This study aims to analyse strategies for improving the quality of education for Islamic boarding school students through the development of technopreneurship combined with a digital marketing approach at the AIBS Sumberjo Islamic Boarding School in Bojonegoro. The background of this study is based on the urgency of transforming Islamic boarding school education in response to the challenges of the digital era and the importance of empowering students to become economically independent. The research method used is a descriptive qualitative approach with observation, in-depth interviews, and documentation techniques. The results of the study indicate that the integration of technopreneurship into the curriculum and activities of the pesantren has a positive impact on the competencies of santri, both in the fields of technology, business creativity, and the use of digital media as a means of promoting products. Digital marketing plays a significant role in expanding the market reach of products created by students and building a positive image for Islamic boarding schools. This programme also strengthens the values of independence and innovation in the Islamic-based educational process. The conclusion of this study affirms that technopreneurship integrated with digital marketing can serve as a strategic solution to enhance the quality of pesantren education in a holistic and contextual manner.
Highlights:
Curriculum Integration: Technopreneurship enhances student skills in technology and business creativity.
Digital Expansion: Digital marketing increases product reach and promotes pesantren branding.
Empowerment Values: The program fosters independence and innovation among students.
Keywords: Technopreneurship, Digital Marketing, Pendidikan Santri, Pondok Pesantren, Mutu Pendidikan.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang telah lama menjadi garda terdepan dalam mencetak generasi muda yang religius, berkarakter, dan memiliki integritas moral tinggi[1][2][3]. Namun, seiring perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, pondok pesantren dituntut untuk mampu beradaptasi dengan tantangan era digital[4]. Santri tidak hanya harus menguasai ilmu-ilmu agama, tetapi juga perlu dibekali dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat modern. Oleh karena itu, inovasi dalam sistem pendidikan pesantren menjadi suatu keniscayaan agar para santri dapat menjadi agen perubahan yang berdaya saing tinggi[5][6][7].
Salah satu bentuk inovasi yang potensial untuk diintegrasikan dalam pendidikan pesantren adalah technopreneurship, yakni kewirausahaan yang berbasis pada pemanfaatan teknologi[8][9]. Technopreneurship memungkinkan santri untuk menciptakan produk atau jasa berbasis teknologi, seperti aplikasi digital, layanan daring, maupun produk kreatif berbasis internet. Dalam konteks ini, technopreneurship tidak hanya menjadi sarana pemberdayaan ekonomi, tetapi juga wahana pembelajaran praktis yang melatih kemandirian, inovasi, dan problem solving. Santri yang terlibat dalam technopreneurship secara langsung akan memahami bagaimana mengidentifikasi peluang, merancang produk, hingga melakukan evaluasi pasar[10][11][12].
Namun, technopreneurship saja tidak cukup. Kemampuan untuk memasarkan produk secara efektif juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan suatu usaha[13][14]. Di sinilah pentingnya digital marketing sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh santri di era digital. Digital marketing mencakup berbagai strategi pemasaran melalui kanal digital seperti media sosial, e-commerce, website, dan platform digital lainnya[15][16][17]. Dengan menguasai digital marketing, santri dapat memperluas jangkauan pasar, meningkatkan daya saing produk, serta memperkuat personal branding maupun branding institusional pesantren[18][19].
Pondok AIBS (Aisyiyah Islamic Boarding School) Sumberrejo Bojonegoro merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang telah mencoba mengintegrasikan technopreneurship dan digital marketing dalam kegiatan pendidikan santrinya[20]. Beberapa program pelatihan telah dilakukan, mulai dari pelatihan pembuatan konten digital, pelatihan pembuatan produk UMKM, hingga workshop pengelolaan media sosial dan toko daring. Meskipun demikian, proses implementasi program ini tentu tidak berjalan tanpa hambatan. Masih banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari keterbatasan sumber daya, kurangnya pelatihan bagi tenaga pengajar, hingga minimnya pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran sehari-hari[21][22][23].
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan mendesak untuk meningkatkan mutu pendidikan santri agar lebih adaptif terhadap tantangan global. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana integrasi technopreneurship dan digital marketing mampu meningkatkan kompetensi dan daya saing santri. Dengan mengetahui potensi, tantangan, dan strategi yang tepat dalam mengimplementasikan konsep ini, diharapkan pondok pesantren, khususnya Pondok AIBS Sumberrejo Bojonegoro, dapat merumuskan model pendidikan yang lebih relevan dan responsif terhadap kebutuhan zaman. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi dan inspirasi bagi pesantren lain dalam mengembangkan program pendidikan berbasis technopreneurship dan digital marketing[24].
Pembahasan
Technopreneurship merupakan kombinasi antara teknologi dan kewirausahaan yang menjadi salah satu solusi untuk menjawab tantangan globalisasi dan perkembangan digital[25]. Dalam konteks pendidikan pesantren, technopreneurship tidak hanya meningkatkan keterampilan santri dalam mengelola usaha berbasis teknologi, tetapi juga mendorong kreativitas, inovasi, serta kemandirian. Menurut [3], technopreneurship dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum pesantren melalui pembelajaran berbasis projek.
Digital marketing mencakup berbagai aktivitas pemasaran yang dilakukan melalui media digital seperti media sosial, email marketing, website, dan aplikasi mobile. Pemahaman tentang strategi digital marketing penting dalam menghadapi pasar global yang semakin kompetitif. Menurut [2], kompetensi digital marketing memungkinkan individu untuk memperluas jangkauan pemasaran dan meningkatkan efektivitas komunikasi dengan konsumen[26].
Kombinasi antara technopreneurship dan digital marketing merupakan pendekatan strategis dalam menciptakan pendidikan berbasis ekonomi kreatif. Dalam konteks pendidikan pesantren, pendekatan ini dapat menjadi alternatif model pembelajaran berbasis praktik, yang memungkinkan santri tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengaplikasikan keterampilan secara langsung. Menurut [5], integrasi ini meningkatkan kesiapan siswa dalam menghadapi dunia kerja dan mendorong munculnya wirausaha muda berbasi[27].
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Menganalisis implementasi technopreneurship dalam kegiatan pendidikan santri di Pondok AIBS Sumberrejo Bojonegoro.
2. Mengevaluasi efektivitas penggunaan digital marketing dalam mendukung kegiatan technopreneurship santri.
3. Merumuskan strategi pengembangan program pendidikan yang integratif antara technopreneurship dan digital marketing untuk meningkatkan mutu santri.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tujuan menggambarkan dan menganalisis fenomena secara mendalam berdasarkan realitas lapangan. Jenis penelitian ini sesuai digunakan untuk memahami proses integrasi technopreneurship dan digital marketing dalam pendidikan santri.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren AIBS (Aisyiyah Islamic Boarding School) yang berlokasi di Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. 3. Subjek dan Informan Penelitian
Subjek penelitian meliputi santri, pengelola pondok pesantren, guru pembimbing program technopreneurship, dan praktisi digital marketing. Informan dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria keterlibatan langsung dalam program yang diteliti[28].
4. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Observasi dilakukan terhadap aktivitas santri dalam kegiatan technopreneurship dan pelatihan digital marketing. Wawancara dilakukan kepada informan kunci terkait pelaksanaan dan hasil program. Dokumentasi berupa hasil karya santri, foto kegiatan, serta dokumen pendukung lainnya[29].
5. Teknik Analisis Data
Data dianalisis menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Huberman (2014), yang terdiri dari tiga langkah: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data dilakukan dengan merangkum informasi penting dari hasil wawancara dan observasi. Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi, tabel, dan gambar. Selanjutnya, penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan pola-pola temuan dan triangulasi antar sumber data[30].
1. Implementasi Technopreneurship di Pondok AIBS
Pondok AIBS telah memulai langkah-langkah inovatif dalam mengintegrasikan technopreneurship ke dalam kegiatan belajar santri. Beberapa program unggulan seperti pelatihan pembuatan produk olahan makanan, kerajinan tangan, hingga aplikasi digital sederhana telah dilakukan. Santri didorong untuk berkolaborasi, menyusun rencana bisnis, dan menjalankan mini proyek usaha yang dikelola sendiri.
2. Penerapan Digital Marketing oleh Santri
Pelatihan digital marketing dilakukan dengan menggandeng praktisi lokal dan alumni pondok yang telah sukses di dunia usaha daring. Materi pelatihan meliputi pengelolaan media sosial, copywriting, desain grafis dasar, serta optimalisasi toko daring di platform seperti Shopee dan Tokopedia. Beberapa santri bahkan telah berhasil memasarkan produk mereka secara mandiri.
3. Tantangan dalam Integrasi Program
Tantangan utama dalam pelaksanaan program adalah keterbatasan fasilitas teknologi, keterampilan guru dalam bidang digital, serta motivasi santri yang masih beragam. Beberapa guru belum terbiasa menggunakan media digital, sehingga perlu dilakukan pelatihan intensif. Selain itu, perlu ada pendampingan yang berkelanjutan agar program berjalan konsisten.
4. Dampak terhadap Mutu Pendidikan Santri
Integrasi program ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam keterampilan non-akademik santri, seperti kemampuan komunikasi, berpikir kritis, dan pengambilan keputusan. Beberapa santri yang aktif dalam program juga mengalami peningkatan kepercayaan diri dan mulai menunjukkan orientasi masa depan yang lebih jelas.
1. Simpulan
Integrasi technopreneurship dan digital marketing dalam pendidikan santri di Pondok AIBS Sumberrejo Bojonegoro telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam aspek keterampilan hidup, kemandirian, dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi. Program ini menjadi jembatan antara pendidikan tradisional dan tuntutan dunia modern yang serba digital
2. Saran
-Pondok AIBS perlu memperkuat dukungan infrastruktur teknologi dan meningkatkan kapasitas guru dalam bidang technopreneurship dan digital marketing.
-Pelatihan harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan agar santri memiliki kompetensi yang lebih mendalam.
-Perlu adanya kolaborasi dengan pihak luar seperti perguruan tinggi, praktisi industri, dan pemerintah untuk mendukung pengembangan program secara lebih luas.
Lampiran
Figure 1.
Figure 2.
Figure 3.
Figure 4.