Cultural Studies and Community Development
DOI: 10.21070/ijccd.v16i1.1155

Empowerment of Aisyiyah Branch through Utilization of Home Gardens as a Living Warehouse Movement in Gelam Village, Candi District


Pemberdayaan Ranting Aisyiyah Melalui Pemanfaatan Pekarangan Rumah Sebagai Gerakan Lumbung Hidup Di Desa Gelam, Kecamatan Candi

Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Living Barn Movement food security home gardens community education sustainable agriculture

Abstract

The Living Barn Movement represents a strategic effort to enhance food security in contemporary society. In Gelam Village, the Aisyiyah service team has been entrusted with managing home gardens to actualize this movement. Despite its significance, there is limited understanding among community members regarding effective home garden management for food production. This initiative aims to empower Aisyiyah members by cultivating cassava and papaya, two crops known for their adaptability and high yield, to bolster food security. Through outreach and education on the Living Barn Movement, the service team facilitated knowledge transfer and skill development in integrated agricultural systems. This program uniquely integrates practical gardening techniques with community education to promote sustainable food practices. The findings suggest that empowering local communities through education and resource management can significantly enhance food security, encouraging similar initiatives in other regions to address food sustainability challenges.

Highlights:

  • The initiative cultivates cassava and papaya to enhance food security for Aisyiyah members.
  • Outreach efforts focus on educating community members about effective home garden management.
  • The program promotes sustainable practices through integrated agricultural systems and skill development.

Keywords: Living Barn Movement, food security, home gardens, community education, sustainable agriculture.

Pendahuluan

Di era sekarang, meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lingkup organisasi menjadi lebih sulit dan membutuhkan pendekatan yang kreatif dan berkelanjutan[1]. Pemberdayaan komunitas melalui pemanfaatan pekarangan rumah secara efektif adalah salah satu program yang menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dari ranting aisyiyah. Ranting Aisyiyah melakukan upaya menarik di Desa Gelam, Kecamatan Candi. Salah satu cara yang bagus untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mendapatkan makanan sendiri adalah dengan memanfaatkan pekarangan rumah[2]. Di Desa Gelam, Kecamatan Candi, terjadi Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah, yang merupakan contoh nyata bagaimana kelompok masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam memberdayakan organisasi[3].

Tim pengabdian masyarakat di ranting aisyah desa Gelam melakukan obseravasi sebelum melakukan kegiatan Gerakan Lumbung Hidup ini[4]. Kami menemukan adanya lahan kosong yang lama tidak terpakai atau terbengkelai. Pada akhirnya ide ini muncul untuk dijadikan penyelesaian permasalahan ranting agar lahan tersebut dapat menjadi lahan yang produktif[5]. Ternyata, pekarangan rumah, yang selama ini dianggap sebagai lahan yang tidak produktif, dapat diubah menjadi sumber makanan yang sehat dan berkelanjutan[6].

Masyarakat Desa Gelam di Kecamatan Candi menunjukkan melalui Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah bahwa masalah pangan dapat diselesaikan dengan sedikit inovasi dan kerja sama[7]. Pemanfaatan pekarangan rumah sebagai gerakan lumbung hidup dengan mengoptimalkan pengetahuan dalam program tanaman dua jenis tumbuhan yaitu singkong dan pepaya. Karena bagaimanapun juga salah satunya jenis tumbuhan berikut berpotensi menghasilkan banyak olahan menarik yang dihasilkan[8]. Tim pengabdian Ranting Aisyiyah Desa Gelam mendukung dan memulai program ini dengan memberikan pelatihan, pendidikan, dan bimbingan tentang cara mengelola pekarangan rumah dengan baik. Tim pengabdian memilih singkong dan papaya karena dianggap memiliki adaptasi yang tinggi dan memiliki tingkat produksi yang tinggi[9].

Artikel ini akan membahas bagaimana Aisyiyah membantu masyarakat, khususnya perempuan, dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan rumah[10]. Selain itu, akan membahas tantangan yang dihadapi selama pelaksanaan program ini serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi tantangan tersebut. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang ada, seperti pekarangan rumah, adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan[11]. Ranting Aisyiyah di Desa Gelam, Kecamatan Candi, telah memberikan contoh yang inspiratif melalui Gerakan Lumbung Hidup[12].

Metode

Waktu dan Tempat

Gerakan lumbung hidup ini melibatkan dosen dan mahasiswa dengan mitra pimpinan Ranting Aisyiyah Desa Gelam yang berlangsung dalam waktu satu bulan. Dimulai dari pemilihan tanaman yang sesuai dengan kondisi tanah dan iklim setempat serta mertimbangkan tanaman yang memiliki nilai gizi tinggi dan mudah dirawat, pada pekan pertama. Pengolahan Tanah yang dilakukan, seperti pembajakan, pencangkulan, atau pemupukan awal, serta penyemaian bibit pada pekan kedua, serta dilakukan pemantauan pertumbuhan dan perawatan sampai siap panen di pekan ke tiga dan keempat pada bulan Agustus 2024. Kegiatan ini dilakukan di pekarangan rumah pimpinan Ranting Aisyiyah Desa Gelam. Serangkaian atau tahapan kegiatan Gerakan Lumbung Hidup yang memanfaatkan pekarangan rumah atau lahan kosong diantaranya persiapan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan monitoring[13].

Figure 1.Metode Kegiatan

1. Persiapan Gerakan Lumbung Hidup Ranting Aisyiyah

Pada tahap persiapan kegiatan dimulai dengan sosialisasi tentang Gerakan Lumbung Hidup kepada ibu-ibu Ranting Aisyiyah, selanjutnya berdiskusi tentang penilihan bibit tanaman apa yang akan ditanam pada lumbung hidup. Tim pengusul yaitu mahasiswa mengusulkan tanaman yang akan di tanam pada lumbung hidup adalah singkong dan pepaya, mengapa tim pengusul mengusulkan tanaman tersebut, karena menurut tim pengusul dua tanaman tersebut perawatannya sangat efektif dan langkah selanjutnya adalah penanaman bibit singkong dan pepaya[14].

Figure 2.Sosialisasi Gerakan Lumbung Hidup

2. Pelaksanaan Gerakan Lumbung Hidup Ranting Aisyiyah

Tahap pelaksanaan dimulai dengan penanaman bibit singkong dan pepaya yang sudah disiapkan mahasiswa dan dibantu oleh ketua ranting muhammadiyah, dengan cara stek batang singkong dengan panjang sekitar 20-30 cm yang telah dipilih dari tanaman yang sehat dan tanam stek bibit singkong dengan kedalaman sekitar 5-10 cm. Tanam bibit pepaya yang telah berumur 1-2 bulan atau lebih dalam lubang tanam yang telah dipersiapkan. Pastikan jarak antar bibit sekitar 2-3 meter agar pohon pepaya dapat tumbuh dengan baik. Pepaya membutuhkan ruang yang cukup agar tidak saling menutupi dan mendapatkan cahaya matahari yang cukup[15].

Figure 3.Penanaman Bibit Pepaya

3. Pemantauan Tanaman Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah

Tahap Pemantauan dilakukan untuk mengetahui perkembangan tanaman yang telah ditanam pada pekan satu dan pada tahapan ini bertujuan untuk memberikan umpan balik dan memastikan keberhasilan program.

4. Monitoring Evaluasi Pada Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah

Tahap monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan program gerlakan lumbung hidup berjalan. Dalam evaluasi, ibu-ibu aisyiyah diberi kesempatan untuk memberikan komentar serta saran tentang program gerakan lumbung hidup. Di samping itu, kesempatan juga diberikan kepada mahasiswa yang berisi tentang kepuasan dari pelaksanaan program Gerakan Lumbung Hidup.

Hasil dan Pembahasan

khalayak sasaran

Adapun khalayak sasaran kegiatan pengabdian masyarakat dalam program Gerakan Lumbung Hidup adalah ibu-ibu Ranting Aisyiyah Desa Gelam. Gerakan lumbung hidup, yang umumnya bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat melalui praktik pertanian yang berkelanjutan. Maka dari itu menentukan khalayak sasaran dengan tepat membantu dalam merancang dan melaksanakan program yang lebih efektif, memastikan bahwa kebutuhan dan harapan ibu-ibu ranting aisyiyah Desa Gelam dipertimbangkan dalam setiap tahap perencanaan dan pelaksanaan.

K ondisi Mitra Sebelum Kegiatan

Sebelum kegiatan dilakukan ibu-ibu Ranting Aisyiyah ditanya tentang apakah mengerti Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah, cara budi tanaman singkong dan pepaya, dan cara mengolah singkong dan pepaya menjadi berbagai minuman atau makanan. Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh ibu-ibu Ranting Aisyiyah:

  1. Peserta pelatihan belum memahami tentang Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah.
  2. Ibu-ibu Ranting Aisyiyah belum memahami tentang tanaman singkong dan pepaya, cara menanamnya, cara pemupukannya, cara merawatnya, dan cara memanennya.
  3. Peserta pelatihan sudah memahami cara mengolah singkong dan pepaya menjadi berbagai macam minuman dan makanan.

P elaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat bagi ibu-ibu Ranting Aisyiyah terdiri atas tiga tahap, yaitu sosialisasi tentang Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah, penyuluhan tentang budi daya singkong dan pepaya, dan penanaman serta perawatan tanamn singkong dabn pepaya yang benar.

1. Sosialisasi Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah.

Sosialisasi tentang Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah disampaikan oleh Ibu Ika Lely Mariyati selaku dosen pembimbing lapangan kepada mahasiswa. Lumbung hidup adalah suatu pemanfaatan pekarangan yang dikelola secara individu dan kelompok serta dapat meningkatkan ketersediaan karbohidrat, vitamin, mineral, obat-obatan dan protein, baik dari produk sayuran, umbi-umbian, dll), maupun protein hewani (ikan, unggas). Tujuan lumbung hidup adalah meningkatkan ketersediaan pangan melalui pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan/pedesaan dan meningkatkan perekonomian keluarga. Kegiatan Gerakan Lumbung Hidup Aisiyah ini merupakan program kerja dari Pimpinan Pusat Aisyiyah yang dilakukan era pandemi Covid-19

2. Penyuluhan Budi Daya Singkong dan Pepaya.

Penyuluhan tentang budi daya singkong dan pepaya disampaikan oleh perwakilan mahasiswa. Pada pelatihan budi daya diberikan materi tentang jenis singkong dan pepaya yang bisa dikonsumsi dan tidak bisa dikonsumsi, budi daya singkong dan pepaya serta pascapanennya. Singkong umumnya dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan tingkat kandungan sianida dalam umbi-akarnya: singkong manis dan singkong pahit.

A. Singkong Manis (Low Cyanide Cassava) :

  1. Kandungan Sianida: Singkong manis mengandung kadar sianida yang rendah, sehingga lebih aman untuk dikonsumsi setelah diproses dengan benar.
  2. Penggunaan: Singkong manis biasanya digunakan untuk konsumsi langsung, baik dalam bentuk mentah, direbus, digoreng, atau diproses menjadi produk olahan seperti tepung tapioka, keripik singkong, atau kue.

B. Singkong Pahit (High Cyanide Cassava):

  1. Kandungan Sianida: Singkong pahit mengandung kadar sianida yang tinggi dan bisa berbahaya jika dikonsumsi mentah atau tidak diproses dengan benar.
  2. Penggunaan: Singkong pahit memerlukan proses pemrosesan khusus untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan sianida sebelum dikonsumsi. Biasanya, singkong pahit diproses menjadi tepung singkong atau produk olahan lainnya seperti tapioka, yang dapat menghilangkan sianida melalui pemanasan atau fermentasi.

Pepaya dalah buah tropis yang umum dikonsumsi dan sangat bergizi. Namun, tidak semua jenis pepaya memiliki kegunaan yang sama, dan ada beberapa jenis atau kondisi pepaya yang tidak disarankan untuk dikonsumsi.

A. Pepaya yang bisa dikonsumsi :

  1. Pepaya Solo: Juga dikenal sebagai pepaya California atau pepaya Hawaii, varietas ini memiliki ukuran kecil hingga sedang, dengan daging berwarna oranye atau merah dan rasa manis. Biasanya, pepaya Solo sangat lezat dan sering digunakan untuk konsumsi langsung, jus, atau salad buah.
  2. Pepaya Red Lady: Varietas ini dikenal dengan dagingnya yang berwarna merah tua dan rasa manis yang kuat. Pepaya Red Lady memiliki ukuran sedang hingga besar dan sangat populer di pasar untuk konsumsi segar.

B. Pepaya yang tidak bisa dikonsumsi :

  1. Pepaya Mentah (Belum Matang): Pepaya yang belum matang atau masih hijau mengandung enzim papain yang tinggi, yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan tidak memiliki rasa manis. Konsumsi pepaya mentah dapat menyebabkan ketidaknyamanan perut atau masalah pencernaan pada beberapa orang.
  2. Pepaya Busuk atau Berjamur: Pepaya yang menunjukkan tanda-tanda busuk, jamur, atau pembusukan tidak layak untuk dikonsumsi. Tanda-tanda ini bisa mencakup bercak hitam, aroma tidak sedap, atau tekstur yang lembek. Konsumsi pepaya yang sudah rusak dapat berisiko terhadap kesehatan.

Figure 4.Presentasi Tentang Olahan Singkong dan Pepaya

3. Penanaman dan Perawatan Tanaman Singkong dan Pepaya

Penanaman singkong (Manihot esculenta) yang benar dan baik melibatkan beberapa langkah penting untuk memastikan tanaman tumbuh dengan optimal dan menghasilkan hasil yang berkualitas. Berikut adalah cara untuk penanaman singkong:

a. Persiapan Tanah :

Pemilihan Lokasi: Pilih lokasi yang mendapatkan sinar matahari penuh dan memiliki drainase yang baik. Singkong dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, tetapi tanah yang gembur dan kaya bahan organik adalah yang terbaik.

b. Pengolahan Tanah:

Olah tanah dengan membajak atau mencangkul hingga kedalaman sekitar 20-30 cm. Pastikan tanah tidak terlalu padat dan memiliki struktur yang baik untuk pertumbuhan akar singkong.

c. Persiapan Benih:

Pilih Setek yang Sehat: Gunakan setek batang singkong yang sehat dan bebas dari penyakit. Pilih batang yang berumur sekitar 6-12 bulan dengan diameter sekitar 2-3 cm dan panjang sekitar 20-30 cm.

d. Penanaman:

Jarak Tanam setek singkong dengan jarak antar baris sekitar 80-100 cm dan jarak antar tanaman dalam baris sekitar 70-90 cm. Jarak ini membantu tanaman mendapatkan cahaya matahari yang cukup dan ruang untuk pertumbuhan akar.

Cara Menanam: Tanam setek dengan posisi tegak lurus atau miring, sehingga sekitar 1/3 bagian dari setek tertanam di dalam tanah. Tekan tanah di sekitar setek untuk memastikan stabilitas.

e. Perawatan:

Penyiraman: Sirami tanaman secara teratur, terutama pada musim kemarau. Namun, pastikan tidak ada genangan air di sekitar tanaman karena ini dapat menyebabkan akar membusuk.

Penyiangan: Lakukan penyiangan secara rutin untuk menghilangkan gulma yang dapat bersaing dengan tanaman singkong untuk mendapatkan nutrisi dan air.

f. Pengendalian Hama dan Penyakit:

Pemeriksaan Rutin: Periksa tanaman secara rutin untuk memastikan tidak ada tanda-tanda hama atau penyakit. Hama umum termasuk kutu daun dan ulat, sedangkan penyakit umum meliputi jamur dan virus.

g. Panen:

Waktu Panen: Singkong biasanya siap panen setelah 8-12 bulan. Ciri-ciri singkong siap panen adalah daun yang mulai menguning dan tanaman yang mulai layu. Periksa umbi dengan hati-hati untuk memastikan ukurannya sesuai dengan yang diinginkan.

h. Metode Panen:

Gali umbi dengan hati-hati menggunakan cangkul atau alat lain yang sesuai, hindari merusak umbi. Setelah digali, bersihkan umbi dari tanah dan biarkan kering sebentar sebelum disimpan.

Figure 5.Perawatan Tanaman Pepaya dan Singkong

B. Penanaman dan Perawatan Pepaya

Sama halnya seperti penanaman singkong, pepaya juga mempunyai urutan penanaman yang hampir sama dengan singkong. Menanam pepaya (Carica papaya) yang benar dan baik memerlukan perhatian pada berbagai aspek, mulai dari pemilihan lokasi hingga perawatan tanaman. Berikut adalah langkah untuk menanam pepaya dengan efektif:

a. Persiapan Tanah dan Lokasi:

Pemilihan Lokasi: Pilih lokasi yang mendapatkan sinar matahari penuh, karena pepaya membutuhkan cahaya matahari yang cukup untuk tumbuh optimal. Lokasi juga harus memiliki drainase yang baik untuk menghindari genangan air.

a. Pengolahan Tanah: Olah tanah dengan membajak atau mencangkul hingga kedalaman sekitar 30 cm. Tambahkan kompos atau pupuk kandang untuk meningkatkan kesuburan tanah.

b. Pilih Benih atau Bibit: Jika menggunakan benih, pilih benih dari varietas pepaya unggul yang bebas dari penyakit. Bibit yang dibeli dari pembibitan terpercaya biasanya lebih cepat tumbuh dan lebih sehat.

c. Penanaman dari Benih: Jika menanam dari benih, rendam benih dalam air selama 24 jam sebelum ditanam untuk meningkatkan daya berkecambah. Tanam benih di media semai atau pot kecil dengan kedalaman sekitar 1-2 cm dan jaga kelembaban media hingga benih berkecambah.

d. Penanaman:

Jarak Tanam: Tanam pepaya dengan jarak antar tanaman sekitar 2-3 meter dan jarak antar baris sekitar 2-3 meter. Jarak ini memungkinkan tanaman memiliki ruang yang cukup untuk berkembang dan mencegah persaingan antar tanaman.

Cara menanam: Buat lubang tanam dengan kedalaman sekitar 30 cm dan lebar 30 cm. Campurkan tanah dengan kompos atau pupuk kandang sebelum menanam bibit. Tanam bibit dengan hati-hati, pastikan akar tidak terjepit, dan tutup dengan tanah.

e. Perawatan:

Penyiraman: Sirami tanaman secara teratur, terutama pada musim kemarau. Pastikan tanah tetap lembab tetapi tidak tergenang air. Pepaya membutuhkan cukup air untuk pertumbuhan buah yang optimal.

f. Penanganan dan Panen:

Waktu Panen: Pepaya biasanya siap dipanen dalam waktu 6-12 bulan setelah penanaman, tergantung varietas dan kondisi tumbuh. Buah pepaya siap dipanen ketika kulitnya mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning atau oranye, dan sedikit lembut saat ditekan.

g. Metode Panen: Gunakan gunting atau pisau tajam untuk memanen buah, dan pastikan tidak merusak tanaman. Hindari memetik buah yang belum matang sepenuhnya karena buah ini tidak akan matang dengan baik setelah dipetik.

Figure 6.Perawatan tanaman Gerakan Lumbung Hidup

Hasil

Hasil yang didapatkandari program Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah yang dilakukan oleh mahasiswa kepada anggota Aisyiyah yaitu :

1. Peningkatan Pengetahuan: melalui pelatihan dan pendampingan, anggota Ranting Aisyiyah Desa Gelam dalam meningkatkan pengetahuan mereka tentang Gerakan Lumbung Hidup dan pemanfaatan lahan kosong dilingkungan sekitar. Para Anggota memahami prinsip dasar, teknik budidaya, dan pemeliharaan tanaman singkong dan pepaya.

2. Peningkatan Produksi Pangan dan Kesejahteraan: Melalui program ini para anggota Ranting Aisyiyah mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota melalui penyediaan pangan yang lebih stabil dan berkualitas. Hasil yang diharapkan bisa berupa penurunan ketergantungan pada pangan dari luar dan peningkatan kualitas hidup anggota.

3. Perubahan Sosisal: program penguatan ketahanan pangan dengan program Gerakan Lumbung Hidup juga membawa perubahan sosial pada Ranting Aisyiyah Desa Gelam, Para anggota menjadi lebih terlibat dalam kegiatan pertanian, saling berbagi pengetahuan, antar para anggota dan membangun solidaritas dalam mengatasi tantangan ketahanan pangan.

Figure 7.Hasil Perkembangan Tumbuhan Selama Satu Bulan

Tantangan

Salah satu masalah utama dalam program Gerakan Lumbung Hidup di Desa Gelam adalah kesibukan para ibu anggota Aisyiyah. Sebagai anggota Aisyiah dan ibu rumah tangga mereka bertanggung jawab atas kegiatan sosial dan keagamaan seperti mengajar di TPQ kegiatan pengajian rutin. Kesibukan ini mungkin menghambat waktu dan pelatihan mereka untuk mengelola dan merawat tanaman yang ada pada Lumbung Hidup.

Solusi

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang terstruktur dan fleksibel yang memungkinkan ibu ibu anggota Ranting Aisyiyah tetap teribat dalan program gerakan lumbung hidup tanpa mengorbankan tanggung jawab mereka. Beberapa solusi yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Penjadwalan yang Terkoordinasi: Buat jadwal sederhana untuk kegiatan program Gerakan Lumbung Hidup yang digabungkan dengan kegiatan rutin para anggota Aisyiyah. Pilih tanggal dan jam terbaik bagi ibu untuk mengikuti proses pengaplikasian hidroponik. Misalnya, dapat direncanakan untuk melakukan hidroponik pada waktu luang setelah kegiatan rutin perusahaan selesai.

2. Pelatihan dan Edukasi Terencana: Merencanakan dan menyelenggarakan pelatihan dan instruksi tentang Gerakan Lumbung Hidup secara bertahap. Ibu pengurus dapat menghadapi

3. tantangan dalam menggunakan Gerakan Lumbung Hidup dengan lebih percaya diri dan efisien dengan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara bertahap.

4. Dukungan Partisipatif: Menciptakan lingkungan yang mendukung bagi para ibu anggota Ranting 'Aisyiyah dalam menerapkan Gerakan Lumbung Hidup membutuhkan dukungan antar partisipan. Dukungan tersebut dapat berupa bantuan fisik dan moral.

Keberlanjutan Program

Penting untuk memastikan keberlanjutan program penguatan ketahanan pangan dengan program Gerakan Lumbung Hidup di Desa Gelam. Ini melibatkan pendampingan lanjutan, pelatihan tambahan, serta kolaborasi dengan pemerintah dan lembaga terkait. Masyarakat juga perlu didorong untuk mempertahankan dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan mereka dalam program Gerakan Lumbung Hidup.

Program pengabdian masyarakat ini berhasil dalam memperkuat ketahanan pangan di Ranting Aisyiyah Desa Gelam melalui penerapan Gerakan Lumbung Hidup. Masyarakat berhasil meningkatkan pengetahuan, mengimplementasikan sistem Gerakan Lumbung Hidup, meningkatkan produksi pangan lokal, dan meningkatkan pendapatan mereka. Selain itu, program ini juga membawa perubahan sosial dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan pertanian. Keberhasilan program ini menunjukkan potensi besar dari sistem hidroponik sederhana sebagai solusi yang efektif untuk meningkatkan ketahanan pangan di lingkup lokal.

Simpulan

Kesimpulan

Program Gerakan Lumbung Hidup di Ranting Aisyiyah Desa Gelam merupakan inisiatif yang efektif dalam meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya program GLH ini masanyarakat di Desa Gelam dapat memperoleh berbagai manfaatnya, diantara lain yaitu:

1. Peningkatan Pengetahuan: Program ini telah meningkatkan pengetahuan anggota Ranting Aisyiyah tentang Gerakan Lumbung Hidup, pemanfaatan lahan kosong, dan teknik budidaya tanaman singkong dan papaya.

2. Peningkatan Produksi Pangan: Melalui program ini, anggota Ranting Aisyiyah telah meningkatkan produksi pangan lokal, sehingga mereka memiliki sumber pangan yang lebih stabil dan berkualitas.

3. Perubahan Sosial: Program ini juga membawa perubahan sosial dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan pertanian, serta membangun solidaritas dan saling berbagi pengetahuan antar anggota

4. Tantangan dan Solusi: Salah satu tantangan utama adalah kesibukan para ibu anggota Aisyiyah. Solusi yang dapat diterapkan adalah penjadwalan yang terkoordinasi, pelatihan dan edukasi terencana, serta dukungan partisipatif dari anggota lain

5. Keberlanjutan Program: Penting untuk memastikan keberlanjutan program dengan pendampingan lanjutan, pelatihan tambahan, serta kolaborasi dengan pemerintah dan lembaga terkait.

Saran

1. Pengembangan Teknologi: Mengembangkan teknologi sederhana yang dapat digunakan oleh masyarakat lokal untuk meningkatkan efisiensi dalam budidaya tanaman, seperti sistem hidroponik yang disebutkan dalam artikel.

2. Kolaborasi dengan Lembaga: Meningkatkan kolaborasi dengan lembaga pemerintah dan organisasi terkait untuk mendapatkan sumber daya dan dukungan yang lebih besar dalam mempertahankan dan mengembangkan program Gerakan Lumbung Hidup

3. Pendidikan dan Pelatihan: Melanjutkan pendidikan dan pelatihan yang terencana untuk memastikan anggota Ranting Aisyiyah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mengelola dan merawat tanaman dengan efektif.

4. Dukungan Sosial: Membangun dukungan sosial yang kuat di antara anggota Ranting Aisyiyah untuk memastikan bahwa program ini dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan dukungan yang diperlukan.

Dengan demikian, program Gerakan Lumbung Hidup dapat terus berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat di Ranting Aisyiyah Desa Gelam.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini saya ingin berterima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Sidoarjo atas dukungan untuk kegiatan pengabdian ini. Saya juga berterima kasih untuk Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Pimpinan Ranting Aisyiyah atas bimbingan dan dukungan sehingga kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat berjalan dengan baik.

References

  1. Arifiya, Nur, Y. Aris Purwanto, dan I Wayan Budiastra. “Analisis Perubahan Kualitas Pascapanen Pepaya Varietas IPB9 pada Umur Petik yang Berbeda.” Jurnal Keteknikan Pertanian 3, no. 1 (2015): 41–42.
  2. Hadi, Sapto Nugroho, Okti Kerliana, dan Ida Widiyawati. “Penerapan Teknologi Budidaya Pepaya Calina Menggunakan Bibit Unggul Dan Sistem Pertanaman Intensif Di Lahan Tegalan Desa Patemon, Purbalingga, Jawa Tengah.” Logista Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat 2, no. 2 (2018).
  3. Istiyanti, Eni, dan Didik Widiyantono. “Peningkatan Kemandirian Pangan Dan Ekonomi Keluarga Berbasis Pemanfaatan Lahan Pekarangan Di ‘Aisyiyah Ranting Argorejo” Journal of Character Education Society 6, no. 1 (2023): 196.
  4. Maryati, Tri, Hasnah Rimiyati, dan Farizna Permata Sari. “Pemberdayaan Ekonomi Anggota Ranting Aisyiyah melalui Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah.” Warta LPM 25, no. 3 (2022): 326. https://doi.org/10.23917/warta.v25i3.1028.
  5. Retnaningdiah, Dian, dan M Agus Samsudin. “Pemberdayaan Ekonomi Melalui Implementasi Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah: Mewujudkan Kemandirian Ekonomi.” Communnity Development Journal 4, no. 5 (2023): 9683–88.
  6. Saleh. Pedoman Budidaya Ubi Kayu di Indonesia. Malang: Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2017.
  7. Saleh, Nasir, Mudji Rahayu, dan Sri Rahayu Indiati. Hama, Penyakit, dan Gulma pada Tanaman Ubi Kayu. Jakarta: IAARD Press, 2013.
  8. Sarjiyah, Sarjiyah, dan Eni Istiyanti. “Gerakan Lumbung Hidup Dengan Penerapan Pertanian Terpadu Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan.” SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 6, no. 1 (2022): 457. https://doi.org/10.31764/jpmb.v6i1.7420.
  9. Supanjani. “Teknik Budidaya Singkong Oleh Petani Di Kota Bengkulu” 16, no. 2 (2012): 181.
  10. Wahyurini, Endah, dan Dyah Sugandini. Budidaya dan Aneka Olahan Singkong. Yogyakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2021.
  11. Yonky Indrajaya, dan Ary Widiyanto. “Analisis Usaha Budidaya Pepaya Pola AgroforestariI Jati-Pepaya di Desa Purwaharja, Banjar.” Jurnal Agroforestri Indonesia 2, no. 1 (2019): 14.
  12. Yuhanna, Wachidatul Linda, dan Nurul Kusuma Dewi. “Optimalisasi Produktifitas Lahan Kritis Melalui Pembudidayaan Pepaya Callina Di Desa Setono Kecamatan Ngrambe.” Jurnal Terapan Abdimas 1 (2016): 18. https://doi.org/10.25273/jta.v1i1.335.
  13. (Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Untuk Pemberdayaan Pangan Mandiri Berbasis Teknologi Hidroponik, 2020)
  14. L. V. Wihartanti, F. Styaningrum, and G. C. Noegraha, "Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Produk Kopi Kare dan Wisata Alam Berbasis Ekowisata di Desa Kare Kecamatan Kare Kabupaten Madiun," Jurnal Terapan Abdimas, 2020.
  15. H. Hamny, "Implementasi Sistem Integrasi Ternak dan Tanaman Pangan untuk Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan," Peternakan Abdi Masyarakat (PETAMAS), 2022.