This community service activity aims to improve the ability of Aisyiyah mothers at the Al-Jihad Jiken Tulangan mosque to read the Qur'an correctly according to the rules of tajwid through the Ummi method with the Quran Explore method. The Ummi method was chosen because of its simplicity and effectiveness in teaching tajwid to adults. This activity was carried out through several stages, namely the introduction of the Ummi method, learning the theory of tajwid, application in reading the Qur'an, and group incentive assistance. The implementation of the activity was carried out in 4 meetings, with an evaluation carried out at the end of the program. The results obtained after the tajwid learning assistance program for the mothers of the 'Aisiyah Jiken branch leaders showed significant results, where students were able to read more fluently by understanding the basic science of tajwid. This assistance program succeeded in motivating students to continue learning and practicing independently. With this activity, it is hoped that it can be sustainable as a routine program to improve reading the Qur'an among the community.
Membaca Al-Qur’an bagi setiap Muslim diyakini sebagai ibadah utama, Al-Qur’an datang memberikan syafaat di hari kiamat [1] Al-Qur’an bahkan menjadi media dzikir kepada Allah dan membentuk seorang Muslim dapat meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Islam. Membaca Al-Qur'an tersebut[2], terutama bagi kaum ibu-ibu yang sudah memasuki lanjut usia (lansia) memberikan banyak manfaat, di antaranya dapat merasa lebih terlibat dalam kegiatan keagamaan, menciptakan ketenangan, meningkatkan kualitas dalam ibadah, dapat mengatasi rasa kebosanan dengan mengisi waktu luang untuk melakukan kegiatan yang bernilai dan positif [3]
Realitas menunjukkan beberapa ibu-ibu lansia, dalam hal ini ibu-ibu Asyiyah Ranting Jiken, Kecamatan Tulangan Sidoarjo masih banyak yang belum mahir membaca Al-Qur’an. Beberapa faktor yang menyebabkan ibu-ibu Aisyiyah belum dapat membaca Al-Qur’an dengan baik, di antaranya tidak ada waktu sempat belajar meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, mengurus keluarga, dan kurangnya partisipasinya dalam belajar membaca Al-Qur’an. Hal ini diperkuat hasil observasi yang menunjukkan bahwa sebagian kecil ibu-ibu ‘Aisyiyah di ranting Jiken yang aktif berjamaah di Masjid al-Jihad sebagai tempat sekretariat Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA) Jiken telah mahir dalam membaca Al-Qur’an, namun ditemukan masih banyak yang belum mahir dan lancar dalam membaca Al-Qur’an sesuai kaidah tajwid. Kemampuan membaca Al-Qur’an pada ibu-ibu ‘Aisyiyah yang belum mahir tersebut diperlukan pendampingan pembelajaran tajwid dan membaca Al-Qur’an yang lebih intensif [4]
Tartil merupakan konsep penting yang harus dingat ketika mempelajari atau membaca Al-Qur’an. Menurut [5] bahwa kata tartil berasal dari kata rattala / yurattilu / tartiilan, yang berarti membaca dengan seksama dan berfokus pada tajwid. Istilah “tartir” mengacu pada membaca Al-Qur’an secara perlahan, tenang, dan jelas, yaitu dengan cara memungkinkan pendengar mendengar kata-kata dengan jelas dan sekaligus merenungi atau memahami maknanya. Al-Maghribi mendefinisikan tartil sebagai penyajian hati selama pembacaan Al-Qur’an, bukan sekedar mengeja dan melepaskan huruf dengan mengerutkan wajah, lidah, dan menyanyikan irama.
Tajwid adalah cara mengucapkan atau mengeja setiap huruf, mengucapkan huruf sesuai dengan makhrajnya, huruf yang digabung dengan huruf lainnya, membaca dengan nada pendek dan panjang, membaca dengan menghilangkan bunyi suatu huruf kemudian menggabungkan dengan huruf setelahnya, berat atau ringan dalam mengucapkan suatu huruf, mengeluarkan desisan atau tidak, dan mempelajari tanda berhenti dalam bacaan.
Menurut [6], Tajwid merupakan cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan makhrajnya, tabal dan tipis, panjang dan pendek, dengung dan nada, irama dan nada serentak titik koma.
Dari berbagai sudut pandang di atas, dapat dinyatakan bahwa Tajwid adalah teknik membaca Al-Quran dengan baik dan benar dengan ketentuan panjang harakatnya, jelas atau mendesis, senandung bunyinya, irama dan nada bacaanya, serta tanda berhentinya.
Berikut beberapa penelitian terdahulu terkait pendampingan ibu-ibu mengaji; penelitian oleh Meliawaty “Pelatihan dan Pendampingan Membaca Al-Qur’an Dengan Metode Utsmani Dalam Rangka Memberantas Buta Aksara Arab Pada Ibu-ibu Manula di Kampung Serua Poncol, Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten” dijelaskan bahwasannya dengan adanya pendampingan pembelajaran tajwid bersama ibu-ibu dapat membantu mereka untuk lebih benar lagi dalam membaca Al-Qur’an [7].
Penelitian oleh suriyati dkk “Pendampingan Baca Qur’an Menggunakan Metode Dirosa Pada Majelis Ta’lim Al-Miftahusahada Topisi” dijelakan bahwasannya dengan sebelum adanya pendampingan pembelajaran baca Qur’an banyak dari responden yang kurang dalam baca Qur’an, maka dari itu selam program 6 bulan Suriyati dkk mendampingi dan hasil yang didapatkan diakhir cukup lebih baik dari sebelumnya [8].
Penelitian oleh Mughniy dkk “Implementasi Pembelajaran BTQ Untuk Meningkatkan Kemampuan Tilawah Ibu-Ibu di Desa Sumbersari” hal ini merupakan pendampingan tahsin Al-Qur’an dan praktek dalam pelafadzkan huruf-huruf Al-Qur’an. Setelah berlangsungnya kegiatan ini, responden mengalami peningkatan setelah adanya pendampingan Pembelajaran BTQ [9]
Penelitian oleh Rohmadi “Aplikasi Metode Tahsin untuk Belajar Al-Qur’an dalam Pendampingan Kelompok Perempuan di Kelurahan Kutaraya Kecamatan Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir” dapat disimpulkan bahwa adanya keberhasilan dalam penerapan metode tahsin untuk membantu ibu-ibu yang sedang mempelajari Al-Qur’an [10]
Penelitian oleh Salsa dkk “Pelatihan Membaca Al-Qur’an Sesuai Dengan Makhrorijul Huruf dan Tajwid Pada Majlis Taklim di Desa Jayasakti Muara Gembong” dapat disimpulkan bahwa setelah berjalannya program pelatihan membaca Al-Qur’an masyarakat mampu untuk mengenali makhrijul huruf dan tajwid [11]
Berdasarkan fakta yang ada dilapangan, diperlukan suatu metode pembelajaran Al-Qur’an yang efektif, praktis, dan sederhana untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada ibu-ibu ‘Aisyiyah [12]. Metode yang digunakan dalam pendampingan pembelajaran tajwid dan membaca Al-Qur’an adalah menggunakan metode UMMI dengan media quran explorer [13] etode UMMI merupakan pembelajaran membaca Al-Qur’an berbasis bacaan. Pembelajaran dengan metode UMMI tersebut menekankan pada kemampuan membaca daripada teori, sehingga peserta langsung diajak untuk membaca dan melafalkan huruf-huruf Al-Qur’an [14]
Memahami pengertian metode UMMI di atas, menunjukkan bahwa metode UMMI lebih menekankan praktik daripada teori dengan menggunakan pendekatan pembelajaran membaca Al-Qur’an secara tartil secara langsung [15] Metode UMMI dalam pelaksanaanya menggunakan pendekatan multi-indera, terutama melibatkan penglihatan, dan pendengaran. Pendekatan tersebut memerlukan pemanfaatan media pembelajaran berbasis audio dan video. Implementasi metode UMMI dengan menggunakan media tersebut, peserta tidak hanya diajak membaca Al-Qur’an namun juga diajak untuk melihat video cara membaca Al-Qur’an dan mendengarkan contoh bacaan Al-Qur’an dengan benar sesuai kaidah tajwid [16]
Langkah-langkah pembelajaran metode UMMI untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan menerapkan pembelajaran halaqah (lingkaran), menggunakan pola baca simak, dan pembelajaran murni. Metode UMMI diterapkan secara halaqah, di mana peserta diajak untuk duduk membentuk ingkaran untuk membaca Al-Qur’an secara bersama-sama. Pembelajaran halaqah tersebut bertujuan untuk mempraktikkan langsung dengan membaca Al-Qur’an secara tartil dan mendapatkan umpan balik dari guru atau tutor [17] Pola baca simak, di mana para peserta saling membaca dan menyimak secara bergantian. Pola pembelajaran ini diharapkan para peserta dapat membantu memperbaiki bacaan secara langsung dan memahami jika menemukan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi [18] . Implementasi metode UMMI juga menggunakan pendekatan pembelajaran murni, yaitu para peserta membaca Al-Qur’an secara mandiri, tanpa penjelasan tambahan dan bantuan dari guru. Pembelajaran murni tersebut bertujuan untuk melatih peserta membaca Al-Qur’an secara mandiri dan dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an[19]
Implementasi pembelajaran menggunakan metode UMMI di atas, dapat dipahami memberikan manfaat bagi peserta, yaitu dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an secara mandiri, dan memotivasi belajar membaca Al-Qur’an [20]Pembelajaran murni dan pola simak baca Al-Qur’an tersebut peserta dapat memperbaiki bacaan para peserta secara langsung dan dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran secara umum. Sedangkan pembelajaran dengan mengajak peserta untuk mempraktikkan bacaan tartil secara langsung dan memperoleh umpan balik dari tutor, maka siswa dapat merasa termotivasi lebih semangat untuk belajar membaca Al-Qur’an [21]
Berdasarkan hasi analisis permasalahan mitra tersebut di atas, tim pengabdian kepada masyarakat (abdimas) melakukan upaya pendampingan pembelajaran tajwid dan membaca Al-Qur’an yang lebih intensif pada ibu-ibu ‘Aisyiyah ranting Jiken yang aktif berjamaah di Masjid al-Jihad menggunakan metode UMMI. Tujuan dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata dalam ini adalah untuk memberikan edukasi pembelajaran tajwid dan pendampingan membaca Al-Qur’an dengan metode UMMI untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan benar, terutama pada aspek tartil dan tajwid menggunakan media aplikasi quran explorer.Dengan demikian serangkaian acara yang terlaksana adalah:
Kegiatan edukasi pembelajaran tajwid dan pendampingan membaca Al-Qur’an dengan metode UMMI yang dilaksanakan di masjid al-Jihad Jiken, Tulangan Kabupaten Sidoarjo dimulai pada tanggal 15 Agustus hingga 15 September 2024 dengan sasaran kegiatan pengabdian ini adalah ibu-ibu Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA) Jiken. Metode pelaksanaan dilakukan melaui edukasi pembelajaran tajwid dan pendampingan membaca Al-Qur’an dengan metode UMMI secara intensif. Edukasi pembelajaran tajwid dilakukan untuk memberikan pemahaman konsep dasar kaidah ilmu tajwid. Pendampingan membaca Al-Qur’an dilakukan untuk melatih membaca Al-Qur’an dengan duduk membentuk lingkaran (halaqah) menggunakan metode UMMI. Implementasi UMMI untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan memanfaatkan penggunaan media pembelajaran aplikasi quran explorer. Implementasi metode UMMI dengan menggunakan media tersebut, peserta tidak hanya diajak membaca Al-Qur’an namun juga diajak untuk melihat video cara membaca Al-Qur’an dan mendengarkan contoh bacaan Al-Qur’an dengan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.
Langkah-langkah yang diambil dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah:
Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, denan rincian waktu satu kali pe rminggu, masing-masing selama 40 menit. Setiap pertemuan dihadiri oleh sekitar 9 peserta dari kalangan ibu-ibu Pimpinan Ranting ‘Aisiyah Jiken. Fasilitator yang terlibat adalah tenaga pengajar yang telah berpengalaman menggunakan metode Ummi.
Lokasi pelaksanaan kegiatan berada di Masjid Al-Jihad Jiken, yang merupakan pusat kegiatan keagamaan di wilayah tersebut. Seluruh peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini, terutama karena pendekatan yang diterapkan memungkinkan mereka belajar dengan cara yang praktis dan mudah dipahami.
Efektivitas metode ummi dalam peningkatan kemampuan membaca al-qur’an pada ibu – ibu aisyiyah di masjid al-jihad jiken tulangan. Hasil observasi peneliti menunjukan bahwa Metode pembelajaran al-qur’an dengan metode Ummi dengan media quran explorer lebih efektif dalam peningkatan membaca al-qur’an pada orang tua [22]
Setelah mengikuti program pendampingan dengan metode Ummi, terdapat peningkatan yang signifikan dalam kemampuan membaca Al-Qur’an para ibu-ibu Aisyiyah di Masjid Al-Jihad Jiken Tulangan (Intan and Fahyuni, 2024). Sebelum program dimulai, sebagian besar peserta hanya mampu membaca Al-Qur'an dengan terbata-bata dan masih banyak kesalahan dalam tajwid. Namun, setelah mengikuti serangkaian pertemuan, peserta mampu membaca dengan lebih lancar dan benar sesuai kaidah tajwid. Belajar dengan metode ummi lebih mudah, menyenangkan dan menyentuh hati. Bahasa Ummi bermakna “ibuku” berasal dari Bahasa Arab dari kata “ummun” dengan tambahan ya’ Mutakallim. Menghormati dan mengingat jasa ibu, tiada orang yang paling berjasa pada kita semua kecuali orang tua kita terutama [23]
Alur Pembelajaran | Waktu | Keterangan |
Pembukaan | 5 menit | Peserta didik dan guru saling mengucapkan salam dan menjawab salamPeserta didik dan guru saling menanyakan kabarPeserta didik dan guru berdoa sebelum masuk pembelajaran dengan bersama-samaGuru menanyakan materi yang telah dipelajari sebelumnya |
Kegiatan Inti | 30 menit | Peserta didik memperhatikan guru memperagakan cara membaca yang benarKemudian guru memberikan cohtoh bacaan Al-Qur’an sekali lagi kemudian ditirukan peserta didik secara klasikalGuru memberikan contoh bacaan Al-Qur’an kemudian diikuti peserta didik secara individualPeserta didik menyimak teman sebayanya ketika sedang tidak membaca |
Penutup | 5 menit | Peserta didik menjawab pertanyaan guru terkait materi yang telah diajarkan Peserta didik mengulan kembali pelajaran bersama dengan guruPeserta didik membaca doa penutup bersama dengan guru |
Metode Ummi terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, terutama di kalangan orang tua yang baru belajar atau yang sudah lama tidak belajar membaca Al-Qur’an. Metode ini dirancang dengan pendekatan yang mudah dipahami dan diaplikasikan, bahkan oleh mereka yang sebelumnya merasa kesulitan dalam mempelajari Al-Qur’an [24]
Program ini tidak hanya meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an tetapi juga meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri siswa. Ibu-ibu yang awalnya merasa malu atau takut salah saat membaca Al-Qur’an, kini lebih berani, termotivasi untuk terus belajar dan memperdalam pemahaman mereka [25]
Meskipun hasilnya positif, program ini juga menghadapi beberapa tantangan, seperti keterbatasan waktu yang dimiliki para peserta yang mayoritas merupakan ibu rumah tangga dengan berbagai kesibukan. Selain itu, variasi kemampuan awal di antara peserta juga menjadi tantangan tersendiri, karena memerlukan pendekatan yang berbeda-beda dalam mengajar .
Program pendampingan ibu-ibu Aisyiyah di Masjid Al-Jihad Jiken Tulangan dengan menggunakan metode Ummi dengan media quran explorer berhasil meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an para siswa secara signifikan. Metode Ummi terbukti efektif dalam memfasilitasi pembelajaran yang mudah dipahami dan diaplikasikan, khususnya bagi ibu-ibu yang baru belajar atau ingin memperbaiki bacaan mereka.
Selain peningkatan kemampuan teknis, program ini juga berhasil membangun motivasi dan kepercayaan diri siswa, serta menciptakan komunitas belajar yang aktif dan saling mendukung. Meskipun menghadapi beberapa tantangan, seperti keterbatasan waktu dan variasi kemampuan peserta, program ini telah menunjukkan hasil yang positif.
Program ini dapat dijadikan model untuk diterapkan di masjid-masjid lain, dengan beberapa penyesuaian dan pengembangan lebih lanjut, seperti penambahan sesi khusus tajwid dan qira’ah, serta pelibatan lebih banyak komunitas keagamaan untuk memperluas dampaknya. Program ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat dan pendampingan yang intensif, kemampuan membaca Al-Qur’an dapat ditingkatkan secara efektif di kalangan Masyarakat.
Saran dari peneliti adalah untuk program pembelajaran tajwid ibu-ibu Ranting Asiyah Jiken jangan berhenti ketika penutupan program KKN-T selesai, melainkan untuk terus belajar dengan memanggil guru lain untuk melanjutkan pembelajaran siswa. Karena jika dibilang masa tua sudah tidak perlu belajar, maka pernyataan tersebut salah. Yang namanya belajar itu adalah hingga kita menghadap kepada Allah sang pencipta, tidak memandang muda atau tua, kaya atau miskin, cerdas atau tidak, melainkan kita harus belajar terus menerus.