This research aims to empower Muhammadiyah cadres in developing digital skills and da'wah communication abilities to support the digital transformation of agricultural products in the Bromo Tengger multicultural community. A qualitative approach with participatory methods was used in this research. Data collection techniques included in-depth interviews, participatory observation, and documentation of activities, with thematic analysis to identify key patterns. The empowerment of Muhammadiyah cadres succeeded in improving digital skills, ability in marketing agricultural products through digital platforms, as well as strengthening the value of da'wah in communication strategies. The cadres were able to build a wider marketing network and integrate Islamic values in multicultural interactions. This research offers an empowerment model based on communication education and digital da'wah that is contextual to multicultural communities, and integrates digital transformation with religious values. The practical implications of this research encourage the development of community-based empowerment programs that prioritize digital literacy and contextual da'wah approaches to support local product marketing in the digital era. Limitations lie in the short implementation time and limited sample representation. Further research is recommended to expand the implementation of this model in other multicultural communities.
Era transformasi digital telah membawa perubahan signifikan di berbagai sektor, termasuk sektor pertanian. Di tengah perkembangan teknologi informasi, produk pertanian memiliki peluang besar untuk menjangkau pasar yang lebih luas melalui digitalisasi [1]. Namun, di wilayah-wilayah dengan karakteristik multikultural seperti Bromo Tengger, tantangan dalam mengadopsi teknologi digital masih cukup tinggi [2]. Keterbatasan literasi digital, akses terhadap teknologi, dan perbedaan budaya menjadi hambatan utama bagi para petani dan komunitas lokal dalam memasarkan produk pertanian mereka secara digital. Dalam konteks ini, kader Muhammadiyah memiliki peran strategis sebagai agen perubahan yang mampu menjembatani kesenjangan tersebut melalui pendekatan pendidikan komunikasi dan dakwah.
Meskipun berbagai program pemberdayaan telah dilakukan di komunitas petani, masih terdapat kesenjangan dalam pemanfaatan teknologi digital secara berkelanjutan. Banyak program hanya berfokus pada pelatihan teknis tanpa mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan keberlanjutan. Kader Muhammadiyah yang memiliki basis keagamaan dan sosial yang kuat dapat menjadi katalisator untuk mendampingi masyarakat dalam proses transformasi digital yang inklusif [3]. Penelitian ini menyoroti pentingnya pendidikan komunikasi dan dakwah sebagai pendekatan holistik untuk memberdayakan komunitas petani di lingkungan multikultural Bromo Tengger, di mana interaksi budaya dan nilai keagamaan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan dari kegiatan ini adalah memberdayakan kader Muhammadiyah dalam mengembangkan keterampilan digital dan kemampuan komunikasi yang efektif untuk mendukung transformasi digital produk pertanian. Implikasi dari kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas kader Muhammadiyah sebagai agen perubahan di komunitas, memperkuat jaringan pemasaran digital produk pertanian, dan mendorong terbentuknya ekosistem digital yang berkelanjutan di lingkungan multikultural Bromo Tengger. Dengan pendekatan ini, diharapkan tercipta sinergi antara nilai-nilai keislaman, kemajuan teknologi, dan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas [4].
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode partisipatori untuk memahami dan memberdayakan kader Muhammadiyah dalam proses transformasi digital produk pertanian. Populasi dalam penelitian ini adalah kader Muhammadiyah di wilayah Bromo Tengger yang memiliki keterlibatan aktif dalam kegiatan dakwah dan pemberdayaan masyarakat [5]. Sampel diambil secara purposive, dengan kriteria kader yang memiliki motivasi tinggi dan kesiapan untuk mengembangkan keterampilan digital.
Instrumen yang digunakan meliputi panduan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi kegiatan. Wawancara dilakukan secara tatap muka untuk menggali pemahaman kader tentang digitalisasi, tantangan yang dihadapi, serta strategi komunikasi dan dakwah yang digunakan dalam lingkungan multikultural. Observasi dilakukan selama pelaksanaan program pelatihan digital dan dakwah, yang mencakup proses pembelajaran, interaksi sosial, dan penerapan teknologi digital dalam pemasaran produk pertanian. Dokumentasi mencakup catatan lapangan, hasil evaluasi, dan produk digital yang dihasilkan oleh peserta.
Prosedur kegiatan terdiri dari tiga tahap utama. Pertama, tahap persiapan yang meliputi identifikasi kebutuhan, penyusunan modul pelatihan, dan koordinasi dengan komunitas lokal. Kedua, tahap pelaksanaan yang mencakup pelatihan intensif tentang literasi digital, strategi komunikasi dakwah, dan praktik pemasaran digital. Pelatihan dilakukan selama tiga bulan dengan pertemuan mingguan, melibatkan narasumber ahli di bidang teknologi digital dan komunikasi dakwah. Ketiga, tahap evaluasi yang dilakukan melalui refleksi partisipatif dan penilaian hasil kerja peserta untuk menilai efektivitas pemberdayaan dan dampak terhadap komunitas.
Analisis data dilakukan secara tematik dengan mengidentifikasi pola-pola utama dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Validitas dan reliabilitas data dijamin melalui triangulasi sumber, metode, dan waktu, di mana data dari berbagai instrumen dibandingkan untuk memastikan konsistensi temuan. Selain itu, dilakukan member checking dengan melibatkan peserta dalam mereview hasil wawancara dan temuan utama untuk memastikan akurasi interpretasi.
Pendekatan ini memungkinkan pemahaman yang mendalam tentang dinamika pemberdayaan kader Muhammadiyah dalam transformasi digital produk pertanian di lingkungan multikultural. Keterbatasan metode ini terletak pada keterbatasan waktu pelaksanaan dan keterlibatan sampel yang mungkin tidak sepenuhnya mewakili keseluruhan komunitas. Namun, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi model bagi upaya serupa di komunitas lain yang menghadapi tantangan dalam mengadopsi teknologi digital secara inklusif dan berkelanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan kader Muhammadiyah dalam transformasi digital produk pertanian di lingkungan multikultural Bromo Tengger memberikan dampak positif yang signifikan. Para kader mengalami peningkatan keterampilan digital, terutama dalam memanfaatkan platform media sosial dan e-commerce untuk memasarkan produk pertanian secara lebih luas [6] dapat dilihat pada gambar 2. Selain itu, mereka mampu mengintegrasikan pesan-pesan dakwah dalam strategi komunikasi digital, yang memperkuat identitas keislaman di tengah keberagaman budaya [7], [8].
Figure 1.Penyuluhan ke pemuda muhammadiyah
Figure 2.Pemberdayaan pada jamaah tani Muhammadiyah dan pengurus cabang Muhammadiyah tosari
Peningkatan literasi digital terlihat dari kemampuan kader dalam mengelola konten digital seperti foto, video, dan narasi promosi yang menarik [9] pada gambar 1. Mereka juga mampu membangun jejaring pemasaran dengan komunitas lokal dan mitra eksternal, sehingga memperluas pasar produk pertanian [8], [10]. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menegaskan pentingnya literasi digital dalam meningkatkan daya saing produk lokal di pasar global [11].
Namun, tantangan yang dihadapi mencakup keterbatasan akses teknologi di beberapa wilayah dan resistensi budaya terhadap perubahan digital. Untuk mengatasi hal ini, pendekatan dakwah yang inklusif dan kontekstual terbukti efektif dalam membangun pemahaman dan penerimaan masyarakat [12]. Dengan membangun dialog yang menghormati nilai lokal, kader Muhammadiyah dapat memfasilitasi adopsi teknologi tanpa mengabaikan kearifan budaya setempat.
Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan komunikasi dan dakwah berbasis digital mampu menjadi jembatan antara teknologi dan nilai keislaman. Kader Muhammadiyah tidak hanya berperan sebagai agen pemasaran digital, tetapi juga sebagai fasilitator perubahan sosial yang meneguhkan nilai-nilai moral dan keagamaan [13], [14], [15]. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi agar program pemberdayaan serupa diperluas ke komunitas lain dengan menyesuaikan pendekatan terhadap karakteristik budaya lokal.
Penelitian ini membuktikan bahwa pemberdayaan kader Muhammadiyah dalam transformasi digital produk pertanian di lingkungan multikultural Bromo Tengger efektif meningkatkan literasi digital, memperluas jaringan pemasaran, dan memperkuat dakwah berbasis teknologi. Keberhasilan ini ditopang oleh pendekatan holistik yang mengintegrasikan pendidikan komunikasi, dakwah, dan teknologi digital. Untuk keberlanjutan program, disarankan adanya pendampingan berkelanjutan dan kolaborasi dengan berbagai pihak guna memastikan adaptasi teknologi yang inklusif dan berkelanjutan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi model inspiratif bagi upaya pemberdayaan berbasis komunitas di era digital yang semakin berkembang.