary Parker Follet, 2007. Manajemen. Jakarta: Indeks.
  14. Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.
  15. Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung
  16. Oktadesia, Ryan Andhikautami. 2020. Studi Keberhasilan Pengelolaan Objek Wisata Pantai Pandawa Oleh Bumda Kutuh. Jurnal Stupa. Vol.2, No.1.