Arts and Heritage Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v11i0.774

The Kuntilanak Image in Mangkujiwo Movie: Roland Barthes Semiotics Analysis


Gambaran Kuntilanak dalam Film Mangkujiwo: Analisis Semiotika Roland Barthes

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Kuntilanak Film Horor Indonesia Analisis Semiotika Roland Barthes Women on the Movie

Abstract

Many of Indonesia's horror films raise myths that are very strong among the public, such as the myth about the Kuntilanak ghost. Kuntilanak, the ghost of a woman who is pregnant is often featured in films, this ghost is often described as a ghost who has a lot of grudges and is usually abused by irresponsible people such as being used for pesugihan. By researching the film Mangkujiwo, which tells how the Kuntilanak ghost was born. This study also aims to describe how Kuntilanak is portrayed in the film both during his life and after becoming a Kuntilanak ghost figure. The type of research used in this research is descriptive qualitative, this research uses Roland Barthes' semiotic research methods, markers, signifiers that exist at the denotative and connotative levels. In addition, data collection was carried out by means of observation and documentation. The results showed that the image of Kuntilanak in the film Mangkujiwo shows the existence of violence both physically, mentally and sexually, spiritually, besides that it also shows that during his life he was described as a comfort woman and even used as a sacrifice for knowledge. black. Where the violence is mostly done by the figure of Kuntilanak both before and after death.

Pendahuluan

Pemilihan karakter kuntilanak dalam penelitian ini bukan tanpa alasan, dalam industri perfilman di Indonesia terutama dalam film bergenre horor banyak mengangkat kisah dari hantu wanita yang satu ini. Perfilman Indonesia memiliki karakter masing-masing dalam membawakan cerita kuntilanak dengan sangat menarik. Film kuntilanak juga tidak terlepas dari pemeran wanita yang sangat berpengaruh dalam film. Peran wanita yang ada dalam film juga sebagai objek erotisme, wanita sebagai objek kekerasan dan wanita terpandang. Gambaran wanita tersebut juga sering muncul pada film yang bergenre horor. Jacob Soemardji juga menyatakan bahwa perfilman Indonesia lebih menonjolkan gaya hidup mewah, erotisme dan kekerasan [1].

Suzana, Dewi Persik, dan Julia Perez artis wanita yang sering membawakan peran hantu wanita dalam film horor ini juga tidak terlepas dari banyaknya adegan erotis maupun kekerasan. Wanita dalam film horor, merupakan objek yang digunakan untuk menyenangkan kaum laki-laki. Bukan memberikan kesan yang menakutkan, banyak dari film horor yang lebih menjual desahan perempuan dan kemolekan tubuh perempuan [2]. Wanita memang sering dianggap lemah dan dianggap sebagai kaum kedua [3]. Menurut Redi Panuju, ia menyatakan bahwa pola pikir pembuatan film horor masih terikat atau masih terjebak dengan cara pandang Patriarki atau peran laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan wanita hanya sebagai objek kesenangan laki-laki [4].

Film horor sudah tidak asing lagi jika menjadikan tubuh wanita dan feminisme sebagai topik utama, seks dan kekerasan lebih sering terjadi pada wanita yang menjadi korban laki-laki. Namun, dengan menampilkan seksualitas yang menonjol juga berpotensi pada wanita sebagai bentuk korban, penjahat dan sebagai pahlawan dalam film horor [5]. Perempuan juga dianggap tidak memiliki kekuatan fisik, lemah, dan cenderung emosional. Status kedudukan tersebut juga tidak dapat memungkiri bahwa wanita juga memiliki kemampuan dan keahlian dalam berkarya di industri perfilman. Menurut Tong, Wanita juga memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki, keadilan ini timbul dalam diri masing-masing dan baik laki-laki maupun perempuan tidak ada yang merasa dirugikan satu sama lain sehingga keadilan tersebut bisa terwujud [6].

Sekarang industri perfilman indonesia sudah banyak melahirkan film-film yang mengisahkan perjuangan perempuan untuk merebut keadilan. Untuk menampilkan karakter wanita yang kuat, seorang aktris dituntut untuk berpenampilan menawan agar gambaran wanita menarik bisa dimengerti. Karakter wanita hebat sendiri merupakan karakter yang tidak lagi di perlakukan semena-mena oleh laki-laki baik dari aspek kepemimpinan, sebagai objek seksual, maupun sebagai objek kekerasan dan masih menghargai seorang laki-laki [7]. Sekarang Film juga dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk melawan citra perempuan oleh laki-laki atau sebagai alat untuk meningkatkan penghargaan terhadap wanita yang posisinya lebih rendah [8]. Dalam film horor, citra wanita akan berubah jika sudah menjadi karakter hantu karena sosok hantu wanita dianggap sebagai “penakluk” yang bisa mencelakakan seseorang [9]. Sesuai dengan karakter kuntilanak dalam film selalu menjadi “penakluk” untuk membalaskan dendam mereka.

Kuntilanak sudah menjadi legenda dari masyarakat Indonesia, kuntilanak merupakan arwah gentayang seorang wnaita yang diakhirhidupnya meninggal secara teragis seperti meninggal saat melakukan aborsi, dibunuh atau bunuh diri dalam keadaan mengandung. Kuntilanak lebih dikenal dengan ciri-ciri identik dengan rambut yang panjang, berbaju putih lusuh yang menjuntai sampai ke bawah, kuntilanak juga memiliki perasaan atau mood yang berubah ubah awalnya sedih kemudian tertawa melengking, suka berada di pohon yang besar, sungai, danau maupun kolam. Kuntilanak juga memiliki sifat jahil dan pendendam, kebanyakan film horor yang mengisahkan kuntilanak sebagai hantu yang semasa hidupnya menjadi korban kekerasan bahkan juga menjadi pelampiasan dari nafsu seorang pria.

Seperti dalam film Mangkujiwo yang mengangkat kisah awalmula lahirnya Kuntilanak, dalam film Mangkujiwo disebabkan karena perseteruan yang terjadi antara Brotoseno dan Cokrokusumo yang masih keturunan dari Mangkujiwo untuk merebutkan kedudukan Loji Pusaka. Mangkujiwo sendiri merupakan perkumpulan sesat yang menggunakan sosok kuntilanak untuk membantu memenuhi kebutuhan pribadi seperti bisnis. Di lansir dari kincir.com pada awal penayangannya film ini menarik penonton sebanyak 342.913.

Untuk mengetahui gambaran kuntilanak dalam film Mangkujiwo penulis menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Semiotika diambil dari bahasa Inggris semiotic, sedangkan dalam bahasa Yunani semeion yang berarti tanda [10]. Semiotika adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk meneliti sebuah tanda yang ada dikehidupan manusia. Tanda-tanda hanya mengembangkan arti (significant) yang berkaitan dengan pembacanya, pembaca itulah yang akan menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan (signifie) sesuai dengan bahasa yang ada [11]. Pada dasarnya semiotika mempelajari tentang kemanusiaan dan memaknai hal-hal yang terdapat di sekitarnya. Semiotika atau ilmu tentang tanda yang memungkinkan seseorang untuk menganalisis sistem simbolik dengan cara sistematis. Elemen-elemen dasar yang harus diperhatikan dari analisis semiotik yaitu tanda (penanda/petanda), aksis tanda (syntagma/sistem), tingkatan tanda (denotasi/konotasi), relasi tanda (metafora/metonimi)[12]. Ada lima ciri-ciri tanda dalam analisis semiotik menurut Zoest pertama tanda harus dapat diamati agar berfungsi sebagai tanda, kedua tanda harus bisa dipahami agar bisa menjadi syarat mutlak, ketiga tanda harus bisa merujuk pada sesuatu yang lain, keempat sebuah tanda harus memiliki sifat representatif dan yang kelima sesuatu hanya dapat merupakan tanda atas dasar satu dan yang lain [13]. Dalam sebuah film analisis semiotika digunakan untuk menganalisa tanda-tanda ikonis yang menggambarkan suatu maksud dalam penyampaian pesan kepada khalayak [14]

Analisis Semiotika Roland Barthes terdiri dari dua tatanan pertanda, tatanan pertama menggambarkan hubungan antara signifier (penanda) merupakan sebuah bunyi maupun coretan yang memiliki makna dan signified (petanda) merupakan gambaran atau konsep dari suatu dari signifier [15], dari hubungan tersebut menghasilkan makna asli/makna utama yang disebut dengan Denotasi. Dan di tatanan kedua terdapat makanan baru yang muncul atas dasar perasaan atau pikiran seseorang atau menunjukan signifikansi tahap kedua dimana makna yang terkandung bersifat intersubjektif yang disebut dengan Konotasi dan Mitos yang juga merupakan sistem semiologi tatanan kedua. Bisa dilihat bahwa dalam Mitos terdapat dua sistem semiologi yang saling berhubungan satu sama lain. Mitos merupakan lapisan petanda dan makna yang paling [16]. Semiotika Roland Barthes lebih berfokus pada mitos. Mitos merupakan kisah yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat, menurut Barthes mitos merupakan mata rantai dari konsep yang berelasi.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan memberi kesan yang sesuai. Penelitian deskriptif merupakan sebuah teknik penelitian dimana penelitian ini bertujuan untuk menunjukan gambaran mengenai subjek atau objek yang akan diteliti. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pada hal terpenting seperti kejadian, fenomena dan gejala sosial [17]. Metode ini digunakan untuk menentukan gambaran Kuntilanak dalam film Mangkujiwo dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes yang berfokus pada signifikasi dua tahap berupa makna Denotasi, Konotasi dan Mitos.

Subjek dalam penelitian ini berupa film Mangkujiwo dan objek dalam penelitian ini yaitu gambaran mengenai kisah hantu Kuntilanak baik sebelum meninggal dan setelah meninggal dan menjadi sosok hantu kuntilanak. Data merupakan suatu unsur terpenting dalam sebuah penelitian, sehingga dengan adanya data yang sesuai dan akurat maka penelitian ini juga mendapatkan jawaban yang tepat dari permasalah yang ditentukan sebelumnya [18]. Ada dua jenis data yang ada dalam penelitian ini, berikut 2 jenis data yang digunakan berupa data primer atau data pertama yang diperoleh langsung dari objek penelitian dengan menonton dan mengamati film horor Mangkujiwo 2020 secara keseluruhan, kemudian dianalisis dengan screenshot potongan adegan yang memiliki makna denotasi dan konotasi terhadap gambaran wanita dalam film Mangkujiwo. Yang kedua yaitu data data pendukung yang dapat diambil melalui sumber data lain seperti buku, jurnal maupun artikel/karya tulis yang tepat dengan penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penilitian ini, melakukan pengamatan/observasi secara langsung dengan menonton keseluruhan film Mangkujiwo dan kemudian mengumpulakan data berupa potongan adegan/gambar yang berkaitan dengan gambaran kuntilanak dalam film Mangkujiwo.Dalam penelitian ini ada tiga tahapan untuk menganalisis data berupa reduksi data yang dilakukan dengan memasukan data yang didapat dari film Mangkujiwo baik berupa potongan adegan, kemudian dianalisis menggunakan metode semiotika Roland Barthes kemudian penyajian data dalam penelitian ini menggunakan penulisan naratif atau catatan yang berisikan data yang telah diidentifikasi melalui dua tahapan Roland Barthes dan yang terakhir penarikan kesimpulan untuk mencari makna data yang sudah dikumpulkan untuk ditarik kesimpulan sementara kemudian diverifikasi dengan data yang yang sudah ada agar sesuai dan bisa menjadi jawaban dari permasalahan yang ada.

Hasil dan Pembahasan

1. Sebelum menjadi Kuntilanak

Setelah mengumpulkan dan mengelompokkan data berdasarkan indikasi yang berkaitan dengan bagaimana gambaran Kuntilanak dalam film mangkujiwo, maka disini peneliti menggunakan analisis semiotika Roland Barthes untuk menganalisa potongan adegan yang bisa mewakili gambaran kuntilanak maka dapat dilihat bahwa:

Setelah mengumpulkan dan mengelompokkan data berdasarkan indikasi yang berkaitan dengan bagaimana gambaran Kuntilanak dalam film mangkujiwo, maka disini peneliti menggunakan analisis semiotika Roland Barthes untuk menganalisa potongan adegan yang bisa mewakili gambaran kuntilanak maka dapat dilihat bahwa. Kanti adalah seorang penari yang bekerja keras mengabdikan hidupnya pada pekerjaannya bahkan rela tubuhnya dinikmati oleh pria-pria yang menontonya saat menari.

(Long Shot) (Medium Shot) (Long Shot )

Gambar 1 pekerjaan Kanti

Denitasi : Seorang yang bisa dikatakan bekerja keras yakni orang melaksanakan pekerjaan mereka dengan cara bersungguh sungguh dan tak kenal lelah. Seperti para penari, mereka mengabdi sebagai penari bertujuan untuk menghibur para penonton. Mereka juga menjaga tubuh mereka agar terlihat menarik saat tampil di atas panggung agar tidak mengecewakan para penonton mereka.

Konotasi : Menari juga bisa dikonotasikan sebagai kegiatan untuk menunjukan lekuk tubuh, dan sering kali kegiatan/pekerjaan penari dianggap remeh. Bahkan kegiatan/pekerjaan seorang penari juga sering disalahgunakan untuk menjual diri mereka dengan menggoyangkan badan mereka di hadapan para laki-laki hidung belang mereka menggoda mereka agar mendapat saweran/uang tip.

Mitos: Negara Indonesia merupakan negara yang banyak akan suku dan bangsa sehingga banyak juga budaya yang ada di Indonesia seperti tarian. Tarian di Indonesia juga bermacam macam dan berguna sebagai hiburan, penari-penari sendiri juga selalu tampil cantik saat menari di depan para penonton. Namun tarian tarian tersebut juga tidak terlepas dari hal mistis, banyak cerita dikalangan masyarakat Indonesia bahwa sebelum para penari tampil biasanya mereka akan melakukan ritual seperti ziara ke makam keramat dan menyalakan dupa agar berjalan dengan lancar. Selain itu, kecantikan seorang penari juga timbul karena adanya hal mistis seperti penggunaan susuk untuk mengeluarkan aura yang sempurna atau sebagai pemikat hal ini juga sering disalahgunakan penari untuk menjual diri mereka atau sebagai pekerja seks.

Selain itu juga terdapat beberapa adegan adegan kekerasan yang terjadi pada pemeran wanita Kanti sebelum ia menjadi Kuntilanak. Bentuk kekerasan yang digambarkan berupa:

Kekerasan fisik

Kekerasan fisik yang terjadi terlihat dari beberapa adegan yang pertama saat kanti dipasung dalam keadaan sedang mengandung sehingga ia tidak bisa kemana-mana, ia juga dipasung di dalam kandang kerbau yang gelap dan kotor tidak layak untuk ditempati oleh ibu hamil seperti Kanti, Kanti juga dipasung dalam ruangan yang gelap penuh hewan buas dan akar pohon yang menyelimuti dinding sehingga hawa dingin dapat memasuki ruangan. Bentuk kekerasan tersebut dilakukan dengan 2 orang yang berbeda yakni Cokrokusumo dan Brotoseno. Cokrokusumo memasung kanti di kandang kerbau karena ia menganggap Kanti hamil anak setan, sedangkan Brotoseno memasung Kanti untuk dijadikan tumbal pemujaan kepada makhluk gaib/setan.

(Long Shot)

Gambar 2 Kanti dipasung

Denotasi : Makna denotasi adegan tersebut ialah wanita tersebut mengalami gangguan kejiwaan atau penyakit jiwa yang seringkali membuat sikap dan perasaan mereka berubah ubah, perubahan sikap tersebut juga membuatnya melukai diri sendiri begitu juga orang lain sehingga kegiatan pasung dilakukan agar bisa membantu orang dalam gangguan jiwa tidak melukai orang lain selain itu juga untuk menutupi aib keluarga mereka. Pasung biasa dilakukan di kandang hewan, kurungan, bahkan ruang kosong. Pemasungan sendiri juga dapat menyakiti fisik seseorang yang dipasung dan juga lebih membuat jiwa seseorang yang dipasung lebih buruk atau makin merusak mental orang yang dipasung.

Konotasi : Pasung merupakan tindakan yang dianggap kriminal yang dilarang oleh negara maupun agama, kegiatan ini juga merupakan bentuk dari pengekangan biasanya dilakukan untuk orang dalam gangguan jiwa.

Mitos : Pasung sudah dikenal di masyarakat Indonesia sebagai bentuk pengekangan, percaya dengan memasung orang dalam gangguan jiwa bisa membantu mereka untuk mengurus orang dalam gangguan jiwa seperti saat orang dalam gangguan jiwa marah mereka masih terikat dan tidak melukai orang lain. Pasung bagi orang dalam gangguan jiwa masih banyak ditemukan di pedesaan maupun di kota terutama pada masyarakat yang masih belum mengerti atau pengetahuan masih kurang.

Kekerasan fisik yang terjadi saat kanti berniat mengakhiri hidupnya dengan memotong pergelangan tangannya dengan hiasan rambut yang sangat tajam membuat pergelangan tangannya robek namun upayanya gagal sehingga membuatnya lebih merasakan sakit.Kanti mencoba mengakhiri hidupnya kembali dengan cara gantung diri ia kehabisan nafas sehingga nyawanya tidak bisa diselamatkan dan keinginannya untuk mengakhiri hidupnya terpenuhi.

(Medium Shot) (Long Shot)

Gambar 3 Kanti bunuh diri

Denotasi : Bunuh diri merupakan tindakan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara tragis selain dilarang oleh agama kegiatan percobaan bunuh diri juga dilarang negara. Penyebab bunuh diri sendiri juga karena adanya faktor yang mempengaruhi seperti biologis, psikologis dan sosial yang buruk yang membuat orang tersebut ingin mengakhiri hidup mereka. Dan mereka percaya dengan mengakhiri hidup mereka semua akan selesai. Terutama bagi wanita yang hamil diluar nikah karena malu, tidak dianggap mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis seperti gantung diri selain itu juga seringkali mereka menggugurkan bayi mereka namun nyawa dibunuh juga tidak terselamatkan juga merupakan bentuk dari bunuh diri.

Konotasi : Bunuh diri biasa dikonotasikan sebagai tindakan seseorang untuk mengakhiri hidup. Tindakan ini juga didasari karena depresi yang sangat berat sama seperti adegan di atas wanita tersebut berniat untuk mengakhiri hidupnya karena hidupnya terlalu menderita sehingga semangat untuk hidup tidak ada dalam dirinya.

Mitos : Di Indonesia menurut WHO pada tahun 2020 kematian yang disebabkan oleh bunuh diri secara global mencapai 1.800 kasus per tahun. Kasus bunuh diri sendiri disebabkan karena kesehatan mental yang sudah tidak terkendali sehingga mengakibatkan depresi yang sangat berat dalam diri manusia. Selain itu jika bunuh diri dilakukan oleh ibu hamil maka dipercaya setelah meninggal akan menjadi sosok hantu Kuntilanak. Kuntilanak juga merupakan sosok hantu yang mendominasi di Indonesia, ngenag sifatnya yang jail dan suka mencelakakan seseorang hantu ini juga sering dimanfaatkan kejahatannya oleh manusia untuk hal yang tidak benar seperti membantu untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Kekerasan Psikologi

Kekerasan ini terjadi pada mental seseorang, kekerasan psikologi dalam film Mangkujiwo ditunjukan pada potongan adegan saat Kanti sedang dipasung di kandang kerbau dan diruangan yang gelap ia sering marah dan ketakutan bahkan ia juga depresi hingga memakan seekor cicak yang masih hidup, selain itu ada juga ada bentuk kekerasan psikologi yang terjadi pada Kanti saat ia akan dibawa pergi brotoseno dengan menggunakan delman ia dijadikan tontonan oleh warga desa dengan tatapan tidak suka dan benci, salah tau warga juga melempari batu dan mengatakan kata-kata yang cukup kasar “dasar perempuan setan!” walaupun Kanti tidak peduli namun kata-kata tersebut bisa membuat orang yang mendengarnya sakit hati.

(Big Close Up)

Gambar 4 Kanti Depresi

Denotasi : Depresi gangguan suasana hati dimana orang yang terkena depresi dapat mengalami perubahan sikap yang sangat drastis. Hal tersebut juga dapat dipicu karena adanya tekanan dalam hidup yang membuat orang tersebut merasa takut, marah bahkan terancam sehingga memicu perasaan mereka

Konotasi : Depresi sering terjadi pada seseorang jika terkena tekanan terberat dalam hidup mereka yang mengakibatkan sakit pada jiwa mereka atau bisa disebut dengan orang dalam gangguan jiwa. Bahkan depresi juga bisa membuat mereka untuk menyakiti diri mereka sendiri.

Mitos : Masyarakat sering memberi prasangka buruk bagi orang yang mengalami depresi karena gangguan kejiawaan. Namun pada dasarnya depresi akan terjadi pada semua orang hanya saja mereka tidak menyadarinya. Dan masih banyak orang yang menyamakan depresi dengan gila, walaupun sama sama penyakit jiwa namun depresi lebih ringan. Orang yang menderita depresi disebabkan karena tertekan atau mengalami shock berat.dan bisa disembuhkan dengan bantuan dokter dan psikolog. Sedangkan gila disebabkan karena adanya gangguan dalam otak dan jiwa dimana sulit untuk diobati selain menggunakan obat penenang.

Kekerasan seksual dan spiritual

Kekerasan seksual dan spiritual dalam film Mangkuiwo digambarkan dalam potongan adegan yang menunjukan Brotoseno sedang menggoda Kanti dengan kata–kata yang cukup vulgar dengan memasukan serangga ke tubuh kanti dengan menggunakan Ilmu hitam brotoseno mengatakan “ndoro Cokro menyentuh paha mu seperti ini” sambil memasukan serangga ke dalam paha Kanti menggunakan sihir/ilmu hitam. “lalu pernah bilang ohh..pahamu mulus bagai pualam, lalu dia berkata aku akan memberimu anak yang akan mengangkat derajat dan martabat mu tapi dia menipumu. Dengan meraba-raba, ohh rambutmu nandan-nandan seperti dewi gangga mayang yang melumpuhkan hati arjuna maukah engkau menjadi permaisuriku” sehingga kanti merasa takut dan geli. Selain itu juga ada adegan dimana saat Kanti digerayangi oleh makhluk gaib di depan kaca ia hanya bisa teriak dan ketakutan sedangkan Brotoseno terus mengumandangkan mantra mantra agar makhluk gaib datang dan menikmati tubuh Kanti. Saat melakukan ritual juga terdapat adanya kekerasan spiritual dan kekerasan fisik dimana saat itu Kanti dipaksa memakan organ tikus dan meminum darah ayam, Brotoseno memaksa dengan menekan wajah kanti agar mulutnya terbuka sehingga makanan dan minuman tersebut bisa masuk kedalam mulut Kanti semua itu juga persyaratan agar ritual yang dilakukan Brotoseno berjalan dengan lancar.

(Medium Shot) (Long Shot) (Medium Shot) (Medium Shot)

(Medium Shot)

Gambar 5 ritual yang dilakukan Brotoseno

Denotasi : Ritual pemujaan pada makhluk gaib merupakan bentuk kepercayaan masyarakat pada ajaran nenek moyang yang sangat mempercayai tentang hal mistik mereka percaya bahwa makhluk gaib juga bisa membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ritual pemujaan sendiri juga menggunakan tumbal sebagai imbalan untuk makhluk gaib. Ritual ritual ini sering dilakukan dengan menggunakan benda yang disakralkan dimana benda tersebut bisa ditempati oleh makhluk gaib seperti batu, pohon maupun benda benda besar.

Konotasi : Makna konotasi yang ingin disampaikan pada adegan tersebut adalah bentuk ritual pemujaan yang dilakukan menggunakan ilmu hitam merupakan kegiatan mistis yang dilarang oleh agama. masyarakat masih percaya dengan degan ajaran nenek moyang dimana dengan mempercayai hal tersebut bisa membantu urusan mereka dan dapat menolong mereka.

Mitos :Di Indonesia terutama pada masyarakat Jawa yang kental akan budaya dan warisan leluhur masyarakatnya masih banyak yang percaya akan hal gaib, bahkan mereka juga tak segan memberi sesajen untuk persembahan bahkan rela melakukan semedi, berpuasa melakukan hal tidak wajar seperti menjadikan seseorang sebagai tumbal bagi makhluk halus. Bahkan hal ini masih banyak ditemukan sampai saat ini. ritual pemujaan ini juga disebut dengan penyerahan diri dimana terdapat sebuah perjanjian antara yang melakukan ritual dengan dengan makhluk halus dan perjanjian tersebut juga akan membuahkan hasil bagi orang yang melakukan ritual. Namun dalam agama seseorang yang bersekutu dengan setan/makhluk halus ia tidak akan diampuni segala dosa-dosanya dan ia harus menanggung akibatnya setelah ajal menjemputnya.

2. Setelah menjadi Kuntilanak

Setelah Kanti memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri dan masih memiliki dendam dalam dirinya membuat arwahnya menjadi gentayangan dan menjadi sosok hantu wanita Kuntilanak hantu yang dikenal dengan hantu wanita yang sedang mengandung. Setelah dianalisis terdapat banyak temuan yang menggambarkan sosok kuntilanak dalam film Mangkujiwo.

Temuan tersebut berupa adanya bentuk kekerasan baik segi fisik dan spiritual seperti dalam potongan adegan saat hantu kanti merasuki tubuh Uma, umah semakin lebih kuat ia mampu mematahkan leher Pulung dan mendorong herman masuk ke dalam kuali yang berisi pewarna yang masih mendidih tanpa ia sadari secara langsung. Dan saat hantu Kanti/ kuntilanak keluar membalaskan dendamnya dan dengan teriakannya mampu menghipnotis orang untuk melukai diri mereka sendiri. Dan dipercaya bahwa saat menjadi hantu kekuatan untuk berbuat jahat akan lebih kuat.

(Close up) (Long Shot) (Medium Shot) (Medium Shot)

Gambar 6 pembalasan dendam Kanti

Denotasi : Kerasukan merupakan peristiwa dimana makhluk gaib atau hantu memasuki raga gamunisa atau lebih tepatnya hantu/makhluk gaib menguasai tubuh manusia baik tindakan ,keberadaan, pengalaman akan berganti ke dimensi lain. Kerasukan sendiri timbul karena adanya keselarasan yang ada dalam diri manusia dan makhluk halus, tanpa disadari tubuh manusia akan mempersilahkan masuk makhluk tersebut untuk menguasai tubuhnya. Setelah masuk ke dalam raga seseorang makhluk gaib akan memanfaatkannya untuk menyakiti tubuh orang tersebut atau mencelakakan orang lain. Untuk mencelakakan orang lain makhluk gaib membutuhkan energi yang cukup besar agar bisa membuat orang lain terbunuh. Setelah mampu merasuki tubuh manusia seringkali makhluk gaib akan memanfaatkannya untuk membalaskan dendam yang semasa hidupnya tidak bisa ia lakukan dengan demikian kerasukan merupakan hal yang sangat mengerikan.

Konotasi : Mencelakakan seseorang atau membunuh seseorang karena ingin membalas dendam merupakan tindakan kriminal dan dilarang baik dalam agama maupun negara. Terlebih lagi dengan bantuan makhluk gaib agama tidak membolehkan karena merupakan kegiatan menyekutukan tuhan.

Mitos : Seseorang akan menjadi pembunuh dikarenakan adanya sakit hati, kecemburuan yang sangat kuat, bedanya pendapat sehingga mengakibatkan emosi yang berlebihan sehingga keinginan untuk menyakiti seseorang akan timbul. Di Indonesia banyak orang percaya bahwa pembunuh-pembunuh melakukan aksinya karena dirasuki oleh setan sehingga ia melakukan sebuah aksi pembunuhan dengan mudah, hal tersebut juga karena seseorang terlalu terbawa emosi, terlarut dalam kesedihan dan menyimpan rasa dendam yang sangat kuat sehingga akan mengundang makhluk gaib yang senasib atau satu frekuensi untuk memasuki tubuhnya tanpa disengaja membuat rasa ingin membalas dendam meningkat.

Dan setelah menjadi hantu Kanti dipelihara oleh Brotoseno untuk membantunya memenuhi kebutuhannya untuk membuka usaha baru atau digunakan untuk penglaris.

(Close up)

Gambar 7Kuntilanak

Denotasi : Benda keramat merupakan benda yang dipercaya sakti dan didalamnya terdapat makhluk gaib yang mendiami benda tersebut. Orang yang memiliki benda pusaka atau keramat setiap malam satu suro akan dimandikan atau dicuci dengan menggunakan airkembang dan tidak boleh sembarangan memandikannya. Benda keramat juga merupakan peninggalan leluhur, orang yang masih mempercayai keturunan leluhur seperti benda yang dikeramatkan ia akan menaruh sesajen maupun bunga sebagai bentuk pemujaan dan penghormatan.

Konotasi : Makna konotasi yang ingin disampaikan dalam adegan tersebut adalah masyarakat di Indonesia masih mempercayai kepercayaan Animisme dan dinamisme, memuja roh roh seperti pohon pohon besar batu besar dan benda benda yang dikeramatkan. Mereka percaya bahwa roh halus sangat kuat dan dapat membantu mereka untuk mewujudkan impian mereka.

Mitos : Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki masyarakat berbeda-beda baik dari suku, budaya dan kepercayaan kepada tuhan yang maha esa. Ada kristen, katolik, hindu, budha, dan islam, dari semua agama tersebut tidak ada satupun agama yang membiarkan umatnya terjerumus dalam hal-hal yang musrik terutama bersekutu dengan setan atau makhluk halus. Menjadikan makhluk halus sebagai peliharaan, menempatkannya pada benda keramat yang di puja-puja yang mampu menolongnya selain tuhan yang maha esa. Namun masyarakat indonesia yang sangat kental akan budaya mereka masih percaya dengan ajaran nenek moyang yang sangat percaya akan hal mistis walau negara dan zaman sudah maju kepercayaan akan hal mistis masih dipercaya.

Dari beberapa hasil temuan tadi dapat disimpulkan bahwa gambaran Kuntilanak dalam film Mangkujiwo menggambarkan bahwa sosok hantu kuntilanak merupakan sebuah wujud hantu yang memiliki sifat atau perilaku tidak baik, baik sebelum meninggal maupun setelah menjadi sosok hantu yang menakutkan. Kuntilanak dalam film mangkujiwo digambarkan sebagai hantu yang dipelihara dalam sebuah cermin keramat yang dipuja dan ia juga dimanfaatkan untuk mencelakakan seseorang percaya bahwa setelah menjadi sosok hantu dipercaya bahwa kekuatan akan lebih kuat dibandingkan semasa hidup sehingga munculnya adegan kekerasan dalam film dan sebagai penglaris untuk melancarkan usaha seseorang.

Selain itu sebelum menjadi kuntilanak dalam film mangkujiwo ia digambarkan sebagai wanita pekerja keras, yang rela menjadikan pekerjaan sebagai alat untuk menjual diri, walau tidak ada adegan ranjang namun masih terdapat adegan yang terindikasi sebagai pornografi, adegan tersebut muncul dalam rangka penyesuaian pada alur cerita yang disampaikan dan pesan yang disampaikan pada penonton. Ada juga adegan yang terindikasi sebagai kekerasan secara fisik, spiritual dan seksual dimana saat pemeran wanita utama yang akan menjadi sosok hantu semasa hidupnya ia disiksa digunakan sebagai tumbal dan tubuhnya dimanfaatkan sebagai pemuas makhluk gaib/setan.

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa gambaran kuntilanak dalam film mangkujiwo adalah

  1. Makna Denotasi dalam film Mangkujiwo, gambaran kehidupan wanita penghibur yang penuh penderitaan hamil di luar nikah, dipasung, di jadikan tumbal ilmu hitam, hingga mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dengan keadaan hamil. Dan setelah kematian tersebut tidak malah membuatnya tenang dengan kehidupan selanjutnya melainkan menjadikannya sebagai makhluk yang menakutkan yaitu Kuntilanak.
  2. Makna Konotasi dalam film Mangkujiwo ialah gambaran kuntilanak dimana, karena perbuatannya semasa hidup seperti bunuh diri pada saat mengandung dan rasa ingin balas dendam yang sangat kuat karena dijadikan sebagai tumbal yang menjadikannya sebagai makhluk yang mengerikan dan jahat serta sifat balas dendamnya yang masih ada hingga menjadi sosok hantu yang membuat sosok Kuntilanak semakin jahat.
  3. Mitos dalam film Mangkujiwo adalah bahwa hantu Kuntilanak merupakan wujud dari arwah wanita yang meninggal secara tragis seperti saat aborsi, bunuh diri atau dibunuh dalam keadaan mengandung. Dan dimana setelah menjadi sosok kuntilanak akan menjadi lebih jahat dan memiliki sifat ingin mencelakakan seseorang. Masyarakat percaya jika kejahatannya tersebut merupakan bentuk balas dendam karena semasa hidupnya tidak bisa membalas dendam. semakin jahat Kuntilanak warna dan bentuknya juga akan berbeda seperti yang banyak masyarakat kenal dengan Kuntilanak warna merah atau Kuntilanak warna hitam menandakan bahwa Kuntialanak tersebut sudah lama atau tua. dan masyarakat yang masih percaya akan hal mistik mereka memanfaat kejahatan hantu wanita ini sebagai peliharaan atau untuk membantunya untuk memenuhi keutuhan dan membuat usahanya berjalan lancar.

References

  1. Aditya Mulyana, F. F. (2019). Representasi kekerasan dalam Film "THE RAID : REDEMPTION". JURNAL APIK.
  2. Almanshur, F. G. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
  3. Ayun, P. (2015 ). Sensualitas dan Tubuh Perempuan Dalam Film-Film Horor Indonesia (Kajian Ekonomi Politik Media). Jurnal Simbolika Volume 1, 16-26.
  4. Dr. Satinem, M. (2019). Apresiasi Prosa Fiksi: Teori, Metode, dan Penerapan. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
  5. Dwijayanti, R. G. (2018). Perspektif Feminis Dalam Media Komunikasi Film. JURNAL ORATIO DIRECTA,VOL.1,NO.2, 174-211.
  6. Hariyani, N. (2018). ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN. Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, 20-21.
  7. Harrington, E. (2018). Women, Monstrosity and Horor Film: Gynaehorror. New York: Routledge.
  8. Harrington, E. (2018). Women, Monstrosity and Horror Film : Gynae Horror. New York: Routledge.
  9. Imanjaya, E. (2006). A-Z About Film Indonesia . Bandung: Mizan.
  10. Jafar Lantowa, N. M. (2017). Semiotika: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Penelitian Sastra. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
  11. Kosakoy. (2016). Representasi Perempuan Dalam Film “Star. JURNAL E-KOMUNIKASI, 04.
  12. M, I. (2019). Fenomena Film Horor Indonesia - Dari Babi Ngepet HIngga Jelangkung. Jakarta: TEMPO Publishing.
  13. Panuju, R. (2019). Film sebagai Proses Kreatif. Malang: Inteligensia Media.
  14. Romdhoni, A. (2016). Semiotika Metodologi Penelitian. Depok: LITERATUR NUSANTARA.
  15. Ruslan, R. (2013). Metode Penelitian Komunikasi dan Public Relations. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  16. Santoso, W. M. (2011). Sosiologi Feminisme: Konstruksi Perempuan dalam Industri Media. Yogyakarta: LKIS.
  17. Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  18. Sobur, A. (2013). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
  19. Vera, N. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
  20. Yelly, P. (2019). ANALISIS MAKHLUK SUPERIOR (NAGA) DALAM LEGENDA DANAU KEMBAR. Jurnal Serunai Bahasa Indonesia Vol 16, No. 2, 121-125.