Village Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v9i0.743

Narrative Analysis of Female Leadership in Novel Asiyah The Rose of Pharaoh Desert By Sibel Eraslan


Analisis Narasi Kepemimpinan Perempuan dalam Novel Asiyah The Rose of Firaun Desert Oleh Sibel Eraslan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Narrative Analysis Female Leadership Asiyah Novel

Abstract

This study aims to describe how the depiction of female leadership, namely Queen Aisyah in the era of the Egyptian kingdom in the novel with the same title by Sibel Eraslan. This research uses analisis narrative theory by Algirdas Greimas, three structural that focuse on relations theories, and gender theory by Backman and D’Amico. Data collection was used by reading every page of text in Asiyah's novels completely, and assisted by literature from book sources, previous research, scientific journals, and several articles from the internet. The method used is qualitative with a descriptive approach. The results showed that Asiyah, who is the main character in the novel, is not always in the subject position. Queen Asiyah's character, character, attitude, and reaction to something that is seen directly are more dynamic in nature. Based on the stereotypes of Gender Beckman and D'Amico, Asiyah’s leadership during her time as queen of the Egyptian empire showed traits and behaviors that were more towards a feminine who was gentle, wise and more oriented to build very noble relationships. The research explanation that shows the good and noble portrayal of Ratu Aisyah's leadership is also supported by the narrative and dialogue between Asiyah and several characters in the novel's story.

Pendahuluan

Zaman sekarang ini, karya sastraxtelah menjadi media yang efektif untuk memahami kenyataan dalam kehidupanxtentangxmanusia yang menjadi bagian darixkesatuan dan kebiasaan dalamxlapisan masyarakat yang memiliki tempat berbeda satu sama lain yang sesuai dengan tujuan setiap individu. Penjelasan yang digambarkan tentang nilai kehidupan dalam sastraxmemuat unsurxkebudayaan,pperadaban,xsejarah serta nilaixdalam kehidupan seperti nilaixsosial,xreligius,xmoral,xbudaya danxsebagainya yang akhirnya dikonversikan dalam bentuk karya sastra. Dalam hal ini, unsur bahasa memiliki peran dan fungsi yang pentingxdalamxkarya sastra, karena pemilihanxbahasa yangxbaik dan benar akan memiliki pengaruh yang besar pada kualitasxkarya sastra tersebut. Seiringxdengan keinginanxdan kebutuhanxmasyarakat untuk memahami suatu masalah dalamxtulisan, sastraxdigunakan sebagaixmedia alternatif untukxmenyampaikan pesan yang memiliki makna tertentu. [1]

Salah satu jenis karya sastra yang dapat dikatakan sebagai dokumenxsosial-budaya adalah prosaxfiksi yang dikemas dalam bentuk novel [2]. Novel sebagai sebuah media komunikasi memang dapat mempengaruhi kehidupan manusia karena di dalamnya terdapat proses komunikasi yang banyak mengandung pesan seperti pesan sosial, pesan moral maupun pesan keagamaan. Seperti yang tampak pada sebuah novel, karya sastra ini memuat deskripsi kisah dalam bentuk cerita panjang, detail, terperinci dengan melibatkan berbagai aspek persoalan atau permasalahanxkompleks yang diperankan oleh tokoh-tokoh dalam rangkaianxperistiwa yang digambarkan pada cerita [3]. Di antara jenisxnovel yang ada, salah satuunovel terbaik dan menarik yang mampu menyajikan fakta dan konflik secara deskriptif yang bisaxdivisualisasikan atau digambarkan dalam bentuk dokumentasixnarasi panjang dan terarah, sekaligus memunculkan problematikaxsosial secaraxfiksional tentangxperjuangan seorang tokoh perempuan yang menjadi istri sekaligus pemimpin negara terbesar pada masa raja Fir’aun yang dzalim serta kepemimpinan nabi Musa a.s yang tetap memegang teguh kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa, yaitu novel Asiyah : Sang Mawar Gurun Fir’aun karya Sibel Eraslan.

Dalam novel ini, Sibel Eraslan mencoba untuk menjelaskan dan mendeskripsikan sebuah kisah nyata tentang bagaimana seorang perempuan mulia yang ada di zaman sepeninggalan nabi yang tetap berpegang teguh pada keyakinanya dan akidahnya kepada tuhan yang maha tunggal meskipun saat kobaran api membakar tubuhnya di tiang sebuah hukuman sang penguasaxzalim bergelarxFir’aun.

Bagian awal disampaikan dalam bentukxkiasan lempeng lempengmanuskrip yang mengisahkanxrajaxAkhenaten, penguasaxMesir yang tegas dan bijaksana karena beliau meyakini kebenaran ajaranxnabixYusuf beriman kepada Tuhan yang maha tunggal. Keyakinan ini yang akhirnya membuat pusatxpemerintahanya di Amarna luluhxlantak olehxpasukanxmusuh dari dalam kerajaannyaxsendiri yang ingin memulihkanxkembali keyakinanxterhadap banyakxTuhan atauxdewa.

Bagianxkedua mengisahkan perjalanan Ratu Asiyah yang dikenal dan dijuluki sebagai Yes atau Yes’a. Asiyah mendapatkanxdidikan yang besar dari Apa, guru yang sangatxdihormatinya, serta kedua pengiringxsetianya, Tahnem dan Sare. Mereka bersama sama berusaha untuk menjaga keimanan dan keyakinan mereka terhadap Tuhan yang satu dengan menyusun langkah menghadapi startegi licik dan pandangan haus akan kekuasaan, yaitu kepala pendetaxHaman danxKaronaim yang mengingkarixasal usulnya. Mereka tidak lain adalah empatxsekawan dari masa kecil yaitu Asiyah, Ra, Ka, dan juga Ha. Namun pada akhirnya mereka berpisah jalan dan berhadapanxsebagai lawan. [4]

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Straus dan Corbin dalam Cresswell, J. (1998), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang tidak dapat dicapai atau tidak dapat diperolah dengan cara prosedur statistik, atau dalam masalah ini bisa disebut cara kuantifikasi (pengukuran) yang berupa angka [7][8]. Penemuannya akan berupa penjelasan deskripstif secara terperinci yang bisa menentukan hasil akhir yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan seluruhnya. [4] [5]

Subjek dan objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dua. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Asiyah yang akan digunakan untuk mengenalisis karakter kepemimpinan ratu Asiyah dengan tebal 446 halaman. Sedangkan Objek pada penelitian ini adalah kepemimpinan perempuan Ratu Asiyah dalam memimpin kerajaan Mesir yang sesuai dengan penjelasan dalam novel. Data yag didapatkan dari penelitian ini akan dianalisis menggunakan model analisis naratif milik Algirdas J. Greimas. Model ini berfokus pada tiga hubungan struktural, yaitu hubungan struktural yang terjadi antara subjek dengan objek. Relasi ini bisa dikatakan sebagai sumbu hasrat atau keinginan (axis of desire). Kedua, relasi atau hubungan struktural yang terjadi antara pengirim (destinator) dengan penerima (receiver). Relasi ini bisa dikatakan sebagai sumbu pengiriman (axis of transmission). Ketiga, relasi atau hubungan struktural yang terjadi antara pendukungx(adjuvant) dengan penghambati(traitor). Relasi ini bisa dikatakan sebagai sumbuxkekuasaan (axis of power) [6]]

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Besar Narasi Novel Asiyah

Kisah awal dimulai dari PerjalananxAsiyah saat ia masih kecil. Apa-Aton, merupakan seorang pengabdi Raja Akhen bertugas melindungi Asiyah kecil dari penjahat di bawah kepemimpinan Herembeb. Meskipun Apa buta karena kedua matanya disentuh dengan besi, keyakinan Apa terhadap Tuhan Yang Satu tak pernah hilang dan selalu membara dengan keyakinannya untuk melindungi Asiyah dari kemurkaan paraxpemberontak, Apa melepaskan medalixkerajaan yang tergantung di lehernya. Ketika rombongan imigran terus berjalan, Apa sibuk menyiapkan daftar anak-anak yang akan dimasukkan ke dalam AkademixKerajaan yang akan meneruskan generasi kedua di kerajaan terbesar itu. Mereka adalah Yes’a, Pare-Aton, Karonaim dan Hama-Aton. Asiyah, merupakan wanita yang paling cantik di seluruh kerajaan mesir, wanita yang memiliki perasaan lembut, budi pekerti yang selalu baik, dan percaya kepada tuhan Yang Maha Kuasa, yaitu Allah. Asiyah selalu berusahaxmengimbangi rasa haus kekuasaan Ra dengan nasihat-nasihat dan kasih sayangnya, namun seiring waktu , akibat bujukan dari Ha dan Ka, Ra semakin menjauh dari Asiyah. Seperti yang sudah ditentukan oleh garis kehidupan, Ra menjadi raja Mesir dan Yes’a menjadi ratu yang kekuasaan dan singgasananya sama tinggi dengan suaminya, Raja Ra. Karonaim atau Karun menjadi kepala Akademi Kerajaan, sedangkan Ha atau Hama-Aton menjadi penasihatxraja. Raja Ra berubah menjadi pemimpin yang diktator dengan mempekerjakan paksa sukuxApiru yang dianggap bukan suku asli. Tak hanya itu, Raja Pare-Aton juga membuat kebijakanxmembunuh semua bayi laki-laki yang lahir di tahun kematian karena adanya ramalan tentang kelahiran seorang laki laki yang akan memusnahkannya suatu saaat nanti.

Walaupun dalam hatinya ia masih mencintai Asiyah, tapi rasa tidak puasnya membuatnya jauh dengan cintanya. Kehidupan Asiyah semakin hampa ketika raja Pare Amon mengangkat dirinya sebagai tuhan dengan pertimbangan dari pendeta Ha dan menikah dengan ratu dari negeri utaraxmesir untuk memperkuat ketuhanannya. Kisah berlanjut pada kebijakan raja yang menyuruh untuk membunuh bayi laki-laki pada setiap tahun kematian karena sangat khawatir tentangxkebenaranxramalan tersebut. Kisah cerita ini sungguh luar biasa bagi pembaca yang paham akan setiap peristiwa yang terjadi di dalamnya. Sibel Eraslan mampu membukaxtabir yang selama ini diketahui oleh sedikit orang, seperti kisah perjalanan Ra, Yes’a, Ha, dan Ka, juga tentang adanya dua generasi Fir’aun yang menjadi salah sartu cerita paling menarik sepanjang masa. Dalam cerita ini juga memberi pelajaran yang penting tentang bagaimana hancurnyaxmanusia ketika meninggalkanxkebenaran karena memburu hawa nafsu. kisah cinta Ra dan Asiyah yang indah terhenti karena Ra yang tidak bisa membendungxserakahnya.

Analisis Naratif Algirdas Greimas

Model Aktan Greimas sebagai sebuah metode penelitian untuk membedahxnarasi berdasarkan adegan-adegan yang ada di dalam narasi. Model tersebut membagixperan karakter-karakter yang disesuaikan dengan keadaan yang terjadi pada saat adegan itu terjadi tanpa mengubahxperan asli yang sudahxditentukan oleh penulis sejak awal[] Sebelum menggunakan model aktan Greimas, setiap adegan yang ada di dalam narasi novel harus diuraikan terlebih dahulu. Masing masing adegan tersebut akan diuraikan dengan karakter dan fungsi narasi: objek, subjek, pengirim, penerima, pendukung, dan penghalang. Hasil Penelitian akan berisixhalaman, panel atau adegan yang terjadi dalam panel tersebut. Analisa yang dilakukan nantinya akan menjelaskan bagaimana karakter pemimpin Ratu Asiyah sebagi seorang perempuan yang menjadi suami raja Mesir yang kejam dan tidak punya rasa kemanusiaan.

Secara relasi yang dijelaskan sebelumnya, analisis naratif Algirdas Greimas lebih berfokus pada hubungan 3 sumbu (axis) yang menghubungkanxkarakter-karakter dalam suatu adegan dalam narasi. Dapat diamati bahwa ketiga hubungan tersebut berpengaruh terhadap bagaimana karakter tersebut saling berinteraksi. Dan ketiga relasi tersebut memiliki hubungan erat satu sama lain sehingga berpengaruh terhadap jalan cerita yang bersifat aksi-reaksi.

Analisis naratif menurut Algirdas Greimas adalah model yang berfokus pada tiga relasi struktural. Pertama, struktural antara subjek versus objek. Relasi ini disebut juga sebagai sumbuxhasrat atau keinginan (axis of desire). Relasi struktural pertama yang ditunjukkan di dalam narasi novel salah satunyaketika Ratu Asiyah selalu ingin menulis surat sampai sepuluh hingga dua puluh kali kepada Raja, tetapi segel dari surat itu tidak ada yang terbuka. Padahal Ratu Asiyah ketika terbangun dari tidurnya, dia selalu menunggu balasan surat itu dari Raja PareAmon.

Kedua, relasi struktural antara pengirim (destinator) versus penerima (receiver). Relasi ini disebut juga sebagai sumbu pengiriman (axis of transmission). Relasi struktral kedua yang ditunjukkan dalam narasi novel salah satunya adalah ketika Pendeta Haman yang merupakan Perdana Menteri kerajaan, mencoba meyakinkan Raja Ra untuk membangun istana diatas permukaan sungai Nil. Konstruksi pembangunan istana yang lebih mengutamakan kekuatan militer, yang meninggalkan esensi pengetahuan dan seni arsiteturnya. Pembangunan dengan konsep ini bertujuan untuk menunjukkan kepada raja Ra sebagai kepala Tuhan kepada seluruh Tuhan Mesir yang membuat mereka tunduk padanya.

Ketiga, relasixstruktural antara pendukung (adjuvant) versus penghambat (traitor). Relasi ini disebut juga sebagai sumbuxkekuasaan (axis of power). Relasi struktural ketiga yang ditunjukkan dalam narasi novel salah satunya adalah ketika Pengawal setia sang Ratu, Tahnem menyadari ada bayangan hitam di antara pilar pilar istana saat berjalan menuju teras dengan perasaan sedih Bersama Ratu Asiyah. Kepala Pendeta Haman sedang mengawasi mereka. Tahnem kemudian berpikir bahwa persaingan yang terjadi antra Haman dan sang Ratu yang dia dengar sebelumnya pastilah benar Tahnem bersumpah menjaga dan melindungi sang Ratu dari gangguan Haman.[6]

Kepemimpinan Perempuan Ratu Asiyah

Berdasarkan teori kepemimpinan dan stereotipe Gender Beckman dan D’Amico, Kepemimpinan Asiyah selama menjadi ratu kerajaan Mesir menunjukkan sifat dan perilaku yang lebih mengarah kepada sikap tegas dan feminin yang lembut, bijak dan lebih mementingkan menjalin hubungan yang sangat mulia.[9] [10] Analisis ini sesuai dengan teks narasi yang ada di dalam novel tersebut antara lain :

Hati Asiyah berada dalam tingkatan kasih sayang. Dan tingkatan ini tak diragukan memberikan sebuah keyakinan padanya. Ini adalah sebuah keyakinan yang kuat, penuh gairah, pintar, cermat, tangkas, berkelanjutan. Penuh dengan kewaspadaan dan visi. Suara keibuan dalam dirinya, seberapa banyaknya mengucapkan untuk tak mengirimkan putranya ke istana Fir’aun”…( Novel Asiyah hal 359)

“Setelah kehadiran Musa, rasa sayangnya kepada anak anak semakin bertambah. Bersama abdi abdi mudanya, dia memberikan pakaian kepada anak yatim, memeriksa orang orang yang sebatang kara, mengamati lilin lilin yang menyala di rumah-rumah di malam hari, siapa yang sakit siapa yang bekerja siang dan malam”. (Novel Asiyah hal. 339)

“Sultanah Asiyah yang tak banyak bicara sampai hari itu, kini bersuara lantang. Bahkan, sebagian besar or ang baru mendengar suaranya un tu k pertama kali. Ucapan Sultanah memberikan pengaruh yang besar. Seluruh kepala menunduk memandang ke tanah. Semua bersujud ketika mendengar s uaranya”. (Novel Asiyah ha.427) .

“Surat ucapan selamat yang lembut yang sangat menggembirakan sang Ratu. Bahkan ini menjadi sebuah perantara harapan baru bagi suaminya yang dia anggap telah tenggelam dalam lautan kesombongan. Sebenarnya, inilah Asiyah…. Sebuah samudera kasih sayang, sebuah samudera harapan. Asiyah yang ramah dan dermawan… Dia sebuah obat yang berlari mendekat kepada setiap orang yang mendekat satu langkah kepadanya…. Dia, orang yang tak pernah menghancurkan harapan”. (Novel Asiyah ha.153) .

Setelah hukum hukum warisan masa lalu diinjak injak, masih tersisa harga diri seorang wanita yang tertindas di bawah kaki kekuasaan… Keduanya tumbuh dewasa, baik sungai maupun perempuan, menjadi ibu bagi seluruh anak yang dilahirkan dari dirinya. Tak pernah memilih untuk hidup dalam kehidupan bangsawan dan kemewahan, lebih memilih hidup bersama orang orang tak mampu dan miskin”. ( novel Asiyah hal. 337)

Dua perempuan berbicara saling melengkapi. Satu berhenti, satu meneruskan. Yakin dalam hati mereka, dari satu kisah ke kisah lain, dari doa ke doa, dari satu harapan ke harapan lainnya… Meskipun ia seorang ratu, setiap perempuan mencari kesempatan untuk menghibur anaknya yang berada dalam jiwa yang gelisah. Dan memang, Asiyah dan Yakobed bukan sebagai ratu dan penduduk biasa, tapi sebagai dua orang ibu yang hatinya terbakar dalam perjaanan saat itu”. (Novel Asiyah hal. 373)

“Sultanah Asiyah belum pernah melangkahkan kakinya ke pulau terlaknat yang juga digunakan sebagai tempat menyatakan ketuhanan Fir’aun ini sejak hari pertama dibangun. Dia pun jarang mengikuti hari raya semacam ini. Tapi, dia tak dapat membiarkan Musa putranya sendirian. Oleh karena itu, dia berada di tahta kerajaan yang berada di titik pusat…”(Novel Asiyah hal.431)

Kesimpulan

Setelah mengumpulkan data, peneliti mencoba menganalisis berdasarkan data dan fakta yang sudah didapatkan melalui penjelasan dari teks narasi novel. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa :

Kepepimpinan Ratu Asiyah dalam novel lebih menunjukkan sifat feminine yang mulia sesuai dengan teori analisis naratif Algirdas Greimas dan Stereotype gender Backman dan D’Amico. Meskipun karakter Ratu Asiyah tidak selalu menjadi yang utama, konflik yang terjadi seiring perjalanan alur cerita antara para tokoh menjadikan Asiyah lebih yakin, tegas, tenang, cerdas, dan bijak dengan mengedepankan sifat lembut yang berorientasi menjalin hubungan untuk berusaha menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang ada di istana, termasuk mengahadapi dua Raja generasi sekaligus suaminya yang kejam yaitu Raja Pare-amon dan Raja Menmatre.

Penjelasan penelitian yang menunjukkan penggambaran kepemimpinan Ratu Aisyah yang baik dan mulia juga didukung dengan adanya narasi dan dialog antara Asiyah dan beberapa tokoh yang ada di dalam cerita novel tersebut. Oleh karena itu, penggambaran kepemimpinan Ratu Asiyah dalam cerita novel jadi lebih jelas dan nyata tanpa ada yang disembunyikan sedikitpun.

Saran

Adapun saran dari peneliti dalam penelitian ini antara lain :

  1. Bagi peneliti lain, perlu adanya penelitian tentang karakter dan penokohan selain Asiyah, dengan menggunakan metode penelitian dan teori yang berbeda. Karena di dalam cerita novel Asiyah masih banyak yang menjelaskan penggambaran karakter tokoh lain seperti Raja PAreAmon, Raja Menmatre, dan juga pangeran Musa yang bisa menjadi perbedaan contoh baik dan buruk sehingga bisa diteladani oleh manusia zaman sekarang.
  2. Bagi perempuan yang menjadi pemimpin di zaman sekarang, harus bisa meneladani sikap dan karakter yang dimiliki oleh Ratu Asiyah. Karena kelembutan dan kepedulian beliau yang sangat besar kepada masyarakat kecil yang miskin dan kurang mampu sehingga masyarakat bisa merasakan bahwa beliau adalah pemimpin perempuan yang baik dan bijaksana.
  3. Bagi negara Indonesia dan Universitas, perlu digali lebih dalam tentang karakter pemimpin, Khususnya perempuan yang sekarang menjabat di kampus UMSIDA. Setiap karakter sedikit banyak harus bisa disesuaikan dengan karakter Ratu Asiyah, karena bisa menjadi batu loncatan untuk memilih pemimpin yang lebih peduli kepada masyarakat yang miskin dan kurang mampu.

References

  1. Azizah, A. N. (2018, Juli 7). Blok Bojonegoro. Retrieved from Blok Bojonegoro.com: http://blokbojonegoro.com/2018/07/07/asiyah-sang-mawar-gurun-firaun/
  2. Didipu, H. (2018). Struktur Naratif Novel Osakat Anak Asmat Karya Ani Sekar Ningsih (perspektif Naratologi Gerrad Ganette). AKSARA jurnal bahasa dan sastra vol.19, No.1, 15-27.
  3. Emalya, S. (2017). Analisis Naratif Ekranisasi Novel Supernova : Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh ke dalam Bentuk Film. http://digilib.isi.ac.id/2987/7/JURNAL.pdf, 2.
  4. Eriyanto. (2013). Analisis Naratif Dasar Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media. Jakarta: Kencana.
  5. Frank, A. W. (2002). Why Study People's Stories? The Dialogical Ethics of Narrative Analysis,. International Journal of Qualitative Methods, Vol. 1, 16.
  6. Greimas, A. J. (1983). Structural Semantic : An Attempt at a Methods. In Eriyanto, Analisis Naratif Dasar Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (p. 202). Lincoln: University of Nebraska Press.
  7. Luc Herman, Bart Vervaeck. (2001). Handbook of Narrative Analiysis. In Eriyanto, Analisis Naratif Dasar Dasar dan Penerapannya dalam Teks Berita Media (p. 11). Nebraska: Lincoln.
  8. Marie Gillespie, J. T. (2006). Analysing Media Texts. In M. Gillespie, Narrative Analysis (p. 82). New York: Open University.
  9. Maroza Sulaiman, H. P. (2018). Analisis Naratif Penokohan Karakter Bruce Wayne pada Novel Grafis Batman Earth One Jilid Pertama. e-Proceeding of Management Vol. 5,No. 3, 4042.
  10. Prince, G. (2003). A Dictionary of Narratology. In Eriyanto, Analisis Naratif Dasar Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (p. 58). Nebraska: Second Edition.
  11. Rukayah. (2016). Menyoal Realisme Sosial dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer dengan Analisis Strategi Naratif. Jurnal Publikasi Pendidikan Vol.4, No. 1, 14.
  12. Staples, W. D. (1996). Power To Win. Jakarta: Professional Books.
  13. Waitley, D. (1979). The Psycology of Winning.