Community Education Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v11i0.768

Patterns of Interpersonal Communication Relationships Between Parents and Children in Character Building Students (Case Study at SDI A-Education, Ketawang Village, Jogosatru, Wonoayu District, Sidoarjo Regency)


Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Orangtua dan Anak dalam Pembentukan Karakter Murid (Studi Kasus Pada SDI A-Education Desa Ketawang Jogosatru Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo)

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Toleransi Output Kooperatif

Abstract

This study shows that the pattern of communication between teachers and students in shaping the character of students in grades 1-4 of SDI A-Education, Ketawang Jogosatru Village, Sidoarjo Regency is a pattern of interpersonal communication. This is evidenced by the practice of the elements of interpersonal communication patterns in the communication that exists between teachers and students towards the character formation of students in grades 1-4 of SDI A-Education, Ketawang Jogosatru Village, Sidoarjo Regency. As with quotations, communication patterns are simply divided into two. The first is a positive communication pattern, which is communication that can certainly bring positive outputs such as cooperative attitude, tolerance, sincerity, understanding and cooperation. Second, the negative communication pattern which is communication can certainly bring negative impacts such as hatred, doubt, misunderstanding, doubt, hostility, and revenge (West & Turner, 2013: 25). The pattern of communication is a form of communication process, so that with the existence of various forms of communication, and part of the process of communication will be able to find patterns that are easy and suitable for use in communicating.

Pendahuluan

Salah satu sekolah yang di dalamnya juga terdapat upaya dalam pembentukan karakter murid adalah SDI Education Desa Ketawang Jogosatru Kecamatan Kabupaten Sidoarjo. Observasi awal peneliti menunjukkan bahwa masih banyak murid yang masih memiliki karakter lemah. Hal ini dibuktikan dengan adanya murid yang melanggar tata tertib dan kegiatan belajar di kelas, seperti: ramai dan berbicara sendiri ketika guru menerangkan di dalam kelas, dan terdapat murid yang menganggu teman sebangkunya ketika menulis. Pada sisi lain, observasi awal peneliti juga menunjukkan bahwa pola hubungan komunikasi antara guru dan murid hanya berjalan satu arah. Guru lebih banyak berkomunikasi tetapi yang menanggapi hanya beberapa murid saja. Selain itu, tidak semua guru dapat berkomunikasi secara interpersonal karena adanya sifat guru yang terkenal pemarah dan jahat sehingga murid enggan untuk berkomunikasi terhadap guru[3]. Seperti yang diketahui bahwa komunikasi oleh guru terhadap murid memiliki peran dalam membentuk karakter murid. Namun, apabila dalam berkomunikasi terdapat gangguan dan kondisi canggung maka hal tersebut juga memberikan dampak pada pembentukan karakter murid dalam lingkup sekolah[4].

Komunikasi antara guru dan murid dalam rangka menumbuhkan karakter murid dapat dilakukan dengan adanya pola hubungan komunikasi interpersonal. Komunikasi Interpersonal berperan membantu perkembangan intelektual dan sosial individu, di mana perkembangan dari individu sejak masih kecil atau bayi sampai dewasa mengikuti pola semakin bertambahnya ketergantungan individu pada orang lain[5]. Bersamaan pada proses tersebut, perkembangan sosial dan intelektual individu sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi yang terjalin antara orangtua dengan sang anak.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mendalam terkait dengan pola komunikasi interpersonal di lingkup SDI Education Desa Ketawang Jogosatru Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Adanya permasalahan pada komunikasi interpersonal antara guru dan murid di SDI Education Desa Ketawang Jogosatru Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, membuat peneliti tertarik untuk mengangkat permasalah tersebut untuk dilakukan penelitian secara mendalam. Terkait demikian, judul yang digunakan adalah “Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Murid terhadap Pembentukan Karakter Murid (Studi Pada SDI Education Desa Ketawang Jogosatru Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo).”

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Tipe penelitian deskriptif dilakukan untuk menjawab sebuah pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian, yaitu penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan atau prosedur. Tujuan utama dari tipe penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan karakteristik suatu fenomena yang sedang terjadi. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder[6].

Pengumpulan data merupakan suatu proses data primer untuk keperluan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah, antara lain : (1)Analisis sebelum di lapangan. Analisis ini merupakan hasil analisis studi pendahuluan atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus pada penelitian dan bersifat sementara.(2) Reduksi data. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Reduksi merupakan suatu cara untuk memilah dan memilih data hasil penelitian, membuang data yang tidak perlu, tidak valid dan mengambil data penting, valid serta data yang dianggap asing namun sangat berkaitan dengan fokus penelitian sehingga pada tahap ini peneliti mulai berfikir lebih mendalam dengan temuan data karena hanya menggunakan data yang diperlukan saja dalam menganalisis hasil penelitian. Pada tahap reduksi ini diperlukan suatu kepekaan dan kejelian dari peneliti untuk mampu memilih maupun memilah data penelitan, sehingga nantinya peneliti mampu membuat keputusan data-data mana yang akan digunakan dalam analisis hasil penelitian maupun membuang data-data yang sekiranya tidak diperlukan dalam penelitian. reduksi data dianggap sebagai teknik analisis data, guna kualitas kevaliditasan data yatu memilih hal pokok dan fokus pada bidikan penelitian, mencari tema dan pola, kemudian menyingkirkan data yang tidak digunakan sehingga mengumpulkan data pantas diinterpretasikan[7]. (3) Display data. Display data merupakan kegiatan setelah mereduksi data, caranya adalah dengan menguraikan secara singkat, bagan dan hubungan antar kategoris seperti teks yang bersifat naratif, selain teks juga dapat digunakan data berbentuk grafik, matrik, jejaring kerja dan chart. Penyajian data atau display dilakukan peneliti dengan mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang pasti digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif. (4) Menarik kesimpulan. Menarik kesimpulan adalah kegiatan menarik kesimpulan dari data hasil penelitian. besarnya kumpulan catatan di lapangan penyimpanan dan kecakapan serta kejelian dalam menganalisis data kasar tersebut menjadi tolak ukur dalam menarik kesimpulan[8]. Langkah untuk menarik kesimpulan dari penelitian, diharapkan akan menemukan hal baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan yang berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih samar-samar, akhirnya akan menjadi teori baru[9].

Hasil dan Pembahasan

Hasil wawancara dengan informan penelitian menunjukkan bahwa murid selalu sopan dan hormat saat berkomunikasi dengan guru yang mengajar di SDI A-Education Jogosatru Sukodono bahwa kesetaraan berkomunikasi antara guru dan murid di SDI A-Education Jogosatru Sukodono tampak pada sikap tidak membeda-bedakan guru saat berkomunikasi dengan murid. Semua murid dianggap memiliki hak sama untuk diberikan informasi dan materi pembelajaran yang sesuai dengan tingkatan kelas.

Pendidikan karakter mengajarkan tentang mana yang benar dan mana yang salah serta menunjukkan tentang usaha dalam menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik sehingga murid mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadian[9]. Pada usaha memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan, kini telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila dan tujuan pendidikan. Nilai-nilai tersebut antara lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial serta tanggung jawab. Berdasarkan uraian dan pemaparan di atas, dapat ditarik garis besar bahwa efektivitas komunikasi antara guru dan murid di SDI A-Education Jogosatru Sukodono sudah berjalan dengan maksimal[10]. Hal ini dibuktikan dengan adanya praktik unsur- unsur pola komunikasi interpersonal dalam komunikasi yang terjalin antara guru dan murid terhadap pembentukan karakter murid kelas 1-4 SDI Education Desa Ketawang Jogosatru Kecamatan Kabupaten Sidoarjo.

Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pola komunikasi antara guru dan murid dalam membentuk karakter murid kelas 1-4 SDI Education Desa Ketawang Jogosatru Kecamatan Kabupaten Sidoarjo adalah pola komunikasi interpersonal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya praktik unsur-unsur pola komunikasi interpersonal dalam komunikasi yang terjalin antara guru dan murid terhadap pembentukan karakter murid kelas 1-4 SDI Education Desa Ketawang Jogosatru Kecamatan Kabupaten Sidoarjo. Seperti halnya kutipan Secara sederhana pola komunikasi dibedakan menjadi dua. Pertama pola komunikasi positif yang merupakan komunikasi yang dapat dipastikan mendatangkan output positif seperti sikap kooperatif, toleransi, ketulusan, kesepahaman dan kerja sama. Kedua, yaitu pola komunikasi negatif yang merupakan komunikasi dapat dipastikan membawa dampak negatif seperti kebencian, keraguan, kesalahpahaman, keragu-raguan, permusahan, dan dendam.

References

  1. Akbar, A. (2015). Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Melalui Pembelajaran IPS Sekolah Dasar.
  2. Awi, M. V., Mewengkang, N., & Golung, A. (2016). Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga di Desa Kimaam Kabupaten Merauke. e-journal “Acta Diurna” Volume V. No.2. Tahun 2016.
  3. West, R., & Turner, L. H. (2013). Pengantar Teori Komunikasi 1. Jakarta: Salemba.
  4. Azeharie, S., & Khotimah, N. (2015). Pola Komunikasi Antarpribadi Antara Guru dan Siswa di Panti Sosial Taman Penitipan Anak “Melati” Bengkulu. Jurnal Pekommas, Vol. 18 No. 3, Desember 2015: 213 - 224.
  5. Baedowi, A. (2015). Calak Edu 3: Esai-esai Pendidikan 2012-2014. Jakarta: Pustaka Alvabet.
  6. Bafirman. (2016). Pembentukan Karakter Siswa. Jakarta: Prenada Media.
  7. Sugiarto, E. (2017). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis: Suaka Media. Yogyakarta: Diandra Kreatif.
  8. Febriati, A. A. (2014). Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Guru dan Siswa dalam Mencegah Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Kota Bontang. eJournal lmu Komunikasi, 2014, 2 (4): 287-296.
  9. Handayani, M. (2016). Peran Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga Untuk Menumbuhkan Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 1, Juni 2016.
  10. Hasanah, A., Gustini, N., & Rohaniawati, D. (2016). Nilai-nilai Karakter Sunda. Yogyakarta: Deepublish.