Arts and Heritage Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v13i0.827

Narrative Analysis of Entertainment World Criticism on Pretty Boys Film


Analisis Narasi Kritik Dunia Hiburan pada Film Pretty Boys

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Narrative Analysis Entertainment World Critic

Abstract

Film is a product of innovation from the media. In the film there are educational values, information, persuasion and entertainment that have meaning for the viewer. Films can also be a means for filmmakers to convey messages in the form of storylines and then turn them into scenes in the narrative. The researcher discusses the analysis of narrative and dialogue in the film "Pretty Boys". this film highlights the behavior of the homeland entertainment industry which places kemayu traits in men, as selling the television industry to boost ratings, in the film also shows behavior that is less prosperous for their talents. This type of research uses a qualitative method of narrative analysis using the actan model proposed by Algirdas Greimas. The characters in the narrative occupy their respective positions and functions which are divided into six actants, namely, sender, subject, object, helper, opponent, receiver. From the results of the analysis above, it can be seen that the structure of the actants in the Pretty Boys film has fulfilled all the stages. The results of the presentation show that the welfare of talent in the entertainment world is greatly sacrificed even though the program rating is already high for the benefit of the television station itself. The results of the analysis also show that Anugerah's character in this film plays an important role in moving the story. Anugerah's character actor always appears in every scene in this film. This shows that the welfare of talent in the entertainment world is being sacrificed even though the program rating is already high for the benefit of television stations. The suggestion that the researcher wants to give about the results of this study is that people do not assume that the entertainment world workers are always happy as shown on television.

Pendahuluan

Film merupakan produk inovasi dari media. Dalam film terdapat nilai edukasi, informasi, persuasi dan hiburan yang mempunyai makna untuk pemirsanya [1]. Film juga kini dapat menjadi sarana bagi pembuat film dalam menyampaikan pesan-pesan khusus atau tertentu yang diubah menjadi objek visual dalam bentuk alur cerita yang kemudian diubah menjadi adegan-adegan dalam narasi [2]. Film juga sama halnya dengan media massa yang lainya, mempunyai peran dan pengaruh bagi Pemirsanya [3]. Dalam film yang fiksi sekalipun banyak terdapat pesan dan pelajaran yang bisa kita ambil dan pelajari disampaikan pada khalayak dengan mudah [4].

Penyampaian pesan pada sebuah film kepada komunikan dapat dilihat dari sisi sudut pandang narasi yang sedang digunakan. Ini karena narasi berkaitan langsung dengan cara menyampaikan cerita, cara fakta dalam sebuah film diperlihatkan kepada penontonnya [5].

Karena itu peneliti ingin membahas suatu film dari analisis narasi dan dialog pada film “Pretty Boys”. Pretty Boys sendiri mempunyai arti anak laki-laki yang cantik. Yang mana seharusnya sifat cantik adalah sifat alamiah perempuan. Hal ini juga menjadi salah satu pemicu sebuah pertanyaan mengapa judul film tersebut jika diartikan memberikan sesuatu impresi yang janggal. cerita dalam film ini mampu mengubah pandangan orang tentang dunia hiburan di Indonesia.

Film 'Pretty Boys' ini mengisahkan tentang dua sepasang sahabat bernama Anugerah yang diperankan oleh Vincent Rompies dan Rahmat yang diperankan oleh Deddy Mahendra Desta yang ingin merantau ke Jakarta. Hal tersebut dilakukan oleh kedua sahabat tersebut demi sebuah ambisi yaitu, menjadi pembawa acara televisi. Selain menceritakan tentang mimpi dan perjalanan Anugerah dan Rahmat, film ini juga sebenarnya cukup menyoroti perilaku industri hiburan tanah air yang menempatkan pembawaan seperti wanita pada lelaki, sebagai jualan industri pertelevisian demi mendongkrak rating, adanya penonton bayaran yang ditugaskan sebagai pemeriah dengan cara tepuk tangan dan tertawa sesuai instruksi dari salah satu tim sukses dari acara tersebut.

Tidak hanya itu. di industri pertelevisian digambarkan dalam film tersebut menunjukkan adanya perilaku yang kurang mensejahterakan talentanya, seperti dilarang mengambil cuti, penghasilan yang kurang sesuai dengan tingginya rating acara, itu pun masih dipotong pajak yang cukup besar. Dalam film tersebut juga digambarkan bahwa di dunia industri hiburan, talentanya diperlakukan kurang mengenakkan oleh Penggemarnya, seperti kesan tidak mau memperdulikan akan kondisi sang idola, entah itu sedang berada dalam sebuah masalah, maupun kondisi talenta yang sebenarnya tidak murni kemayu.

Metode Penelitian

Menurut Eriyanto dalam bukunya yang berjudul “Analisis Naratif Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Berita Media” menyebutkan bahwa Teori Model Aktan Greimas yaitu melihat keterkaitan antara karakter satu dengan lainnya sebagai bagian terpenting dalam menganalisa sebuah narasi [6]. Untuk dapat menerapkan teori naratif model aktan Algirdas Greimas, diperlukan penguraian dari tiap-tiap adegan yang terdapat pada film tersebut. kemudian barulah penguraian model aktan yang membangun narasi, hal itu mencakup objek, subjek, pengirim, penerima, pendukung, dan penghalang [7]

A. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian

Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah Analisis Naratif dengan metode Greimas yang menggunakan model Aktan. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah film karya Tompi yang berjudul Pretty Boys.

B. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah beberapa informasi yang telah didapat untuk menunjang suatu penelitian [8]. Data didapat dengan cara menonton film tersebut dan mengamati setiap pesan yang terkandung pada film yang kemudian dibuat menjadi sebuah teks film yang lalu dianalisis menggunakan analisis naratif menggunakan model aktan Algirdas Greimas yang menyebutkan bahwa setiap karakter mempunyai relasi atau hubungan yang mana itu menjadi bagian penting dari penyampaian pesan [9].

C. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model aktan yang dikemukakan oleh Algirdas Greimas. Dengan metode penelitian kualitatif, model aktan. Untuk dapat menerapkan teori naratif model aktan Algirdas Greimas, diperlukan penguraian adegan-adegan yang terdapat pada film. Pada setiap adegan tersebut, kemudian dilakukanlah penguraian model enam aktan yang membangun narasi, enam aktan tersebut terdiri dari objek, subjek, pengirim, penerima, pendukung, dan penghalang [10]. Dari enam skema aktan yang telah melalui proses penguraian pada tiap adegan, telah ditemukan peranan tiap karakter pada film tersebut dalam membangun cerita dan penyampaian pesan.

Hasil dan Pembahasan

SKENARIO FILM PRETTY BOYS

Adegan Jadi Penonton Bayaran (19.05 – 19.50)

INT. STUDIO KEMBANG GULA

Rahmat dan Anugrah duduk di bangku penonton. Sebelum acara dimulai, mereka berbincang. Rahmat menunjuk ke arah set panggung.

RAHMAT: “Suatu saat nanti, kita yang ada disana Nu!”

Anugrah melamun membayangkan masa kecilnya yang sedang menonton program televisi yang kemudian memotivasi dia dan Rahmat untuk melakukan hal yang sama.

KOKO: “Selamat sore, ketemu lagi sama saya Koko tentunya hanya di Kembang Gula, manis.. manis.”

Penonton mengikuti instruksi crew agar kedua telunjuknya memegang pipi seraya mengucapkan kata manis sebanyak 3 kali

Adegan Saat Memilih Talent Kuis dan Adegan Kemayu (22.03 – 25.15)

Koko memanggil Roni, memintanya memilih satu penonton bayaran untuk naik ke atas panggung saat kuis dimulai.

COCO: “Cong sindang capcus. Comot satu penonton yang cucok meong buat kuis nanti ya. Siapa tahu bisa dibungkus”

Roni muai melihat ke arah penonton, lalu menunjuk diantara Rahmat dan Anugrah.

RONI: “Yeay. Nanti yeay pas ditunjuk kuis, yeay turki yaa. Yang seru! Awas kalau gak seru”

ANUGRAH: “Ahh… Mati Mat. Lo aja deh”

RAHMAT: “Kok mati sih?”

ANUGRAH: “Lo aja deh!”

RAHMAT: “Loh kok gue. Tuh raja mendoan maunya lo!”

ANUGRAH: “Mendoan?”

RAHMAT: “Yakan lemes dia. Ayo ni kesempatan Nu”

ANUGRAH: “Ah mat kesempatan apaan?”

RAHMAT: “Satu TV tuh isinya muka lo doang Nu. Kapan lagi, ini kesempatan. Ayo mainkan”

Segmen untuk kuis telah dimulai. Sesuai rencana, Koko akan menunjuk Anugrah untuk naik ke atas panggung.

KOKO: “Kembali lagi di kembang gula”

KOKO: “Siapa yang mau uang lima ratus ribu rupiah? Siapa? Siapa? Ya kamu, yang pakai jaket.”

KOKO: “Nah kamu iya yang kayak anak band. Capcus sindang sini jangan malu-malu.”

KOKO: “Tepuk tangan dong!”

KOKO: “Simak baik-baik pertanyaannya”

KOKO: “Nunggu yaa?”

KOKO: “Pertanyaannya adalah apa nama lain dari colokan listrik?”

Host memberi pertanyaan kepadanya. Anugrah melihat sekelilingnya, beberapa saat dia tidak bisa mendengar suara apapun sekalipun Rahmat berteriak kepadanya.

RAHMAT: “Nu.. Nu.. Nu jawab Nu! Nu jawab Nu jawab!”

Tidak butuh waktu lama, Anugrah mencoba memberanikan diri menjawab dengan gayanya seperti perempuan. Menjawab dengan suara manja, tangannya memukul pelan lengan host. Kemudian Anugrah memanggil Rahmat untuk menjelaskan jawaban diatas panggung. Dengan gaya yang sama kemayu-nya, seketika suasana studio menjadi ramai.

ANUGRAH: “Yaaaaa… Akikah kesel. Masa pertanyaannya kayak gitu deh. Eeeeh rempoongg.”

Anugrah berlari kecil kearah kanan kemudian kembali ke kiri. Kedua tangannya memukul-mukul pelan lengan host. Sementara Host terlihat sedikit terkejut sambil menengok ke kiri.

KOKO: “Ternyata amphibi juga”

ANUGRAH: “Eke tahu jawabannya. Jawabannya mantan. Ih biar temen eke yang jelasin ya. Mathew! Sini! Sini! Mat! Sini!! Nih deseu mau jelasin semuanya, sini!”

KOKO: “Ohh beraninya keroyokan”

ANUGRAH: “Hai. Sikaatt”

Rahmat memasuki set panggung. Berlari kecil sambil melambaikan tangan.

RAHMAT: “Apa? Apa?”

ANUGRAH: “Ehh kejauhan. Sini yeay jelasin deh”

RAHMAT: “Kenapa mantan? Soalnya kalau namanya mantan, kita tuh ngapain masih telfonan? Whatsapp-an? Ngapain? Namanya mantan harus…”

Rahmat dan Anugrah saling berhadapan. Tangannya sama-sama melambai dan menjawab dengan heboh. Mereka bertepuk tangan sambil loncat-loncat ditempat.

RAHMAT DAN ANUGRAH: “Stop kontaaaakk”

Adegan Dapat Kesempatan Masuk TV (27.25 – 29.00)

INT. STUDIO KEMBANG GULA

Rahmat dan Anugrah duduk berhadapan dengan Bayu. Keduanya nampak memperhatikan Bayu dan Roni berdiskusi mengenai perjanjian kerjasama. Setelah dijelaskan dan hampir deal, Bayu mengajukan satu syarat yang membuat mereka sedikit terkejut.

BAYU: “Segala urusan administrasi, Roni yang urus. Dan Ron, pastiin mereka nggak telat ya besok on time jam delapan. Tapi saya punya satu syarat.”

ANUGRAH: “Apa itu mas?”

BAYU: “Harus mempertahankan karakter kalian yang…”

Menjelaskan sambil menekuk pergelangan tangannya ke bawah.

Rahmat dan Anugrah nampak sedikit bingung

ANUGRAH: “Tapi, mas…”

BAYU: “Itu yang tadi di set”

RAHMAT: “Oh yang itu, itu belum seberapa Mas Bay. Kita bisa lebih ekstrim”

Anugrah sedikit tidak terima atas ucapan Rahmat. Ia menepuk lengan Rahmat.

BAYU: “Bagus!”

Adegan Penghasilan Kurang Sesuai (39.50 – 40.35)

INT. RUANG TUNGGU STUDIO

Koko memasuki ruang tunggu dan menggebrak pintu.

KOKO: “Pokoknya aku nggak mau syuting! Gak mau syuting!”

BAYU: “No.. no.. listen.. listen. Sabar, sabar, sabar oke kali ini aku janji. Aku yang akan fight sendiri ke bos-bos untuk nego mendekati angka yang kamu mau, ya?”

KOKO: “Mendekati angka yang aku mau?

Koko tertawa sarkastik.”

KOKO: “Angka yang aku kasih itu udah bagus! Terus mau ditawar? Haloo.. Kamu harus tahu dong aku ini jiwanya dan soul dari cara ini!”

BAYU: “Justru aku tahu kamu soul dari acara ini, makanya…”

KOKO: “Makanya belain, kan yey juga dibala-bala sama eike. Dah nek..”

Koko merobek kertas perjanjian lalu pergi meninggalkan ruangan. Bayu mengejar host.

Adegan Impian Anugrah dan Rahmat (57.48 – 58.08)

INT. RUANG TATA RIAS

Anugrah melamun sambil melihat kaca dan memikirkan percakapannya dengan Rahmat di masa kecil. Rahmat dan Anugrah kecil sedang berdiskusi tentang pekerjaan apa yang bisa membawa mereka masuk televisi

RAHMAT: “Pembawa acara?”

ANUGRAH: “Bisa terkenal tahu!”

RAHMAT: “Kenapa nggak nge-band aja? Eh jangan deh, kata Pak Ustadz music itu haram.”

ANUGRAH: “Nah kan mending jadi pembawa acara aja. Bisa kaya loh, Mat!”

RAHMAT: “Bisa kaya?”

ANUGRAH: “Oh iya dong!”

RAHMAT: “Kalau kaya baru aku mau.”

Adegan Perlakuan Penggemar (58.10 – 58.38)

INT. LORONG STUDI KEMBANG GULA

Anugrah berjalan gontai, membawa tas di pundak kanan dan tertunduk lesu. Tiba-tiba ada dua orang mendekati Anugrah.

PENGGEMAR 1: “Mas Anugrah.. Mas Anugrah. Selfie dulu dong”

Sementara Penggemar yang satunya, meminta difotokan dan Ia memeluk Anugrah

PENGGEMAR 2: “Aku juga pengen foto bareng. Pakai kameraku ya kak. Cong, cong fotoin dong cong. Ah my angel, my inspiration”

Anugrah merasa tidak nyaman dan menepisnya. Lalu dua orang tersebut pergi dan Anugrah menatap punggung mereka.

Adegan Dilarang Ambil Cuti (1.00.07 – 1.01.00)

INT. BACKSTAGE KEMBANG GULA

Bayu, Roni dan Rahmat sedang duduk di ruang tunggu. Kemudian Anugrah datang menghampiri Bayu lalu mengatakan bahwa ia ingin meminta cuti.

ANUGRAH: “Mas Bay, aku mau cuti ya seminggu. Mau pulang kampung”

Setelah mendengar hal tersebut, mereka menoleh terkejut ke arah Anugrah. Mereka tampak marah dan menghentikan aktivitas masing-masing. Bayu dan Roni melarang sekaligus protes.

BAYU: “Pulang? Pulang gimana maksudnya?”

ANUGRAH: “Gue capek banget Mas Bay. Gue pengen break. Seminggu aja Mas, please.”

BAYU: “Ini acara stripping loh. Siapa yang gantiin, Nu?”

RONI: “Nu.. nu.. nu.. nu. Yeay tuh sekarang lagi diatas. Jangan di-break-in gini dong Nu. Ibarat kapal lagi berlayar, kita tuh lagi dapet angin Nu”

RAHMAT: “Tau lo Nu. Lo mau ngapain sih pulang kampung? Di kampung gak ada apa-apaan, Nu. Lagian gak ada yang peduli sama kita.”

Rahmat turut kesal dan menghentakkan kakinya ke lantai.

4.3 SKEMA AKTAN GREIMAS DI FILM PRETTY BOYS

Adegan 1

Sender : Ingatan masa kecil Anugrah

Sender atau pengirim dalam skema ini adalah ingatan masa kecil Anugrah.

Subjek : Program TV

Sedangkan program TV yang ditonton oleh Rahmat dan Anugrah menjadi subjek pada skema, yang nantinya akan menjadi pemicu untuk tokoh mencapai objek.

Objek : Masuk TV

Objek skema disini adalah Masuk TV. Sesuai dengan yang tertera dalam skrip yaitu masuk TV adalah menjadi tujuan utama bagi sender.

Helper : Kondisi menjadi penonton bayaran

Kondisi yang dimaksudkan adalah kondisi yang membuat Rahmat dan Anugrah semakin dekat untuk mencapai impiannya.

Opponent : Koko

Dalam skema ini yang berperan sebagai opponent adalah Koko. Hal ini disebabkan oleh pembawaan Koko yang terkesan kemayu saat menjadi pembawa acara.

Receiver : Rahmat dan Anugrah

Kedua tokoh ini menjadi penerima karena Rahmat dan Anugrah lah yang memiliki mimpi untuk berada dalam suatu program televisi. Hal ini selaras dengan objek yang dipaparkan yaitu masuk TV.

Adegan 2

Sender : Koko

Koko berperan sebagai sender. Dimana telah tertulis bahwa Koko yang memiliki ide untuk memilih salah satu penonton bayaran untuk naik ke atas panggung sebelum kuis secara langsung dimulai.

Subjek : Roni

Sedangkan penggerak dari ide yang dikirim oleh sender adalah subjek dari skema yaitu Roni. Roni yang akan memilih salah satu penonton (yang akan menjadi objek skema ini) untuk naik ke atas panggung.

Objek : Penonton

Objek dari skema ini adalah penonton yang akan dipilih oleh Roni. Penonton menjadi tujuan utama dari sender untuk naik ke panggung dan meramaikan suasana saat acara berlangsung nanti.

Helper : Rahmat

Karakter dari tokoh ini adalah sebagai helper yang mana ia menjembatani antara kebutuhan sender dan subjek untuk mencapai objek yang diinginkan pada skema tersebut. Dipaparkan dalam skrip bahwa Rahmat memotivasi Anugrah untuk segera menjawab pertanyaan dan tampil diatas panggung.

Opponent : Anugrah

Yang berperan sebagai Penentang disini adalah Anugrah. Dimana ketika Anugrah dipilih oleh Roni, dia sempat melamun dan ragu-ragu untuk tampil.

Receiver : Anugrah

Untuk posisi penerima adalah Anugrah. Hal ini dikarenakan dibalik keragu-raguannya yang sempat menentang sender, Anugrah akhirnya memberanikan diri dengan naik ke atas panggung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberi oleh sender.

Adegan 3

Sender : Bayu

Dari Adegan ketiga pada film Pretty Boys ini yang bertindak sebagai sender adalah Bayu. Diceritakan bahwa Bayu membuat perjanjian kerjasama, mengajukan syarat tertentu dan berencana mengurus semua administrasi yang diperlukan.

Subjek : Roni

Untuk karakter ini, Roni bertindak sebagai subjek. Roni melaksanakan tugas-tugas dari Bayu yang berlaku sebagai sender.

Objek : Rahmat dan Anugrah

Kedua tokoh ini menjadi objek dalam skema dikarenakan tujuan kerjasama yang diajukan oleh Bayu yaitu mengajak Rahmat dan Anugrah untuk menjadi pembawa acara. Dengan begitu, Rahmat dan Anugrah mendapat kesempatan untuk masuk program televisi.

Helper : Rahmat

Rahmat menjadi helper/penolong di skema ini. Rahmat lah yang bertindak untuk meyakinkan Anugrah agar menerima tawaran kerjasama dengan Bayu.

Opponent : Anugrah

Seperti yang telah dipaparkan dalam skrip, Anugrah sempat hendak menentang atau ragu-ragu terhadap syarat kerjasama yang diajukan oleh Bayu kepadanya dan Rahmat.

Receiver : Program Tv

Program TV merupakan receiver dalam skema ini. Hal ini disebabkan Program TV ini yang akan menerima objek dalam skema yaitu Rahmat dan Anugrah.

Adegan 4

Sender : Koko

Karakter Koko dalam segmen ini menjadi sosok sender dikarenakan dialah yang menjadi pusat atau ide jalannya sebuah cerita, dimana dia juga mengutus Bayu sebagai subjek untuk mendapatkan keinginan Koko, yaitu nominal gaji yang sesuai dengan keinginan Koko.

Subjek : Bayu

Karakter Bayu dalam segmen ini menjadi subjek karena Bayu adalah pelaksana dari ide cerita, digambarkan bahwa Bayu menjadi perantara antara Koko dan Bos-bos untuk mendapatkan objek yaitu nominal gaji yang sesuai dengan keinginan Koko.

Objek : Nominal Gaji

Objek dalam segmen ini adalah nominal gaji, karena nominal gaji yang sesuai dengan keinginan Koko adalah hal yang menjadi tujuan atau hal yang diinginkan oleh sender atau Koko itu sendiri

Helper : Bos-bos

Pada segmen ini, helper adalah Bos-Bos. Karena Bos-bos inilah yang bisa membantu Sender atau Koko untuk mendapatkan objek atau nominal gaji yang sesuai dengan keinginan Koko.

Opponent : Negosiasi

Yang menjadi Opponent dalam segmen ini adalah perihal negosiasi, karena seperti yang tertulis diatas, keadaan menggambarkan bahwa proses Sender mendapatkan Objek terhambat oleh negosiasi yang cukup alot sehingga membuat Sender tidak mendapatkan apa yang dikehendaki.

Receiver : Koko

Receiver dalam segmen ini adalah Koko juga, karena tujuan keinginan untuk menaikkan gaji itu berujung kembali kepada Koko juga, Koko yang menerima objek.

Adegan 5

Sender : Anugrah

Anugrah dalam segmen ini menjadi sender karena Anugrah yang menjadi penggerak cerita, dengan memulai mengingat lagi bahwa dialah yang mengajak Rahmat untuk berjuang agar bisa masuk tv.

Subjek : Rahmat

Rahmat disini menjadi subjek karena Rahmat adalah orang yang menerima ajakan Anugrah untuk masuk tv dan memikirkan pekerjaan apa yang cocok agar Anugrah bisa masuk Tv.

Objek : Masuk TV

Disini objek adalah masuk tv, karena kondisi Anugrah atau sender yang ingin masuk tv agar bisa terkenal dan kaya.

Helper : Pekerjaan Host atau Band

Disini helper adalah jenis pekerjaan yang dapat menunjang keinginan Rahmat dan Anugrah untuk masuk tv, yaitu menjadi Host atau bermain Band.

Opponent : Kata Pak Ustadz Musik Itu Haram

Disini yang menjadi penghalang atau opponent adalah perkataan ustadz bahwa music itu haram, yang menjadikan mereka berpikir ulang dan memutuskan untuk memilih berkeinginan menjadi host saja sebagai sarana mereka untuk masuk tv.

Receiver : Rahmat dan Anugrah

Yang menerima objek disni adalah Kembali kepada Rahmat dan Anugrah karena merekalah sendiri lah yang berkeinginan untuk masuk tv, bukan ingin mengorbitkan orang lain.

Adegan 6

Sender : Penggemar A

Pada segmen ini Sender adalah Penggemar A karena Penggemar ingin mendapatkan foto dengan idolanya yaitu Anugrah dan yang menjadi penggerak cerita pada segmen ini.

Subjek : Anugrah

Subjek pada segmen ini adalah Anugrah karena dialah orang yang bisa memberikan apa yang diinginkan oleh sender atau Penggemar A

Objek : Foto dengan Anugrah

Objek pada segmen ini adalah berfoto bersama Anugrah, karena dalam cerita itu, Penggemar A ingin mendapatkan foto bersama Anugrah. Dan ini menjadikan Berfoto bersama Anugrah adalah objek.

Helper : Penggemar B

Penggemar B menjadi helper karena Penggemar B menjadi pembantu pewujud keinginan sender dengan menjadi orang yang mengambil foto berdua antara Penggemar A dengan Anugrah

Opponent : Ketidaknyamanan Anugrah

Opponent atau penghambat dalam segmen ini adalah rasa tidak nyaman Anugrah yang diperlakukan seperti seseorang banci yang sebenarnya dalam ajakan berfoto bersama tersebut. dan dia juga sedang dalam kondisi perasaan yang kurang baik

Receiver : Penggemar

Yang menjadi Receiver atau penerima keinginan sender adalah Penggemar A itu sendiri, karena dia jugalah yang menginginkan untuk mendapatkan foto bersama Anugrah.

Adegan 7

Sender : Anugrah

Disini yang menjadi penggerak cerita atau sosok pengirim adalah Anugrah karena dia yang menginginkan cuti dari pekerjaannya dalam waktu seminggu.

Subjek : Bayu

Subjek pada segmen ini adalah Bayu karena Bayu adalah orang yang bisa memberikan keinginan Anugrah, yaitu cuti satu minggu.

Objek : Cuti

Objek pada segmen ini adalah cuti karena cuti adalah hal yang diinginkan Sender atau dalam segmen ini yaitu Anugrah.

Helper : Rasa Lelah Anugrah

Hal yang bisa membantu Anugrah atau sender untuk mendapatkan cuti adalah rasa lelah dari Anugrah yang mungkin bisa membantu meyakinkan Bayu untuk memberinya cuti.

Opponent : Rahmat dan Roni

Yang menjadi penghambat atau opponent pada segmen ini adalah Roni dan Rahmat, karena mereka yang mengompori Bayu agar keinginan Anugrah tidak dituruti dan berusaha meyakinkan Anugrah untuk tidak mengambil cuti.

Receiver : Anugrah

Penerima dalam segmen ini adalah Anugrah karena dialah yang menginginkan dan seharusnya mendapatkan cuti tersebut.

Kesimpulan

Film merupakan produk inovasi dari media. Dalam film terdapat nilai edukasi, informasi, persuasi dan hiburan yang mempunyai makna untuk pemirsanya. Film juga kini dapat menjadi sarana bagi pembuat film dalam menyampaikan pesan-pesan khusus. Film juga sama halnya dengan media massa yang lainya, mempunyai peran dan pengaruh bagi pemirsanya.

Film ini menceritakan tentang mimpi dan perjalanan Anugerah dan Rahmat, film ini juga sebenarnya menyoroti perilaku industry hiburan tanah air yang menempatkan pembawaan seperti wanita pada lelaki, sebagai jualan industry pertelevisian demi mendongkrak rating. Tidak hanya itu di industry pertelevisian dalam film tersebut menunjukkan adanya perilaku mensejahterakan talentanya, seperti dilarang mengambil cuti, penghasilan yang kurang sesuai dengan tingginya rating dan masih dipotong pajak yang cukup besar.

Berdasarkan hasil analisis naratif Greimas terhadap film Pretty Boys dapat disimpulkan bahwa ada 6 aktan yaitu sender, subjek, objek, helper, opponent, receiver. Yang terbagi dalam 7 adegan di film ini. Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa struktur aktan dalam film Pretty Boys sudah memenuhi semua tahapannya.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tokoh Anugerah pada film ini berperan penting dalam menggerakkan cerita. Aktan tokoh Anugerah selalu muncul di tiap adegan di film ini. Dari hasil pemaparan adegan diatas menunjukkan bahwa kesejahteraan talenta di dunia hiburan sangat dikorbankan walaupun rating program sudah tinggi demi keuntungan stasiun televisi itu sendiri.

References

  1. Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta : Homerian Pustaka
  2. Mustaghfiro, Laili. 2018. Analisis Naratif Nilai Sosial Film My Stupid Boss.
  3. Surabaya : Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
  4. Eriyanto. 2013. Analisis Naratif Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media. Jakarta : Penerbit Kencana
  5. Salverosari, Chretovora Vera. 2018. Analisis Struktur Naratif Serial Petualangan di
  6. Negeri Awan Karya Eddy Supangkat:Perspektif AJ Greimas. Yogyakarta:
  7. Universitas Sanata Dharma
  8. Rahmah, Atik Sukriyati. 2014. Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa.
  9. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
  10. Maulana, Aziz, dan Catur Nugroho. 2018. Nasionalisme Dalam Narasi Cerita Film.
  11. Bandung : ProTVF, Volume 2, Nomor 1, Maret 2018, Hal. 37-49