Abstract: This research investigates the relationship between self-control and emotional maturity with consumptive behavior among women in Sumorame Village, Indonesia. General Background: Globalization has increased consumptive behavior, particularly among women reliant on branded goods and online shopping. Specific Background: Previous studies show significant levels of consumptive behavior among women, but few focus on rural communities like Sumorame. Knowledge Gap: This study addresses this gap by analyzing the impact of self-control and emotional maturity on consumptive behavior. Aims: The objective is to determine how these psychological factors influence purchasing tendencies. Results: A sample of 301 women revealed a significant negative correlation (rx1y = -0.368, p < 0.05; rx2y = -0.527, p < 0.05), indicating that higher self-control and emotional maturity lead to reduced consumptive behavior. Novelty: This research enhances understanding of economic behavior in rural contexts. Implications: Findings highlight the need for educational programs to improve self-control and emotional maturity, promoting better financial practices among women in Sumorame Village.
Highlights:
Keywords: Self-Control, Emotional Maturity, Consumptive Behavior, Women
Indonesia merupakan negara yang terdampak era globalisasi yang mengakibatkan tingkat konsumtif dan daya beli masyarakat semakin meningkat, sehingga gaya hidup menjadi berlebihan [1]. Hal ini berpengaruh pada gaya hidup mahasiswa, yang berperilaku konsumtif dan cenderung mengikuti model dengan menggunakan uang untuk membeli barang-barang yang mendukung penampilannya. Banyak kalangan mahasiswa saat ini menganggap jika kebutuhan mereka terpenuhi akan membuat status sosialnya tinggi dan mendapatkan pujian dikalangan pergaulannya [2]. Kehidupan kampus dapat membentuk gaya hidup khas di kalangan mahasiswa yang membuat perubahan budaya sosial yang tinggi sehingga setiap individu mempertahankan polanya dalam berkonsumtif [3].
Konsumtif juga terjadi di luar negeri, seperti di Amerika Serikat, pembeli impulsif sekitar 2,4 juta (5,8 %) pada kalangan dewasa dan diperkirakan mencapai lebih dari 4 miliar berbelanja bahkan lebih dari dua kali seminggu. Dampak dari pola perilaku tersebut dipengaruhi oleh gaya hidup yang mencerminkan pola konsumtif [4]. Perilaku konsumtif pada perempuan di Indonesia sekitar 60% [5]. Gumulya dan Widiastuti menyatakan bahwa sekitar 48,9% remaja putri di Jakarta memiliki kecenderungan perilaku konsumtif [6]. Maula & Kustanti juga menyatakan perilaku konsumtif pada remaja putri di Medan sebanyak 64,64% [7].
Saat ini perilaku konsumtif lebih banyak terjadi pada remaja putri dan ibu rumah tangga saat ini karena mereka lebih bersifat konsumtif terhadap pakaian dengan merek terkenal. Pakaian dengan merk terkenal dianggap jauh lebih berkualitas dan lebih mampu meningkatkan rasa percaya diri, terutama saat mereka mengenakannya, mereka cenderung membeli barang bukan karena kebutuhan melainkan hanya karena persaingan dalam mengikuti model terkini. Oleh karena itu, pada remaja putri dan ibu rumah tangga membutuhkan barang-barang yang dengan mudah dibeli lewat onlineshop. Maraknya aplikasi komersial online dan pengguanaan smartphone yang telah dimiliki hampir seluruh kalangan semakin mendukung perilaku konsumtif [8]. Perilaku konsumtif pada Desa Sumorame menunjukkan bahwa laki-laki memiliki perilaku konsumtif lebih rendah dibandingkan dengan perempuan, berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan terhadap 20 laki-laki dan 20 perempuan diperoleh hasil laki-laki sebanyak 3 (14%) melakukan perilaku konsumtif dan perempuan sebanyak 17 (86%) melakukan perilaku konsumtif.
Perempuan di Desa Sumorame, berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan terhadap 50 perempuan di Desa Sumorame diperoleh bahwa sebanyak 32 (63%) perempuan dalam kategori tinggi dan 18 (37%) dalam kategori rendah terkait perilaku konsumtif pada perempuan di Desa Sumorame. Peneliti juga melakukan wawancara mengenai permasalahan perilaku konsumtif di Desa Sumorame. Hasil wawancara menunjukkan bahwa perempuan di Desa Sumorame sering membeli barang-barang mewah meskipun sebenarnya tidak membutuhkannya hanya karena sedang promo. Mengikuti tren baik didalam fashion, teknologi atau gaya hidup meskipun tren tersebut tidak sesuai dengan kebutuhannya. Memiliki kebiasaan mengoleksi barang-barang seperti sepatu, tas atau mainan tanpa ada tujuan atau kegunaan yang jelas. Menghabiskan banyak waktu dan uang untuk berbelanja online, sering kali membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan.
Perilaku konsumtif memiliki ciri-ciri yaitu yaitu konsumen membeli suatu produk hanya karena adanya promo hadiah dan kemasan yang menarik dari produk/barang tersebut [9]. Menurut sumartono terdapat 8 ciri-ciri perilaku konsumtif yaitu : (1) membeli karena penawaran hadiah yang menarik, (2) membeli karena kemasannya yang menarik, individu tertarik untuk membeli suatu barang karena kemasannya yang berbeda dari yang lainya, (3) membeli karena menjaga penampilan diri dan gengsi, gengsi membuat individu lebih memilih membeli barang yang dianggap dapat menjaga penampilan diri, dibandingkan membeli barang lain yang lebih dibutuhkan, (4) membeli karena barang program potongan harga, pembelian barang bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya, akan tetapi barang dibeli karena harga yang ditawarkan menarik, (5) kecenderungan membeli barang yang dianggap dapat menjaga status, individu menganggap barang yang digunakan adalah suatu simbol dari status sosialnya, (6) Memakai sebuah barang karena pengaruh model yang mengiklankan barang, individu memakai barang karena tertarik untuk bisa menjadi seperti model iklan tersebut, ataupun karena model yang diiklankan adalah seorang idola dari pembeli, (7) Penilaian bahwa membeli barang dengan harga yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, individu membeli barang atau produk bukan berdasarkan kebutuhan tetapi karena memiliki harga yang mahal untuk menambah kepercayaan dirinya, (8) Mencoba lebih dari dua produk sejenis dengan merk yang berbeda, individu akan cenderung membeli produk baru dengan merk yang berbeda walaupun produk sebelumnya belum habis dipakainya [10].
Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif antara lain: motivasi, proses belajar dan pengalaman, kepribadian dan konsep diri, keadaan ekonomi, gaya hidup, sikap, keluarga, serta teman sebaya. Selain itu, perilaku konsumtif dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya kontrol diri dan kematangan emosi [11], [12]. Remaja putri dan ibu rumah tangga dengan kemampuan kontrol diri yang baik akan mampu mengatur perilaku dan menghadapi stimulus [13]. Remaja putri dan ibu rumah tangga dengan kematangan emosi yang baik akan mampu mengatur kesadaran diri, pengambilan keputusan yang bijaksana, pengelolaan stress dan memiliki empati terhadap kepedulisan sosial serta memiliki ketahanan terhadap tekanan sosial [14]. Perilaku konsumtif memeliki beberapa aspek antara lain (1) pembelian impulsif, yaitu pembelian konsumen yang dilakukan secara tiba – tiba tanpa didasari pertimbangan yang jelas, (2) Mencari kesenangan, yaitu pembelian konsumen yang tidak ada kejelasan dan hanya menghamburkan uang untuk kesenangan (3) Pemborosan, yaitu pembelian konsumen yang membeli barang tidak diperlukan dan boros [15].
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari & Irmayanti mengatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara teknik kontrol diri dengan kecenderungan perilaku konsumtif yang berarti semakin tinggi tingkat teknik kontrol diri mahasiswa maka akan semakin rendah kecenderungan perilaku konsumtifnya. Sebaliknya jika kontrol diri rendah maka akan semakin tinggi kecenderungan perilaku konsumtifnya [16]. Penelitian yang dilakukan oleh Renaldy menyatakan bahwa semakin rendah kontrol diri maka akan semakin tinggi perilaku konsumtif. Adapun pengaruh kontrol diri terhadap perilaku konsumtif diketahui sebesar 34,1%, dan 65,9% lainnya merupakan faktor diluar kontrol diri seperti harga diri, konformitas, gaya hidup, dan media elektronik [17]. Hasil penelitian Nurhaini juga menunjukkan bahwa konsep diri dan pengendalian diri berpengaruh signifikan terhadap perilaku konsumtif. Jika seseorang memiliki kontrol diri yang baik, maka perilaku konsumtifnya akan cenderung berkurang [18]. Kontrol diri adalah kemampuan untuk mengarahkan, mengatur dan mengarahkan norma-norma perilaku yang dapat dibimbing oleh individu. kepada hasil atau pemikiran yang positif dengan cara mengekspresikan emosi dan impuls yang timbul dari pengendalian diri. Sehingga mereka bisa mendapatkan sesuatu yang baik (Nofitriani, 2020). Kontrol diri memiliki beberapa aspek antara lain (1) behavioral control merupakan perilaku merupakan kemampuan individu untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan, baik kemampuan dalam mengatru pelaksanaan maupun mengatur stimulus, (2) cognitive control merupakan cara seseorang dalam menafsirkan, menilai atau menggabungkan kemampuan dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan untuk mengurangi tekanan, dan (3) mengontrol keputusan merupakan kemampuan individu memilih dan menentukan tujuan yang diinginkan [19].
Pengaruh kematangan emosi terhadap perilaku konsumtif telah diteliti sebelumnya pada remaja putra yang dilakukan oleh Antonius Anggit dengan judul Hubungan Kematangan Emosi dan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putra mangatakan bahwa data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan teknik pearson product moment dan menghasilkan koefisien korelasi kematangan emosi dan perilaku konsumtif remaja putra sebesar -0,378 dengan p sebesar 0,001 (p < 0,05) [20]. Kemudian hasil yang sama dilanjutkan pada mahasiswa yang dilakukan oleh Sumiati Yeni dengan judul Hubungan Antara Kemtangan Emosi dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa mengatakan bahwa ada hubungan yang negatif antara kematangan emosi dengan perilaku konsumtif dengan hasil (r = -0,145. p = 0,023). Nilai r negatif menunjukkan arah negatif dari hubungan antara kedua variabel [21]. Kematangan emosi adalah kondisi relative yang menunjukkan tingkatan dimana individu mampu menggunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dalam menjalani proses perkembangan dan berusaha untuk mencapai kematangan [22]. Kematangan emosi memiliki beberapa aspek antara lain (1) kontrol emosi, merupakan kemampuan mengendalikan, mengekspresikan, dan mengenali emosi secara tepat dan diterima oleh lingkungan (2) pemahaman diri, merupakan kemampuan untuk memperlihatkan kepekaan terhadap emosi yang dirasakan dan mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi emosi yang dialami dan (3) penggunaan fungsi kritis mental, merupakan ketenangan dalam mengambil keputusan dan membuat keputusan dengan melihat konsekuensinya [23].
Penelitian tentang kontrol diri dan kematangan emosi dalam kaitannya dengan perilaku konsumtif pada perempuan di desa sangat penting karena perempuan sering kali memegang peran kunci dalam pengelolaan keuangan rumah tangga dan pengambilan keputusan pembelian [24]. Perilaku konsumtif yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai masalah finansial dan psikologis. Kematangan emosi dan kontrol diri yang baik dapat membantu perempuan di desa mengelola sumber daya yang terbatas dengan lebih bijaksana, menghindari utang yang berlebihan, tidak mudah stress dan meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan [25]. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan wawasan yang berharga untuk pengembangan program edukasi dan intervensi yang tepat sasaran, yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi tetapi juga kesejahteraan psikologis perempuan di desa, serta berkontribusi pada keberlanjutan sosial dan lingkungan dalam konteks pedesaan.
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kontrol Diri dan Kematangan Emosi dengan Perilaku Konsumtif pada Perempuan di Desa Sumorame”. Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara control diri dan kematangan emosi dengan perilaku konsumtif pada perempuan di Desa Sumorame.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan variabel lainnya [26]. Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 2.221 perempuan di Desa Sumorame dan sampel penelitian berjumlah 301 perempuan berdasarkan tabel Isaac & Michael dengan taraf kesalahan 5%. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental samplingyang merupakan penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja populasi yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. [27].
Kontrol diri diukur dengan skala Kontrol diri yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Ulfa [28] berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Averil yaitu behavioral control, cognitive control, dan mengontrol keputusan [19]. Skala Kontrol diri ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.887 dengan jumlah aitem favorable 8 dan 12 aitem unfavorable serta memiliki nilai validitas yaitu 0.336 – 0.604. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh nilai reliabilitas pada skala kontrol diri yaitu sebesar 0.899 serta memiliki nilai validitas yaitu 0.264 – 0.503.
Kematangan emosi diukur dengan skala kematangan emosi yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Illahi [21] berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Casey, Heller, Gee & Cohen yaitu kontrol emosi, pemahaman diri, dan penggunaan fungsi kritis mental [23]. Skala kematangan emosi ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,785 dengan jumlah aitem favorable 14 dan 13 aitem unfavorable. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh nilai reliabilitas pada skala kontrol diri yaitu sebesar 0.899 serta memiliki nilai validitas yaitu 0.368 – 0.535.
Perilaku konsumtif diukur dengan skala perilaku konsumtif yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Illahi [21] berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rahmat, Asyari & Puteri yaitu pembelian impulsive, mencari kesenangan dan pemborosan [15]. Skala kepatuhan perilaku konsumtif ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,863 dengan jumlah aitem favorable 11 dan 10. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh nilai reliabilitas pada skala kontrol diri yaitu sebesar 0.909 serta memiliki nilai validitas yaitu 0.437 – 0.607.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik korelasi product moment darii Pearson’s dengan bantuan SPSS 26.0 for windows.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | ||
---|---|---|
Unstandardized Residual | ||
N | 301 | |
Normal Parametersa,b | Mean | .0000000 |
Std. Deviation | 2.55500023 | |
Most Extreme Differences | Absolute | .071 |
Positive | .053 | |
Negative | -.071 | |
Kolmogorov-Smirnov Z | 1.129 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | .254 | |
a. Test distribution is Normal. | ||
b. Calculated from data. |
Berdasarkan dari data Tabel 1. Kolmogorof-smirnov di atas dapat diketahui nilai signifikansi dari Unstandardized Residual sebesar 0.254 > 0.05. Hasil uji normalitas dapat dikatakan bahwa pada variabel kontrol diri, kematangan emosi dan perilaku konsumtif memiliki distribusi normal sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel memiliki distribusi normal dan memnuhi seluruh populasi.
ANOVA Table | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Sum of Squares | df | Mean Square | F | Sig. | |||
Perilaku Konsumtif * Kontrol Diri | Between Groups | (Combined) | 693.806 | 20 | 34.690 | 1.520 | .076 |
Linearity | 42.085 | 1 | 42.085 | 1.844 | .000 | ||
Deviation from Linearity | 651.721 | 19 | 34.301 | 1.503 | .148 | ||
Within Groups | 5226.050 | 229 | 22.821 | ||||
Total | 5919.856 | 249 | |||||
Perilaku Konsumtif * Kematangan Emosi | Between Groups | (Combined) | 1931.098 | 13 | 148.546 | 8.789 | .000 |
Linearity | 1630.093 | 1 | 1630.093 | 96.447 | .000 | ||
Deviation from Linearity | 301.005 | 12 | 25.084 | 1.484 | .134 | ||
Within Groups | 3988.758 | 236 | 16.902 | ||||
Total | 5919.856 | 249 |
Dalam Tabel 2. diketahui bahwa nilai signifikansi linearity kontrol diri dengan perilaku konsumtif 0,000 yang dapat diartikan nilai linearity lebih kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05) dan nilai signifikansi deviation from linearity sebesar 0,148 yang dapat diartikan bahwa nilai deviation from linearity lebih besar dari 0,05 (0,148 > 0,05). Signifikansi linearity kematangan emosi dengan perilaku konsumtif 0,000 yang dapat diartikan nilai linearity lebih kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05) dan nilai signifikansi deviation from linearity sebesar 0,134 yang dapat diartikan bahwa nilai deviation from linearity lebih besar dari 0,05 (0,134 > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut linier.
Berdasarkan kedua uji di atas, maka uji hipotesis dilakukan dengan uji korelasi Pearson’s.
Correlations | ||||
---|---|---|---|---|
Kontrol Diri | Kematangan Emosi | Perilaku Konsumtif | ||
Kontrol Diri | Pearson Correlation | 1.000 | .832** | -. 368* |
Sig. (2-tailed) | . | .000 | .000 | |
N | 301 | 301 | 301 | |
Kematangan Emosi | Pearson Correlation | .832** | 1.000 | -.527** |
Sig. (2-tailed) | .000 | . | .000 | |
N | 301 | 301 | 301 | |
Perilaku Konsumtif | Pearson Correlation | -.368* | -.527** | 1.000 |
Sig. (2-tailed) | .000 | .000 | . | |
N | 301 | 301 | 301 | |
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). |
Hasil analisis berdasarkan Tabel 3. diketahui bahwa nilai koefisienxkorelasi rx1y = -0.368 dengan nilai signifikansi sebesar p = 0,000 (p < 0.05). Nilai koefisien korelasi rx2y = -0.527 dengan nilai signifikansi sebesar p = 0.000 (p < 0.05). Hasil penelitian dapat diartikan bahwa secara simultan kontrol diri dan kematangan emosi memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan perilaku konsumtif, dimana semakin tinggi kontrol diri dan kematangan emosi yang dimiliki maka semakin rendah perilaku konsumtif yang muncul pada perempuan di Desa Sumorame dan sebaliknya.
Model Summary b | ||||
---|---|---|---|---|
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
1 | .852a | .725 | .723 | 2.56532 |
a. Predictors: (Constant), Kontrol Diri, Kematangan Emosi | ||||
b. Dependent Variable: Perilaku Konsumtif |
Berdasarkan hasil dari Tabel 4. diketahui bahwa nila R Square adalah 0.725 × 100% hasilnya 72.5%. Maka diketahui pengaruh kontrol diri dan kematangan emosi secara bersama-sama sebesar 72.5% terhadap perilaku konsumtif dan 37.5% dipengaruhi oleh variabel lain seperti fanatisme [29], konformitas [30] dan intensitas penggunaan media sosial [31].
Kategori | Skor Subjek | |||||
---|---|---|---|---|---|---|
Kontrol Diri | Kematangan Emosi | Perilaku Konsumtif | ||||
∑ | % | ∑ | % | ∑ | % | |
Rendah | 50 | 17% | 26 | 9% | 40 | 13% |
Sedang | 204 | 68% | 231 | 77% | 222 | 74% |
Tinggi | 47 | 15% | 44 | 14% | 39 | 13% |
Jumlah | 301 | 100 % | 301 | 100 % | 301 | 100 % |
Berdasarkan Tabel 5. Dapat diketahui bahwa skor subjek pada variabel kontrol diri yaitu sebanyak 50 perempuan yang berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 17%. Pada kategori sedang terdapat sebanyak 204 perempuan dengan persentase sebesar 68%. Terdapat 47 perempuan yang berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 15%.
Skor subjek pada variabel kematangan emosi diperoleh pada kategori rendah yaitu 26 perempuan dengan persentase sebesar 9%. Pada kategori sedang sebanyak 231 perempuan dengan persentase sebesar 77%. Serta terdapat 44 perempuan yang berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 14%.
Skor subjek pada variabel perilaku konsumtif diperoleh sebanyak 40 perempuan yang berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 13%. Pada kategori sedang sebanyak 222 perempuan dengan persentase sebesar 74%. Pada kategori tinggi terdapat 39 perempuan dengan persentase sebesar 13%.
Berdasarkan dari pembahasan Tabel 5. diatas dapat disimpulkan bahwa perempuan di Desa Sumorame berada pada kategori sedang untuk variabel kontrol diri, kematangan emosi dan perilaku konsumtif. Perempuan di Desa Sumorame mampu memunculkan kontrol diri dalam kegiatan sehari-hari nya, mampu memiliki kematangan emosi dan perempuan di Desa Sumorame memiliki perilaku konsumtif yang sedang.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menunjukkan kalau hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima rx1y = -0.368 dengan nilai signifikansi sebesar p = 0,000 (p < 0.05). Nilai koefisien korelasi rx2y = -0.527 dengan nilai signifikansi sebesar p = 0.000 (p < 0.05). Hasil penelitian dapat diartikan bahwa secara simultan kontrol diri dan kematangan emosi memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan perilaku konsumtif. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi kontrol diri dan kematangan emosi maka semakin rendah perilaku konsumtif yang dimunculkan oleh perempuan di Desa Sumorame dan sebaliknya semakin rendah kontrol diri dan kematangan emosi maka semakin tinggi perilaku konsumtif yang muncul pada perempuan di Desa Sumorame.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arum & Khoirunnisa menunjukkan bahwa kontrol diri memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan perilaku konsumtif dimana semakin tinggi kontrol diri maka akan semakin rendah perilaku konsumtif yang dimiliki (r = -0.633, p = 0.000 < 0.05) [32]. Penelitian lain yang dilakukan oleh Renaldy, Dewi & Hidayatullah juga menunjukkan hal yang sama dimana perilaku konsumtif dapat dipengaruhi oleh kontrol diri yang dimiliki oleh seseorang (r = -0.584, p = 0.000 < 0.05) [17]. Sejalan dengan Salamah juga menunjukkan bahwa kontrol diri memiliki hubungan dengan perilaku konsumtif pada perempuan, dimana semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki maka akan semakin rendah perilaku konsumtif yang dimunculkan (r = -0.182, p = 0.004 < 0.05) [33].
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Leoni& Purwasih menunjukkan bahwa kematangan emosi memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan perilaku konsumtif dimana semakin tinggi kematangan emosi maka akan semakin rendah perilaku konsumtif yang dimiliki (r = -0.730, p = 0.000 < 0.05) [34]. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nugrahani & Uyun juga menunjukkan hal yang sama dimana perilaku konsumtif dapat dipengaruhi oleh kematangan emosi yang dimiliki oleh seseorang (r = -0.459, p = 0.033 < 0.05) [35]. Sejalan dengan Putri juga menunjukkan bahwa kematangan emosi memiliki hubungan dengan perilaku konsumtif pada perempuan, dimana semakin tinggi kematangan emosi yang dimiliki maka akan semakin rendah perilaku konsumtif yang dimunculkan (r = -0.701, p = 0.000 < 0.05) [36].
Kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk mengatur dan mengendalikan dorongan, emosi, dan perilaku demi mencapai tujuan jangka panjang [37]. Dalam konteks perilaku konsumtif pada perempuan, kontrol diri memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana individu mengelola keinginan untuk berbelanja. Perempuan yang memiliki kontrol diri yang baik cenderung lebih mampu menahan godaan untuk melakukan pembelian impulsif dan lebih selektif dalam menentukan apa yang benar-benar dibutuhkan [38].
Penelitian ini menunjukkan bahwa kontrol diri yang kuat berkorelasi dengan pengurangan perilaku konsumtif yang tidak perlu. Perempuan yang mampu mengendalikan dorongan untuk membeli barang-barang yang tidak penting cenderung lebih hemat dan bijaksana dalam penggunaan uang mereka. Mereka lebih mungkin membuat keputusan berdasarkan kebutuhan nyata daripada mengikuti dorongan atau keinginan sesaat. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol diri membantu individu menghindari pembelian yang didorong oleh emosi atau situasi sementara [39].
Kontrol diri juga membantu perempuan dalam mengatur prioritas keuangan mereka. Dengan kemampuan untuk menahan keinginan belanja yang tidak penting, perempuan dapat lebih fokus pada tujuan keuangan jangka panjang seperti menabung, investasi, atau mengalokasikan dana untuk kebutuhan penting lainnya. Hal ini mengurangi risiko keuangan yang mungkin timbul dari perilaku konsumtif berlebihan dan membantu menciptakan stabilitas keuangan yang lebih baik [40].
Kontrol diri tidak hanya berkaitan dengan menahan dorongan untuk berbelanja, tetapi juga dengan kemampuan untuk membuat keputusan yang rasional. Perempuan dengan kontrol diri yang baik cenderung lebih mampu mempertimbangkan pro dan kontra sebelum melakukan pembelian. Mereka lebih cenderung melakukan riset dan mempertimbangkan alternatif sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu, yang pada akhirnya membantu mereka menghindari penyesalan dan pemborosan [41].
Kematangan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosinya secara efektif dan tepat. Dalam konteks perilaku konsumtif pada perempuan, kematangan emosi memainkan peran penting dalam mengendalikan dorongan emosional yang sering kali menjadi pemicu pembelian impulsif. Perempuan dengan kematangan emosi yang tinggi cenderung lebih mampu mengenali dan mengelola emosi mereka, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh dorongan emosional untuk berbelanja [42].
Perempuan yang matang secara emosional memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi sumber emosinya dan mengelolanya dengan cara yang konstruktif. Misalnya, ketika menghadapi situasi stres atau kekecewaan, mereka lebih mungkin mencari solusi yang sehat seperti berbicara dengan teman atau melakukan aktivitas relaksasi, daripada melampiaskan emosinya dengan cara berbelanja. Hal ini menunjukkan bahwa kematangan emosi membantu perempuan menghindari perilaku konsumtif yang didorong oleh upaya untuk meredakan emosi negatif [43].
Kematangan emosi juga memungkinkan perempuan untuk mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari keputusan belanja mereka. Mereka lebih mampu menilai apakah pembelian tertentu benar-benar dibutuhkan atau hanya sekadar keinginan sesaat. Dengan kemampuan untuk menilai situasi secara rasional, perempuan dengan kematangan emosi tinggi cenderung membuat keputusan belanja yang lebih bijaksana dan terencana, sehingga mengurangi risiko pembelian impulsif dan penyesalan di kemudian hari [21].
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0.725 × 100% hasilnya 72.5%. Maka diketahui pengaruh kontrol diri dan kematangan emosi secara bersama-sama sebesar 72.5% terhadap perilaku konsumtif dan 37.5% dipengaruhi oleh variabel lain seperti fanatisme [29], konformitas [30] dan intensitas penggunaan media sosial [31].
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara kontrol diri dan kematangan emosi dengan perilaku konsumtif. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang peneliti ajukan diterima, semakin tinggi kontrol diri dan kematangan emosi maka akan semakin rendah perilaku konsumtif yang dimiliki oleh perempuan di Desa Sumorame dan sebaliknya semakin rendah kontrol diri dan kematangan emosi maka semakin tinggi perilaku konsumtif yang muncul. Sumbangan efektif kontrol diri dan kematangan emosi terhadap perilaku konsumtif sebesar 72.5% dan 37.5% dipengaruhi oleh variabel lain seperti persepsi fanatisme, konformitas dan intensitas penggunaan media sosial.
Limitasi dari penelitian yang sudah dilakukan yaitu dalam penggunaan populasi peneliti masih di wilayah Desa Sumorame dan hanya menggunakan subjek berjenis kelamin perempuan saja dimana masih banyak populasi yang lebih luas lagi seperti lingkungan sekolah dan lingkungan pekerjaan. Penelitian ini menggunakan desain korelasional, sehingga tidak dapat menyimpulkan hubungan sebab-akibat. Penggunaan kuesioner sebagai satu-satunya alat ukur mungkin tidak sepenuhnya menangkap kompleksitas ketiga variabel tersebut.
Implikasi praktis dari penelitian ini adalah perlunya program pendidikan dan pelatihan yang menekankan pentingnya kontrol diri dan kematangan emosi di Desa Sumorame. Pelatihan ini dapat membantu perempuan mengembangkan kemampuan untuk mengelola keinginan konsumtif mereka dan membuat keputusan belanja yang lebih bijaksana. Misalnya, program yang fokus pada manajemen keuangan pribadi dan pengelolaan emosi dapat diperkenalkan di komunitas desa untuk membantu perempuan meningkatkan keterampilan dalam mengendalikan dorongan belanja.