Postpartum hemorrhage is bleeding that occurs after the birth of the baby, placenta, and 2 hours after the placenta is born. One of the causes is anemia. Research in 2015, 60% of 100 mothers giving birth at RSIA Kirana Taman Sidoarjo experienced postpartum hemorrhage. The aim of the study was to determine the relationship of anemia in pregnancy with the incidence of postpartum hemorrhage in labor mothers. The study design used an analytical survey with a retrospective method. The population of 206 maternity mothers was taken with simple random sampling technique as many as 136 samples in August 2017. Data were analyzed by Chi Square statistical test with 0.05. The results showed that postpartum hemorrhage was more experienced by mothers with anemia (66.7%) than those without anemia (26.2%). While those who did not experience postpartum hemorrhage were more experienced by mothers who were not anemic (73.8%) than those who were anemic (33.3%). Chi square test results (p=0.000 <0.05), which means there is a relationship of anemia in pregnancy with the incidence of postpartum hemorrhage in labor mothers. Conclusions of the study were the relationship of anemia in pregnancy with the incidence of postpartum hemorrhage in labor mothers. It is expected that midwives and doctors conduct early detection of anemia so that appropriate care can be carried out.
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan dimana jumlah perdarahan
melebihi 500 cc. Perdarahan post partum terdiri dari perdarahan primer dan perdarahan sekunder. Perdarahan post partum primer [1]. Faktor penyebab tidak langsung perdarahan postpartum yaitu usia, paritas, jarak persalinan kurang dari 2 tahun, anemia, riwayat perdarahan postpartum, persalinan letak sungsang, solusio plasenta. Sedangkan penyebab langsung perdarahan post partum yaitu atonia uteri, laserasi jalan lahir, dan retensio plasenta [2]. Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam tubuh menurun sehingga menurunkan pula kapasitas daya angkut oksigen kepada ibu dan janinnya untuk kebutuhan organ-organ vital [3]. Anemia selama kehamilan diartikan sebagai kadar Hemoglobin (Hb) ibu hamil <11 gr/dl, jika Hb < 10,5 gr/dl pada trimester pertama selama kehamilan,
ibu hamil mungkin perlu diberikan obat profilaktik untuk mengatasi hemodilusi yang terjadi pada trimester kedua kehamilan [4].
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sinta Aulia di Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya pada tahun 2014 terdapat jumlah ibu bersalin normal sebanyak 125 persalinan, dari jumlah tersebut 47% ibu mengalami perdarahan postpartum. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di RSIA Kirana Sepanjang Sidoarjo pada tahun 2015, dari 100 ibu bersalin normal terdapat 60 (60%) ibu mengalami perdarahan postpartum. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa kejadian perdarahan postpartum masih tinggi dibandingkan dengan Teori Bobak yang
menyatakan bahwa sekitar 8% seluruh kelahiran mengalami komplikasi perdarahan postpartum [5]. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum pada ibu bersalin.
Metode penelitian adalah cara menyelesaikan masalah menuruti ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu
masalah [6]. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai (1) Desain penelitian, (2) Sampling desain (3) Identifikasi variabel, (4) Kerangka Kerja, (5) Definisi Operasional, (6) Pengumpulan data dan analisa data, (7) Tempat dan waktu penelitian, (8) Etika penelitian, (9) Keterbatasan. Desain penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode retrospektif [6]. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap variable independen yaitu anemia dalam kehamilan dan variabel dependen yaitu kejadian perdarahan post partum pada ibu bersalin. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin normal di RSIA Kirana Taman Sidoarjo selama 1 tahun yaitu pada tanggal 1 Januari
31 Desember 2016. Dengan kriteria inklusi yaitu ibu bersalin spontan dengan perdarahan yang disebabkan oleh
laserasi jalan lahir, retensio plasenta, solusio plasenta, persalinan letak sungsang, riwayat perdarahan sebelumnya, dan jarak persalinan < 2 tahun. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus besar sampel, maka didapatkan jumlah populasi sebanyak 206 ibu bersalin, dengan besar sampel sebanyak 136 orang. Dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dengan teknik lottery atau teknik undian.
Anemia | Jumlah | Persentase |
Anemia | 75 | 55,1 |
Tidak Anemia | 61 | 44,9 |
Total | 136 | 100 |
Berdasarkan Table 1 menunjukkan bahwa sebagian besar (55,1%) ibu bersalin di RSIA Kirana Taman Sidoarjo mengalami anemia saat kehamilan. Selama kunjungan ANC ibu mendapatkan tablet Fe, asam folat, vitamin dan konseling. Tetapi masih banyak ibu yang mengalami anemia dikarenakan sebagian besar ibu bekerja. Hal ini disebabkan ketidak teraturan pola makan dan pola istirahat ibu selama sibuk bekerja, serta dari cara minum tablet Fe yang salah, jumlah tablet yang dikonsumsi dan waktu minum yang tidak teratur.
Ibu hamil yang bekerja lebih rentan mengalami anemia daripada ibu yang tidak bekerja, hal tersebut dilihat dari kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet fe setiap harinya, ibu juga tidak memperhatikan asupan makanan yang berdampak pada anemia selama bekerja. Ibu hamil yang tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet fe 4 kali resiko mengalami anemia selama kehamilan, karena fungsi dari tablet fe adalah sebagai tablet yang sangat membantu pertambahan zat besi dalam darah terutama pada ibu ha mil yang mengalami pengenceran darah. Jenis pekerjaan dalam sektor informal dengan beban kerja fisik yang relatif lebih berat, menyebabkan seseorang mengeluarkan banyak keringat. Hal ini mengakibatkan peningkatan pengeluaran zat besi bersama keringat. Wani ta hamil yang melakukan beban kerja berat memerlukan banyak sekali makanan untuk kondisi kesehatan tubuhnya maupun untuk kebutuhan energinya, sehingga zat-zat gizi yang dibutuhkan harus tercukupi [7].
Anemia merupakan kekurangan kualitas maupun kuantitas sel darah yang membawa oksigen disekitar tubuh dalam bentuk hemoglobin, nantinya hal ini akan menimbulkan pengurangan dalam kapasitas sel darah merah untuk membawa oksigen bagi ibu dan janin [4]. Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan trimester 3 atau kadar Hb <10,5 gram% pada trimester 2 karena terjadinya hemodilusi pada trimester II [8].
Hemoglobin sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk berbagai metabolisme sel dalam hal mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Kondisi yang di khawatirkan adalah kondisi disaat setelah melahirkan. Organ uterus memerlukan kontraksi yang kuat pada saat persalinan, menghentikan perdarahan akibat lepasnya plasenta dari perlekatannya dipermukaan dalam rahim (endometrium) yang luas selama kehamilan dan sesudah persalinan untuk pengecilan (involusi) uterus. Kadar Hb yang kurang dari 10 gr% akan membuat kontraksi otot rahim lemah ketika persalinan berlangsung (atonia uteri), dan juga menyebabkan adanya bahaya perdarahan postpartum [8].
Berdasarkan tabel 3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar (51,4%) ibu bersalin di RSIA Kirana Taman Sidoarjo tidak mengalami perdarahan postpartum. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan segera melakukan pencegahan perdarahan secara dini. Tindakan pencegahan tidak hanya dilakukan saat proses persalinan tetapi dimulai sejak ANC. Jika terdapat ibu yang beresiko mengalami perdarahan maka segera diberikan terapi untuk meminimalkan faktor risiko terjadinya perdarahan.
Di RSIA Kirana sudah menerapkan manajemen aktif kala III, manajemen aktif kala III adalah salah satu untuk mencegah perdarahan, sehingga sesuai dengan teori [9] bahwa manajemen aktif kala III merupakan penatalaksanaan secara aktif pada kala tiga (pengeluaran aktif kala plasenta) untuk membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Selain itu sebagian besar ibu hamil memiliki usia tidak berisiko yang dapat meminimalkan kejadian perdarahan, hal tersebut sesuai dengan teori [2] bahwa ibu hamil pada usia 35 tahun, pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua, jalan lahir juga bertambah kaku, ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.
Berdasarkan hasil uji chi square terdapat hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan
post p 0 ditolak yang berarti ada hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum pada ibu bersalin. Semakin banyak ibu yang mengalami anemia, maka semakin banyak ibu yang mengalami perdarahan.
Hasil ini sesuai dengan teori bahwa anemia dalam kehamilan mempengaruhi kejadian perdarahan postpartum. Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi jumlah hemoglobin dalam darah.
Berkurangnya jumlah hemoglobin menyebabkan jumlah oksigen yang di ikat dalam darah juga sedikit, sehingga
mengurangi jumlah pengiriman oksigen ke organ vital dan jumlah oksigen yang dikirim ke uterus juga kurang. Hal ini menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga terjadilah perdarahan postpartum [10]. Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer keseluruh tubuh maupun otak. Sehingga dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun bayi yang dilahirkan [1].
Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi jumlah kadar haemoglobin dalam darah. Kurangnya kadar haemoglobin menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen dan cakupan nutrisi ke uterus, apabila uterus kekurangan oksigen dan nutrisi maka sel- sel uterus akan mengalami penurunan kinerja berupa penurunan kontraksi, penurunan kontraksi inilah yang akan menyebabkan terjadinya perdarahan [4].
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan [11] di RSUP Adam Malik Medan bahwa ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum lebih banyak dialami oleh ibu yang anemia (8 6,1%) daripada ibu yang tidak anemia (5,6%). Sedangkan ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan post partum lebih banyak dialami oleh ibu yang tidak anemia (5,6%) daripada ibu yang anemia (2,8%).
Sebagian besar ibu bersalin di RSIA Kirana Taman Sidoarjo mengalami anemia saat kehamilan. Sebagian besar ibu bersalin di RSIA Kirana Taman Sidoarjo tidak mengalami perdarahan post partum. Ada hubungan anemia dalam
kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum pada ibu bersalin. Penelitian ini bisa di gunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut tentang faktor lain yang berkaitan dengan kejadian perdarahan post partum.
Terima kasih kepada Rumah Sakit Ibu dan Anak Kirana Taman Sidoarjo yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian.