Village Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v11i0.810

Relationship between Spiritual Intelligence and Marital Satisfaction on Wives


Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Kepuasan Perkawinan pada Istri

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Spiritual Intelligence Marital Satisfaction

Abstract

This study aims to determine the existence of marital satisfaction problems for wives in the village ofPackaging, Krian sub-district, Sidoarjo district. This research method is correlational quantitative with the subject of the wife who is included in the category of early adulthood totaling 161. Determination of the subject using purposive sampling technique where sampling is done by considering certain characteristics. The variables in this study were spiritual intelligence and marital satisfaction. The data collection in this study used two psychological preparation scales, namely the Likert scale for the variables of spiritual intelligence and marital satisfaction made by the researcher. The hypothesis in this study is that there is a positive relationship between spiritual intelligence and marital satisfaction for wives in Packaging Village. Analysis of the data in this study using statistical test of product moment correlation with the help of SPSS 18 for Windows. The results of this study indicate that there is a positive relationship between spiritual intelligence and marital satisfaction for wives in Packaging Village with a value of r = 0.434 with a significance value of 0.000 (P <0.05). This means that there is a significant relationship between spiritual intelligence and marital satisfaction for wives in Packaging Village. So, the results of the initial hypothesis that the researcher proposes can be accepted.

Pendahuluan

Dalam rentang fase hidup manusia pasti melewati beberapa tahapan yang harus di lalui dan dipenuhi. Salah satu tahapan yakni tahapan perkembangan pada usia dewasa awal, perkembangan dewasa awal dimulai sejak usia 18 tahun – 40 tahun [1] . Pada usia dewasa awal ada beberapa tugas untuk bisa dilalui dan harus dipenuhi. Beberapa tugas perkembangan tahap dewasa ini dipusatkan pada harapanan masyarakat dan juga mencakup suatu hal yang harus dikerjakan dan menjadi mata pencaharian, memiliki pasangan, menjalani hidup sebagai suami-istri, memiliki keluarga, memiliki anak-anak, dan juga membina sebuah sebuah rumah tangga [1].

Karakteristik dari dewasa awal antara lain, memulai fase tahap pengaturan, siap dalam hal reproduksi, masa bermasalah, ketegangan secara emosional, persaingan sosial, kebergantungan, perubahan pada suatu nilai, menyesuaian diri dengan cara memulai hidup baru dan juga masa kreatif [1]. Bagi seorang wanita yang menginjak usia dewasa awal biasanya lebih terfokus pada tugas-tugas membangun rumah tangga dan menikah. Berdasarkan UU No. 1 tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa perkawinan ialah suatu keterikatan lahir dan batin, seorang pria dan juga seorang wanita sebagai pasangan suami dan istri yang memiliki tujuan untuk membentuk sebuah keluarga baru atau rumah tangga yang bahagia berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap pasangan mengharpkan rumah tangganya berjalan baik dan harmonis, namun tidak semua perwakinan berjalan mulus begitu saja, ada saja masalah yang terjadi, sehingga banyak pasangan yang memutuskan bercerai karena sudah merasa tidak cocok dan tidak merasa puas dengan perkawinanya.

Marak terjadi perceraian dikalangan artis yang terjadi pada salah satu anak pengacara kondang dan seorang hafidz muda, mereka akhirnya memustuskan bercerai ketika masih dalam usia pernikahan jagung yang hanya beberapa bulan saja. Pada saat itu wanita baru berusia 18 tahun dan laki-lakinya berusia 20 tahun. Hal ini juga banyak terjadi di Kabupaten Sidoarjo yang mana angka perceraian semakin meningkat di setiap tahunya. Pada 2017 lalu, angka perceraian mencapai 4.728. Jumlah itu naik dari tahun 2016 yang hanya sebanyak 4.471 kasus [2]. Dari hasil pencarian data yang sudah dilakukan oleh peneliti, di KUA Kecamatan Krian, pada tahun 2019 terhitung mulai bulan Januari sampai dengan Oktober angka percerian mencapai 60 kasus, 37 diantaranya penggugat cerai adalah istri, dan 23 lainya adalah talak yang diajukan oleh pihak suami.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya perceraian, salah satu alasanya yaitu banyak pasangan yang merasa tidak puas dengan perkawinanya, [3] mengartikan kepuasan perkawinan sebagi kemampuan seseorang untuk menghadapi juga memecahkan masalah yang berhubungan dengan kejiwaan, kecerdasan, nilai juga batinya sebagai dasar seseorang untuk melihat bagaimana jalan hidup orang tersebut akan [4]. Kepuasan perkawinan merupakan suatu cara pandang meliputi kehiduap rumah tangga seseorang yang di lihat dari besar kecilnya kesenangan atau kebahagiaan pada kurun waktu tertentu. Namun kepuasan perkawinan juga didasari oleh beberapa faktor, yakni salah satunya ialah sebuah kecerdasan spiritual [5].

Kepuasan perkawinan sebagai evaluasi suami dan istri terhadap kehidupan perkawinanya dilihat dari aspek-aspek dalam perkawinan meliputi a) Komunikasi dua arah b) Orientasi Keagamaan c) Aktivitas diwaktu senggang d) Memahami dan menyelesaikan Konflik e) Pengelolahan Keuangan f) Hubungan Seksual g) Menjalin hubungan yang baik antara keluarga dan teman-teman h)Pengasuhan Anak-anak i) Kepribadian j) Kesetaraan peran [6].

Banyak faktor yang memperngaruhi kepuasan perkawinan, salah satunya adalah agama atau kecerdasan spiritual [7] Kecerdasan spiritual berperan penting dalam kepuasan perkawinan, karena seseorang dapat mempengaruhi pola pikir serta perilakunya di dalam kehidupan perkawinanya. Kecerdasan spiritual merupakan suatu cara individu dalam menghadai lalu menyelsaikan problem yang ada kaitanya dengan kejiwaan, dan juga batin [3]. Menurut [8] menyatakan bahwasanya kecerdasan spiritual ialah sebuah kecerdasan individu yang dilakukan untuk berhubungan dengan Tuhanya.Kecerdasan spiritual menjadi salah satu yang dibutuhkan di dalam perkawinan, karena bersumber pada pancasila, sila pertama yakni ketuhanan Yang Maha Esa, ketika seseorang dapat mengimani atapun meyakini keberadaan Tuhan maka dapat di implementasikan di kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan fenomena dan penelitian di atas, peneliti ingin mengetahui dan melakukan penelitian tentang hubungan kecerdasan spiritual dengan kepuasan perkawinan pada istri di desa Kemasan

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan variabel lainnya [9]. Populasi dalam penelitian ini yaitu istri yang berada dalam kategori usia dewasa awal yang berjumlah. Sampel penelitian berjumlah 161 orang yang dipilih menggunakan tabel dengan taraf signifikasi 5%.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu [10]. Penggunaan teknik purposive sampling dikarenakan hanya menggunakan sampel istri yang berada dalam kategori usia dewasa awal . Teknik pengumpulan data yang digunakan iadalah skala psikologi berupa skala kecerdasan spiritual dan skala kepuasan perkawinan dengan model skala likert yang dibuat oleh peneliti. Analisis datai menggunakan teknik korelasi product moment darii Pearson dengan bantuan SPSS 18.0 for windows.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kepuasan Perkawinan Kecerdasan Spiritual
N 161 161
Normal Parametersa Mean 63.88 41.89
Std. Deviation 14.745 4.997
Most Extreme Differences Absolute .068 .058
Positive .050 .058
Negative -.068 -.046
Kolmogorov-Smirnov Z 1.081 .926
Asymp. Sig. (2-tailed) .412 .127
a. Test distribution is Normal.
Table 1.Uji Normalitas

Berdasarkan dari data tabel Kolmogorof-smirnov di atas dapat diketahui nilai signifikansi kepuasan perkawinan yaitu 0,412 berarti nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (0,412> 0,05) dan dapat dikatakan bahwa data distribusi tersebut normal. Sedangkan pada data kecerdasan spiritual diketahui bahwa nilai signifikansinya yaitu 0,127 berarti data tersebut lebih besar dari 0,05 (0,127> 0,05) dan dapat dikatakan bahwa data tersebut mempunyai distribusi normal. Berdasarkan dari dua pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki distribusi normal.

ANOVA Table x
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Kepuasan Perkawinan* Kecerdasan Spiritual Between Groups (Combined) 935.616 28 33.415 1.579 .038
Linearity 402.291 1 402.291 19.006 .000
Deviation from Linearity 533.326 27 19.753 .933 .631
Within Groups 4783.615 226 21.166
Total 5719.231 254
Table 2.Uji Linearitas

Dalam tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi linearity kepuasan perkawinan dan kecerdasan spiritual sebesar 0,000 yang dapat diartikan nilailinearity lebih kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05) dan nilai signifikansi deviation from linearity sebesar 0,631 yang dapat diartikan bahwa nilai deviation from linearity lebih besar dari 0,05 (0,631> 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut linier.

Correlations
Kepuasan Perkawinan Kecerdasan Spiritual
Kepuasan Perkawinan Pearson Correlation 1 .434**
Sig. (1-tailed) .000
N 161 161
Kecerdasan Spiritual Pearson Correlation .434** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 161 161
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Table 3.Uji Hipotesis

Hasil analisis berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisienkorelasi rxy = 0,434 dengan nilai signifikansinya 0,000. Maka dapat diartikan adanya hubungan positif kecerdasan spiritual dengan kepuasan perkawianan. Jadi semakin tinggi seseorang memiliki kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula kepuasan perkawinan dan sebaliknya semakin rendah seseorang memiliki kecerdasan spiritual maka semakin rendah juga kepuasan perkawianan.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .265a .251 .067 4.593
Predictor: (Constant), Kecerdasan Spiritual
Table 4.Sumbangan Efektif

Berdasarkan hasil dari tabel diatas diketahui bahwa nila R Square adalah 0,251× 100% hasilnya 25,1%. Maka diketahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kepuasan perkawinan sebesar 25,1%. Sedangkan sisanya, sebesar 74.9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

Kategori Skor Subjek
Kecerdasan Spiritual Kepuasan Perkawinan
∑ Orang % ∑ Orang %
Sangat rendah 8 5,1 % 9 5,6 %
Rendah 32 19,4 % 33 20,4 %
Sedang 65 40,4 % 61 37,8 %
Tinggi 48 30,1 % 51 31,6 %
Sangat tinggi 8 5 % 7 4,6 %
Jumlah 161 100 % 161 100 %
Table 5.Kategori Skor Subjek

Berdasarkan tabel kategorisasi skor subjek diatas menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual dan kepuasan perkawainan pada istri di Desa Kemasan berada pada kategori sedang. Dari 161 subjek penelitian, 65 subjek memiliki kecerdasan spiritual dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 40,4%. Sedangkan kategorisasi skor subjek kepuasan perkawinan yaitu dari 161 subjek, 61 subjek memiliki kepuasan perkawinan dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 37,8%.

B. Pembahasan

Hasil analisis data pada uji korelasi tersebut menunjukkan hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,434 dengan nilai signifikansinya lebih kecil 0,000 < 0,05. Hasil tersebut menunjukan adanya hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan kepuasan perkawinan pada wanita dewasa awal di Desa Kemasan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian dari [5] yang berjudul Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Kepuasan Perkawinan pada Remaja.Kecerdasan Spiritual dapat dilihat sebagai bentuk kecerdasan karena memprediksi fungsi dan adaptasi serta menawarkan kemampuan yang memungkinkan orang dalam memecahkan masalah dan mencapai tujuan [11]. Pernyataan tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [7] yang meneliti hubungan antara sikap agama dan kepuasan pernikahan pada mahasiswa yang sudah menikah dari Universitas Teheran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi bermakna positif antara sikap agama dan kepuasan pernikahan.

Kecerdasan spiritual diketahui memiliki sumbangan sebesar 25,1% terhadap kepuasan pernikahan, sehingga dapat diketahui bahwa 4 aspek kecerdasan spiritual yaitu kemampuan bersikap fleksibel, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, berfikir secara holistik menyumbang pengaruh sebesar 25,1% dan sisanya 74,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti usia saat menikah, latar belakang pendidikan dan penghasilan, dukungan emosional, dan perbedaan harapan yang disebutkan oleh [12]. Faktor intimacy, komitmen, disfungsi seksual, dan regulasi emosi [13].

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual memiliki nilai dimana masing-masing kategori sedang dengan persentase 40,4% menuju tinggi dengan persentase 30,1% sehingga diperoleh kesimpulan keadaan tersebut menggambarkan bahwa wanita dewasa awal cukup memiliki dan menguasai kemampuan kecerdasan spiritual yang mencakup kemampuan bersikap fleksibel, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, berfikir secara holistik. Pada kepuasan pernikahan, mayoritas subjek berada pada kategori sedang menuju tinggi dengan persentase sedang37,8% dan persentase tinggi 31,6% hal ini menggambarkan bahwa subjek merasa puas dengan perkawinanya yaitu dengan Komunikasi dua arah,Orientasi keagamaan, Aktivitas diwaktu senggang, Memahami dan menyelsaikan konflik, Pengelolaan keuangan, Hubungan seksual, menjalin hubungan baik dengan teman dan keluarga, Pengasuhan anak, Kepribadian, danKesetaraan peran.

Dengan penjabaran hasil diatas, responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini dapat mengimbangi antara kecerdasan spiritual dengan kepuasan perkawinan. Dapat dikatakan bahwa tingginya kecerdasan spiritual dapat mempengaruhi kepuasan perkawinan pada seseorang. [14] menjelaskan fakta bahwa aspek komitmen beragama atau dapat dikatakan dengan kecerdasan spiritual berkontribusi terhadap peningkatan dan memperkuat hubungan diantara pasangan dan memfasilitasi pelaksanaan tugas keagamaan. Kemudian dapat membantu orang tua untuk mencapai kesepakatan tentang praktik membesarkan anak dan pada saat yang sama mereka mampu menjalin hubungan yang baik dengan anak-anak mereka. Kedua, komitmen agama dapat membantu individu untuk menghabiskan waktu luang mereka dengan keluarga dan memiliki perencanaan yang sesuai. Ketiga, komitmen agama memungkinkan individu untuk menerima perbedaan dalam selera orang lain dan mengadopsi diri mereka sendiri untuk perbedaan ini. Selain itu, dimungkinkan untuk menjalin hubungan baik dengan sanak keluarga dan teman-teman mereka. Keempat, membantu pasangan untuk menyelesaikan persoalan atau konflik secara lebih efektif dan lebih puas dalam hubungan seksual mereka.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan juga pembahasan dalam penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang positif antara antara kecerdasan spiritual dengan kepuasan perkawinan pada istri di Desa Kemasan. Berdasarkan pada hasil koefisien korelasi rxy = 0,434 dengan nilai signifikan 0,000< 0,05 yang berarti hipotesis ini dapat diterima. Semakin tinggi kecerdasan spiritual yang dimiliki maka akan semakin tinggi juga kepuasan perkawinan yang dimiliki oleh istri di Desa Kemasan sebaliknya semakin rendah kecerdasan spiritual yang dimiliki maka akan semakin rendah juga kepuasan perkawinan yang dimiliki.

References

  1. Hurlock, E. B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan (5th edition). Jakarta: Penerbit Erlangga. 1980.
  2. Agusta, Yoyok. “Perceraian Membludak Pengadilan Agama Sidoarjo Gelar Sidang Keliling”, https://jatim.inews.id/berita/perceraian-membeludak-pengadilan-agama-sidoarjo-gelar-sidang-keliling, diakses pada 18 September 2019 pukul 15.35
  3. Zohar, D., & Marshall, I. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan Pustaka. 2001.
  4. Sukidi. Kecerdasan Spiritual. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2002
  5. Alif, K. Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Kepuasan Pernikahan Pada Remaja. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. 2018.
  6. Fowerss, B. J., & Olson, D. H. Enrich Marital Inventory: A Discriminant Validity and Cross-Validation Assessment. Journal of Marital and Family Therapy, 15(1), 65–79. https://doi.org/10.1111/j.1752-0606.1989.tb00777.x.1989.
  7. Khodayari, M., Shahabi, R., & Akbari, S. Religiosity and Marital Satisfaction Among Muslims. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 82(May), 307–311. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.06.266. 2007.
  8. Agustian, A. G. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ (Emotional Spiritual Quotient) berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada. 2001
  9. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: CV Alfabeta. 2015.
  10. Azwar, S. Metode Penelitian Psikologi Edisi II (2nd ed.).Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2017.
  11. Hosseini, M., Elias, H., Krauss, S. E., & Aishah, S. A Review Study on Spiritual Intelligence, Adolescence and Spiritual Intelligence, Factors that may Contribute to Individual Differences in Spiritual Intelligence and the Related Theories. Journal of Social Sciences, 6(3), 429–438. https://doi.org/10.3844/jssp.2010.429.438. 2010.
  12. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. Human development (Psikologi perkembangan edisi kesembilan). Jakarta: kencana. Jakarta: Kencana. 2008.
  13. Yeganegi, K. Case Study The relation between attachment styles , marital satisfaction and self-regulation of emotion in married people . A case study : Kish Island Department of Industrial Engineering , Zanjan Branch , Islamic Azad University , zanjan , Iran, 4(6), 3546–3555. https://doi.org/10.18535/ijsshi/v4i6.05. 2017.
  14. Nematollahi, K. Article The Impact Of Religious-Spiritual Attitudes On Marital Satisfaction Among Couples In District 7 in Shiraz. 2016.