Community Education Development Articles
DOI: 10.21070/ijccd.v15i2.1221

Journalism as a Channel for the Aspirations of the Community and Students of MA. Al-Arqom Sarirejo


Jurnalistik Sebagai Penyalur Asprasi Masyarat dan Siswa MA. Al-Arqom Sarirejo

STTM. Ar. Fachrudin
Indonesia
STTM Ar. Fachrudin
Indonesia
STTM Ar. Fachrudin
Indonesia
STTM Ar. Fachrudin
Indonesia
Universitas Trunojoyo Madura
Indonesia

(*) Corresponding Author

Journalism Student Aspirations Community Aspirations MA Al-Arqom Media Literacy Educational Communication

Abstract

This study aims to explore the role of journalism as a channel for expressing aspirations within the environment of Madrasah Aliyah (MA) Al-Arqom Sarirejo, both for students and the surrounding community. In the era of information transparency, journalism functions not only as a medium for news dissemination but also as a participatory space for the public to voice their opinions, complaints, and hopes. Using a descriptive qualitative approach, data were collected through in-depth interviews, observations, and documentation. The results show that journalism activities at MA Al-Arqom serve as a constructive platform for expressing ideas and criticism in a polite and educational manner. Besides improving students’ media literacy, journalism activities also strengthen the relationship between the school and the community. The role of supervising teachers and active student involvement are key to the success of this journalism program. This study recommends strengthening journalism training and providing digital platforms as strategic steps to broaden the reach of public aspirations.

Highlights:

  • Journalism as a Voice – Empowers students and community to express opinions constructively.

  • Media Literacy Growth – Enhances students' critical thinking and communication skills.

  • School-Community Bond – Strengthens relationships through participatory media.

Keywords: Journalism, Student Aspirations, Community Aspirations, MA Al-Arqom, Media Literacy, Educational Communication

 

Pendahuluan

Dalam era informasi yang berkembang pesat saat ini, jurnalistik memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi secara akurat dan bertanggung jawab kepada publik[1]. Peran ini tidak hanya terbatas pada media massa profesional, tetapi juga telah merambah ke ranah pendidikan dan komunitas lokal. Di lingkungan sekolah, jurnalistik telah menjadi salah satu media yang efektif dalam menyalurkan aspirasi siswa, baik dalam bentuk kritik membangun, saran, maupun pandangan terhadap berbagai isu yang berkembang di lingkungan sekolah dan masyarakat[2]. Sementara itu, bagi masyarakat umum, jurnalistik berperan sebagai wadah untuk menyuarakan kepentingan bersama, mengangkat permasalahan lokal, serta menjadi alat kontrol sosial terhadap kebijakan dan fenomena yang terjadi di sekitarnya[3].

Dalam konteks pendidikan, kegiatan jurnalistik tidak hanya membekali siswa dengan keterampilan menulis dan berpikir kritis, tetapi juga mendorong partisipasi aktif mereka dalam kehidupan sekolah[4]. Melalui media seperti majalah dinding, buletin sekolah, radio sekolah, dan platform digital, siswa dapat mengekspresikan ide, menyampaikan kritik, dan memberikan kontribusi terhadap perbaikan lingkungan pendidikan mereka. Hal ini menciptakan suasana dialogis yang sehat antara siswa, guru, dan pihak sekolah, serta menumbuhkan budaya keterbukaan dan demokrasi di lingkungan pendidikan[5].

Bagi masyarakat, jurnalistik komunitas hadir sebagai media alternatif yang mampu menjangkau persoalan-persoalan lokal yang seringkali tidak tersentuh oleh media arus utama[6]. Jurnalistik komunitas memungkinkan warga untuk terlibat langsung dalam proses pengumpulan informasi, peliputan, dan penyebaran berita yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Media lokal seperti buletin desa, radio komunitas, dan media sosial menjadi sarana yang efektif untuk menyuarakan kepentingan masyarakat, memperkuat kohesi sosial, serta mendorong partisipasi aktif dalam pembangunan daerah[7].

Namun, peran strategis jurnalistik sebagai penyalur aspirasi ini masih menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya literasi media di kalangan siswa dan masyarakat, keterbatasan fasilitas dan pelatihan jurnalistik, serta minimnya dukungan dari lembaga pendidikan dan pemerintah setempat[8]. Oleh karena itu, penting untuk melakukan kajian yang mendalam mengenai bagaimana jurnalistik dapat dioptimalkan sebagai saluran aspirasi yang efektif bagi siswa dan masyarakat, serta strategi apa saja yang dapat diterapkan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada[9].

Laporan penelitian ini disusun sebagai upaya untuk menjawab kebutuhan tersebut. Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk menggali dan menganalisis peran jurnalistik dalam menyalurkan aspirasi siswa dan masyarakat, dengan studi kasus pada sekolah dan komunitas di wilayah tertentu. Diharapkan, hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan kegiatan jurnalistik yang lebih inklusif, partisipatif, dan berdampak bagi kehidupan sosial dan pendidikan[10][11][12][13].

Pembahasan

Jurnalistik merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencarian, pengolahan, penulisan, dan penyebaran informasi kepada publik melalui berbagai media. Menurut [1], jurnalistik adalah proses komunikasi massa yang memiliki fungsi utama sebagai penyampai informasi, pengawas sosial, forum diskusi publik, dan agen perubahan sosial. Dalam konteks ini, jurnalistik tidak hanya menjadi alat penyampai informasi, tetapi juga sebagai saluran aspirasi dan partisipasi publik [14].

Di lingkungan pendidikan, jurnalistik sekolah menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang sangat bermanfaat. Menurut [2], jurnalistik sekolah mampu membentuk karakter siswa yang kritis, kreatif, dan bertanggung jawab. Melalui kegiatan jurnalistik, siswa dapat belajar menyampaikan pendapat, menyusun argumen, serta memahami berbagai isu yang berkembang di sekitarnya. Media sekolah seperti majalah dinding, buletin, dan media daring sekolah menjadi wadah yang efektif untuk menyalurkan ide dan aspirasi siswa[15][16].

Sementara itu, jurnalistik komunitas adalah bentuk praktik jurnalistik yang berfokus pada isu-isu lokal yang relevan dengan kehidupan masyarakat setempat. [3] menyatakan bahwa jurnalistik komunitas memiliki kekuatan untuk memperkuat identitas lokal, meningkatkan partisipasi warga, serta mendorong transparansi dan akuntabilitas pemerintah lokal[17]. Media komunitas seperti radio komunitas, buletin desa, dan platform media sosial lokal memainkan peran penting dalam menyuarakan kepentingan masyarakat yang seringkali diabaikan oleh media mainstream[18].

Selain itu, literasi media juga menjadi komponen penting dalam mendukung efektivitas jurnalistik sebagai penyalur aspirasi. [4] menekankan pentingnya kemampuan individu dalam mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan media secara kritis. Dalam konteks ini, peningkatan literasi media di kalangan siswa dan masyarakat akan memperkuat posisi mereka sebagai produsen dan konsumen informasi yang aktif dan bertanggung jawab[19][20].

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan jurnalistik sekolah mampu meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan komunikasi mereka [5]. Demikian pula, jurnalistik komunitas terbukti mampu menjadi alat advokasi yang efektif dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat dan mendorong perubahan sosial [6].

Dengan demikian, jurnalistik sebagai medium komunikasi dan ekspresi memiliki potensi besar dalam menyalurkan aspirasi siswa dan masyarakat[21][22]. Namun, untuk mengoptimalkan peran tersebut, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan, pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, serta media profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih lanjut bagaimana jurnalistik dapat diimplementasikan secara efektif dalam konteks sekolah dan komunitas lokal sebagai saluran aspirasi yang demokratis dan partisipatif[23][24][25].

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memahami dan menganalisis peran jurnalistik dalam menyalurkan aspirasi siswa dan masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah dan komunitas lokal[26][27]. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik sebagai media aspirasi, serta merumuskan rekomendasi strategis guna mengoptimalkan peran jurnalistik dalam konteks tersebut[28][29].

Secara lebih rinci, tujuan penelitian ini meliputi:

1. Mengkaji peran jurnalistik sekolah dalam mendorong partisipasi siswa dalam menyampaikan aspirasi dan pandangan mereka terhadap isu-isu pendidikan dan lingkungan sekolah.

2. Menganalisis kontribusi jurnalistik komunitas dalam mengangkat isu-isu lokal dan menjadi saluran komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah atau pihak terkait.

3. Mengidentifikasi tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam implementasi jurnalistik sebagai media penyalur aspirasi.

4. Menyusun rekomendasi kebijakan dan strategi yang dapat diterapkan untuk memperkuat peran jurnalistik dalam mendukung demokrasi partisipatif.

Manfaat dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan kajian jurnalistik, khususnya dalam hal peran sosial dan partisipatif jurnalistik di ranah pendidikan dan komunitas. Penelitian ini juga dapat memperkaya literatur mengenai jurnalistik sekolah dan jurnalistik komunitas, yang selama ini masih relatif kurang mendapatkan perhatian akademik secara mendalam[30].

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi lembaga pendidikan dalam mengembangkan program jurnalistik sekolah yang lebih inklusif dan partisipatif. Bagi masyarakat, temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam memperkuat peran media lokal sebagai sarana penyampaian aspirasi. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah dan organisasi masyarakat sipil dalam merancang program pemberdayaan media komunitas dan peningkatan literasi media.

Melalui penelitian ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya jurnalistik sebagai alat komunikasi dan demokrasi dapat semakin meningkat di kalangan siswa dan masyarakat. Dengan demikian, akan tercipta ruang dialog yang lebih terbuka dan sehat antara individu, kelompok, dan institusi, yang pada akhirnya mendorong terciptanya kehidupan sosial yang lebih adil, transparan, dan partisipatif.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan dan menganalisis peran jurnalistik sebagai media penyalur aspirasi siswa dan masyarakat. Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu menggali makna, pandangan, dan pengalaman para pelaku jurnalistik di lingkungan sekolah dan komunitas secara mendalam.

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di MA. AL-ARQOM dan satu komunitas masyarakat di wilayah Desa Sarirejo. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada adanya kegiatan jurnalistik yang aktif baik di kalangan siswa maupun masyarakat, sehingga data yang diperoleh dapat lebih kaya dan relevan dengan fokus penelitian.

Subjek penelitian meliputi siswa yang aktif dalam ekstrakurikuler jurnalistik, guru pembina jurnalistik, pengelola media komunitas (seperti radio lokal dan buletin desa), serta tokoh masyarakat yang terlibat dalam kegiatan penyampaian aspirasi melalui media lokal. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dengan mempertimbangkan keterlibatan dan pengalaman responden dalam kegiatan jurnalistik.

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu:

1. Wawancara mendalam: Dilakukan terhadap 10 informan kunci yang terdiri dari siswa, guru, dan pengelola media komunitas. Wawancara dilakukan secara semi-terstruktur agar tetap fokus pada topik tetapi fleksibel untuk eksplorasi.

2. Observasi partisipatif: Peneliti mengamati langsung kegiatan jurnalistik di sekolah dan komunitas, termasuk proses produksi media, rapat redaksi, serta interaksi antara media dan audiens.

3. Studi dokumentasi: Mengkaji dokumen seperti edisi buletin sekolah/komunitas, arsip konten media daring, serta peraturan atau pedoman jurnalistik sekolah dan komunitas.

Analisis data dilakukan secara tematik dengan langkah-langkah berikut:

1. Reduksi data: Menyaring dan menyusun data yang relevan berdasarkan fokus penelitian.

2. Penyajian data: Menyusun temuan dalam bentuk narasi dan tabel sesuai tema yang muncul dari wawancara dan observasi.

3. Penarikan kesimpulan: Menyimpulkan peran, tantangan, dan potensi jurnalistik sebagai media aspirasi berdasarkan temuan lapangan.

Keabsahan data dijaga melalui triangulasi sumber dan teknik, yakni membandingkan hasil wawancara dengan observasi dan dokumen. Selain itu, dilakukan member checking kepada beberapa informan untuk memastikan akurasi interpretasi data.

Etika penelitian dijaga dengan meminta persetujuan dari setiap partisipan, menjamin kerahasiaan identitas, dan memastikan bahwa data digunakan semata-mata untuk keperluan akademik. Penelitian ini juga dilaksanakan dengan mempertimbangkan sensitivitas budaya lokal dan norma sosial yang berlaku di lokasi penelitian. Dengan metode ini, diharapkan penelitian mampu menghasilkan pemahaman yang utuh mengenai peran jurnalistik sebagai saluran aspirasi yang efektif, serta memberikan masukan strategis bagi pengembangan jurnalistik di ranah pendidikan dan komunitas.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jurnalistik memiliki peran strategis dalam menyalurkan aspirasi siswa dan masyarakat. Di lingkungan sekolah, kegiatan jurnalistik telah menjadi wadah yang efektif bagi siswa untuk menyampaikan pandangan, kritik, dan saran terkait berbagai aspek pendidikan dan kehidupan sekolah. Aspirasi yang disampaikan melalui media seperti majalah dinding dan buletin sekolah sering kali berkaitan dengan kebijakan sekolah, fasilitas, dan dinamika sosial di lingkungan siswa.

Siswa yang terlibat dalam jurnalistik menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis, berani menyampaikan opini, serta lebih peka terhadap isu-isu yang terjadi di lingkungan mereka. Guru pembina jurnalistik juga menyatakan bahwa media sekolah mendorong komunikasi dua arah antara siswa dan guru. Salah satu contoh konkret adalah adanya perubahan kebijakan jam istirahat berdasarkan masukan yang disampaikan melalui buletin sekolah.

Di sisi lain, jurnalistik komunitas berfungsi sebagai media yang menyuarakan kebutuhan dan keluhan masyarakat kepada pemerintah desa dan instansi terkait. Media seperti buletin desa dan radio komunitas memuat isu-isu seperti infrastruktur, pelayanan publik, hingga aspirasi tentang kegiatan sosial budaya. Masyarakat merasa lebih terlibat dan didengar ketika mereka memiliki saluran yang dapat menjembatani suara mereka.

Namun, terdapat sejumlah tantangan dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik ini. Di sekolah, kendala utama adalah kurangnya pelatihan jurnalistik, minimnya fasilitas, dan waktu yang terbatas di tengah padatnya kegiatan akademik. Di komunitas, tantangan meliputi rendahnya literasi media, keterbatasan dana operasional media, serta tekanan sosial dari pihak-pihak yang tidak nyaman terhadap kritik publik.

Figure 1. Foto Kegiatan Pelatihan Di MA. Al-Arqom dan Pemuda Masyarakat Desa Sarirejo

Pembahasan hasil menunjukkan bahwa jurnalistik berpotensi besar dalam membentuk budaya komunikasi yang partisipatif, baik di MA. Al-arqom maupun di pemuda masyarakat desa Sarirejo. Diperlukan penguatan kapasitas jurnalistik melalui pelatihan, dukungan fasilitas, dan kebijakan yang mendorong kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab. Selain itu, kolaborasi antara sekolah, pemerintah desa, LSM, dan media profesional dapat menjadi strategi efektif untuk memperkuat posisi jurnalistik lokal.

Secara umum, hasil penelitian ini mengkonfirmasi bahwa jurnalistik bukan hanya sekadar sarana informasi, tetapi juga sebagai medium transformasi sosial. Ketika aspirasi siswa dan masyarakat dapat tersalurkan dengan baik, maka tercipta ruang dialog yang sehat yang menjadi dasar bagi perubahan yang positif.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa jurnalistik memainkan peran penting sebagai saluran aspirasi siswa dan masyarakat. Di lingkungan sekolah, jurnalistik sekolah memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan pandangan, menyampaikan kritik, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Di masyarakat, jurnalistik komunitas menjadi media yang efektif dalam menyuarakan kebutuhan lokal, memperkuat komunikasi horizontal, dan mendorong partisipasi warga dalam pembangunan desa.

Peran ini semakin kuat ketika didukung oleh literasi media yang baik, pembinaan yang berkelanjutan, serta partisipasi aktif dari berbagai pihak. Namun, masih terdapat tantangan signifikan seperti keterbatasan sumber daya, minimnya pelatihan, dan hambatan budaya yang perlu diatasi untuk menjadikan jurnalistik sebagai sarana aspirasi yang benar-benar efektif.

Oleh karena itu, beberapa saran yang dapat diajukan antara lain:1. Sekolah perlu mengintegrasikan pelatihan jurnalistik ke dalam kegiatan ekstrakurikuler yang berkelanjutan dan didukung dengan fasilitas memadai.2. Pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat diharapkan memberikan dukungan teknis dan finansial terhadap pengembangan media komunitas.3. Masyarakat dan siswa perlu diberikan pendidikan literasi media agar mereka dapat menjadi produsen dan konsumen informasi yang cerdas dan bertanggung jawab.4. Diperlukan kolaborasi antara sekolah, komunitas, dan media profesional untuk memperkuat kapasitas dan kredibilitas jurnalistik lokal.

Dengan langkah-langkah tersebut, jurnalistik dapat menjadi alat transformasi sosial yang nyata, menjembatani kepentingan individu dan kolektif, serta memperkuat budaya demokrasi yang inklusif dan partisipatif.

References

  1. D. McQuail, McQuail's Mass Communication Theory. London: SAGE Publications, 2010.
  2. W. Surakhmad, Dasar dan Teknik Penelitian: Suatu Pengantar. Bandung: Tarsito, 2008.
  3. M. Lauterborn, Community Journalism: A Grassroots Guide. Washington, DC: The Media Institute, 2007.
  4. W. J. Potter, Theory of Media Literacy. London: SAGE Publications, 2004.
  5. Y. Harsono, Jurnalistik Sekolah: Media Pendidikan Karakter. Jakarta: Gramedia, 2015.
  6. B. Kovach and T. Rosenstiel, The Elements of Journalism. New York: Three Rivers Press, 2007.
  7. O. U. Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
  8. P. J. Shoemaker and S. D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century. New York: Routledge, 2013.
  9. S. J. A. Ward, Ethics and the Media: An Introduction. Cambridge: Cambridge University Press, 2011.
  10. A. A. Berger, Media and Communication Research Methods. London: SAGE Publications, 2000.
  11. S. J. Baran and D. K. Davis, Mass Communication Theory: Foundations, Ferment, and Future. Boston: Wadsworth, 2011.
  12. J. V. Pavlik, Journalism and New Media. New York: Columbia University Press, 2001.
  13. C. W. Anderson, Rebuilding the News: Metropolitan Journalism in the Digital Age. Philadelphia: Temple University Press, 2013.
  14. J. B. Singer, Participatory Journalism: Guarding Open Gates. Oxford: Wiley-Blackwell, 2008.
  15. S. Forde, Challenging the News: The Journalism of Alternative and Community Media. London: Palgrave, 2011.
  16. O. G. Bailey, B. Cammaerts, and N. Carpentier, Understanding Alternative Media. Maidenhead: McGraw-Hill Education, 2008.
  17. S. Retnaningsih, Jurnalistik Komunitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
  18. R. Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa, 2017.
  19. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2016.
  20. L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.
  21. N. K. Denzin and Y. S. Lincoln, The SAGE Handbook of Qualitative Research. London: SAGE Publications, 2005.
  22. Haryatmoko, Etika Komunikasi. Yogyakarta: Kanisius, 2016.
  23. J. W. Cresswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. London: SAGE Publications, 2014.
  24. H. Jenkins, Convergence Culture: Where Old and New Media Collide. New York: NYU Press, 2006.
  25. L. A. Lievrouw and S. Livingstone, Handbook of New Media. London: SAGE Publications, 2006.
  26. UNESCO, Media and Information Literacy Curriculum for Teachers. Paris: UNESCO, 2011.
  27. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Ekstrakurikuler Jurnalistik Sekolah. Jakarta: Kemendikbud, 2020.
  28. Dewan Pers, Kode Etik Jurnalistik. Jakarta: Dewan Pers, 2012.
  29. M. Ali, Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa, 2009.
  30. S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.