This research is quantitative research with a correlational approach. This study aims to determine the relationship between religious and happiness in students class XII SMK 10 Nopember Sidoarjo. This research was conducted at SMK 10 Nopember Sidoarjo with a sample of 220 students who were selected using the cluster random sampling technique. Data collection technique in this study used two psychologycalscales with Likert models, namely the scale of religious and happiness. The hypothesis in this study is that there is a positive relationship between religious and happiness in SMK 10 Nopember Sidoarjo. Data analysis was carried out with Spearman Rank correlation technique using SPSS 22.0 for Windows program. The results of the data analysis showed a correlation coefficient of 0.863 with significance of 0.000 < 0.05. this means that is a positive relationship between religious with happiness.
Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui proses pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan di Indonesia telah diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang mengenai sistem pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia pada umumnya terdiri dari empat tingkatan yaitu pendidikan usia dini, pendidikan sekolah dasar, pendidikan sekolah menengah dan pendidikan sekolah menengah atas.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sederajat dengan siswa sekolah menengah atas (SMA) pada umumnya yang membedakan di dalam sekolah menengah kejuruan (SMK) terdapat jurusan tertentu yang akan diperdalam. Siswa SMK/SMA termasuk dalam golongan masa remaja madya (15-18 tahun). Pada masa ini remaja mulai tumbuh ke dalam proses menuju dewasa. Tugas perkembanggan pada masa remaja ini meliputi, mampu menerima keadaan fisik, mencapai kemandirian emosional, mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual. Masa remaja pertengahan diharapkan mampu bersikap, berfikir dan bertingkah laku sesuai dengan tujuan lingkungannya. Hal tersebut yang membuat remaja dituntut dapat memenuhi tugas dan tanggung jawab sosial [1].
Sebagai siswa banyak hal yang dapat mempengaruhi ketentraman dan kedamaian hidup yang dapat membuat tidak tercapainya suatu kebahagiaan. pekerjaan rumah, tuntutan tugas sebagai siswa , waktu luang yang kurang pada siswa yang bersekolah dengan sistem full day school. Beberapa hal tersebut yang dapat mempengaruhi happieness pada siswa. Full day school sendiri adalah pedidikan yang menerapkan pembelajaran sehari penuh dengan menambahkan jam pelajaran dari pagi hingga sore.
Hal ini terjadi di SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo yang merupakan sekolah menengah kejuruan pertama di sidoarjo yang menerapkan sistem full day school, setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner kebahagiaan di sebagian siswa kelas XII pada tanggal 23 Oktober 2017, hasil menunjukkan 51 % siswa memilih pernyataan yang menunjukkan ketidakbahagiaan.
[2] menyatakan bahwa kebahagiaan sesungguhnya merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktifitas positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti absorbs dan keterlibatan. Sedangkan menurut Aristoteles mengatakan happiness sebagai eudaimonia seberapa besar manusia mencapai kebahagiaan hidup [3].Kebahagiaan ini tercermin bagaimana siswa dapat merasa nyaman dan tidak tertekan dalam menjalani segala aktifitas proses belajar.
[4] ada dua faktor yang mempengaruhi kebahagiaan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor
internal antara lain kepuasan terhadap masalalu, optimisme terhadap masa depan dan kebahagiaan masa sekarang.
Sedangkan faktor eksternal yaitu agama dan religiusitas, budaya, kehidupan sosial, pendidikan, uang, usia dan jenis kelamin, kesehatan, status pernikahan. Beberapa faktor eksternal happiness tersebut, terdapat satu faktor yang menarik yaitu faktor agama dan religiusitas , dimana ketaatan terhadap tuhan untuk mendekatkan diri dengan tuhan dan memahami ajaran agama juga mengamalkannya dapat membuat siswa berada dalam keadaan yang positif dalam menjalani aktivitas-aktivitasnya. Ketaatan kepada tuhan dan agama bisa dikatakan dengan Religiusitas.
[5] mengatakan religiusitas dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan didalam diri individu yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya dalam agama. Sedangkan menurut [6] religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam, penghayatan atau agama yang dianutnya. Bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama islam.
Religiusitas dan happiness terbukti dapat memprediksi tingkat kebahagiaan siswa dalam menjalani aktivitas- aktivitas di kehidupan sehari-hari yang menunjang untuk munculnya sikap positif dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Remaja atau siswa yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi akan merasa lebih bahagia dibandingkan dengan remaja yang tingkat religiusitasnya rendah [2].
Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh [7] yang berjudul hubungan religiuitas dengan
happiness terhadap pasien hemodialisa yang menyatakan hasil yang signifikan terhadap pengaruh religiuitas dengan
happiness. Bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kebahagiaanya. Demikian dengan penelitian [8] yang menunjukkan religiusitas dapat mempengaruhi tingginya kebermaknaan hidup dan kesehatan mental yang dapat membuat individu berpikiran positif dalam menjalani kehidupannya.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif korelasional yang memiliki tujuan untuk mengukur sejauh mana variasi antara variabel yang berkaitan dengan variabel lain [9]. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan happiness pada siswa kelas XII SMK 10 nopember sidoarjo.
Populasi dalam penelitian ini siswa kelas XII yang bersekolah di SMK 10 Nopember sidoarjo, beragama islam yang berjumlah 516 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling yait pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak dan tidak memperhatikan strata pada
populasi tersebut, cara tersebut dilakukan jika anggota populasi sudah dianggap homogeny [10]. Penentuan jumlah sampel ditentukan menggunakan tabel Issac & Michael dengan taraf kesalahan 5% sehingga sampel yang digunakan menjadi 220 siswa.
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan instrument dua skala Psikologi yaitu skala religiusitas dan skala happiness yang disusun oleh peneliti. Model skala yang digunakan adalah skala Likert yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan jawaban ragu-ragu dengan tujuan agar jawaban tidak mengumpul ditengah. Penyusunan skala pertama yaitu skala happiness yang disusun berdasarkan aspek yang dikemukaan oleh [11], yang meliputi : (1) afek positif, (2) afek negatif, (3) diri sendiri, (4), keluarga, (5) teman sebaya, (6) kesehatan, (7) keuangan, (8) prestasi, (9) waktu luang. Yang kedua yaitu skala religiusitas yang disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh [12] yaitu :(1) intellectual dimention, (2) ideology, (3) public practice, (4) private practice, (5) religious experience.
Berdasarkan hasil uji validitas denganbantuan program SPSS 22.0 for windows, skala happiness yang memiliki nilai rixyang berada pada kisaran -0,084 0,639, sehingga 31 aitem dinyatakan valid dari jumlah aitem 38. Pada skala religiusitas yang memiliki nilai rixyang berada pada kisaran 0,274 0, 834, sehingga 27 aitem dinyatakan valid ari jumlah 28 aitem. Uji reliabilitas menggunakan Alpha Cornbach dengan bantuan SPSS 22.0 for windows. Hasil perhitungan pada skala happinessdiperoleh koefisien reliabilitas 0.878 maka skala tersebut dinyatakan reliabel. Hasil perhitungan pada skala religiusitas diperoleh koefisien reliabilitas 0.926 maka skala tersebut dinyatakan reliabel.
Berdasarkan dari hasil analisis data diatas uji korelasi menggunakan korelasi Spearman Rank karena uji normalitas pada penelitian ini menyatakan distribusi data tidak normal. Dari hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi 0,863 dengan signifikansi 0,000 < 0,5. Hal tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang sifnifikan antara religiusitas dengan happiness , yang berarti hipotesis pada penelitian ini dapat diterima. Dapat diartikan bahwa semakin tinggi religiusitas siswa maka semakin tinggi pula happiness siswa, begitupula sebaliknya semakin rendah religiusitas siswa maka semakin rendah juga happiness siswa.
Siswa SMK yang bersekolah di sekolah dengan sistem pembelajaran full day school mengalami hal yang membuat emosi kebahagiaan nya terganggu, diantaranya karena tugas yang semakin berat dan harus menyelesaikan laporan magang untuk memenuhi syarat kelulusan , sedikitnya waktu untuk dapat mengerjakan tugas rumah, kurangnya waktu bermain dan berkumpul dengan keluarga.
Salah satu faktor yang menentukan happiness seseorang adalah religiusitas. Karena religiusitas adalah penuntun jalan hidup individu agar selalu berada pada jalan yang benar. [5] menyatakan remaja yang memiliki tingkat
religiusitas didalam dirinya cenderung memiliki kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka lebih bahagia karena agama mengajarkan tujuan hidup, menuntun mereka menerima dan menghadapi beragam masalah dengan tenang.
[5] religiusitas adalah keadaan didalam diri yang mendorong untuk bertingkah laku , bersikap dan bertindak
sesuai dengan kadar ajaran agamanya. Sedangkan menurut Wijanarko [8] religiuitas diartikan sebagai keadaan yang ada didalam diri manusia dalam merasakan dan mengakui adanya kekuasaan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dengan cara melaksanakan perintah tuhan sesuai dengan kemampuannya dan meninggalkan semua larangannya sehingga hal ini akan membawa ketentraman dan ketenangan pada dirinya.
[2] menambahkan bahwa religiusitas berpengaruh terhadap happiness remaja, dimana semakin tinggi religiusitas seseorang maka semakin tinggi pula tingkat happiness atau kebahagiaan remaja tersebut. Anak remaja yang
memiliki tingkat religiusitas yang tinggi cenderung banyak melakukan hal yang positif memiliki keyakinan hidup yang kuat dan tidak cepat berputus asa. Yang artinya ketika mereka menjalankan ibadah mereka merasa percaya dengan kehidupan yang nantinya akan membahagiakan seiring mereka mendekatkan diri kepada Allah, hal ini dapat menjadikan remaja selalu berpikiran positif.
[13] berpendapat bahwa Kebahagiaan individu dilihat dari cara individu memandang hidup secara spiritual dengan memungut kearifan dan hikmah dalam segala sesuatu, menemukan kejenakaan bahkan dalam hal yang
dianggap mengerikan, menjawab kebanyakan tantangan dan peluang, puas dengan apapun hasil yang didapat. Individu yang merasa tenang dalam menjalani hidup , menjawab peluang dan tantangan dan selalu puas dengan hasil yang didapat akan merasa tenang dalam menghadapi kehidupan dan merasa bahagia dengan apa yang dijalani.
Berdasarkan penelitian di SMK 10 Nopember Sidoarjo religiusitas dapat mempengaruhi happiness. Hal tersebut disebabkan religiusitas memiliki lima dimensi yaitu intellectual dimention, ideology, public practice, private practice, religion experience.
Pada religiusitas dimensi intellectual dimention, individu yang memiliki pengetahuan dan mampu menjelaskan pandangan tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan serta memiliki pemahaman tentang agama dan kitab suci Al
dapat membuat individu merasa nyaman dengan kehidupan yang dijalani, karena di dalam al quran dijelaskan bahwa Allah menjamin kehidupan setiap hambanya, ketika individu merasa yakin dan percaya dengan keberadaan tuhan maka individu tersebut senantiasa merasa bahagia didalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pada dimensi kedua yaitu ideology dimana individu yang memiliki kepercayaan dengan Tuhan dan sesama manusia, surga neraka, malaikat dan juga hal-hal yang berhubungan dengan tuhan akan senantiasa merasakan kedamaian di dalam hidupnya, tidak akan khawatir dengan apa yang belum terjadi dan slalu percaya bahwa Tuhan ada untuk menolong hambanya. Individu yang percaya akan adanya surge dan neraka serta malaikat akan senantiasa melakukan kegiatan yang positif karena mereka memahami bahwa setiap amal perbuatan yang dilakukan mendapatkan balasan. Ketika individu melakukan hal yang positif dalam kehidupan sehari-hari maka individu tersebut akan merasakan merasakan energy positif didalam dirinya.
Pada dimensi ketiga public practice dimana individu selalu mengikuti komunitas religious, keikutsertaan dalam kegiatan agama , mengikuti kegiatan beragama akan menambah pengetahuan bagi individu untuk meningkatkan religusitas seseorang. Individu yang aktif mengikuti kegiatan beragama terus menambah ilmu religiusitas mereka, juga dapat membuat individu tidak terlalu memikirkan akan hal-hal yang negative dalam kehidupan dikarenakan mengikuti kegiatan yang positif.
Pada dimensi keempat private practice yaitu dimana individu berhubungan dengan Tuhan melalui kegiatan yang sangat pribadi, dimensi yang dibentuk dengan membangun kegiatan yang sangat pribadi dengan Tuhan, seperti melaksanakan sholat malam dan sholat Sunnah. Individu yang sering melaksanakan sholat Sunnah akan merasa tenang dengan masalah yang dihadapinya karena mereka percaya dengan takdir yang telah dibuat dan ditentukan oleh Tuhan, oleh sebab itu individu tidak merasa sedih dan khawatir dengan asalah yang dihadapi.
Pada dimensi kelima yaitu religious experience dimana individu merasakan pengaruh langsung kegiatan keagamaan yang mempengaruhi kehidupannya, persepsi antara individu dengan Tuhan. Individu yang percaya bahwa kegiatan keagamaan bermanfaat bagi kehidupannya, ia akan merasakan bagaimana ketenangan ketika berhubungan dengan Tuhan, individu akan merasa bahwa setiap masalah terdapat Tuhan yang terlibat didalamnya dan percaya bahwa ketika individu dekat dengan Tuhan akan menjamin kehidupan yang tenang dan membahagiakan karena tidak ada yang perlu di khawatirkan antara kehidupan masa depan, masa sekarang dan masa lalu.
Penjelasan diatas juga mendukung hasil penelitian ini yang menunjukkan variabel religiusitas memiliki hubungan positif dengan happiness , hal ini di buktikan dari nilai R Squer sebesar 79,6 % yang artinya variabel
religiusitas memberikan pengaruh yang kuat terhadap happiness siswa.
Hasil pelitian ini juga dapat dilhat dari kategorisasi subjek berdasarkan skor pada kedua variabel yag menghasilkan nilai yang dominan pada tingkat religiusitas yang ada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 40,9
% dan variabel happiness sebesar 41,8 %. hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa SMK 10 Nopember Sidoarj memiliki tingkat happiness dengan kategori skor sedang dan dipengaruhi oleh religiusitas yang berada pada kategori sedang juga.
Dapat disimpulkan bahwa siswa SMK 10 Nopember Sidoarjo memiliki religiusitas yang tinggi dapat membuat siswa tersebut memiliki happiness yang baik, artinya bahwa siswa akan selalu berpikiran positif dan melakukan hal- hal yang positif seperti selalu optimis dan tidak mudah putus asa dalam menjalani kehidupan dan selalu nyaman dalam proses belajar mengajar disekolah.
Dengan diterimanya hipotesis dalam penelitian ini, maka terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan happiness . adanya religiusitas tersebut dapat mempengaruhi happiness siwa. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa religiusitas dapat mempengaruhi happiness siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan happiness siswa di SMK 10 Nopember Sidoarjo. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi religiusitas maka semakin tinggi pula tingkat happiness siswa SMK 10 Nopember Sidoarjo, begitupula sebaliknya bahwa semakin rendah religiusitas maka semakin rendah juga happiness siswa SMK 10 Nopember Sidoarjo.