Village Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v3i0.150

Special Career Decisions and Some Interventions Required for the Development of Decision Making


Kemampuan Keputusan Karier dan Beberapa Intervensi yang Digunakan untuk Pengembangan Pengambilan Keputusan

Universitas Pendidikan Indonesia
Indonesia

(*) Corresponding Author

Keputusan Karier Intervensi Karier

Abstract

The purpose of this study is to assist individuals in understanding themselves with the given career interventions. Career decisions are the ability of a person to use his knowledge, emotions and thoughts. The ability of career decisions is based on cognitive, affective and psychomotor aspects. Cognitive aspects; understand themselves and the environment (family, friends and society), knowledge of decision making steps, understanding of information. Affective aspects; responsible, emotionally involved in discussions about careers. Psychomotor aspects; use of knowledge and thought. Career decisions can be made with a variety of career interventions in accordance with the objectives to be achieved with several alternative options in developing career decisions. To develop career decisions some appropriate interventions are given such as reality counseling, cognitive reconstruction and social cognitive models.

Introduction

Kesuksesan karier merupakan satu diantara ketiga kesukesan lainnya dalam hidup. Kesuksesan pribadi, kesuksesan akademik, kesuksesan sosial dan kesuksesan karier. Inilah catur sukses yang tentunya menjadi harapan dan dambaan setiap individu. Untuk meraih kesuksesasn tersebut tidaklah mudah, artinya perlu ikhtiar yang sungguh-sungguh untuk meraihnya. Dan tidak dapat dicapai secara instant, melainkan perlu usaha yang terus-menerus dan melalui proses yang berkelanjutan. Dalam mencapai kesukesan karier perlu melalui tahapan dan proses karier yang dilalui sepanjang hayat. Bukan pada saat individu akan memulai untuk memasuki dunia kerja atau bidang karier tertentu.

Pada tahun 1950 karir menjadi sesuatu yang dinamis bagi seorang individu sehingga dalam memutuskan karir yang dipilih tidak jauh beda akan tetapi semakin berkembangnya jaman, pertumbuhan ekonomi dan industri menuntut seorang individu untuk mengikuti pola karir kedepan perubahan-perubahan terjadi seiring dengan waktu jadi sedini mungkin harus mengidentifikasi karir yang akan dipilih 1. Sebagian besar seorang individu kurang memperhatikan proses dari perkembangan karirnya dan kurang memahami tentang pekembangan karir yang ditujunya dalam proses pengambilan keputusan dibutuhkan perencanaan yang matang terhadap karir2. Keputusan yang telah dimiliki individu terhadap suatu pekerjaan yang akan dipilihnya sangat besar pengaruhnya terhadap keselarasan hidupnya baik ia sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat 3. Membuat keputusan karier adalah tugas perkembangan yang menantang, banyak aspek yang berbeda perlu dipertimbangkan. Dillard Beberapa orang dewasa membuat keputusan karier secara mandiri tidak peduli bagaimana cara pembuatan keputusan karier dapat meningkatkan keterampilan kemampuan mereka dalam membuat keputusan, beberapa individu memiliki tujuan yang telah ditetapkan dengan baik namun langkah individu untuk mencapainya tidak jelas, dianggap buruk4. Banyak orang dewasa tidak memiliki pilihan untuk mengevaluasi keterampilan atau tidak mengetahui kemungkinan alternatifnya. Kelemahan ini berkontribusi pada pengambilan keputusan yang tidak masuk akal dalam perencanaan karier. Pengambilan keputusan karier yang ideal adalah orang yang sadar akan kebutuhan untuk membuat keputusan karier, mau membuatnya dan mampu membuat keputusan yang tepat (misalnya, keputusan yang didasarkan pada proses yang tepat, dan sesuai dengan tujuan individu)5.

Beberapa penelitian mengalami beberapa kesulitan dalam pembuatan keputusan karir yaitu mengenai mengidentifikasi, mencari informasi, komunikasi dan implementasi dalam pengambilan keputusan 6. proses pengambilan keputusan yaitu fokus pada pembuatan keputusan karir, mencari jalan alternatif seperti ketertarikan, menilai dan keterampilan yang dimiliki, mengeksplorasi, memutuskan dari beberapa alternatif, komitmen dan memutuskan bahwa keputusan harus dijalankan karena merupakan pilihan 7.

KAJIAN PUSTAKA

Keputusan Karier

Dillard mengemukakan keputusan karier merupakan usaha sadar seseorang yang melibatkan perasaan, nilai, perilaku, komitmen, persepsi, dan informasi yang relevan. Selanjutnya dillar menjelaskan “decision making is essential to career planning8. Artinya dalam proses memutuskan keputusan yang bagus akan menentukan seberapa efektif ia berada dalam mencapai tujuan karier, hal yang paling penting adalah dalam memutuskan karier adalah memahami diri sendiri yaitu individu mempelajari langkah-langkah dalam mengembangkan keputusan karier dengan menerapkan langkah-langkah dalam memutuskan keputusan kemudian mengeksplorasi bagaimana karier yang diputuskan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam meningkatkan kemampuan keputusan karier diperlukan tiga aspek yaitu indikator aspek pertama, pengetahuan tentang diri:pengetahuan tentang tujuan karier, pemahaman akan cara mencapai tujuan karier, dan langkah-langkah pembuatan keputusan karier. Indikator aspek kedua, informasi tentang lingkungan sekitar: informasi yang akurat tentang lingkungan sosial dan fisik (lingkungan pekerjaan), mengetahui fakta-fakta individu lain secara detail dan spesifik berkaitan dengan pilihan karier. Indikator aspek ketiga, tanggung jawab: kerelaan individu dalam menerima segala konsekuensi atas pilihan yang dipilih.

Sharf, mengungkapkan keputusan karier merupakan kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan dan pemikirannya untuk membuat perencanaan karier9. seseorang harus mengetahui bagaimana memutuskan keputusan karier. Kemampuan keputusan karier didasari oleh kemampuan menggunakan pengetahuan, keterampilan serta berpikir untuk merencanakan karier. Seseorang harus bisa memutuskan karier yang terbaik diantara pilihan yang dibuat. Kemampuan individu dalam membuat keputusan karier didasari oleh tiga aspek yaitu; pengetahuan, sikap dan keterampilan. Indikator aspek pengetahuan antara lain: pengetahuan tentang langkah-langkah keputusan karier, kesesuaian karier dengan bakat, minat dan pengetahuan akan pentingnya memutuskan keputusan secara mandiri. Indikator aspek sikap antara lain: mempelajari informasi karier membicarakan karier dengan orang dewasa, mengikuti pelatihan sesuai dengan cita-cita karier yang diharapkan, mengikuti pendidikan atau pelatihan yang mengarah pada karier masa depan. Indikator aspek keterampilan mengacu pada kemampuan individu dalam menggunakan pengetahuan dan pemikirannya dalam keputusan karier.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karier pada seseorang yaitu, perselisihan dengan orang tua, pengalaman dari luar yang merangsang, bakat dan budaya 10. Kesulitan pengambilan keputusan karier Terkait juga dengan penguasaan lingkungan dan harga diri 11. Pendidikan merupakan tempat bagi orang tua dan seseorang untuk memahami lebih banyak kesempatan karier kedepannya12 dan orang tua sebagai aspirasi untuk masa depan anak akan menjadi pola keberhasilan jenis pekerjaan13 Ada beberapa elemen yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan yaitu jenis kelamin, kesehatan, sekolah, keluarga, hubungan dengan teman, efikasi diri dan ekonomi 14 . Dillard Keputusan tidak bisa dipisahkan dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Keputusan karier berhubungan dengan pemahaman diri dan pengetahuan mengenai lingkungan yang dapat membantu mengembangkan kemampuan keputusan karier. Daya pertimbangan untuk menetapkan keputusan karier adalah bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelum menetapkan keputusan karier yang menjadi tanggung jawab seseorang terhadap karier.

Biemrose ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses keputusan karier yaitu pertama Evaluative careerists, penilaian diri melalui identifikasi dan evaluasi kebutuhan individu, nilai dan kemampuan sangat penting dalam perencanaan karir15. Kedua Strategic careerists: Hal ini didasarkan pada pemrosesan kognitif di mana individu mendasarkan pilihan mereka pada proses menganalisis, mensintesis, menimbang keuntungan dan kerugian, dan menetapkan rencana untuk mencapai tujuan, ketiga Aspirational careerists: Mengadopsi gaya pengambilan keputusan karir berdasarkan tujuan karir yang terfokus dan keputusan karir terkait dengan keadaan dan prioritas pribadi. keempatOpportunistic careerists: Proses akhir pengambilan keputusan karir menggambarkan orang-orang yang telah mengambil peluang, betapapun tak terduga, dan mencoba, seringkali berhasil, untuk mengubahnya menjadi keuntungan mereka.

Hurlock mengemukakan bahwa masa remaja adalah masa yang penting dalam menentukan keputusan yang perlu dipikirkan dan diambil berkaitan dengan kehidupan mereka dimasa depan, seperti keputusan mengenai pilihan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan, bekerja, atau pilihan lain yang dipandang perlu bagi kehidupan mereka. Namun mengambil keputusan karier bagi siswa tidaklah mudah. Faktanya dari beberapa penelitian memaparkan fenomena pengambilan keputusan siswa, penelitian tersebut diantaranya.

Ginevra penelitian yang dilakukan pada 1835 remaja di Italia. Adapun kategori profil keputusan karier terdiri dari pengumpulan informasi, pengolahan informasi, locus of control, usaha, penundaan, kecepatan dalam memutuskan karier terakhir, konsultasi, ketergantungan pada orang lain, keinginan untuk menyenangkan orang lain, aspirasi pekerjaan yang ideal, dan kesediaan untuk kompromi16. Remaja yang pasti memutuskan kariernya dan remaja yang masih ragu-ragu berbeda dalam beberapa dimensi profil keputusan karier. Penelitian ini menunjukam proses informasil dan komitmen yang lebih besar (melakukan lebih banyak usaha dalam proses dan terjadi korelasi sebesar 0,47), ada hubungan antara kecenderungan untuk menunda-nunda dengan membuat keputusan akhir dengan lebih cepat yaitu 0,46. Perbedaan dalam pengambilan keputusan antara siswa laki-laki dalam kelompok eksperimen adalah 4,16 % dan kelompok kontrol sebesar 3,62 % untuk kelompok eksperimen perempuan sebesar 3,88% dan kelompok kontrol 3,35% Remaja perempuan di Italia juga memiliki nilai lebih tinggi daripada anak laki-laki dalam pengumpulan informasi yaitu perbandingannya 5,05: 5,00 dan lokus kontrol pria sebesar 4,53 sedangkan perempuan 4,91 yang semuanya dapat mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk menentukan pilihan.

Garcia hasil penelitian menunjukan bahwa sumber dukungan sosial mendorong optimisme karier melalui peningkatan kepercayaan diri bahwa seseorang dapat berhasil menjalankan tugas penting yang diperlukan untuk membuat keputusan karier17. Orangtua dan guru dapat memberi kesempatan untuk penguasaan enaktif (misalnya, mendukung kegiatan ekstra kurikuler untuk meningkatkan keterampilan terkait pekerjaan) dan pemodelan terkait karier (misalnya, berbagi strategi dan keterampilan terkait karier) serta menawarkan bala bantuan positif dalam bentuk dorongan verbal yang memungkinkan remaja untuk mengembangkan kepercayaan diri dalam melakukan keputusan terkait karier. Pengambilan keputusan karier terkait self-efficacy mempengaruhi optimisme karier karena merupakan kemampuan yang disempurnakan untuk memanfaatkan strategi pemecahan masalah yang efektif, mengalokasikan sumber daya, dan menetapkan tujuan yang realistis.

Hasil penelitian Ali menunjukan bahwa kemampuan pembuatan keputusan karir pada mahasiswa pakistan dalam membuat keputusan karir mengalami kesulitan sebesar 29% dan self esteem 16 % ini disebabkan karena kurangnya penguasaan dalam pemecahan masalah, mahasiswa mengalami kesulitan terhadap pilihan karir karena mereka mengetahui bahwa apa yang menjadi pilihan mereka akan berada diluar harapan orang tua dan ketertarikan mereka terhadap suatu jenis pekerjaan akan berbeda dengan orang tua mereka18.

Beberapa penelitian di Indonesia juga menunjukan beberapa kemampuan siswa dalam memutuskan karier, yaitu berdasarkan Hasil penelitian19 Jamilah penelitiannya tentang kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas XII Man 1 kota Bandung tahun ajaran 2010/2011 menunjukan bahwa secara umum kemampuan pembuatan keputusan karier siswa 60,26% berada pada kategori sedang dan 14,64% berada pada kategori rendah.

Hasil penelitian Nugroho menunjukan bahwa tingkat pengambilan keputusan siswa yang berada pada kategori mampu sebanyak 21% , siswa yang berada pada kategori cukup mampu sebanyak 79%20. Hasil ini menunjukan bahwa mayoritas siswa yang tingkat pengambilan keputusan karier pada kategori sedang. Satria pada Siswa Madrasah Aliyah (MAN) Rukoh Darulsalam Banda Aceh menunjukan bahwa self efficacy pada siswa yang akan mengambil keputusan karier berada pada kategori tinggi sebanyak 49 orang (60,5%) dan 32 orang (39,5%) berada pada kategori rendah21. Dari empat sub variabel self efficacy di dapat data yaitu performance accomplishments berada pada kategori tinggi sebanyak 45 orang (55,6%), vicarious experience berada pada kategori rendah sebanyak 43 orang (53,1%), verbal persuasion berada pada kategori tinggi sebanyak 55 orang (67,9%), physiological information berada pada kategori tinggi sebanyak 56 orang (69,1%). Data ini menunjukan bahwa vicarious experience berada pada kategori rendah artinya Siswa ragu terhadap studi lanjutan/karier yang akan mereka pilih setelah melihat kesulitan yang dialami orang lain. Siswa juga merasa ragu dengan karier yang akan mereka pilih setelah melihat banyak orang menganggur karena tidak diterima bekerja. Siswa cenderung menjadikan kesulitan yang dialami orang lain sebagai hal yang umum akan menimpa orang lain juga dan dirinya.

Beberapa intervensi karier yang digunakan

Pengembangan kemampuan keputusan karier dapat dilakukan oleh seseorang dengan mengikuti berbagai strategi dan pelatihan yang memadai yang dibantu oleh seseorang yang profesional (konselor). Masalah utama yang dihadapi seseorang dalam proses konseling berkaitan dengan pengambilan keputusan karier Untuk startegi yang diterapkan dan penggunaan pada proses konseling adalah didasarkan pada pengetahuan tentang gaya keputusan individu itu sendiri 22. Komponen kritis intervensi karir meliputi (a) buku kerja dan latihan tertulis (b) interpretasi dan umpan balik individual (c) dunia kerja (d) pemodelan, dan (e) perhatian pada dukungan bangunan.

Beberapa penelitian lain yang digunakan untuk pengambilan keputusan karier yaitu konseling realitas yaitu Pada tahap inti pelaksanaan konseling realitas, topik berdasarkan indikator pengambilan keputusan karier sebagai berikut: minat diri, kelebihan dan kekurangan diri, menimbang hasil pembicaraan dengan orang dewasa, analisis langkah-langkah dan menggabungkan hasil pengetahuan dan pemikiran, kegiatan ekstrakurikuler, pemahaman akan tujuan hidup, pemahaman informasi tentang tujuan hidup keyakinan diri dan penekanan akan nilai hidup, kesiapan menerima konsekuensi atas pilihan hidup23.

Penelitian pada mahasiswa wanita di taiwan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konseling kelompok karir pada pengambilan keputusan karier dan kecemasan wanita perguruan tinggi dengan menggunakan intervensi merekonstruksi kognitif dengan pelatihan keterampilan pengambilan keputusan karier24. Pendekatan konseling karir yang menggunakan kombinasi rekonstruksi kognitif dengan pelatihan keterampilan pembuatan keputusan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama, berfokus pada intervensi rekonstruksi kognitif. Topik dari pembicaraan ini adalah: kesepakatan dengan konflik dan kesulitan dalam pengambilan keputusan, kesadaran masalah karir-pengembangan pribadi., memahami perbedaan dalam pengembangan karir antara pria dan wanita. memahami kepentingan pribadi, kepribadian, dan bakat dengan menggunakan lembar kerja berbagai kegiatan. membantu siswa perempuan merumuskan realistis keluarga dan kehidupan-perencanaan tujuan. Sesi kedua, berfokus pada pengetahuan bagaimana memanajemen kecemasan dan ketentuan dari pelatihan keterampilan gejala kecemasan dan keterampilan pembuatan keputusan karir. Setelah kecemasan diidentifikasi, mereka belajar bahwa mereka bisa menganalisis dan menemukan cara-cara untuk mengurangi itu. Pada akhir sesi, klien dirujuk ke dua pusat terkait karir yang berbeda untuk mendapatkan informasi tentang dunia kerja. Oleh karena itu, klien dibantu untuk mendapatkan sumber daya tambahan yang berkaitan dengan kepentingan khusus mereka dan didorong untuk mewawancarai orang-orang di bidang-bidang.

Penelitian dilakukan oleh Lent, dkk. Pada tahun 2016 Di universitas mid-Atlantic pada jurusan psikologi dengan menggunakan sampel 324 mahasiswa25. Penelitian ini mengusulkan sebuah model sosial kognitif yang berfokus pada perkembangan karir. Model ini untuk melihat hubungan antara eksplorasi karir dengan keputusan karir.Hasil penelitiannya menunjukan bahwa indikatot kegiatan eksplorasi bergantung pada varian self efficacy sebesar 19%, pengalaman belajar 36%, harapan hasil 15% dalam kaitannya dengan eksplorasi karir dan pengambilan keputusan karir pa

Penelitian yang dilakukan oleh Jung pada tahun 2017 pada 664 siswa sekolah menengah di Australia26. Pengujian konstruk model yang terdiri dari proses kognitif yang bagian dari pengenalan budaya idiocentric, menghubungkan anatara nilai-niali pekerjaan, dan yang menghubungan fungsi ketertarikan/kenyamanan pekerjaan dan sikap terhadap perhatian pekerjaan. Model ini dianggap spesifik untuk remaja yang mempunyai kemampuan intelektual yaitu: (1) hubungan jalur dari minat kerja/kenikmatan terhadap kebutuhan akan stimulasi intelektual menunjukkan bahwa karakteristik unik dari remaja berbakat intelektual dapat berarti bahwa apa yang menyerap dan intrik remaja ini mungkin memerlukan tingkat tantangan dan stimulasi mental tertentu, (2) dari hubungan, dari kebutuhan akan stimulasi intelektual hingga keinginan untuk memenuhi potensi seseorang, menunjukkan bahwa pengalaman stimulasi intelektual dapat hidup berdampingan dengan keinginan untuk memenuhi potensi seseorang, mungkin sebagai tingkat penyerapan dalam aktivitas yang muncul saat seseorang Secara intelektual dirangsang mungkin kondusif bagi pemenuhan potensi seseorang.

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Pembuatan keputusan haruslah dengan pemberian pendidikan yang dapat menyeimbangkan terhadap kemungkinan negatif dan mengevaluasi perkembangan individu, pendidikan yang bagus harus fokus pada perkembangan individu mencakup kemampuan produktivitas, otonomi, kemampuan berdemokrasi,hubungan yang sehat, memperlakukan diri sama dengan yang lain dan penyelesaian masalah pribadi27 . Tujuan yang paling penting dalam perkembangan karir individu ialah kognitif sangat berperan penting karena dengan begitu seorang individu akan menunjukan perhatian dan perubahan terhadap tingkahlakunya28 . Berdasarkan pendapat Dillard dan Sharf maka keputusan karier adalah kemampuan seseorang menggunakan pengetahuan, emosi dan pemikirannya. Kemampuan keputusan karier didasari atas aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif; memahami diri dan lingkungan (keluarga, teman dan masyrakat), pengetahuan langkah-langkah pengambilan keputusan, pemahaman informasi. Aspek afektif; bertanggung jawab, terlibat secara emosi dalam diskusi tentang karier. Aspek psikomotorik; penggunaan pengetahuan dan pemikiran.

Berdasarkan fakta empirik penelitian dari Ginevra (2012); Garcia(2015); Jamilah (2013); Nugroho (2017); Satria(2015) menunjukan secara umum kemampuan siswa dalam memutuskan keputusan karier di pengaruhi oleh orang tua dan lingkungan sekitar. Terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan yang memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan mengenai keputusan karier dengan yang tidak memiliki pemahaman mengenai kariernya. Hal-hal yang menunjang untuk peningkatan keputusan karier ditandai dengan self efficacy yang tinggi, fasilitas dari orang tua dan guru, kegiatan ekstrakurikuler dan pengumpulan informasi mengenai karier yang dicapai. Apabila remaja berhasil menegosiasikan tugas terkait dengan pengambilan keputusan karier (contohnya menilai secara akurat keterampilan seseorang dan kemampuan, mengumpulkan informasi, memilih tujuan, perencanaan dan pemecahan masalah 29 . sumber dukungan sosial mendorong optimisme karir melalui peningkatan kepercayaan diri bahwa dia dapat berhasil menjalankan tugas penting yang diperlukan untuk membuat keputusan karir2. Brown & krane mengungkapkan Kefektivan intervensi karier untuk meningkatkan kemampuan keputusan karier dapat dilakukan dengan latihan tertulis, interprestasi individu dan umpan balik, informasi tentang dunia kerja, pemodelan dan membangun dukungan. Orangtua dan guru dapat memberi kesempatan untuk penguasaan enaktif (misalnya, mendukung kegiatan ekstra kurikuler untuk meningkatkan keterampilan terkait pekerjaan) dan pemodelan terkait karir (misalnya, berbagi strategi dan keterampilan terkait karir) serta menawarkan bantuan positif dalam bentuk dorongan verbal yang memungkinkan remaja untuk mengembangkan kepercayaan diri dalam melakukan keputusan terkait karir. Self-efficacy mempengaruhi optimisme karir karena merupakan kemampuan yang disempurnakan untuk memanfaatkan strategi pemecahan masalah yang efektif, mengalokasikan sumber daya, dan menetapkan tujuan yang realistis

References

  1. Biemann, E. F. Torsten, and Annete, “Do eco- nomic globalization and industry growth destabi- lize careers? an analysis of career complexity and career patterns over time,” Sage journal: Organiza- tion studies, vol. 32, no. 11, pp. 1639–1663, 2014.
  2. K. A. S. Howard and E. W. Mary, “Children’s con- ceptions of career choice and attainment: Model development,” Sage journal: Journal of career development, vol. 38, no. 3, pp. 256–271, 2011.
  3. R. A. Gani, Bimbingan karir. Bandung: Angkasa, 1996.
  4. J. Dillard and null Milton, “Life Long Career Plan- ning. Columbus Ohio ; A Bell & Howell Company,” 1985.
  5. S. Osipow and I. Gati, “Construct and concurrent validity of the career decision making difficulties quuestionnaire,” sage journal: journal of career ass- esment, vol. 6, no. 3, pp. 347–364, 1998.
  6. R. Charter, “Aspects of decision-making in sec- ondary schools. Sage journal: Educational manage- ment and administration. 13. Hlm 207-214,” pp. 207–214, 1985.
  7. A. & Damian Hirschi and Lage, “The Rela- tion of Secondary Students’ Career-Choice Readi- ness to a Six-Phase Model of Career Decision Mak- ing,” Sage journal: Journal of Career Development, vol. 34, no. 2, pp. 164–191, 2007.
  8. J. Dillard and null Milton, “Life Long Career Plan- ning. Columbus Ohio ; A Bell & Howell Company,” 1985.
  9. R. S. Sharf, Applying Career Development Theory to Counseling. California: Brooks/Cole Publishing Company, 1992.
  10. W. W. M. Pei, “managing family conflict over career decisions: T he experience of asian americans,” Sage journal: journal of career development, vol. 41, no. 6, pp. 487–506, 2013.
  11. U. & Erum Ali and Shah, “career decision dif- ficulty as a predictor of environmental mastery and self esteem in college students,” Procedia-social and behavior science, vol. 84, pp. 1119–1123, 2013.
  12. W. C. Patton, “The extended context of career: Fam- ilies negotiating aducation and career decisions,” Sage journal: Australian journal of career develop- ment, vol. 23, no. 2, pp. 69–78, 2014.
  13. I. Gianakos, “Predictors of Career Decision-Making Self-Efficacy,” Sage journal: journal of career ass- esment, vol. 9, no. 2, pp. 101–114, 2001.
  14. M. Mcmahon, “Examining the context of adoles- cent career decision-making,” Australian Journal of Career Development, vol. 1, pp. 13–18, 1992.
  15. Bimrose and A. B. Sally, “Styles Of Career Decision-Making. sage journal: australian journal of career development. 16 (2). Hlm 20-28,” pp. 20–28, 2007.
  16. D. Ginevra, “Career decision-making profiles of italian adolescent,” Journal of career assesment, vol. 20, no. 4, pp. 375–389, 2012.
  17. P. R. J. M. Garcia, “Career optimism: The roles of contextual support and career decision-making self- efficacy,” Journal of career behavior, vol. 88, pp. 10–18, 2015.
  18. U. & Erum Ali and Shah, “career decision dif- ficulty as a predictor of environmental mastery and self esteem in college students,” Procedia-social and behavior science, vol. 84, pp. 1119–1123, 2013.
  19. C. Jamilah, “ Program bimbingan karier berdasarkan profil kemampuan pembuatan keputusan karier peserta didk. Skripsi. Program studi bimbingan dan konseling. UPI. Tidak diterbitkan,” 2013, UPI. Tidak diterbitkan.
  20. A. Nugroho and Rian, “Strategi konseling reali- tas untuk mengembangkan pengambilan keputusan karier. Tesis. Program studi bimbingan dan konsel- ing. UPI. Tidak diterbitkan,” 2017, UPI. Tidak diter- bitkan.
  21. Satria, “Sel efficacy keputusan karir pada siswa madrasah aliyah,” Idea nursing journal, vol. VI, no. 3, pp. 10–18, 2015.
  22. Lam, “The impact of a college career intervention program on career decision self efficacy, career inde- cision and decision making difficulties. sage jour- nal: journal of career assesment. Hlm1-20,” pp. 1– 20, 2017.
  23. A. Nugroho and Rian, “ Strategi konseling reali- tas untuk mengembangkan pengambilan keputusan karier. Tesis. Program studi bimbingan dan konsel- ing. UPI. Tidak diterbitkan,” 2017, UPI. Tidak diter- bitkan.
  24. H. Peng, “Career group counseling iin undecided college female seniors state anxiety and career inde- cision,” Sage journal. Hlm, pp. 996–1004, 2001.
  25. R. W. Lent and D. ., “Source of self-efficacy and- outcome expectations for career exploration and decision-making: a test of the social cognitive model of career self-management,” Journal of vocational behavior. Hlm, vol. 1, pp. 17–17, 2016.
  26. J. Jung and Yup, “Occupational/Career Decision- Making Thought Processes of Adolescents of High Intellectual Ability,” Journal for the education of the gifted, vol. 40, no. 1, 2017.
  27. D. E. P. Schultheiss, “Elementary career interven- tion programs: Social action initiatives,” Sage jour- nal: Journal of career development, vol. 31, no. 3,pp. 185–195, 2005.
  28. M. N. Verbruggen, K. Dries, and V. Laer, “Challeng- ing the Uniformity Myth in Career Counseling Out- come Studies: Examining the Role of Clients’ Initial Career Counseling Goals,” sage journal: Journal of Career Assessment, pp. 1–14, 2016.
  29. G. V. Gushue, “The relationship of ethnic iden- tity, career decision-making self-eficacy and out- come expectations among Latino/a high school stu- dents,” Journal of vocational behavior, vol. 68, pp. 85–95, 2005.