General Background: The political landscape in Indonesia is often marked by significant public discourse, particularly during election cycles, which elicit varied responses from different societal groups. Specific Background: The announcement of Gibran Rakabuming Raka as the vice president-elect generated substantial media coverage and polarized reactions, especially among students at Muhammadiyah University of Sidoarjo. Knowledge Gap: While previous studies have explored media reception, there is limited research focusing specifically on how students interpret political news within the context of Indonesian politics. Aims: This study aims to analyze the acceptance and interpretation of news regarding Gibran's candidacy among students using reception analysis. Results: Employing a descriptive qualitative approach and utilizing Stuart Hall's reception analysis framework, the findings reveal diverse interpretations among the students. Three informants held a dominant position, one adopted a negotiated stance, and two were in opposition, highlighting how backgrounds, experiences, and knowledge influenced their perspectives. Novelty: This research contributes to understanding the nuanced ways in which students engage with political issues, reflecting the diversity of receptions in Indonesian political discourse. Implications: The findings underscore the importance of recognizing varied interpretations within youth political engagement, which may inform future strategies for political communication and education in Indonesia.
Highlights:
Keywords: Gibran Rakabuming Raka, Political Discourse, Media Reception, Student Engagement, Indonesia
Fenomena saat ini tentang pemberitaan presiden dan wakil presiden banyak diperbincangkan di media massa salah satu contohnya yaitu Gibran Rakabuming Raka yang sudah ditetapkan menjadi wakil presiden 2024. Pemberitaan terkait Gibran Rakabuming Raka sebelum menjadi wakil presiden cukup menimbulkan pro dan kontra terkait pencalonannya. Seperti berita yang muncul terkait pencalonan Gibran yang akan menjadi calon wakil presiden 2024 berjudul “Koalisi Prabowo Resmi Usung Gibran Jadi Cawapres di Pilpres 2024” Dikutip dari media berita CNN Indonesia bahwasannya Gibran resmi diumumkan sebagai pasangan calon dari prabowo subianto untuk menjadi calon wakil presiden 2024. Pencalonan Gibran tersebut diumumkan setelah pertemuan dengan ketua umum partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) di Kertanegara [1]. Dengan adanya latar belakang dari sosok Gibran yang merupakan anak pertama dari presiden Joko Widodo, berita tersebut menarik perhatian di kalangan masyarakat karena Gibran Rakabuming Raka merupakan anak pertama dari presiden Joko Widodo kemudian secara mendadak menjadi pendamping dari Prabowo Subianto. Padahal sebelumnya Joko Widodo merupakan pesaing Prabowo pada pemilihan presiden sebelumnya.
Pemilihan umum atau yang sering disebut sebagai pemilu, tujuannya untuk memilih calon presiden dan calon wakil presiden yang diadakan hanya lima tahun sekali. Hal tersebut telah menyedot perhatian khalayak masyarakat sehingga muncul rasa ingin mengetahui bagaimana perkembangan berita terkait pemilihan umum yang terjadi. Contoh seperti pemberitaan terkait calon presiden maupun calon wakil presiden seketika menjadi pusat perhatian serta banyak diperbincangkan di masyarakat. Media massa online maupun offline menjadi tempat akses informasi bagi masyarakat. Salah satu media berita yang menjadi sumber informasi terpercaya yaitu CNN Indonesia. Media CNN Indonesia merupakan media massa yang selalu memberikan informasi terbaru terkait jalannya pemilu 2024.
Seputar pemberitaan Gibran yang akan mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden 2024, sebelumnya proses pencalonan menimbulkan kontroversi seperti permasalahan Mahkamah Konstitusi yang memutuskan untuk mengabulkan gugatan yang kontroversi berupa mengubah batasan syarat usia untuk menjadi calon presiden dan calon wakil presiden. Putusan MK tersebut menuai banyak pro kontra yang ujungnya hanya menguntungkan satu pihak saja. Dari hal tersebut perlu kita tanggapi dengan mengajak publik untuk bersikap terkait hal ini. Masyarakat harus bersikap kritis dan objektif bukan hanya terlena dengan latar belakang keluarga dari sosok Gibran yang merupakan anak presiden Joko Widodo. Perlu diakui Gibran memiliki pengalaman dalam pemerintahan seperti menjabat sebagai Walikota Solo dan kepemimpinannya sangat menarik bagi pemuda sehingga mendapat perhatian dan dukungan pada kalangan muda khususnya generasi milenial dan Generasi Z. Sosok Gibran menjadi fenomenal dan tepat jika diberitakan di ruang publik melalui media massa. Berita terkait pencalonan Gibran muncul sebagian besar di media konvensional, media massa, media online dan sebagainya sehingga menjadi topik yang sering diperbincangkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat dan atensi publik terhadap politik cukup besar apalagi melibatkan tokoh muda seperti Gibran Rakabuming Raka.
Saat ini masyarakat dapat memiliki akses informasi yang lebih banyak melalui media sehingga dapat mengetahui berita yang terkini. Hal tersebut dikarenakan perkembangan era teknologi informasi dan komunikasi kian pesat. Sehingga orang dapat mencari dan memilah informasi sesuai keinginan mereka[2] . Media massa saat ini sangat memanfaatkan teknologi informasi sehingga masyarakat bisa dipengaruhi. Sikap publik dapat dipengaruhi oleh media informasi seperti halnya media sosial dan media massa yang dapat memberi dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam hal sikap politik publik[3] . Maka dari itu peran media sangatlah penting dan strategis dalam menggambarkan kecenderungan sikap politik publik. Dengan adanya Media dapat membentuk opini masyarakat sebagai acuan untuk menentukan pilihan apakah mereka mendukung atau menentang aktor-aktor politik[4].
Adanya perspektif publik terhadap sikap politik, pemberitaan Gibran sebagai calon wakil presiden 2024 sangat menimbulkan kontroversi. Sehingga Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai perspektif politik di masyarakat, mengingat status Gibran sebagai anak presiden. seperti yang diberitakan pada media CNN Indonesia yang berjudul “Gibran sebagai anak presiden jadi bakal calon wakil presiden 2024”. Walikota Solo yaitu Gibran tersebut mendapat karpet merah sebagai cawapres untuk mendampingi Prabowo Subianto. Partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendukung Gibran menjadi cawapres pendamping Prabowo di pilpres 2024” [5]. Fenomena berita tersebut menjadi perbincangan sehingga muncul perspektif politik yang berbeda-beda pada kalangan masyarakat, politisi dan pemuda khususnya mahasiswa. Sudut pandang Mahasiswa dianggap sebagai intelektual yang paham terkait informasi media serta pandangan idealisme tentang politik sehingga mahasiswa memiliki peran penting untuk menyikapi isu-isu politik media.
Mahasiswa pada pemilu 2024 termasuk kelompok pemilih muda. Hal tersebut berdasarkan dari situs web KPU RI bahwasannya kelompok pemilih muda dan pemula yang memiliki usia 17-40 tahun merupakan kelompok yang didominasi oleh gen milenial serta gen Z dengan memiliki persentase 55 persen dari total pemilih indonesia. hal tersebut bisa diartikan bahwa mahasiswa juga terdaftar sebagai kelompok pemilih muda pada pemilu 2024 [6]. Dari hal tersebut peneliti ingin memfokuskan penelitian pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang pada dasarnya mereka merupakan kelompok pemilih muda sekaligus memiliki atensi lebih terhadap informasi politik di media. Mahasiswa merupakan agen perubahan yang harus menggerakkan perubahan ke arah lebih baik. Melalui pandangannya, mereka mempunyai sudut pandangnya sendiri serta memiliki nalar kritis terhadap informasi terkini di media. Dengan adanya hal tersebut menjadikan mahasiswa lebih peduli terkait isu-isu politik yang berkembang di media seperti pemberitaan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres 2024. Dengan mempunyai latar belakang pendidikan dan pemikiran kritis, mahasiswa tidak serta merta menerima informasi media sehingga lebih memilih dan memilah informasi dan objektif dalam menerima informasi.
Berbagai berita yang muncul sebelumnya mengenai pencalonan Gibran sebagai calon wakil presiden 2024 telah menimbulkan berbagai reaksi di masyarakat, baik dukungan maupun penolakan, yang menunjukkan adanya perbedaan pendapat dan perdebatan tentang isu ini. hal ini memunculkan resepsi pada khalayak sehingga menjadikan dua kelompok yaitu kelompok yang mendukung Gibran karena bisa melanjutkan keberlanjutan kepemimpinan presiden Joko Widodo, namun juga ada kelompok yang kontra karena menganggap Gibran belum berpengalaman di dunia politik. Hal tersebut ada kaitannya dengan resepsi yang berfokus bagaimana khalayak menafsirkan atau memaknai suatu pesan yang disampaikan oleh media seperti berita CNN Indonesia mengenai Gibran sebagai cawapres 2024.
Penelitian ini menerapkan teori analisis resepsi dari Stuart Hall, definisi resepsi merupakan suatu penelitian media yang menyatakan bahwa khalayak mempunyai interpretasi sendiri ketika menerima pesan atau melakukan decoding pada isi pesan dari media sesuai dengan latar belakang dan pengalamannya[7] . Jadi secara garis besar bagaimana khalayak memberikan makna sendiri dan menginterpretasikan isi pesan dari media, serta mengamati perbedaan makna yang sesuai dengan pengalaman dan latar belakangnya.
Menurut Stuart Hall, analisis ini mengatakan faktor kontekstual seperti latar belakang sosial dan pengalaman individu mempunyai pengaruh terhadap khalayak dalam menafsiran dan pemaknaan pesan yang telah disampaikan media [8]. Bisa dikatakan teori resepsi merupakan studi yang menitikberatkan pada pemaknaan, proses produksi, serta pengalaman khalayak dalam interaksi dengan teks media. Fokus utama dalam teori ini terletak pada proses menerima kode (Decoding), interpretasi serta pembacaan pesan media yang dilakukan oleh khalayak. Analisis resepsi mengkaji bagaimana cara khalayak memaknai pesan media. Kajian tersebut berpendapat bahwa makna teks media tidak tunggal dan bisa berbeda-beda maknanya. Fokusnya yaitu bagaimana khalayak menafsirkan teks media secara berbeda-beda, mengingat bahwa informasi media memiliki beragam arti tergantung dari pemaknaan khalayak [9] .
Penelitian tentang resepsi khalayak terhadap berita politik telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, salah satunya dalam penelitian berjudul “Pemberitaan Kampanye Puan Maharani di Lokasi Bencana Semeru pada Media Kompas.com.” Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mayoritas khalayak cenderung berada pada posisi negosiasi dalam menafsirkan pemberitaan kampanye politik [10] . Artinya, mereka mungkin menerima sebagian dari pesan yang disampaikan, tetapi tidak sepenuhnya menganggapnya sebagai kebenaran. Meskipun media berusaha membentuk makna tertentu, khalayak menginterpretasikan pesan berdasarkan latar belakang dan pengalaman pribadi mereka. Penelitian lain yang relevan adalah berjudul “Analisis Resepsi Khalayak Terhadap Pemberitaan Covid-19 di Klikdokter.com.” Penelitian ini menemukan bahwa mayoritas khalayak juga berada pada posisi negosiasi dalam memahami pemberitaan Covid-19 di Klikdokter.com [11] . Latar belakang pendidikan mempengaruhi posisi penerimaan, dengan individu berpendidikan tinggi cenderung lebih kritis terhadap pesan yang disampaikan. Berdasarkan temuan-temuan penelitian tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana resepsi mahasiswa terhadap pemberitaan mengenai Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden 2024 di CNN Indonesia.
Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif yang memiliki sifat deskriptif. Subjek dari penelitian yaitu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan objek penelitian berfokus pada pemberitaan tentang Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden pada Pemilu 2024 di CNN Indonesia. Informan dalam penelitian adalah mahasiswa karena sejalan dengan fokus penelitian serta dianggap mempunyai pandangan kritis terkait isu-isu politik dan media. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk wawancara, metode dengan tatap muka dipilih karena dinilai lebih efektif dalam mengumpulkan informasi yang mendalam dan akurat dari informan. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana situasi yang akan diteliti, sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tertulis yang relevan dengan penelitian. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini diterapkan untuk secara selektif memilih informan yang memiliki karakteristik atau kriteria tertentu yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kriteria informan yaitu Mahasiswa aktif di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, berusia antara 19-25 tahun, Informan yang dipilih dipastikan sudah membaca dua artikel berita CNN Indonesia yang berjudul “Gibran, anak presiden yang jadi bakal calon wakil presiden Prabowo” dan “koalisi Prabowo resmi usung Gibran jadi cawapres di pilpres 2024” kedua berita tersebut muncul pada tanggal 22 oktober 2023. Berikut adalah daftar enam informan yang terpilih:
No | Nama Informan | Usia | Jurusan |
---|---|---|---|
1. | Dws | 20 | Mahasiswa prodi psikologi |
2. | Azm | 22 | Mahasiswa prodi manajemen |
3. | Jhd | 21 | Mahasiswa prodi ilmu komunikasi |
4. | Hda | 21 | Mahasiswa prodi akuntansi |
5. | Avn | 22 | Mahasiswa prodi hukum |
6. | Fqi | 23 | Mahasiswa prodi informatika |
Terdapat empat tahap utama dalam teknik analisis data yang berupa pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Setelah mengumpulkan hasil data wawancara informan, peneliti mereduksi data dengan menyederhanakan hasil wawancara dengan dibentuk menjadi tulisan deskriptif. Selanjutnya, melakukan penyajian data dengan mengkategorikan hasil data yang lebih konkret. Terakhir menarik kesimpulan dengan mengidentifikasi dan mengelompokkan khalayak berdasarkan analisis resepsi menurut Stuart Hall yaitu jika informan menerima pesan sesuai makna yang dikirim oleh komunikator maka berada posisi dominan, jika informan menerima makna pesan sesuai dengan komunikator tetapi menolak sebagian pesan maka berada posisi negosiasi, apabila khalayak menolak seluruhnya dan tidak searah dengan makna komunikator maka khalayak berada posisi oposisi.
Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan Walikota Solo sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo, kini menjadi sorotan utama setelah diusung sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden. Pada 21 Oktober 2023, Prabowo secara terbuka mengumumkan bahwa Gibran akan menjadi pasangannya sebagai calon wakil presiden, yang kemudian diikuti oleh pertemuan dengan para ketua umum partai-partai koalisi pendukungnya.
Figure 1.Pemberitaan dari CNN Indonesia
Rencana Gibran sebagai cawapres menimbulkan permasalahan yaitu terkait usia yang belum memenuhi syarat dalam mencalonkan diri sebagai cawapres. Tetapi, Mahkamah Konstitusi kemudian memutuskan bahwa batas minimal usia calon presiden dan wakil presiden adalah 40 tahun atau memiliki pengalaman sebagai kepala daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Keputusan ini disampaikan oleh Ketua MK Anwar Usman, yang juga merupakan paman dari Gibran. Pencalonan Gibran dianggap ideal karena memiliki kinerja yang positif sebagai wali kota Solo dan memiliki citra sebagai tokoh muda yang baik dan inspiratif. Meskipun demikian, kiprahnya dalam politik nasional masih terbilang belum banyak dan tergolong muda seperti pengalaman dengan menjadi Wali Kota Solo pada Pilkada 2020.
Dari pemberitaan tersebut mendapatkan hasil wawancara bahwa seluruh informan mengetahui berita pencalonan Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres 2024. Mereka melihat isu berita tersebut cukup trending dan menjadi perbincangan masyarakat. Setelah semua informan membaca berita tersebut, Informan memberikan respon yang beragam terkait berita tersebut. Diketahui terdapat informan yang menganggap berita tersebut sudah objektif dan sesuai fakta yang ada. Adapula yang biasa saja namun tetap menerima berita tersebut dan terdapat juga informan yang menganggap informasi berita tersebut kurang objektif dan hanya mengunggulkan Gibran saja.
Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden 2024 menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat salah satunya yaitu informan dalam penelitian ini. Tanggapan diberikan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang menjadi subjek penelitian. mereka memiliki beberapa pandangannya yaitu positif, netral maupun negatif. Sejumlah informan memberikan tanggapan positif terhadap pencalonan Gibran. Informan JHD misalnya, menyatakan dukungannya dengan mengatakan "Saya setuju ya. Gibran itu sebagai contoh bagi kita yang muda. Menurut pandangan saya meskipun Gibran belum cocok. Tapi saya rasa Gibran sudah siap apalagi dapat dukungan dari pak jokowi dan bisa melanjutkan program-program jokowi. Saya mendukung sepenuhnya pencalonan mas Gibran. Gibran mempunyai pengalaman dalam pemerintahan saat memimpin kota solo. Dengan latar belakang itu, saya yakin Gibran adalah sosok yang layak sebagai cawapres 2024”(Informan JHD, 2024).
JHD juga mengungkapkan keyakinannya bahwa meskipun Gibran mungkin belum sepenuhnya siap, Tapi mempunyai potensi untuk melanjutkan program-program yang telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Senada dengan JHD, informan AZM juga menyatakan persetujuannya terhadap pencalonan Gibran. AZM berharap bahwa Gibran dapat membawa visi, misi, dan program kerja yang lebih baik, sekaligus melanjutkan kebijakan-kebijakan positif dari pemerintahan sebelumnya.Informan HDA juga setuju dengan isi berita tersebut dengan tanggapan “Menurut saya Gibran memiliki aura positif. Dan Gibran mempunyai tingkah laku lucu seperti bapaknya. Kedepannya Gibran menjadi sosok motivasi buat pemuda sekarang. Semoga dipilihnya Gibran bisa membantu dan memperbaiki negara kedepannya demi indonesia emas”(Informan HDA, 2024).
Informan HDA menganggap Gibran adalah seorang yang memiliki aura positif serta memiliki gaya tingkah laku seperti Jokowi serta sosok Gibran menjadi motivasi bagi pemuda kedepannya. Dukungan positif ini sebagian besar didasarkan pada persepsi bahwa Gibran sebagai tokoh muda dapat membawa suasana baru dalam sistem pemerintahan. Para pendukung juga menunjukkan bahwa potensi Gibran bisa melanjutkan kebijakan pemerintah saat ini, karena Gibran mempunyai latar belakang sebagai putra Presiden Joko Widodo. Mereka melihat hal ini sebagai keuntungan untuk menjaga keberlanjutan program pemerintah.
Disisi lain, salah satu informan yaitu AVN memberikan pandangan yang lebih kritis dan beriimbang. AVN mengakui bahwa pencalonan Gibran membuka peluang bagi kaum muda untuk terlibat dalam kepemimpinan nasional, namun juga mengkritisi aspek-aspek yang dianggap bermasalah dalam proses pencalonan tersebut. Seperti putusan Mahkamah Konstitusi yang mengubah syarat usia calon serta pihak KPU yang menerima pencalonan Gibran sebagai calon wakil presiden. Ia menilai bahwa pencalonan Gibran terkesan terlalu dipaksakan dan sarat dengan kepentingan politik Seperti tanggapan informan AVN yang mengatakan "50:50 sih. Soalnya kita tahu kalo Gibran bisa maju pilpres karena ada usulan mengenai batas umur yang diajukan dan ternyata disahkan, dan disertai dengan berbagai intrik yang ada. menurutku dengan batas usia yang lebih rendah membuka peluang dimasa depan anak-anak muda yang kompeten dan benar – benar teruji mempunyai peluang untuk berada di eksekutif. namun saya tidak suka dengan pencalonan Gibran yang menurut saya terkesan terlalu memaksakan dan sarat kepentingan politik di belakangnya"(Informan AVN, 2024).
Pandangan AVN melihat sisi positif maupun negatif lebih berupaya untuk melihat isu dari berbagai sudut pandang. Mereka menganggap sisi positif dari pencalonan Gibran tersebut memiliki keterlibatan generasi muda dalam politik sehingga dapat memberikan kontribusi dan inovasi baru dalam membentuk masa depan politik yang lebih baik, namun informan juga meragukan tentang proses politik seperti dilakukan Gibran yang memungkinkan tidak sepenuhnya transparan atau bebas dari kepentingan politik tertentu.
Sementara itu, sejumlah informan lainnya memberikan tanggapan yang cenderung negatif terhadap berita pencalonan Gibran. Informan DWS menyatakan ketidaksetujuannya dengan menyatakan "Saya kurang setuju. Karena dengan pemberitaannya itu masih mengunggulkan Gibran. Padahal pencapaian Gibran dan pengalamannya masih dipertanyakan. menurut saya ya Gibran kurang cukup pengalamannya. Umurnya Gibran kan masih muda jadi masih panjang. Jadi bisa mencari pengalaman yang baru lagi. Kalau pencalonannya Gibran, dia hanya memanfaatkan nama besar Jokowi”(Informan DWS, 2024).
Informan DWS mempertanyakan kualifikasi dan pengalaman Gibran untuk menduduki posisi wakil presiden, informan masih meragukan tentang kesiapan Gibran untuk mendapatkan peran tersebut. Penolakan yang lebih tegas diungkapkan oleh informan FQI, yang menyatakan "Menurutku CNN Indonesia di berita tersebut menimbulkan kontroversi bagi masyarakat. Sejujurnya saya tidak setuju dengan pencalonan Gibran. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sebagai anak presiden. Apapun bisa dilakukan, contoh kecilnya putusan MK yang syarat batas usia seharusnya 40 tahun, namun Gibran bisa maju padahal umurnya masih 36 tahun. secara tidak langsung menguntungkan pihak Gibran. Menurutku ini nepotisme dan bisa memunculkan dinasti politik jokowi. Prinsip demokrasi kita sudah rusak akibat Gibran. Menurut saya Gibran sebagai tumbal dalam kepentingan politik. Gibran sebagai alat untuk memperkuat kekuatan kekuasaan pak jokowi. Sehingga bisa melanjutkan program kerja bapaknya”(Informan FQI, 2024).
Informan FQI juga berkomentar terkait isu-isu kontroversial seputar proses pencalonan, termasuk keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengubah batas usia dianggap menguntungkan Gibran, serta adanya penentangan dari berbagai pihak termasuk tokoh politik dan masyarakat umum. Adanya putusan MK yang mengubah peraturan batas usia minimal yang dilakukan saat tahun Pemilu menimbulkan polemik yang terkesan tergesa-gesa dan masyarakat menganggap telah terjadi ketidakstabilan sistem politik sehingga mencoreng prinsip demokrasi [12]. Tanggapan negatif ini muncul didasarkan adanya ketidakpuasan sistem kebijakan pemerintah seperti putusan Mahkamah Konstitusi terkait mengubah syarat batas usia calon dan menganggap kurangnya pengalaman Gibran dalam memimpin pemerintahan. Hal tersebut bisa menimbulkan dugaan potensi nepotisme dan dugaan akan terbentuknya dinasti politik.
Perbedaan tanggapan ini menunjukkan bahwa pencalonan Gibran sebagai cawapres merupakan isu yang kompleks di kalangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo sehingga membutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Hal tersebut sudah ditunjukkan bahwa adanya perdebatan dalam masyarakat Indonesia terutama peran generasi muda dalam pemilu tahun ini. Oleh karena itu isu ini penting adanya dialog terbuka dan diskusi dalam masyarakat terutama mengenai isu-isu politik saat ini.
Hasil jawaban dari informan tersebut dipaparkan menggunakan analisis resepsi dengan dikategorikan berbagai bentuk resepsi dari informan yang sudah diwawancarai. Dalam menganalisis penerimaan khalayak, Stuart Hall mengklasifikasi posisi khalayak kedalam tiga bentuk kategori yaitu posisi dominan (dominant hegemonic-position), posisi negosiasi (negotiated position), dan posisi oposisi (oppositional position)[13].
1. Posisi Hegemonik Dominan
Posisi dominan atau disebut dominant hegemonic position yaitu dimana khalayak dalam menerima pesan sepenuhnya dan setuju dengan produksi yang disampaikan oleh media serta secara penuh menerima makna yang diberikan oleh media[14] . Jadi khalayak dalam menerima pesan, mereka sepenuhnya menerima atau setuju dengan yang diproduksi dan diberikan oleh media. Dalam pemberitaannya, jika khalayak sepenuhnya menerima dan setuju dengan penyampaian pesan dari CNN indonesia, maka informan yang masuk dalam kategori ini diidentifikasikan menerima pesan dan makna sepenuhnya dari media CNN Indonesia.
Berdasarkan pengumpulan data yang didapatkan dari wawancara, Terdapat tiga yang termasuk ke dalam posisi hegemonik dominan, yaitu informan berinisial AZM, JHD dan HAD. Ketiga informan tersebut menerima semua pesan dan makna dari media CNN Indonesia. berdasarkan pernyataan informan JHD menyetujui isi dari pemberitaan dari CNN Indonesia. menurutnya Gibran sebagai contoh bagi para pemuda serta sebagai calon yang bisa melanjutkan program-program dari Joko Widodo. menurut JHD, Gibran mempunyai pengalaman saat memimpin sebagai walikota solo serta menyatakan bahwa sangat mendukung Gibran karena layak maju sebagai cawapres 2024.
Selanjutnya, Informan AZM memaknai berita tersebut bahwa Gibran bisa melanjutkan kepemimpinan presiden sebelumnya. Menurut AZM kinerja pemerintahan Joko Widodo sangat baik sehingga Gibran sebagai anak dari presiden Joko Widodo diharapkan bisa meneruskan keberlanjutan programnya. Tanggapan isi dari berita tersebut serupa dengan informan HDA yang menyatakan setuju dengan pencalonan Gibran sebagai cawapres. Dari ketiga informan tersebut dalam menanggapi isi pemberitaan dari media CNN Indonesia sudah objektif dan menyajikan informasi berita sudah lengkap tentang Gibran dan tidak ada keberpihakan.
Menanggapi sosok Gibran dalam pemberitaan media CNN, menurut informan HDA sosok dalam berita tersebut bahwasanya Gibran adalah seorang yang memiliki aura positif serta memiliki gaya tingkah laku seperti Presiden Jokowi. Informan HDA menanggapi sosok Gibran menjadi motivasi bagi pemuda kedepannya serta bisa membantu memperbaiki negara indonesia lebih baik. Sosok Gibran diharapkan dapat menjadi jembatan kesenjangan antara pemilih muda dengan calon pemimpin sehingga menciptakan kedekatan antara generasi muda dengan Gibran sebagai calon wakil presiden[15] . Berikut Kesimpulan Informan dalam posisi hegemonik dominan yaitu:
Nama Inisial | Keterangan | |
---|---|---|
AZM, JHD, HDA | a). | Menyetujui makna dari isi pesan bahwa Gibran layak menjadi calon wakil presiden karena sudah memiliki pengalaman menjabat di pemerintahan |
b). | Setuju dengan isi pemberitaan media CNN Indonesia, menganggap media tersebut sudah objektif dan menyajikan informasi Gibran secara lengkap | |
c). | Menyetujui pencalonan Gibran karena karena Gibran dianggap mampu melanjutkan program Jokowi selanjutnya | |
d). | Menganggap sosok Gibran baik dan memiliki aura positif serta bisa menjadi motivasi bagi para pemuda di masa depan | |
e). | seluruhnya lebih memilih paslon nomor dua yaitu Prabowo Gibran |
Dari hasil resepsi tersebut peneliti memperoleh faktor latar belakang pengalaman dari informan terhadap berita pencalonan Gibran Rakabuming Raka. informan JHD dan AZM yang pernah mengikuti deklarasi Prabowo Gibran dan melihat pengalaman kinerja Gibran dalam memimpin kota Solo. Sedangkan latar belakang informan HDA yaitu satu keluarga mendukung Prabowo Gibran dan mempunyai pengalaman pernah menjadi relawan Prabowo Gibran di desanya. Dari ketiga informan tersebut mereka semua memilih paslon 02 yaitu Prabowo Gibran. lantas tidak heran jika ketiga informan tersebut sepenuhnya setuju dengan isi dari media CNN Indonesia terkait pemberitaan Gibran sebagai cawapres 2024.
2. Posisi Negosiasi
Posisi tersebut bisa dikatakan posisi negosiasi atau negotiated position merupakan bagaimana posisi khalayak ketika menerima makna dan pesan yang telah disampaikan oleh pembuat pesan, namun khalayak hanya menerima sebagian pesan kemudian memodifikasi pesan sesuai keinginan dan pengalamannya. Makna dan pesan yang disampaikan oleh media tidak seluruhnya diterima secara merata oleh khalayak. Mereka akan membentuk maknanya sesuai interpretasi yang berbeda dari pembuat pesan media [16]. Jadi khalayak memaknai pesan yang diterima dan mereka menerima pesan tersebut tetapi mereka tidak menyetujui semua pesan dari media sehingga mereka membuat maknanya sendiri sehingga berbeda dengan isi pesan dari media.
Berdasarkan hasil data wawancara kepada enam informan, menghasilkan satu orang yang berada di posisi negosiasi yaitu informannya adalah AVN. Informan tersebut menerima makna dan pesan dari berita tersebut, namun tidak sepenuhnya menerima. Menurut Informan berita pencalonan Gibran sebagai cawapres terlalu memaksakan dan sarat akan kepentingan politik, akan tetapi dengan diubahnya syarat batas umur menjadikan peluang di masa depan bagi pemuda yang ingin menduduki pemerintahan. Adanya batas usia tidak bisa diterapkan sepenuhnya untuk jabatan, seperti halnya batas usia calon wakil presiden. Karena kriteria usia tidak bisa menjadi patokan untuk menilai kelayakan dan kemampuan seseorang dalam menjalankan jabatan tersebut . Berikut kesimpulan pemaknaan informan yang masuk dalam posisi negosiasi:
Tabel 2.2. Kesimpulan hasil Informan
Nama Inisial | Keterangan | |
---|---|---|
AVN | a). | Menyetujui isi pesan pemberitaan CNN Indonesia namun berita tersebut lebih memihak Gibran. |
b). | Gibran dianggap merupakan sosok pemimpin muda yang merakyat dan akrab dengan kalangan milenial, tetapi tidak mengetahui kebijakan Gibran dalam pemerintahan. | |
c). | Memaknai pencalonan Gibran dengan sama rata. Menganggap bahwa mengubah syarat batas umur dapat membuka peluang bagi pemuda di masa depan untuk berada di pemerintahan, namun tidak menyukai pencalonannya karena terkesan memaksakan dan sarat akan kepentingan politik | |
d). | Kurang setuju dengan Gibran karena terkesan memaksakan dan sarat akan kepentingan politik | |
e). | Lebih memilih paslon nomor tiga yaitu Ganjar Mahfud daripada paslon Prabowo Gibran |
Dari hasil wawancara, informan AVN mengubah makna dan pesan dari media CNN Indonesia dengan pemaknaan dia sendiri berdasarkan latar belakang dan pengalamannya. Diketahui Informan AVN lebih memilih paslon nomor tiga yaitu Ganjar Mahfud daripada Prabowo Gibran. Latar belakang Informan mempunyai pengalaman mengikuti organisasi dan diskusi politik serta berada di program studi jurusan hukum sehingga mempunyai pemahaman kritis seperti yang diungkapkan AVN yang bersikap netral dan objektif dengan melihat sisi positif maupun sisi negatif dari pencalonan Gibran.
3. Posisi Oposisi
Posisi ini merupakan posisi oposisi atau oppositional position dimana keadaan khalayak memahami makna suatu pesan tapi khalayak menunjukkan sikap tidak menerima atau menolak seluruh isi pesan yang diberikan oleh media. kemudian khalayak memberikan pernyataan lain yang menurut mereka relevan sehingga bisa diterima [17]. Dalam posisi ini khalayak menolak dan tidak menyetujui sepenuhnya makna pesan yang disampaikan media. Maka dari itu khalayak menciptakan pemaknaannya sendiri yang sesuai dengan sudut pandang mereka dengan latar belakang dan pengalamannya, sehingga pemaknaan khalayak tidak selaras atau berbeda dari apa yang disampaikan oleh media tersebut.
Berdasarkan perolehan data wawancara, terdapat dua informan yang berada posisi oposisi. kedua infroman tersebut berinisial DWS dan FQI. mereka menolak sepenuhnya dan tidak setuju dengan isi pesan berita yang disampaikan oleh media CNN Indonesia. kedua informan tersebut membuat interpretasi sendiri yang berbeda dari isi berita informan dengan memaknai pesan secara berlawanan bahwa media CNN Indonesia dalam berita pencalonan Gibran sebagai cawapres menimbulkan permasalahan teruntuk orang yang tidak menyetujui pencalonannya.
Informan DWS menyatakan tidak setuju karena pemberitaan dari media CNN Indonesia hanya mengunggulkan Gibran, serta dari segi pengalaman masih diragukan pencalonannya. menurut DWS pencalonan Gibran hanya memanfaatkan nama besar dari Joko Widodo sebagai presiden. Selanjutnya informan FQI juga sama menanggapi berita tersebut dengan tidak setuju atau menolak semua isi dari media. Informan FQI beranggapan bahwa pencalonan Gibran tersebut bisa membentuk dinasti politik karena keluarga Joko Widodo memiliki posisi jabatan yang penting serta dapat menimbulkan kontroversi di indonesia seperti putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang sangat kontroversial sehingga menguntungkan pihak Gibran saja. Sejatinya Mahkamah Konstitusi merupakan institusi yang punya peranan besar dalam menegakkan keadilan dan etika politik [18].
Informan FQI dan DWS memaknai pesan berita dengan kontra, kedua informan tersebut beranggapan bahwa dengan pencalonan Gibran sebagai cawapres menimbulkan banyak permasalahan sehingga informan FQI dan DWS menolak. Mereka menganggap berita tersebut menimbulkan kontroversi. sehingga bisa menimbulkan perdebatan yang panjang. menurut informan FQI prinsip demokrasi indonesia sudah rusak seperti munculnya nepotisme dan dinasti politik jika Gibran jadi wakil presiden. Dugaan dinasti politik dianggap menjadi penyebab mundurnya demokrasi, karena kekuasaan jabatan akan diwariskan oleh satu keluarga yang masih memiliki darah keturunan dengan maksud mempertahankan kekuasaan agar kekuasaan berada tetap diruang lingkup keluarga sehingga Pemerintah saat ini dianggap tidak sejalan dengan prinsip demokrasi [19].Berikut kesimpulan dari pemaknaan informan dalam posisi oposisi:
Nama Inisial | Keterangan | |
---|---|---|
FQI, DWS | a). | pemberitaan media CNN Indonesia dianggap dapat menimbulkan kontroversi bagi masyarakat yang tidak setuju dengan Gibran |
b). | Tidak setuju dengan isi pesan dari CNN indonesia. karena dalam pemberitaan tersebut menguntungkan pihak Gibran | |
c). | Tidak menyetujui pencalonan Gibran. Karena menganggap Gibran menimbulkan kontroversi seperti mengubah syarat batas usia pencalonan cawapres. Sehingga disinyalir nepotisme dan membangun dinasti politik | |
d). | Menganggap Gibran belum pengalaman dan usianya belum cukup untuk menjadi calon wakil presiden | |
e). | Mengartikan sosok Gibran sebagai tumbal dalam pencalonannya. Menganggap Gibran hanya untuk kepentingan politik dalam keluarganya. Sehingga memunculkan dugaan nepotisme dan dinasti politik | |
f). | FQI memilih paslon Ganjar Mahfud dan DWS lebih memilih paslon Anies dan Cak Imin |
Hasil dari wawancara kepada informan FQI dan DWS terjadi perbedaan makna dengan apa yang disampaikan oleh media CNN Indonesia. hal tersebut terjadi karena faktor latar belakang dari kedua informan tersebut. Berdasarkan wawancara kedua informan, peneliti menemukan bahwa latar belakang informan menolak pemberitaan tersebut dikarenakan mereka lebih memilih paslon nomor satu yaitu Anies dan Imin karena dianggap membawa perubahan serta paslon nomor tiga yaitu Ganjar Mahfud. Pada dasarnya mereka kontra dengan presiden Joko Widodo karena tidak menyukai kebijakan selama pemerintahannya sehingga berdampak pada pencalonan Gibran Rakabuming Raka serta pengalaman mereka melihat proses pencalonan Gibran yang penuh kontroversi. Faktor latar belakang tersebut bisa mempengaruhi pemaknaan informan meliputi faktor pengalaman, pendidikan dan pengetahuan. hal tersebut menjadi dasar jika informan bertolak belakang dengan apa yang disampaikan oleh media berita tersebut.
Berdasarkan hasil dari penelitian diatas, kami menyimpulkan bahwa enam informan memiliki posisi yang berbeda-beda. Terdapat tiga informan yang posisi hegemoni dominan, satu orang berada posisi negosiasi, dan dua orang berada posisi oposisi. Dalam penerimaan suatu pesan, latar belakang sangat menentukan khalayak berada di posisi dominan, negosiasi ataupun oposisi. Seperti tiga informan yang berada posisi dominan, mereka dilatar belakangi oleh pengalaman menjadi relawan Prabowo Gibran di desanya sehingga mereka memaknai pesan dengan menyetujui berita CNN Indonesia terkait pencalonan Gibran sebagai cawapres. Informan yang berada di posisi negosiasi menerima sebagian dari isi pesan media, namun memiliki perspektif lain sesuai dengan interpretasi mereka sendiri. Dengan cara berpikir lebih kritis melihat dari sisi positif maupun negatif efek pencalonan Gibran berdasarkan latar belakang dan pengalamannya dalam pendidikan jurusan hukum. Begitu juga dua informan yang berada di posisi oposisi, mereka tidak setuju dengan isi pesan media berita CNN Indonesia. hal tersebut berdasarkan latar belakang mereka yang kontra dan pengalaman mereka karena tidak menyukai kebijakan Jokowi selama pemerintahannya dan tidak menyukai proses pencalonan gibran yang penuh kontroversi sehingga berdampak pada pencalonan Gibran. Perbedaan posisi penerimaan pesan ini dapat dipengaruhi oleh faktor latar belakang, pengalaman, dan pengetahuan mereka sehingga hal tersebut menjadi dasar dari pemaknaan dalam menanggapi fenomena politik saat ini. Implikasi dari penelitian ini untuk memperdalam pengatahuan politik dan literasi media dikarenakan hal tersebut penting dalam memahami perkembangan politik di indonesia. Saran bagi peneliti selanjutnya jika kajian serupa dengan penelitian ini, diharapkan mengembangkan penelitian lebih dalam dan pemilihan informan agar lebih diperluas dengan melibatkan mahasiswa yang lebih banyak dari berbagai universitas yang berbeda-beda.