Village Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v11i0.793

Communication Network Patterns for Villagers in Distributing Direct Cash Aid Programs during a Pandemic


Pola Jaringan Komunikasi Warga Desa dalam Menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai di Masa Pandemi

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Communication Network Cash Direct Assistance

Abstract

This study aims to determine the pattern of communication networks between actors in the Direct Cash Assistance Program in Karang Rejo Village. This program has been re-emerged since the entry of the Covid-19 pandemic in Indonesia and then also instructed the regional and village governments, with the aim of helping the economy of residents who are affected by the pandemic. The research method used is descriptive quantitative with communication network analysis techniques. The population is the community who receive BLT assistance from Karang Rejo Village. Random sampling technique was used for sampling, and data collection using questionnaires and unstructured interviews. The data analysis technique uses communication network techniques with the help of the UCINET application. The results of the study conclude as follows, namely (a) the Cash Direct Assistance Program uses a wheel communication network structure and a network of all channels, (b) Found roles in the communication network, namely opinion leaders, bridges, and gatekeepers (c) There are 5 clicks that occur in each opinion leader (d) Found 3 types of innovation adopters from the results of field research, namely innovators, early adopters, and early majority, (e) there are 14 opinion leaders who have influence to disseminate information.

Pendahuluan

Program Bantuan Langsung Tunai adalah sebuah program bantuan berasal dari pemerintah yang berbentuk uang secara tunai atau dengan bentuk bantuan lainnya. Dalam proses penyalurannya ada yang tidak bersyarat dan ada pula yang bersyarat. Bantuan Langsung Tunai dapat diartikan sebagai pemberian dana tunai kepada masyarakat miskin yang awal mulanya dilaksanakn ketika pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM dengan mengurangi subsidi, selisih subsidi tersebut yang diberikan kepada masyarakat miskin.

Program Bantuan Langsung Tunai dilaksanakan kembali sebagai bentuk upaya meminimalisir dampak Covid-19 bagi masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada masa pandemi ini mengakibatkan dampak sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, terjadinya peristiwa pembatasan kegiatan masyarakat yang dilaksanakan secara makro menimbulkan tingkat perekonomian menurun, sehingga banyak masyarakat yang menerima dampak negatif yaitu kehilangan pekerjaan dan peristiwa ini juga meningkatkan presentase masyarakat miskin menjadi lebih tinggi. [1]

Bantuan Langsung Tunai ini dilaksanakan pada tahun 2020 dimana dalam waktu tersebut tingkat penyebaran virus Covid19 masih tinggi, sehingga membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana proses penyebaran informasi Bantuan Langsung Tunai yang terjadi di Desa Karang Rejo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan di masa pandemi.

Pemerintah melaksanakan rancangan dan kebijakan baru dalam rangka untuk menekan penyebaran dan penanganan virus Covid-19, yaitu dengan menerbitkan : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) dan/ atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang. [1]

Bantuan Langsung Tunai disingkat BLT adalah bantuan berupa uang tunai yang ditujukan kepada keluarga miskin di desa yang sumbernya berasal dari Dana Desa yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif pandemi COVID-19. Nilai dari BLT Dana Desa sebesar Rp. 600.000,- yang pemberiannya dilaksanakan setiap bulan, dalam kurung waktu 3 bulan pertama. Kemudian pada bulan berikutnya diberikan senilai Rp. 300.000 per keluarga di setiap bulannya. [1]

Di Jawa Timur penerima BLT sebanyak 1.265.845 keluarga miskin yang terdampak Covid-19. Sedangkan untuk Kabupaten Pasuruan sebanyak 51.443 keluarga yang akan menerima BLT dari Pemerintah. Desa Karangrejo adalah salah satu desa di Kabupaten Pasuruan yang mendapatkan BLT. Di desa ini terdapat 102 keluarga miskin yang terverifikasi sebagai penerima Bantuan Langsung Tunai (Data Desa Karangrejo, 2020).

Penyebaran informasi dimulai dari pembagian pesan mengenai adanya Bantuan Langsung Tunai di Desa Karang Rejo, selanjutnya akan dilakukan sosialisasi yang dilaksanakan oleh perangkat desa bersama seluruh Kepala Dusun mengenai nominal bantuan, syarat penerima bantuan, dan juga waktu pemberian bantuan. Kegiatan ini berlanjut untuk memulai verifikasi data yang dibantu oleh masing-masing RT di setiap Dusun setempat. Kemudian data tersebut akan diajukan kembali kepada pihak perangkat desa apakah data tersebut sudah sesuai dengan syarat dan ketentuan penerima bantuan.

Proses penyebaran informasi kemudian membentuk suatu pola jaringan komunikasi diantara masyarakat Desa Karang Rejo yang terlibat dalam program BLT. Roger menyatakan jaringan komunikasi adalah pola-pola interaksi yang terjadi berulang kali diantara anggota-anggota organisasi. dalam jaringan komunikasi menunjukkan keteraturan interaksi antar anggota dan peran-peran yang harus dilaksanakan secara berulang kali. [2]

Kajian ini bermula dari konsep bahwa interaksi yang dilakukan setiap hari didasari pada kesamaan tertentu yang akhirnya akan membentuk suatu jaringan. Individu-individu yang saling berkomunikasi dan terhubung dalam kelompok-kelompok selanjutnya akan saling berhubungan dalam suatu jaringan. [3]

Menurut Rogers & Kincaid (1981) terdapat dua asumsi mengapa peran jaringan komunikasi itu penting dalam beberapa hal. Antara lain, pertama, dalam jaringan komunikasi bisa melihat peran penting pada aktor di sebuah jaringan, dalam hal ini aktor bisa dari seseorang ataupun lembaga dan organisasi, kedua, dalam jaringan komunikasi mengansumsikan pentingnya relasi antar aktor satu sama lain. [4]

Penelitian terdahulu oleh Rochmaniah dan Syamsudin (2018) menunjukkan bahwa pemuka pendapat dalam jaringan komunikasi memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi masyarakat yang berada dalam lingkup jaringan komunikasinya. Dua, pada pola jaringan komunikasi, pemuka pendapat memiliki heterogitas yang tinggi dalam meningkatkan penguasaan inovasi mengenai gizi balita dan memilih jaringan komunikasi dua arah dalam komunikasinya. Tiga, dalam proses penyebaran inovasi diperlukan adanya konfirmasi yang berguna untuk mengetahui tingkat pemahama individu anggota jaringan terhadap informasi inovasi tentang gizi balita. [5]

Penelitian lain oleh Burhanuddin (2021) berkesimpulan bahwasannya komunikasi sosialisasi program Bantuan Langsung Tunai memiliki tingkat keberhasilan yang tergantung pada informasi yang tingkatnya paling bawah dari sasaran. Kelembagaan tim koordinasi BLT tingkat kabupaten dapat di optimaliasi fungsi dan koordinasi penanggulannya melalui badan penanggulangan kemiskinan daerah dan pemerintah desa. Terjadi kendala yang dihadapi oleh sumber daya manusia yang dimiliki desa. [6]

Penelitian Putri dkk (2018) mendapatkan hasil bahwa jaringan komunikasi yang terbentuk dalam Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto bersifat memusat (interlock personal network). Hal ini karena terdapat peran yang dominan dari salah satu individu dalam jaringan komunikasi tersebut, mempunyai kedekatan dengan pengrajin alas kaki dan hubungan sangat dekat dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta kemampuan lebih dalam berkomunikasi. [7]

Masyarakat yang aktif dalam Program Bantuan Langsung Tunai di Desa Karangrejo menjadikan peneliti untuk ingin mengetahui bagaimana pola jaringan komunikasi yang terjadi didalamnya. Peran seseorang dalam jaringan komunikasi yaitu, opinion leader, klik liasion, bridge, isolate, neglected [8] maka dari sini akan diketahui bagaimana pola jaringan komunikasi dan struktur jaringan komunikasi yang terbentuk didalamnya.

Dari permasalahan diatas dapat diambil rumusan masalah yaitu yang pertama pola jaringan komunikasi yang terjadi antara masyarakat Desa Karang Rejo dan Perangkat Desa Karang Rejo dalam Program Bantuan Langsung Tunai? yang kedua yaitu Bagaimanakah peran jaringan komunikasi dalam Program Bantuan Langsung Tunai di Desa Karang Rejo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola jaringan komunikasi yang terjadi diantara masyarakat Desa Karang Rejo dan Perangkat Desa Karang Rejo dalam Program Bantuan Langsung Tunai, dan untuk mendeskripsikan peran-peran jaringan komunikasi dalam Program Bantuan Langsung Tunai Di Desa Karang Rejo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan analisis jaringan komunikasi, dengan perangkat Desa Karang Rejo dan penerima BLT di Desa Karang Rejo sebagai responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik snowball sampling. Kepala Desa Karang Rejo merupakan responden pertama, setelah itu menentukan responden selanjutnya, hingga menghasilkan jumlah 45 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan kuesioner. Observasi dilakukan peneliti untuk menemukan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah desa dengan masyarakatnya sehingga peneliti tertarik untuk lebih mencari tau jaringan komunikasi seperti apa yang berkembang dimasyarakat. Observasi kedua jaringan komunikasi yang terstruktur karena adanya pola komunikasi dan kerja sama yang baik terkait penyebaran informasi saluran dana dari Program Bantuan Langsung Tunai. Wawancara yang digunakan adalah wawancara yang terencana, yang bahannya sudah dipersiapkan lebih dahulu, meliputi tema pertanyaan, dan peneliti juga sudah menentukan responden yang dijadikan informan mengenai peneliti yang dilakukan. Kuesioner adalah teknik pengumpulan informasi dengan cara memahami sikap, keyakinan, perilaku, dan karateristik beberapa orang dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem. Dalam kuesioner biasanya berisi daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya, dimana setiap pertanyaannya berhubungan dengan masalah penelitian. [9] Dalam analisis data secara kuantitatif sesuai dengan variable pendukung pola jaringan komunikasi dengan memakai beberapa tipe hubungan sebagai unit analisis. Dalam penelitian ini menggunakan sosiogram dan sosiometri. yang dibantu dengan software Ucinet 6. Sosiometri adalah cara mengukur derajat hubungan antar orang/manusia yang digunakan untuk penilain perilaku dalam kelompok (grup) tertentu. Sosiometri mengukur kualitas hubungan sosial seseorang individu dengan individu lain. Sosiogram merupakan metode sistematis untuk menggambbarkan secara grafis invididu-individu sebagai titik-titik dan menghubungkan mereka satu dengan lainnya dengan garis dan panah berarah. [10]

Hasil dan Pembahasan

Distribusi pilihan pasangan hubungan komunikasi warga dalam penyebaran informasi mengenai Program Bantuan Langsung Tunai di Desa Karang Rejo.

Dalam menentukan motif, jawaban responden diklasifikasikan sesuai dengan sifat hubungan dari hubungan yang terbentuk, seperti :

  1. Hubungan antar personal, adalah jika ada individu yang saling berkaitan, serta memiliki koneksi emosional antara satu sama lain. Menginformasikan mengenai apa yang terjadi dalam lingkup mereka seperti bagaimana penyikapan diri, bersikap tulus dengan menunjukkan sikap verbal maupun non verbal. Penyampaian pemahaman yang positif sehingga memberikan pengertian yang hangat satu sama lain dengan pemberikan respon yang relevan dan penuh pengertian.
  2. Hubungan Posisional, adalah jika hubungan tersebut terjadi karena adanya struktur kekuasaan dan tugas fungsional yang mengikat. Seperti Ketua dengan anggota atau sebaliknya yang berlangsung dalam satu devisi yang sama.

Selain itu adapun saluran-saluran maupun prosedur dalam kegiatan komunikasi yang digolongkan dibawah ini :

  1. Saluran resmi (Formal) merupakan pesan yang mengalir dalam saluran komunikasi formal yang dibuat dan ditetapkan oleh organisasi. Pada saluran yang terjadi dalam penelitian ini adalah koordinasi dari Kepala Desa kepada Sekretaris Desa, dan juga ajaran dibawahnya yang meliputi Kepala Keuangan, Kepala Perencanaan, Kepala Pemerintahan, Kepala Pelayanan, Asisten Desa, Kepala Dusun, dan RT. Komunikasi yang dibentuk dalam proses penyebaran informasi dilakukan melalui saluran resmi dengan mengadakan rapat di setiap bulannya.
  2. Prosedur Komunikasi, dalam prosedur komunikasi dapat dilihat dari responden yang menyampaikan pesan, dengan menggunakan media komunikasi apa yang digunakan untuk menyelesaikan tugasnya. Komunikasi dapat ditetapkan oleh organisasi dengan menggunakan media formal maupun media diluar ketetapan yaitu media informal. Dalam proses penyebaran komunikasi ini menggunakan komunikasi formal dengan diadakannya kegiatan sosialisai sebagai proses perantara menyampaikan informasi mengenai program bantuan langsung tunai.

Dibawah ini adalah gambaran sosiogram jaringan komunikasi warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai di Masa Pandemi

Supplementary Files

Gambar 1. sosiogram klik jaringan komunikasi

Sumber : Hasil Kuesioner dan wawancara

Hasil sosiogram diatas dapat dijelaskan melalui bagian dari jaringan komunikasi, diantaranya adalah pemilihan pasangan hubungan komunikasi, motif hubungan komunikasi, pasangan hubungan komunkasi, dan jaringan komunikasi yang terbentuk.

Pilihan Pasangan Hubungan Komunikasi

Berdasarkan sosiogram diatas dapat dilihat hasil pilihan pasangan hubungan komunikasi dalam tabel dibawah ini :

Memilih Jumlah Presentase Dipilih Jumlah Presentase
1 - - 1 2 4%
2 - - 2 23 51%
3 35 78% 3 5 11%
4 9 20% 4 9 20%
5 - - 5 1 2%
6 1 2% 6 1 2%
7 - - 8 1 2%
8 - - 9 2 4%
9 - - 11 1 2%
Jumlah 45 100% Jumlah 45 100%
Table 1.Pilihan pasangan hubungan komunikasiSosiogram Jaringan Komunikasi

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang memilih 3 orang pasangan hubungan komunikasinya berjumlah 35 orang responden dengan presentase sebesar 78%, sementara responden yang memilih 4 orang sebagai pasangan hubungan pasangannya berjumlah 9 orang responden dengan presentase sebesar 20%, selanjutnya untuk responden yang memilih pasangan hubungan komunikasi sebanyak 6 berjumlah 1 orang dengan presentase sebesar 2%. Sedangkan untuk responden yang dipilih 1 orang sebanyak 2 orang responden atau 4%, responden yang dipilih oleh 2 orang sebanyak 23 orang responden dengan presentasi sebesar 51%, responden yang dipilih oleh 3 orang sebanyak 5 orang dengan presentase sebesar 11%, untuk responden yang dipilih oleh 4 orang sebanyak 9 orang atau 20%, untuk responden yang dipilih oleh 5 orang sebanyak 1 dengan presentase 2%, untuk responden yang dipilih oleh 6 orang sebanyak 1 dengan presentase 2%, untuk responden yang dipilih oleh 8 orang sebanyak 1 dengan presentase 2%, untuk responden yang dipilih oleh 9 orang sebanyak 2 dengan presentase 4%, dan untuk responden yang dipilih oleh 11 orang sebanyak 1 dengan presentase 2%.

Motif Pemilihan Motif Pasangan Hubungan Komunikasi

No. Motif Hubungan Pasangan Komunikasi Jumlah Presentase
1 Posisional (1-2),(1-3),(1-4),(2-1),(2-5),(2-6),(2-7),(2-8),(2-9),(3-2),(3-10),(3-4),(4-11),(4-12),(4-45),(5-2),(5-13),(5-14),(6-2),(6-15),(6-16),(7-2),(7-17),(7-18),(8-2),(8-19),(8-20),(9-2),(9-11),(9-45),(10-2),(10-9),(10-45),(11-2),(11-4),(11-9),(11-10),(12-2),(12-9),(12-45),(13-5),(14-5),(15-6),(16-6),(17-7),(18-7),(19-8),(20-8),(22-13),(22-5),(23-13),(23-5),(24-14),(24-5),(25-14),(26-14),(27-6),(27-15),(28-6),(28-15),(29-6),(29-15),(30-6),(30-16),(31-16),(32-16),(32-6),(33-7),(33-17),(34-7),(34-17),(35-17)(35-7),(36-18),(36-7),(37-18),(37-7),(38-7),(39-8),(39-19),(40-8),(41-19),(41-8),(42-8),(43-20),(43-8),(44-42),(45-2) 88 61%
2 Antarpesonal (13-21),(13-22),(13-23),(14-24),(14-25),(14-26),(15-21),(15-28),(15-29),(16-30),(16-31),(16-32),(17-33),(17-34),(17-35),(18-36),(18-37),(18-38),(19-39),(40-19),(19-41),(20-42),(20-43),(20-44),(21-22),(21-23),(22-21),(23-21),(24-25),(25-24),(25-26),(26-23),(26-24),(27-28),(28-29),(29-27),(30-31),(31-30),(31-32),(32-30),(33-34),(34-35),(35-33),(36-37),(37-38),(38-36),(39-41),(40-39),(41-40),(42-43),(43-44),(44-20),(44-8) 53 35%
3 Posisional+Antarpersonal (21-13),(38-18),(40-19),(42-20),(45-9),(45-12) 6 4%
147 147 100%
Table 2.Pemilihan Motif Hubungan Komunikasi

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada motif hubungan posisional ditemukan sebanyak 88 pasangan hubungan komunikasi atau 61%, diantara jumlah tersebut responden yang saling memilih terdiri dari 32 orang responden yakni pasangan dengan nomor (1-2),(1-3),(1-4),(2-1),(2-5),(2-6),(2-7),(2-8),(2-9),(3-2),(3-10),(3-4),(4-11),(4-12),(4-45),(5-2),(5-13),(5-14),(6-2),(6-15),(6-16),(7-2),(7-17),(7-18),(8-2),(8-19),(8-20),(9-2),(9-11),(9-45),(10-2),(10-9),(10-45),(11-2)(11-4),(11-9),(11-10),(12-2),(12-9),(12-45),(13-5),(14-5),(15-6),(16-6),(17-7),(18-7),(19-8), (20-8), sedangkan 56 pasangan hubungan komunikasi hanya memilih tetapi tidak dipilih oleh pasangan hubungan komunikasinya.

Pasangan hubungan komunikasi dengan motif hubungan antarpersonal ditemukan sebanyak 53 pasangan hubungan komunikasi atau 35%, ditemukan 10 pasangan hubungan komunikasi yang saling memilih dengan nomor (20-44),(21-22),(21-23),(22-21),(23-21),(24-25),(25-24),(25-26),(26-23),(26-24),(27-28),(28-29),(29-27),(30-31),(31-30),(31-32),(32-30),(33-34),(34-35),(35-33),(36-37),(37-38),(38-36),(39-41),(40-39),(41-40),(42-43),(43-44),(44-20), sedangkan pasangan hubungan yang hanya memilih tetapi tidak dipilih sebanyak 43 pasangan hubungan komunikasi yakni pasangan dengan nomor (13-21),(13-22),(13-23),(14-24),(14-25),(14-26),(15-21),(15-28),(15-29),(16-30),(16-31),(16-32),(17-33),(17-34),(17-35),(18-36),(18-37),(18-38),(19-39),(40-19),(19-41),(20-42),(20-43),(20-44),(21-22),(21-23),(22-21),(23-21),(24-25),(25-24),(25-26),(26-23),(26-24),(27-28),(28-29),(29-27),(30-31),(31-30),(31-32),(32-30),(33-34),(34-35),(35-33),(36-37),(37-38),(38-36),(39-41),(40-39),(41-40),(42-43),(43-44),(44-20),(44-8).

Pasangan hubungan komunikasi dengan motif ganda (Posisional + Antarpersonal) ditemukan sebanyak 6 pasangan hubungan komunikasi dengan presentase sebesar 4%, keseluruhan pasangan hanya sebagai pemilih tetapi tidak saling memilih.

Pola Jaringan Komunikasi warga Desa Karang Rejo dalam Menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai di Masa Pandemi

Informasi mengenai program bantuan langsung tunai yang merupakan kegiatan yang berasal dari pemerintah berupa pemberian bantuan secara tunai dengan beberapa persyaratan sebagai verifikasi data penerima. Program ini ditujukan kepada masyarakat kurang mampu yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Digagas dari hasil wawancara kepada Kepala Desa Karang Rejo yaitu Bapak Jainul (Sebagai Key Informan) dalam penelitian ini. Pada informasi yang sudah di dapatkan terkait dengan siapa saja Kepala Desa Karang Rejo membicarakan Program Bantuan Langsung Tunai ini, terdapat beberapa nama yang dianjurkan untuk menjadi responden berikutnya, hingga pada akhirnya ditemukan sebanyak 45 responden yang diambil sebagai sampel dalam penelitian.

Jaringan komunikasi yang terjadi pada masyarakat Desa Karang Rejo menunjukkan hasil pola interaksi yang terbentuk antara individu satu dengan yang lain dalam suatu sistem. Melalui analisis jaringan komunikasi akan dapat mudah untuk menemui struktur komunikasi yang terbentuk dan menganalisis bagaimana peran yang terjadi dalam jaringan struktur komunikasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Desa Karang Rejo dalam Program Bantuan Langsung Tunai. Sosiogram diatas menggambarkan pola interaksi yang terjadi antara anggota komunikasi di Desa Karang Rejo. Menurut gambar tersebut, muncul 2 jenis jaringan yang bisa diambil yaitu jaringan roda dan jaringan semua saluran.

Supplementary Files

Gambal 2. sosiogram jaringan komunikasi

Sumber : Hasil kuesioner dan wawancara

Bersumber dari gambar sosiogram diatas terlihat pola jaringan yang terbentuk pada beberapa klik, diantaranya satu anggota klik A dengan satu anggota klik B (nomor responden 2-5), satu anggota klik A dengan satu anggota klik C (nomor responden 2-), satu anggota klik A dengan satu anggota klik D (nomor responden 2-8), satu anggota klik A dengan satu anggota klik E (nomor responden 2-7), maka jaringan yang terbentuk adalah jaringan roda. Hal ini didasarkan kepada pilihan pasangan hubungan komunikasi semua anggotanya dari masing-masing klik, pusatnya terdapat pada salah satu anggota di masing-masing klik. Akan tetapi aksebilitas anggota di setiap klik tersebut dalam kegiatan berkomunikasinya berkaitan dengan penyelesaian tugas yang tidak terbatas, dalam artian setiap anggota masing-masing klik mampu melakukan kontak yang lebih dengan sebagian anggota lainnya. Misalnya, pada klik B yang beranggotakan 9 orang, kedelapan anggotanya masing-masing memilih responden nomor 5 sebagai pusat koordinasi, dimana tingkat ketergantungan anggota lainnya juga tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya mereka juga dapat saling mempengaruhi satu sama lainnya, hal ini ditunjukkan dengan adanya kontak yang lebih pada masing-masing anggota dengan anggota lainnya dalam jaringan komunikasi yang sudah terbentuk. Sehingga dalam pola jaringan roda yang terbentuk hampir menyerupai pola jaringan semua saluran.

Dengan tebentuknya jaringan ini maka aksebilitas anggota dalam mengirim dan menerima pesan dan informasi cukup terbuka, akan tetapi tetap saja tingkat ketergantungan anggota dalam menyelesaikan permasalahannya masih banyak bergantung pada anggota klik yang berperan sebagai pemuka pendapat. Sehingga anggota lainnya cukup sulit jika harus mengambil inisiatif sendiri ketika terjadi suatu permasalahan.

Dalam penelitian ini jaringan semua saluran terbentuk antara lain di lingkup masing-masing klik. Pada jaringan yang terbentuk menunjukkan bahwa seluruh anggota bisa saling mempengaruhi satu sama lain dalam menyelesaikan tugasnya. Terbentuknya jaringan ini juga bisa disebabkan oleh hubungan antarpersonal yang erat diantara anggota, jaringan semua saluran ini terbentuk pada masing-masing klik A, B, C, dan D.

Pemuka Pendapat

Pemuka pendapat merupakan individu yang telah dipilih oleh individu lain dalam jaringan komunikasi yang melebihi jumlah rata-rata pilihan yang diterima oleh individu lain dalam sebuah struktur jaringan, pemuka pendapat dalam konteks ini bisa disebut sebagai opinion leader. Berikut merupakan gambaran dan penjelasan mengenai masing-masing individu yang menjadi pemuka pendapat dan yang bukan pemuka pendapat.

Pemuka Pendapat Anggota Nomor Responden Posisi/ Jabatan Presentase
Pemuka Pendapat 14 2567891314151617181920 Sekretaris DesaKepala Dusun Karang BangkalKepala Dusun SanggludKepala Dusun Karang RejoKepala Dusun SejoKaur KesejahteraanKetua RT5 RW5 Kr.BangkalKetua RT6/RW5 Kr.BangkalKetua RT1/RW1 SanggludKetua RT2/RW1 SanggludKetua RT5/11 Kr. RejoKetua RT8/RW12 Kr. RejoKetua RT1/RW3 SejoKetua RT3/RW9 Sejo 31%
Bukan PemukaPendapat 31 69%
Jumlah 45 100%
Table 3.Presentase Pemuka Pendapathasil wawancara

Perhitungan ini dilakukan kepada responden yang berjumlah 45 orang dalam Program Bantuan Langsung Tunai di wilayah Desa Karang Rejo, menunjukkan bahwasannya hasil rata-rata hubungan yang diterima oleh masing-masing individu didalam anggota berjumlah 3. Menurut perhitungan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi pemuka pendapat adalah individu yang dipilih oleh lebih dari 3 orang. Individu yang menjadi pemuka dalam program ini adalah responden dengan nomor responden 2,5,6,7,8,9,13,14,15,16,17,18, dan 19. Individu tersebut terdiri dari Sekretaris dengan nomor responden 2 yang dipilih oleh 11 orang, Kepala Dusun Karang Bangkal dengan nomor responden 5 dipilih oleh 6 orang, Kepala Dusun Sangglud dengan nomor responden 6 dipilih oleh 8 orang, Kepala Dusun Karang Rejo dengan nomor responden 7 dipilih oleh 9 orang, Kepala Dusun Seo dengan nomor responden 8 dipilih oleh 9 orang, Kepala Urusan Kesejahteraan dengan nomor responden 9 dipilih oleh 5 orang, Ketua RT5 RW5 Dusun Karang Bangkal dengan nomor responden 13 dipilih oleh 4 orang, Ketua RT6/RW5 Dusun Karang Bangkal dengan nomor responden 14 dipilih oleh 4 orang, Ketua RT1/RW1 Dusun Sangglud dengan nomor responden 15 dipilih oleh 4 orang, Ketua RT2/RW1 Dusun Sangglud dengan nomor responden 16 dipilih oleh 4 orang, Ketua RT5/11 Dusun Karang Rejo dengan nomor responden 17 dipilih oleh 4 orang, Ketua RT8/RW12 Dusun Karang Rejo dengan nomor responden 18 dipilih oleh 4 orang, Ketua RT1/RW3 Sejo dengan nomor responden 19 dipilih oleh 4 orang, Ketua RT3/RW9 Dusun Sejo dengan nomor responden 20 dipilih oleh 4 orang.

Struktur Komunikasi

Struktur komunikasi adalah variable yang digunakan untuk mengidentifikasi peran individu dalam jaringan komunikasi di suatu sistem. Peranan dalam jaringan komunikasi tersebut meliputi lision, bridge, isolate, neglected, gate keeper, dan cosmopolite.

Bridge adalah individu yang menghubungkan dua klik atau lebih di dalam jaringan sistem dan pada sistem tersebut dia juga menjadi anggota klik manapun.Gate Keeper adalah individu yang melakukan penyeleksian pesan yang masuk (memfilter pesan/filtering) sebelum dikomunikasikan kepada anggota kelompok lainnya.Tabel dibawah ini merupakan tabel struktur komunikasi responden masyarakat Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai.

Struktur Komunikasi Anggota Nomor Responden Posisi/Jabatan Presentase
Bridge 4 5678 Kepala Dusun Kr. BangkalKepala Dusun SanggludKepala Dusun Kr. RejoKepala Dusun Sejo 9%
Gate Keeper 1 2 Sekretaris Desa 2%
Anggota Jaringan Lainnya 30 - - 89%
Jumlah 45 100%
Table 4.Presentase Struktur KomunikasiHasil wawancara

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam struktur komunikasi warga Desa Karang Rejo dalam Program Bantuan Langsung Tunai ditemukan 4 peran bridge dengan presentase sebesar 9%, responden yang memiliki peran tersebut adalah responden dengan nomor 5, 6, 7, dan 8. Bridge dalam hal ini adalah seseorang yang memiliki peran membawa keterbukaan dalam kliknya masing-masing, sehingga memungkinkan terjadinya difungsi dalam klik. Posisi responden yang menjadi bridge dalam jaringan komunikasi ini merupakan orang yang memiliki jabatan dalam desa, seperti responden nomor 5 merupakan Kepala Dusun Karang Bangkal, nomor 6 adalah Kepala Dusun Sangglud, nomor 7 berposisi sebagai Kepala Dusun Karang Rejo, dan responden nomor 8 memiliki jabatan sebagai Kepala Desa Sejo.

Dalam penelitian ini juga ditemukan Gate Keeper sebanyak 1 orang dengan responden bernomor 2 yang memiliki jabatan sebagai sekretaris desa. Peran Gate Keeper disini adalah sebagai seseorang yang menyaring informasi sebelum informasi tersebut diturunkan atau disebarluaskan kembali ke anggota lainnya.

Jaringan Komunikasi Personal

Jaringan komunikasi personal merupakan keterhubungan individu dalam jaringan komunikasi yang disambungkan oleh arus komunikasi berpola, hubungannya berjalan mengalir dengan baik pada individu tersebut maupun pada pasangan komunikasinya. Dibawah ini merupakan tabel data yang diperolah berdasarkan rata-rata jumlah dari hubungan komunikasi personal yang didukung oleh sosiometri dan sosiogram.

Jaringan Komunikasi Personal Anggota Presentase
Luas 14 31%
Sempit 31 69%
Jumlah 45 100%
Table 5.Presentase Jaringan Komunikasi PersonalSosiogram

Hasil rata-rata dari jumlah hubungan personal pada anggota Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam Menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai adalah 3,2 maka dibulatkan menjadi 3. Dari perhitungan ini dapat diartikan bahwa rata-rata responden yang memiliki hubungan lebih dari 3 pasangan, baik dari yang mengarah ke dirinya maupun individu lain bisa disebut sebagai anggota jaringan komunikasi personal yang luas. Sedangkan untuk anggota jaringan yang hubungan komunikasinya dibawah 3 orang disebut sebagai jaringan komunikasi personal yang sempit.

Integritas Jaringan Komunikasi

Integritas merupakan derajat anggota pada suatu jaringan komunikasi personal yang berhubungan satu sama lain. Integritas ini diukur menggunakan hubungan 2 langkah (Tidak langsung) antara individu dengan anggota jaringan personal yang saling bersangkutan, dibagi dengan jumlah kemungkinan hubungan yang tidak langsung.Hasil perhitungan tingkat integrasi jaringan komunikasi di penelitian ini sebagai berikut :

Jaringan Komunikasi Jumlah Anggota Hubungan Komunikasi Indeks
Anggota Jaringan BLT 45 419 0,0049
Table 6.Integritas Jaringan KomunikasiSosiogram

Tingkat integritas jaringan komunikasi warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai adalah sangat rendah, karena secara nominal jauh dari angka 0,5. Dengan demikian, jaringan komunikasinya cenderung radial, atau arus informasinya menyebar. Sifat jaringan komunikasi ini seperti lebih terbuka, sehingga memungkinkan masuknya informasi baru kedalam sistem tersebut. Walaupun pada indeks integrasi tergolong rendah informasi baru masuk dan dapat menyebar ke dalam sistem melalui pemuka pendapat.

Wilayah Pengaruh

Wilayah pengaruh individu pada anggota di suatu sistem merupakan jumlah anggota dalam sistem, kepada siapa saja dia memberi saran bila diminta, baik secara langsung mauoun tidak langsung. Perhitungan ini dilakukan kepada responden yang menjadi bagian dari pemuka pendapat.Cara yang dilakukan untuk mengetahui wilayah pengaruh individu adalah dengan cara meminta responden yang pertama kali menganjurkan untuk memilih beberapa individu lain sebagai key informan berikutnya, dengan tujuan untuk memberi informasi mengenai hal ]-hal yang berhubungan dengan adopsi penelitian Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai.Hasil wilayah pengaruh di masing-masing pemuka pendapat pada Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai adalah sebagai berikut :

Responden 2 presentase wilayah pengaruh 110%, Responden 5 presentase wilayah pengaruh 48%, Responden 6 presentase wilayah pengaruh 61%, Responden 7 presentase wilayah pengaruh: 64%, Responden 8 presentase wilayah pengaruh 64%, Responden 9 presentase wilayah pengaruh 36%, Responden 13 presentase wilayah pengaruh 23%, Responden 14 presentase wilayah pengaruh 23%, Responden 15 presentase wilayah pengaruh 27%, Responden 16 presentase wilayah pengaruh 27%, Responden 17 presentase wilayah pengaruh 34%, Responden 18 presentase wilayah pengaruh 34%, Responden 19 presentase wilayah pengaruh 34%, Responden 20 presentase wilayah pengaruh 34%.

Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwasannya responden dengan nomor 2 mempunyai wilayah pengaruh yang luas dengan presentase 110%, hal ini disebabkan oleh responden bernomor 2 merupakan orang yang memiliki andil besar dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Responden bernomor 2 memiliki jabatan sebagai sekretaris desa sehingga menjadi pusat tanya jawab informasi imengenai Bantuan Langsung Tunai.

Sentralitas

Sentralitas anggota dalam sistem dapat diukur melalui panjangnya rantai di wilayah pengaruh, sentralitas diukur melalui jumlah rata-rata hubungan (langkah) antara individu yang mempunyai wilayah pengaruh dengan individu lain yang berada didalam wilayah pengaruh.Dibawah ini adalah beberpa proses mengenai cara untuk menentukan sentralita menggunakan ucinet6 dalam Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai. Untuk menentukan hasil sentralitad di dalam jaringan menggunakan ucinet6 ini, peneliti terlebih dahulu mencari density, kemudian mencari eigenvector centrality, degree centrality, closeness centrality, dan betweenes centrality.

NO NAMA OutDeg InDeg OutClose Inclose OutEigen InEigen Between
1 MOKHAMAD JAINUL 3.000 1.000 141.000 124.000 0.184 0.154 118.500
2 AKHMAD SHODIQ, S.EI 6.000 11.000 108.000 81.000 0.292 0.547 1.564.000
3 FITRI DEDOK MARIANI, S.Sos 3.000 1.000 141.000 166.000 0.186 0.043 19.500
4 SRI ANASWATI 3.000 3.000 180.000 160.000 0.177 0.080 25.333
5 M TOHIR 3.000 6.000 135.000 108.000 0.153 0.286 599.000
6 M YUNUS 3.000 8.000 135.000 108.000 0.163 0.305 608.000
7 M RUSDIYANTO 3.000 9.000 135.000 108.000 0.167 0.313 608.000
8 SUNOKO 3.000 9.000 135.000 108.000 0.167 0.313 608.000
9 MUJI SANTOSO 3.000 5.000 142.000 119.000 0.205 0.236 117.833
10 M AMIRUL KHUSNI 3.000 2.000 143.000 197.000 0.194 0.037 1.333
11 MARKIYANTO 4.000 2.000 141.000 158.000 0.244 0.089 38.333
12 MAHMUD 3.000 2.000 144.000 195.000 0.194 0.055 13.333
13 ROKIM 4.000 4.000 172.000 146.000 0.130 0.141 130.750
14 EDI 4.000 4.000 171.000 146.000 0.123 0.129 155.750
15 MAJID 4.000 4.000 172.000 148.000 0.148 0.128 124.500
16 ALI 4.000 4.000 172.000 147.000 0.140 0.137 137.667
17 MAKRUS 4.000 4.000 172.000 148.000 0.152 0.131 124.500
18 SAJAD 4.000 4.000 172.000 148.000 0.152 0.131 124.500
19 SUHARI 4.000 4.000 172.000 148.000 0.152 0.131 124.500
20 MUKLAS 4.000 4.000 172.000 148.000 0.152 0.131 124.500
21 CHOLIFAH 3.000 3.000 213.000 185.000 0.096 0.078 1.750
22 BA'ANTO 3.000 2.000 173.000 188.000 0.106 0.062 13.667
23 SUPATEMAH 3.000 3.000 173.000 183.000 0.106 0.076 31.333
24 MISTINAH 3.000 3.000 173.000 187.000 0.103 0.066 31.917
25 KHUSNUL 3.000 2.000 210.000 188.000 0.090 0.055 0.833
26 WATI 3.000 2.000 207.000 188.000 0.093 0.052 5.000
27 SITI 3.000 2.000 173.000 190.000 0.121 0.050 0.500
28 SUPRAPTO 3.000 2.000 173.000 190.000 0.121 0.050 0.500
29 MASAMAH 3.000 2.000 173.000 190.000 0.121 0.050 0.500
30 WIDIARTI 3.000 3.000 173.000 188.000 0.114 0.070 14.167
31 ASIAH 3.000 2.000 213.000 189.000 0.104 0.058 0.500
32 HARTINING 3.000 2.000 173.000 189.000 0.117 0.055 13.667
33 KUMAIYAH 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
34 LUGIASTRI 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
35 SANU 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
36 TUPA 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
37 SUNIK 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
38 DASINI 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
39 SURTINI 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
40 SLIKA 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
41 NGATENI 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
42 SUNARDI 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
43 MUNIR 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
44 KASIYATI 3.000 2.000 173.000 190.000 0.125 0.051 0.500
45 ADITIA 3.000 4.000 144.000 156.000 0.194 0.115 33.833
Table 7.Pengukuran Menyeluruh Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang rejo dalam program BLTHasil wawancara dan sosiogram

1. Eigenvector Centrality

Sentralitas Eigenvector digunakan untuk menggambarkan seberapa pentingnya seseorang memiliki hubungan jaringan atau relasi kepada semua aktor. Seberapa tinggi bobot aktor yang terhubung dengan aktor lainnya yang memiliki keterhubungan yang tinggi. Bisa diartikan juga sebagai seberapa populer node yang memiliki jaringan dengan aktor tersebut. Dilihat dari gambar diatas bahwa responden nomor 2 yaitu Sekretaris Desa Karang Rejo memiliki nilai eigenvector yang paling tinggi, sehingga menunjukkan bahwa responden nomor 2 merupakan orang yang berpengaruh dalam jaringan komunikasi dan juga sebagai pelaku yang menyebarkan informasi ke berbagai pasangan komunikasi.

2. Degree Centrality

Degree Centrality adalah cara untuk menggambarkan seberapa populer aktor dalam jaringan. Dari tabel diatas terlihat bahwa responden nomor 2 memiliki nilai popularitas yang tinggi, karena responden nomor 2 memiliki pemilih sebanyak 11 orang.

3. Clones Centrality

Sentralitas kedekatan adalah cara yang digunakan untuk mengetahui seberapa dekat aktor dengan anggota lainnya dalam jaringan komunikasi. Kedekatan ini diukur menggunakan beberapa jalur langkah (path), seorang aktor bisa mengubungi atau dihubungi oleh aktor lain dalam jaringan. Responden nomor 2 memiliki kedekatan lebih tinggi dibandingkan aktor lainnya yaitu sebesar 54,321 dibanding dengan aktor lainnya. Responden nomor 1 juga memiliki kedekatan dengan 6 responden dibawahnya, karena setelah dianalisis nomor tersebut merupakan anggota jaringan yang berada dalam jaringan yang sama dengan responden nomor 2.

4. Betweens Centrality

Sentralitas keperantaraan menggambarkan posisi aktor sebagai penghubung atau perantara dari hubungan aktor satu dengan aktor lain dalam jaringan. Dari gambar diatas terdapat urutan responden dengan nomor 2, 6, 8, 7, 5, 14, 16, 13, 15, 17, 20, 19, 18, 1, 9, 11, 45, 24, 23, 4, 3, 30, 32, 22, 12, 26, 21, 10. Dari 28 nomor tersebut memiliki keperantaraan yang tinggi, sehingga dapat diartikan bahwa mereka saling berinteraksi dan memiliki hubungan. Dari 28 tadi terdapat keperantaraan yang paling tinggi daripada responden lain yaitu nomor 2. Sedangkan untuk responden yang nilai keperantaraanya paling rendah yaitu responden dengan nomor 28, 31, 27, 33, 29, 35, 36, 37, 38, 39, ,40, 41, 42, 43, 44, 34. Mereka adalah anggota jaringan di masing-masing aktor utama, interaksinya dengan beberapa aktor yang dipilih.

Pilihan Hubungan Komunikasi

Pilihan hubungan komunikasi merupakan hitungan dari sedikit banyaknya pilihan yang ditunjuk oleh individu dalam jaringan komunikasi sebagai pasangan komunikasinya. Peneliti memberikan batasan jumlah minimal memilih sebanyak 3 orang. Berikut tabel pilihan hubungan komunikasi.

Pilihan Hubungan Anggota Presentase
Memilih 1 - -
Memilih 2 - -
Memilih 3 35 78%
Memilih 4 9 20%
Memilih 5 - -
Memilih 6 1 2%
Jumlah 45 100%
Table 8.Presentase Pilihan Hubungan KomunikasiKuesioner nomor 1

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata responden memilih 3 orang responden lain untuk dijadikan pasangan komunikasinya yaitu sebanyak 35 orang dengan presentase sebesar 78%. Mereka yang rata-rata memilih 3 pasangan hubungan merupakan sebagain dari anggota, dan perangkat desa, ada yang berkedudukan sebagai yang memilih maupun dipilih. Responden yang memilih 4 orang sebagai pasangan hubungan komunikasinya berjumlah 9 orang dengan presentase sebesar 20%. Mayoritas responden yang memilih 4 orang pasangan hubungan ini adalah pemuka pendapat, misalnya salah satu dari responden merupakan kepala dusun. Alasan pemilihan hubungan ini adalah karena hubungan kerja yang saling bersinergi dan juga kecocokan lingkungan antara Kepala Dusun dengan beberapa Ketua RT di masing-masing lingkungan. Untuk Responden yang memilih 6 pasangan hubungan komunikasi hanya berjumlah 1 orang responden atau 2%. Responden ini merupakan sekretaris desa yang memilih 4 orang responden yang berposisi sebagai Kepala Dusun, 1 sebagai Kepala Desa, dan 1 yang terakhir adalah Kepala Urusan Kesejahteraan Desa.

Frekuensi Hubungan Komunikasi

Informasi mengenai Program Bantuan Langsung Tunai di Desa Karang Rejo yang diperoleh oleh responden, berasal dari komunikasi yang dilakukan dengan responden lain sebagai sumber informasi. Adapun juga tujuan dari responden untuk berkomunikasi antara lain untuk memenuhi kebutuhan akan informasi mengenai permasalahan Bantuan Langsung Tunai. Berikut dibawah ini merupakan frekuensi hubungan komunikasi.

Frekuensi Komunikasi Anggota Jaringan
<Dari 1 minggu sekali -
1 minggu sekali -
2 minggu sekali -
3 minggu sekali -
1 bulan sekali 100%
>dari 1 bulan sekali -
Setiap hari sewaktu-waktu -
Jumlah 100%
Table 9.Frekuensi Hubungan KomunikasiKuesioner

Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, frekuensi hubungan komunikasi yang terjadi pada Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai berjumlah 100%. Hal ini dikarenakan sosialisasi atau rapat yang dilaksanakan untuk menyebarkan informasi mengenai Program Bantuan Langsung Tunai keseluruhannya dilakukan 1 bulan sekali.

Diadik

1. Homofili dan Heterofili Dalam Status Sosial Ekonomi

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa jumlah hubungan homofili dan heterofili yang berada pada sistem, sebagai berikut.

Tingkat Homofili dan Heterofili Jumlah Komunikasi Diadik
Hemofili tinggi, Heterofili rendah 16%
Heterofili tinggi, Homofili rendah 84%
Jumlah 100%
Table 10.Homofili dan Heterofili Dalam Status Sosial EkonomiKuesioner

Menurut tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah hubungan diadik yang besar ditunjukkan oleh mereka yang mempunyai heterofili tinggi dan hemofilinya rendah dalam status ekonomi, dengan presentase sebesar 84% bahwa mereka memiliki status ekonomi yang berbeda. Dan dalam hemofili mempunyai presentase sebesar 16% yang diartikan sebagai Hemofili tinggi dengan Heterofilinya rendah, hasil ini menunjukkan bahwa mereka memiliki status ekonomi yang sama. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi diadik yang dilakukan oleh responden memiliki status ekonomi yang berbeda. Sehingga memungkinkan sesama individu yang berinteraksi melakukan komunikasi dengan cara yang efektif tanpa memandang status sosial ekonomi. Maka dari informasi yang keluar dan masuk diantara mereka dapat tersampaikan dengan baik.

2. Homofili dan Heterofili Dalam Tingkatan Penguasaan Inovasi

Kesamaan derajat dan perbedaan derajat yang terjadi pada pasangan individu yang saling berinteraksi merupakan pengertian dari homofili dan heterofili, maka dari itu sifat homofili dan heterofili pada penelitian ini dapat dilihat dari hubungan-hubungan diadiknya. Sifat hemofili dan heterofili dalam penguasaan inovasi dapat dianalisis melalui sejumlah individu tertentu yang tingkatan penguasaan inovasinya berperan secara signifikan dalam kedudukan dan fungsinya dalam struktur jaringan.

Tingkat Homofili dan Heterofili Jumlah Komunikasi Diadik
Hemofili tinggi, Heterofili rendah 100%
Heterofili tinggi, Homofili rendah -
Jumlah 100%
Table 11.Homofili dan Heterofili Dalam Tingkatan Penguasaan InovasiKuesioner

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa hubungan diadik yang berfungsi sebagai penghubung pada umumnya bersifat hemofili tinggi, dan heterofilinya rendah dengan presentase sebesar 100%. Kesimpulann yang bisa diambil bahwa hubungan diadik yang dilakukan karena adanya tingkat penguasaann inovasi tentang Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai adalah sama.

Arah Hubungan

Arah hubungan komunikasi merupakan kedudukan individu yang memilih orang lain sebagai pasangan hubungan komunikasinya dalam suatu jaringan komunikasi. Seorang individu hanya memilih satu pasangan komunikasi maka disebut sebagai hubungan satu arah, sedangkan pasangan yang saling memilih sebagai pasangannya maka disebut komunikasi dua arah. Berikut tabel arah hubungan komunikasi.

Arah Hubungan Jumlah Presentase
Satu Arah 105 71%
Dua Arah 42 29%
Jumlah 147 100%
Table 12.Presentase artah hubungan komunikasiKlik

Dari data yang telah ditemukan sebanyak 147 hubungan komunikasi, diantara hubungan tersebut terdapat 105 hubungan dengan nilai presentase sebesar 71% yang sifatnya satu arah (hanya memilih) tapi tidak dipilih oleh pasangan komunikasinya. Sedangkan pasangan komunikasi lainnya adalah pasangan yang memilih dan dipilih oleh pasanganya, dan ditemukan sebanyak 42 hubungan dengan presentase sebesar 29% yang memiliki sifat dua arah.Arah hubungan komunikasi satu arah pada Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai karena responden tersebut ingin mendapatkan informasi dari responden lain di berbagai arah dengan melakukan pasangan hubungan yang berbeda. Sementara untuk komunikasi dua arah karena ada kesamaan dalam hubungan kerja.

Klik

1. Keterbukaan Klik

Untuk mengukur tingkat ketrbukaan klik ini melalui cara menjumlahkan hubungan antar anggota klik dengan anggota diluar klik, kemudian untuk jumlah kemungkinan hubungan komunikasi antara anggota klik tersebut dibagi dengan individu lain diluar klik dalam jaringan komunikasi. Berikut hasil perhitungan keterbukaan klik. Klik A beranggotakan 9 orang, dengan 8 hubungan antar klik, tingkat keterbukaan kliknya sebesar 0,0084. Klik B beranggotakan 9 orang, dengan 2 hubungan antar klik, tingkat keterbukaan kliknya sebesar 0,0021. Klik C beranggotakan 9 orang, dengan 2 hubungan antar klik, tingkat keterbukaan kliknya sebesar 0,0021. Klik D beranggotakan 9 orang, dengan 2 hubungan antar klik, tingkat keterbukaan kliknya sebesar 0,0021. Klik E beranggotakan 9 orang, dengan 2 hubungan antar klik, tingkat keterbukaan kliknya sebesar 0,0021.

Dari uraian diatas dapat dijelaskna bahwa keterbukaan Klik A adalah keterbukaan yang paling tinggi dibandingkan dengan klik lainnya, yaitu sebesar 0,0084. Hal ini dikarenakan sistem pada klik tersebut terdapat beberapa orang yang berpengaruh dalam bersosial dengan masyarakat. Sedangkan untuk klik B, C, D, dan E memiliki kesamaan jumlah rata-rata yaitu sebesar 0,0021. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata keterbukaan klik sebesar 0,00336, dengan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keterhubungan klik adalah rendah, karena nilai nya dibawah 0,5.

2. Kepadatan Klik

Perhitungan hasil kepadatan klik sebagai berikut Klik A beranggotakan 9 orang, dengan hubungan komunikasinya 31, maka kepadatan kliknya sebesar 0,431. Klik B beranggotakan 9 orang, dengan hubungan komunikasinya 29, maka kepadatan kliknya sebesar 0,403. Klik C beranggotakan 9 orang, dengan hubungan komunikasinya 29, maka kepadatan kliknya sebesar 0,403. Klik D beranggotakan 9 orang, dengan hubungan komunikasinya 29, maka kepadatan kliknya sebesar 0,403. Klik E beranggotakan 9 orang, dengan hubungan komunikasinya 29, maka kepadatan kliknya sebesar 0,403

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kepadatan klik sebesar 0,4086. Klik A memiliki kepadatan klik yang lebih tinggi daripada klik lainnya yaitu sebesar 0,431. Dan untuk klik A, B, C, dan E memiliki kepadatan dengan nilai 0,403. Dengan hasil seperti ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kepadatan klik dikatakan rendah karena jumlahnya kurang dari 0,5.

3. Keterhubungan Klik

Perhitungan hasil keterhubungan klik sebagai berikut Klik A dengan anggota 9 orang dan hubungan yang ada berjumlah 31, maka tingkat kepadatan kliknya sebesar 0,86%. Klik B dengan anggota 9 orang dan hubungan yang ada berjumlah 29, maka tingkat kepadatan kliknya sebesar 0,81%. Klik C dengan anggota 9 orang dan hubungan yang ada berjumlah 29, maka tingkat kepadatan kliknya sebesar 0,81%. Klik D dengan anggota 9 orang dan hubungan yang ada berjumlah 29, maka tingkat kepadatan kliknya sebesar 0,81%. Klik E dengan anggota 9 orang dan hubungan yang ada berjumlah 29, maka tingkat kepadatan kliknya sebesar 0,81%.

Berdasarkan hasil dari perhtungan diatas dapat diketahui bahwa keseluruhan keterhubungan klik tinggi, dikarenakan hasil dari perhitungan ini lebih dari angka 50%, sedangkan nilai rata-ratanya sebesar 82%

Sistem

1. Kepadatan Jaringan

Kepadatan jaringan komunikasi merupakan jumlah dari sedikit dan banyaknya hubungan komunikasi yang terjalin diantara anggota pada jaringan sistem. Kepadatan jaringan komunikasi diukur dengan cara menghitung jumlah hubungan komunikasi yang terjalin kemudian dibagi dengan jumlah kemungkinan hubungan yang ada. Jika indeks menunjukkan pada angka 0,5-1 maka kepadatan jaringannya dikatakan tinggi, namun jika hasil indeks nya kurang dari 0,5 maka dikatakan rendah.

Hasil dari perhitungan kepadatan jaringan pada Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai ini adalah sebesar 0,05 dari 42 hubungan komunikasi yang terjalin dan dari 45 anggota jaringan. Dengan demikian indeks kepadatan jaringan komunikasi terbilang rendah, karena hasil indeksnya kurang dari 1.

2. Kekompakan Jaringan

Kekompakan jaringan komunikasi merupakan keadaan jumlah individu yang berhubungan dengan individu lain didalam jaringan komunikasinya. Jaringan komunikasi ini dikatakan memiliki kekompakan yang tinggi bilamana terdapat hubungan komunikasi dari individu didalam sistem tersebut melalui langkah hubungan komunikasi yang terjadi secara langsung. Kekompakan jaringan dikatakan tinggi apabila indeks perhitungan langkah-langkahnya pendek dan menghasilkan angka 50%-100%, sedangkan hasil akan dikatakan rendah jika perhitungan indeksnya kurang dari 50%.

Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil 14,8% yang merupakan hasil dari perhitungan komunikasi 1 langkah dari 147 hubungan komunikasi. Dan untuk komunikasi 2 langkahnya ditemukan sebanyak 42,3% yang didapatkan dari 419 hubungan komunikasi 2 langkah. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kekompakan jaringan komunikasinya rendah karena hasil perhitungan indeksnya kurang dari 50%.

3. Keterhubungan Jaringan Komunikasi

Keterhubungan komunikasi pada sistem merupakan jumlah dari banyak dan sedikitnya jaringan komunikasi yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Tingkat keterhubungan jaringan komunikasi dikatakan tinggi jika individu pada sistem memiliki keterhubungan yang tnggi terhadap anggota lainnya, maka sistem ini akan memiliki keterhubungan yang luas. Tingkat keterhubungan komunikasi diukur dengan menjumlahkan hubungan komunikasi kemudian dibagi dengan jumlah kemungkinan hubungan komunikasi dalam sistem. Dengan catatan bahwa setiap hubungan komunikasi dua arahnya tetap dihitung satu hubungan. Tingkat keterhubungan sistem ini dikatakan sempit jika indeksnya mendekati 0%, sedangkan akan dikatakan luas jika indeksnya mendekati 100%.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keterhubungan komunikasi pada Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai sebesar 0,045, yang jika dipresentase kan menjadi 5% dari 45 responden dengan jumlah hubungan 147. Dengan demikian dapat diartikan bahwa keterhubungan komunikasinya sempit karena kurang dari 50%.

Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai

Dalam penelitian ini, Desa Karang Rejo merupakan sistem pada Program Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai. Menurut Jogiyanto (2005) sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Desa Karang Rejo terdiri dari elemen-elemen yang mencakup individu seperti Kepala Desa, Sekertaris Desa, Perangkat Desa, Kepala Dusun, sampai Ketua RT beserta anggota masyarakatnya. Masing-masing elemen yang terdapat pada sistem ini saling berinteraksi, dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang sama yaitu mensukseskan Program Bantuan Langsung Tunai sebagai program pembantu menurunnya perekonomian masyarakat yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat Desa Karang Rejo dalam Program Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai, menunjukkan adanya pola komunikasi yang terbentuk antar masyarakat akibat interaksi hubungan komunikasi di program tersebut. Melalui interaksi ini, hubungan antar warga desa juga telah membentuk suatu jaringan komunikasi antar individu di masyarakat. Dimana setiap inidividu melakukan hubungan komunikasi dengan individu yang lain sebagai pasangan komunikasinya. Komunikasi itulah yang menyebabkan adanya arus informasi mengenai adanya Program Bantuan Langsung Tunai yang disebarkan melalui pemuka pendapat kepada jaringan komunikasinya.

Jaringan komunikasi pada masyarakat Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai terdapat individu yang berperan penting dalam penyebaran informasinya. Berdasarkan hasil penelitian yang diperolah terdapat 14 individu yang berperan sebagai pemuka pendapat, yang diperankan oleh responden nomor 2 (Sekretaris Desa), nomor 5 (Kepala Dusun Karang Bangkal), nomor 6 (Kepala Dusun Sangglud), nomor 7 (Kepala Dusun Karang Rejo), nomor 8 (Kepala Dusun Sejo), nomor 9 (Kaur Kesejahteraan), nomor 13 (Ketua RT5 RW5 Kr.Bangkal), nomor 14 (Ketua RT6/RW5 Kr.Bangkal), nomor 15 (Ketua RT1/RW1 Sangglud), nomor 16 (Ketua RT2/RW1 Sangglud), nomor 17 (Ketua RT5/11 Kr. Rejo), nomor 18 (Ketua RT8/RW12 Kr. Rejo), nomor 19 (Ketua RT1/RW3 Sejo), nomor 20 (Ketua RT3/RW9 Sejo).

Jaringan komunikasi warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai dilakukan melalui proses utama informasi ini didapatkan dari Kepala Desa. Sebelum menyebarkan informasi ke Sekretaris desa, Kepala Desa mendapatkan informasi tentang Program BLT dari berbagai pihak diluar sistem jaringan, yaitu Camat, DPMD, dan Kasim Desa. Setelah informasi didapatkan, kemudian Kepala Desa menyebarkan informasinya kepada tiga anggota dalam Desa, seperti Sekretaris Desa (Sebagai pemuka pendapat utama), kemudian kepada Kaur Keuangan, dan juga Kaur Perencanaan.

Pada jaringan komunikasi ini, yang menjadi pemuka pendapat utama adalah Sekretaris Desa. Hal ini terjadi disebabkan karena Sekretaris desa memiliki jaringan komunikasi yang luas dibandingkan pemuka pendapat lainnya, selain itu karena dalam hubungan komunikasi Sekretaris Desa dijadikan pusat pilihan pasangan hubungan komunikasi terbanyak yaitu dipilih oleh 11 orang anggota jaringan.

Sekretaris Desa sebagai pemuka pendapat utama tidak hanya menyebarkan informasi, tetapi juga mencari dan mendapatkan informasi mengenai program BLT dari Kepala Desa, kemudian informasi ini disaring terlebih dahulu sebelum disebarkan kepada anggota yang lain. Kegiatan penyebaran informasi ini dilakukan dengan aktif dalam pertemuan rapat yang diadakan oleh Desa Karang Rejo. Selain memiliki hubungan tersebut, Sekretaris desa juga menyampaikan informasi yang sudah didapatkan kepada pemuka pendapat lainnya, kemudian menjadikan para pemuka pendapat memiliki peran penting dalam arus informasi Program Bantuan Langsung Tunai.

Peran Kepala Desa yang aktif untuk mendapatkan informasi diluar sisitem jaringan dilakukan dengan tujuan agar informasi yang dibawa bersifat parti dan benar, agar tidak menimbulakn ketidakpastian. Setelah mendapatkan arahan dari Kepala Desa, Sekretaris Desa ini dibantu oleh 13 pemuka pendapat lainnya mengenai informasi Program Bantuan Langsung Tunai kepada masyarakat. Pengetahuan informasi ini juga didapatkan melalui link atau website resmi yang disebarkan oleh Camat, selain itu informasi ini didapatkan juga melalui Grub WhatsApp.

Saluran komunikasi yang pertama kali digunakan oleh pemuka pendapat untuk menyebarkan informasi mengenai Program Bantuan Langsung Tunai di Desa Karang Rejo adalah komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang dilakukan secara langsung antar anggota di dalam suatu kelompok, individu yang terlibat didalamn komunikasi sesuai dengan perannya, (Moerdijati, 2012). Komunikasi kelompok dilakukan pemuka pendapat melalui pertemuan rapat bersama perangkat desa, dan kepala dusun yang diadakan setiap satu bulan sekali ketika informasi dana pada bulan tersebut akan diturunkan, dan tentunya proses rapat ini tetap dilaksanakan dengan menggunakan protokol kesehatan.

Proses sosialisai mengenai informasi Program Bantuan Langsung Tunai di Desa Karang Rejo dilaksanakan di 2 kelompok, hal ini dimaksudkan rapat pertama dilaksanakan di Balai Desa dengan pertemuan antara Kepala Desa, Sekretaris Desa, Perangkat Desa, dan juga para Kepala Dusun. Setelah dilaksanakan, pihak Kepala Dusun di masing-masing Dusun melanjutkan sosialisai yang ke 2 dengan dilaksanakan melalui pertemuan Kepala Dusun bersama seluruh Ketua RT dan para anggota penerima Program Bantuan Langsung Tunai.

Komunikasi kelompok ini menimbulkan komunikasi antarpribadi diantara individu dalam anggota sistem. Saluran antarpribadi nanti akan membuat pesan pesan komunikasinya menyebar melalui percakapan antar individu satu dengan individu lainnya. Dengan percakapan antar individu ini akan menyebarluaskan informasi mengenai Program Bantuan Langsung Tunai di Desa Karang Rejo. Seperti pada pembahasan pada pilihan hubungan pasangan, saluran informal yang dilakukan seperti percakapan sehari-hari antar anggota jaringan. Komunikasi informal disini terjadi karena disebabkan oleh kedekatan pribadi seperti tetangga.

Arus informasi yang mengalir pada masyarakat Desa Karang Rejo melalui saluran komunikasi yang digunakan, untuk membentuk sebuah pola jaringan komunikasi. Berdasarkan pada analisis sub bab sebelumnya, diketahui bahwa jaringan komunikasi masyarakat Desa Karang Rejo dalam Program Bantuan Langsung Tunai membentuk pola struktrur jaringan komunikasi roda dan pola semua saluran. Menurut De Vito (1997) yang dikutip oleh Sulistiawati (2014), menjelaskan bahwa struktur komunikasi menyeluruh adalah dimana semua anggota pada sistem adalah sama dan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi sesama anggota sistem lainnya. Jaringan roda yang ada pada jaringan komunikasi warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai dilakukan melalui saluran formal.

Analisa pada sistem jaringan komunikasi warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai menunjukkan bahwa tingkat kepadatan jaringan komunikasinya rendah, karena hasil pada indeks menunjukkan nilai 0,05 yang berarti kurang dari 0,5. Sehingga hubungan yang terjalin antar individu pada masyarakat Desa Karang Rejo dalam Program Bantuan Langsung Tunai rendah. Sedangkan tingkat kekompakan jaringan juga dikatakan rendah, karena hasil perhitungan hubungan komunikasi 1 langkah dan 2 langkahnya menunjukkan hasil kurang dari 50%, yaitu hubungan 1 langkah menghasilkan nilai 14,8% dan hubungan 2 langkahnya 42,3%. Selanjutnya untuk tingkat keterhubungan menghasilkan nilai 0,045 yang berarti kurang dari 1 sehingga dikatakan sempit.

Analisa selanjutnya adalah klik pada penelitian, nilai keterbukaan klik menunjukkan hasil sebesar 0,00336 atau tingkat keterbukaan kliknya dikatakan rendah karena hasil rata-rata menunjukkan hasil dibawah 0,5. Selanjutnya adalah kepadatan di masing-masing klik memiliki rata-rata hubungan sebesar 0,4086 yang berarti kurang dari 0,5, sehingga hasil dari rata-rata tersebut dikatakan rendah. Dan yang terakhir yaitu tingkat keterhubungan klik menunjukkan hasil perhitungan sebesar 0,82, karena hasil perhitungan tersebut memunculkan angka dibawah 50% maka keterhubungan klik ini rendah.

Berdasarkan hasil analisa pada penelitian Program Bantuan Langsung Tunai dapat diketahui bahwa peran seorang pemuka pendapat sangat penting dalam menyampaikan informasi dan mempengaruhi anggotanya yang ikut menjadi bagian sistem jaringan. Pendekatan dan pengawasan yang intens pada informasi sosialisasi dan edukasi pada masyarakat perlu ditingkatkan kembali sebagai cara untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anggota dalam Program Bantuan Langsung Tunai di Desa Karang Rejo.

Peran-peran Jaringan Komunikasi Warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langsung Tunai

Berdasarkan hasil analisa pada struktur komunikasi dapat diketahui bahwa jaringan komunikasi warga Desa Karang Rejo dalam menyalurkan Program Bantuan Langaung Tunai terdapat peran klik, pemuka pendapat, Bridge, dan Gatekeeper. Klik yang terbentuk sebanyak 5 klik, individu dalam sistem di setiap klik memiliki peran untuk memperngaruhi dan menyampaikan informasi kedalam dan keluar klik.

Individu yang menjadi pemuka pendapat merupakan individu yang memberi pengaruh pendapat, perilaku, dan motivasi orang lain. Hal itu juga dapat dilihar dari banyaknya jumlah ikatan hubungan komunikasi yang dimiliki oleh individu dalam jaringan. Karateristik individu yang memiliki peran sebagai pemuka pendapat antara lain dari tingkat pendidikan, tingkat wawasan pengetahuan yang luas, status sosial ekonomi, dan akses keterbukaan pada media massa.

Pemuka pendapat dalam penelitian kali ini memiliki karateristik yang berbeda, seperti pemuka pendapat nomor 2 dan 5, Bapak Akhmad Shodiq, S. EI, merupakan Sekretaris Desa dengan nomor responden 2 berpendidikan terakhir Strata 1, sedangkan Bapak M. Tohir dengan nomro responden 5 merupakan Kepala Dusun Karang Bangkal dengan pendidikan terakhir SMA. Maka dari kedua tingkatan pendidikan tersebut tentunya akan mempengaruhi tingak pengetahuan dan juga kemampuan dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Karang Rejo. Adapun pemuka pendapat utama dalam penelitian ini, yaitu Mukhammad Jainul yang memiliki jabatan sebagai Kepala Desa Karang Rejo. Untuk Responden nomor 2 yang menjadi pemuka pendapat, responden nomor 2 ini juga berperan sebagai gatekeeper, karena dia yang akan menyebarkan kepada masyarakat atau anggota jaringan lainnya. Sedangkan untuk pemuka pendapat lainnya yaitu responden dengan nomor 6 (Kepala Dusun Sangglud), nomor 7 (Kepala Dusun Karang Rejo), nomor 8 (Kepala Dusun Sejo), nomor 9 (Kaur Kesejahteraan), nomor 13 (Ketua RT5 RW5 Kr.Bangkal), nomor 14 (Ketua RT6/RW5 Kr.Bangkal), nomor 15 (Ketua RT1/RW1 Sangglud), nomor 16 (Ketua RT2/RW1 Sangglud), nomor 17 (Ketua RT5/11 Kr. Rejo), nomor 18 (Ketua RT8/RW12 Kr. Rejo), nomor 19 (Ketua RT1/RW3 Sejo), nomor 20 (Ketua RT3/RW9 Sejo), selain itu mereka juga berperan sebagai Bridge.

Upaya pemuka pendapat dalam proses penyebaran informasi tentang Program Bantuan Langsung Tunai untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dilakukan dengan unsur-unsur utama. Terdapat 3 unsur yaitu :

  1. Inovasi, merupakan penyebaran informasi mengenai Program Bantuan Langsung Tunai serta mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat di Desa Karang Rejo. Dengan cara ini maka diharapkan akan mampu merubah pola ekonomi masyarakat menjadi lebih baik lagi.
  2. Saluran komunikasi, pada proses penyebaran informasi Program Bantuan Langsung Tunai, saluran komunikasi yang digunakan bersifat formal dan informal.
  3. Jangka waktu, sejak tahun 2020 corona virus masuk ke Indonesia dan mau tidak mau masyarakat Indonesia harus menyesuaikan kebiasaan hidup yang baru, peristiwa ini selain memunculkan dampak negatif bagi kesehatan juga memunculkan efek negatif bagi perekonomian masyarakat di Indonesia karena adanya pembatasan kegiatan di masyarakat. Begitu juga dengan yang terjadi di Desa Karang Rejo, penurunan ekonomi warga juga ikut meningkat sehingga pemerintah pusat memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak dengan bantuan dana tunai melalui Program Bantuan Langsung Tunai Dana Desa. Program ini dengan tujuan untuk sedikit meringankan dampak perekonomian yang menurun akibat pembatasan kegiatan bermasyarakat karena pandemi Covid-19.

Menurut Rogers, inovasi didifusikan pada anggota sistem untuk memperoleh hasil yang baik dan sesuai dengan tujuan. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Program Bantuan Langsung Tunai bisa diterima karena :

  1. Keuntungan relative (Relative Adventages), merupakan gagasan baru yang memberikan keuntungan untuk penerima. Pemberian Program Bantuan Langsung Tunai ini memberikan keuntungan berupa membantu perekonomian masyarakat terdampak Covid-19 karena pembatasan kegiatan masyarakat, sehingga beberapa dari mereka ada yang kehilangan pekerjaan dan menjadikan perekonomian mereka menurun.
  2. Keserasian (Compability) adalah inovasi yang akan didifusikan menjadi serasi dengan gagasan terdahulu, dan sesuai kebutuhan. Peristiwa virus Covid-19 ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di seluruh Dunia. Dengan adanya kasus ini mengakibatkan perekonomian masyarakat menurun sehingga pemerintah memberikan bantuan dengan tujuan untuk meringankan tingkat penurunan ekonomi pada masyarakat yang terdampak.
  3. Kerumitan (Complexity) adalah inovasi yang dirasa rumit atau tidak diterima oleh si penerima. Adanya Program Bantuan Langsung Tunai tidak dirasakan rumit oleh masyarakat karena program ini dapat membantu masyarakat yang terdampak dengan memberikan bantuan tunai dari pemerintah.
  4. Dapat dicobakan (Trialability) adalah inovasi yang dicoba dalam skala yang kecil. Program Bantuan Langsung Tunai ini berhasil meringankan beban masyarakat yang terdampak oleh peristiwa virus Covid-19.
  5. Dapat dinikmati (Observability) merupakan inovasi yang dapat dinikmati dan dilihat hasilnya secara langsung oleh masyarakat. Dengan adanya Program Bantuan Langsung Tunai ini memunculkan hasil yang dinikmati secara langsung oleh masyarakat terdampak, karena pemberian Bantuan Langsung Tunai Dana Desa diberikan selama satu bulan sekali sehingga bisa menjadi pemasukan untuk masyarakat dengan ekonomi yang menurun.

Menurut Rogers (1983) terdapat tipe dalam mengadopsi inovasi, tipe tersebut yaitu inovator, early adapter, early majority, dan late majority. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 3 tipe adopsi, yaitu inovator, early adopter, dan early majority:

  1. Inovator merupakan individu yang menyampaikan pertama kalinya dan berani membuat keputusan dan juga perubahan serta mencoba hal baru. Tipe responden ini terbuka untuk dunia luar sehingga mampu menerima dengan baik mengenai informasi yang ada, yaitu mengenai Program Bantuan Langsung Tunai yang dilaksanakan di Desa Karang Rejo. Inovator dalam penelitian ini adalah responden dengan nomor 1 dan 2, yaitu Kepala Desa dan juga Sekretaris Desa.
  2. Early adopter, individu yang pertama kali mengadopsi inovasi setelah inovator. Mereka ini merupakan anggota yang berinteraksi dengan sistem jaringan yang ada, disisi lain mereka juga menjadi tempat bertanya serta pertimbangan (pengambilan keputusan) oleh orang-orang disekitarnya. Dalam penelitian ini early adopter diaktori oleh responden bernomor 5, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20.
  3. Early majority merupakan responden yang dalam mengadopsi inovasi sering melakukan interaksi dengan early adopter. Responden ini memiliki tipe diantara orang-orang yang pertama kali mengadopsi inovasi dan orang yang terlambat dalam mengadopsi inovasi. Early adopter ini dimiliki oleh responden dengan nomor 3, 4, 10, 11, 12, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44.

Kesimpulan

  1. Pola struktur jaringan komunikasi yang terbentuk adalah jaringan komunikasi roda dan jaringan komunikasi semua saluran. Semua anggota memiliki kekuatan untuk mempengaruhi anggota lainnya, meskipun menggunakan jenis komunikasi roda dan komunikasi semua saluran, namun masih ada peran pemuka pendapat yang muncul karena pemilihan pasangan hubungan.
  2. Peran struktur komunikasi yang ditemukan adalah pemuka pendapat, klik, bridge, dan gatekeeper. Terdapat 14 pemuka pendapat, yang memiliki peran penting dalam mempengaruhi anggota maupun masyarakat. Pemuka pendapat utama dipegang oleh sekretaris desa yang dipilih oleh 11 orang anggota jaringan karena perannya dalam mengelola informasi BLT yang diperoleh dari kepala desa untuk kemudian disebarkan ke masyarakat.
  3. Klik yang terbentuk sebanyak 5 klik, antara lain Klik A dengan anggota para Perangkat Desa, Klik B terdiri dari masyarakat dari Dusun Karang Bangkal, Klik C merupakan warga Dusun Sangglud, Klik D diisi oleh masyarakat Dusun Sejo, dan Klik E berisi masyarakat Dusun Karang Rejo.
  4. Bridge dalam jaringan komunikasi diperankan oleh 4 orang yang merupakan pejabat desa yaitu sebagai kepala desa dan kepala dusun di Desa Karang Rejo. Sedangkan gate keeper yang bertugas menyaring informasi sebelum disebarkan ke masyarakat dilakukan oleh sekretaris desa.
  5. Tipe pengadopsi inovasi program Bantuan Langsung Tunai pada masa pandemi yaitu inovator, early adopter, dan early majority. Inovator adalah kepala desa dan sekretaris desa. Early adopter yaitu para penjabat desa, dari kepala dusun sampai dengan ketua RT/RW. Sedangkan early majority adalah masyarakat yang dalam mengadopsi inovasi sering berinteraksi dengan early adopter tetapi terlambat dalam mengadopsi inovasi program Bantuan Langsung Tunai.

References

  1. I. D. P., Diambil Kembali Dari Pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT), Lombok Barat: Desa Peteluan Indah, 2021.
  2. Monge, R. P. dan Noshir, Theories of Communication Networks, USA: Oxford University Press, 2003.
  3. A. Jariyah, Pola Jaringan Komunikasi dalam Program Desa Melangkah di Desa Kenongo Kecamatan Tulangan, Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2018.
  4. A. Rochmaniah dan S. M., Jaringan Komunikasi dalam Penanganan Gizi Balita di Posyandu Desa Medalem Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo, Sidoarjo: Jurnal Kanal, 2018.
  5. Burhanuddin, Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Desa Tua Nanga Kecamatan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat, Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram, 2020.
  6. Putri, F. Dhelittya , S. Anang dan Antoni, “Analisis Jaringan Komunikasi Pada Level Aktor Dalam Jaringan Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto (Kompak),” Channel Jurnal Komunikasi, vol. 6, no. 2, pp. 183-190, 2018.
  7. E. M. Rogers dan D. L. Kincaid,, Communication Networks: Toward a New Paradigm For Research, New York: The Free Press, 1981.
  8. M. Syamsudin dan Aan, Metode Riset Kuantitatif Komunikasi, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013.
  9. A. T. Rumiyati, Modul Sosiometri, Tanggerang: Universitas Terbuka, 2013.
  10. A. Hardjana, Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006.