Perikanan merupakan salah satu sektor perekonomian utama kabupaten sidoarjo. Selat madura disebelah timur Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah penghasil perikanan,diantaranya ikan, udang, dan kepiting. Secara tipologi dataran delta dengan ketinggian 0-3 m dengan luas 19.006 ha, meliputi 29,99 % merupakan daerah pertambakan yang berada di wilayah bagian timur kabupaten sidoarjo. [1].
Desa sawohan kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah yang terletak di wilayah timur kabupaten sidoarjo yang sebagian besar wilayahnya adalah pertambakan. Potensi ikan yang cukup besar di desa sawohan perlu di kelola untuk dapat menghasilkan produk olahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi [2].
Pengolahan hasil perikanan menjadi krupuk memang suatu hal yang menguntungkan karena selain tidak mmemerlukan ketrampilan yang terlalu tinggi, namun dapat menghasilkan pemasukan yang cukup, pengolahan model ini memang paliang jamak dilakukan oleh masyarakat pesisir [3].
Usaha pengolahan ikan di desa sawohan meliputi pengasapan, pengasinan, pemindangan ikan dan pembuatan krupuk ikan. Produksi pengolahan krupuk ikan di desa sawohan dalam bentuk industri rumahan yang dilakukan dengan cara tradisional.
Terkait dengan pengembangan industri krupuk ikan didesa sawohan gambaran mitra sebagai berikut:
1. Mitra 1 yaitu Hj. Ismawati. Setiap hari hanya bisa memproduksi krupuk maksimal 10 kilogram sehingga banyak pemesanan terpaksa ditolak. Pengolahan dilakukan secara sederhana Figure 1. Pembuatan adonan krupuk dilakukan secara manual, rasa yang dihasilkan setiap adonan terkadang tidak sama. Peralatan yang dipergunakan tidak memadai, bentuk krupuk yang dihasilkan kurang menarik dan sering krupuk pecah–pecah ketika ketika dikemas dalam plastik Figures 2‒3. Ketika sudah dikemas dalam plastik terkadang mudah menjadi ayem. Mitra juga belum memahami manajemen keuangan dan produksi. Perizinan mitra yang baru dengan P-IRT menyebabkan proses pemasaran menjadi terbatas, pada kemasan mitra terdapat logo LPPOM MUI, namun sayangnya itu hanya pencantuman sepihak dari mitra.
2. Mitra 2 Hj. Latifatul Usriyah tidak jauh berbeda dengan mitra 1, hanya memproduksi krupuk ikan 7 kg setiap hari sehingga seringkali menolak pesanan. Pengolahan juga dilakukan dengan cara sederhana, pembuatan adonan krupuk dilakukan secara manual, rasa yang dihasilkan seiap adonan tidak sama, peralatan yang dipergunakan tidak memadai. Akan tetapi mitra 2 sudah memiliki alat pemotong krupuk sehingga bentuk krupuk yang dihasilkan sudah bagus dan ketika krupuk dikemas dalam plastik tidak pecah–pecah Figures 4‒6. Namun, ketika sudah dikemas dalam plastik krupuk mudah ayem. Mitra juga belum memahami manajemen keuangan dan produksi, dan sama dengan mitra 1 perizinan juga hanya P-IRT.
Berdasarkan survey dan wawancara langsung terhadap mitra, permasalahan yang dihadapi mitra adalah:
Padahal jika usaha pengolahan krupuk ini dapat dikelola dengan baik dapat meningkatkan perekonomian mayarakat di Desa Sawohan.
Metode pelaksanaan yang dipakai dalam melaksanakan kegiatan ini adalah:
Di dalam setiap kegiatan baik dalam penanganan aspek produksi, maupun manajemen usaha melibatkan peran serta mitra. Keterlibatan mitra bukan hanya pada aspek pelaksanaan, tetapi mulai dari komunikasi masalah, perencanaan program serta pelaksanaan, sehingga ketercapaian target luaran dan kesinambungan program terjamin.
Evaluasi program akan dilakukan pasca kegiatan IbM dilaksanakan dengan berupa visitasi mitra untuk memantau proses pendaftaran perizinan (BPOM dan LPPOM MUI) dan HaKI (Merek), proses penggunaan dan pemeliharaan alat bantuan, serta keberlanjutan proses produksi dan keuangan yang dilatihkan.
Kegiatan ini dilaksanakan langsung di kediaman mitra (Hj. Ismawati dan Hj. Latifatul Usriyah), yakni di Desa sawohan kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain (1) pelatihan dan workshop teknik–teknik produksi krupuk dan pemahaman HaKI serta perizinan (2) pelatihan manajemen keuangan dan produksi (3) penyerahan bantuan peralatan dan cara pakainya (4) praktek produksi krupuk dengan manajeman keuangan dan produksi (5) pengurusan HaKI dan perizinan. Kegiatan tersebut dengan melibatkan sejumlah 5 (lima) orang mahasiswa yang membantu untuk melakukan pengurusan HaKI dan mempraktekkan cara pakai alat-alat produksi krupuk ikan.
Permasalahan yang dihadapi oleh mitra sebagaimana disebutkan dalam Bab 1 adalah (1) Kapasitas produksi yang sangat rendah sehingga seringkali menolak pesanan konsumen (2) Belum adanya izin produk (BPOM dan LPPOM MUI) dan HaKI (Merek) yang memadai terhadap krupuk ikan yang diolah (3) Belum adanya proses pengemasan yang baik terhadap produk krupuk ikan yang menyebabkan krupuk tidak tahan lama (4) Serta minimnya pengetahuan akan manajemen keuangan dan produksi. Permasalahan-permasalahn tersebut telah di coba untuk di selesaikan sesuai dengan solusi pada Bab 2. Rincian dari penyelesaian permasalahn tersebut adalah sebagai berikut:
Guna meningkatkan kapasitas produksi krupuk ikan, telah diupayakan dengan membuat mesin pemotong kerupuk dan penambahan peralatan menanak ikan berkapasitas besar. Sehingga Mitra tidak lagi kesulitan untuk menerima pesanan dalam jumlah besar. Peralatan-peralatan tersebut juga telah di serahkan dan di praktekkan dihadapan mitra sehingga memudahkan para mitra untuk menduplikasi gerakan dan teknik penggunaannya.
Guna menyelesaikan proses perizinan dan merek untuk mitra telah dilakukan upaya yakni (1) melakukan proses P-IRT untuk Mitra 1, serta melakukan proses pendaftaran merek untuk mitra 1.
Namun, ada kendala dalam pendaftaran BPOM, dan Sertifikasi Halal MUI. BPOM mensyaratkan ada sertifikat Merek sehingga proses ini tidak bisa dilakukan, sehingga dialihkan ke P-IRT. Sedangkan untuk mendapatkan sertifikasi halal MUI perlu ada Sertifikat PIRT dulu. Sehingga proses sertifikasi teratahan sampai proses Sertifikasi PIRT keluar.
Guna menyelsaikan permasalahan pada proses pengemasan. Telah diberikan mesin pengemas hampa udara serta yang telah dipraktekkan cara pakainya dihadapan mitra. Mesin ini diharapkan dapat meningkatkan daya tahan krupuk sehingga bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Figure Mahasiswa dan Mitra bersama-sama Mempraktekkan cara menggunakan mesin pengemas hampa udara.
Minimnya pengetahuan mitra akan manajemen keuangan dan produksi menyebabkan mitra menjadi terhambat dalam mengembangkan usahanyasecara optimal. Salah satu tim yakni Ibu Atikha Sidhi Cahyani, M.T., memberikan pelatihan pada kedua mitra terkait hal tersebut. Materi ini melingkupi:
Pelatihan dilakukan secara sederhana di kediaman mitra bersama dengan mahasiswa.
Figure MItra 1 dan 2 berdiskusi dengan pemateri
Pengrajin kerupuk ikan sebenarnya dapat melakukan peningkatan produksi dari adanya kekuatan hukum akan merek dagang mereka, serta menjaga kontinuitas dalam produksi. Hal itu tentunya dibarengi dengan teknik pengemasan yang baik, sehingga dapat menjaga mutu kualitas produk dalam kurun waktu yang lama. Sistem pembukuan sederhana juga perlu diperhatikan, sehingga para pengrajin dapat mengetahui perkembangan neraca produksi mereka.