General Background: Environmental awareness is crucial for communities to preserve ecosystems and prevent environmental degradation. Social support can play a significant role in fostering this awareness. Specific Background: In rural communities like Tutur village, Pasuruan regency, environmental awareness and social support are often interconnected. However, the extent to which social support influences environmental awareness remains underexplored. Knowledge Gap: While studies have examined environmental education and awareness, few have investigated the role of social support as a driving factor in increasing environmental responsibility in village settings. Aims: This study aims to examine the influence of social support on environmental awareness among the residents of Tutur village, focusing on the relationship between these variables using quantitative methods. Results: The findings from simple linear regression analysis reveal that social support has a significant effect on environmental awareness, indicating that residents with stronger social ties exhibit higher levels of concern and action toward environmental preservation. Novelty: This study offers a novel insight by quantitatively demonstrating the direct relationship between social support and environmental awareness in rural communities, highlighting social dynamics as a key factor in environmental education. Implications: The results suggest that enhancing social support networks through community-driven initiatives can significantly improve environmental consciousness and foster sustainable tourism development, particularly in rural areas like Tutur village. This study provides a basis for future research on integrating social support frameworks into environmental sustainability strategies, particularly in regions with strong communal ties.
Highlights:
Keywords: environmental awareness, social support, Tutur village, quantitative research, sustainability
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dan sangat kaya akan sumber daya alam, seni, budaya dan adat istiadat. Indonesia juga terdiri dari beberapa daerah/provinsi, dan setiap daerah/wilayah di provinsi terdiri dari beberapa kabupaten/kota dengan di huni oleh penduduk dengan beraneka ragam kebiasaan[4]. Penduduk adalah seseorang yang bertempat tinggal atau berdomisili (tetap) di wilayah suatu negara. Biasanya, penduduknya adalah orang-orang yang lahir dan besar di negara tersebut selama beberapa generasi. Populasi adalah sekelompok orang yang tinggal di wilayah geografis dan spasial tertentu. Masyarakat desa di Indonesia pada umumnya mempunyai sistem kehidupan kolektif yang berdasarkan kekerabatan. Sebagian besar penduduk pedesaan bekerja sebagai petani. Pekerjaan non-pertanian biasanya merupakan pekerjaan paruh waktu untuk mengisi waktu luang. Masyarakat pedesaan di Indonesia bersifat homogen dalam hal mata pencaharian, agama, dan adat istiadat. Lebih lanjut, kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia dikaitkan dengan istilah gotong royong yang berarti kerja sama untuk mencapai kebaikan bersama[5].
Dusun Gunungsari terletak di Desa Tutur, atau nama lain Nongkojajar, di Kecamatan Tutur, sebelah barat Pegunungan Bromo, Provinsi Pasuruan. Desa ini terbagi menjadi lima desa: Gunung Petung, Kadipaten, Krajang 1, Krajang 2, dan Tutur Wetang. Desa Tutur juga berpotensi menjadi objek wisata dengan pemandangan alam yang indah, seperti Air Terjun Sumber Nyonya di desa Gunung Sari.[1] Namun karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata ini, sehingga terhenti pada tahun 2018. Kecamatan Tutur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pasuruan yang terletak di lereng Gunung Bromo dan memiliki kemungkinan berbeda mulai dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan hingga pariwisata [2]. Tak heran jika kawasan ini dikembangkan sebagai destinasi wisata karena potensinya Kondisi kawasan yang terdiri dari perbukitan dan pemandangan alam yang menarik juga mempunyai potensi tersendiri untuk dikembangkan objek wisata baru guna menunjang objek wisata Gunung Bromo yang sudah dikenal. Jenis permainan luar ruang (outdoor aktivitas) dan wisata petualangan (adventures) yang dapat melengkapi ragam wisata di kawasan wisata Bromo . Meningkatnya berbagai jenis pilihan yang dapat dikunjungi wisatawan tentunya akan meningkatkan daya tarik sekaligus meningkatkan jumlah pemasukan yang dikeluarkan di kawasan Bromo[3].
Lingkungan terdiri dari kondisi yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan, antara lain udara, air, tanah, tumbuhan, dan hewan [4]. Pengertian berarti lingkungan terdiri dari lingkungan tak hidup (abiotik) seperti udara, air, tanah, dan lingkungan hidup (biologis) hewan dan tumbuhan[5]. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap permasalahan lingkungan hidup belum sepenuhnya tercermin dalam perilaku nyata sehari-hari. Kesadaran terhadap lingkungan merupakan awal mula ketertarikan masyarakat dalam menjaga lingkungan dari berbagai kerusakan lingkungan. Kesadaran lingkungan juga berperan penting dalam menciptakan keseimbangan, kelestarian lingkungan, dan membentuk perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan. Semakin sadar lingkungan maka akan, semakin mudah dalam melindungi lingkungan dari kerusakan yang mungkin akan terjadi[6]. Kesadaran lingkungan ditandai dengan sejauh mana seorang individu menunjukkan perilaku yang berbeda-beda di lingkungannya. Kesadaran lingkungan hidup adalah kesadaran terhadap lingkungan tempat seseorang tinggal atau bekerja, pengetahuan terhadap lingkungan hidup, suatu keadaan atau keadaan kesadaran yang cenderung mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan orang lain[7].
Individu menjadi sadar lingkungan, harus melalui beberapa tahapan. Terdapat tahapan yang menggambarkan seseorang yang memiliki kesadaran lingkungan, yakni, (1) tahap pertama tetap fokus pada masalah kesehatan sekaligus mendorong perluasan pengetahuan dan keterampilan. (2) Pada tahap kedua, individu mulai mengetahui berbagai fakta terkait permasalahan lingkungan hidup. (3) Pada tahap ketiga, individu mulai mengembangkan pandangan komprehensif tentang tanggung jawab dan kesadaran lingkungannya secara profesional. (4) Pada tahap keempat, kesadaran lingkungan menjadi bagian integral dari keterampilan profesional dan semua keputusan sehari-hari[7] Menurut Sánchez dan Lafuente[8], kesadaran lingkungan memiliki tiga dimensi: (1) Keyakinan/Nilai Umum Keyakinan/nilai umum adalah pandangan atau kepercayaan terhadap kondisi lingkungan, termasuk persepsi seseorang terhadap keadaan. Mencegah kerusakan lingkungan hidup dan menciptakan keharmonisan lingkungan hidup. (2) Sikap Pribadi Sikap pribadi adalah sikap individu terhadap lingkungannya yang mengedepankan nilai-nilai dan etika pribadinya. (3) Informasi/Pengetahuan Informasi/Pengetahuan adalah pengetahuan individu mengenai permasalahan lingkungan hidup.
Kesadaran lingkungan memiliki indikator sebagai berikut: (1). Sikap seseorang terhadap kondisi lingkungan secara umum. (2). Tingkat persetujuan individu terhadap pernyataan lingkungan. (3). Tingkat persetujuan individu terhadap pernyataan yang berkaitan dengan sikapnya terhadap perilaku ramah lingkungan (norma pribadi dan keyakinan individu tentang perubahan perilaku). (4). Tingkat persetujuan individu terhadap usulan lingkungan hidup. (5). Bagaimana orang-orang berpengetahuan berpikir tentang isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan mereka. 6). Pengetahuan khusus seseorang tentang lingkungan[8]. Dari berbagai definisi yang dijelaskan, kesadaran lingkungan adalah suatu keadaan di mana seseorang memiliki pengetahuan tentang lingkungan hidup dan permasalahannya, motivasi untuk menjaga lingkungan, dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikannya.masalah lingkungan [9] Bahwa setiap orang sudah mengetahui bagaimana cara mengembangkan sikap positif terhadap lingkungan. Namun, bahkan orang yang sangat sadar lingkungan pun sering kali bertindak tidak tepat terhadap lingkungan karena ketidaknyamanannya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Alessandro Galli & dkk[10], menunjukkan bahwa ketika populasi global meningkat dan semakin banyak migrasi ke kota, tata kelola kota perlu mengatasi keberlanjutan lebih dari sekedar perspektif lokal. Indikator-indikator yang bermakna diperlukan untuk mengukur secara kuantitatif ketahanan sumber daya perkotaan, yang merupakan aspek inti dari keberlanjutan suatu kota. Metrik tersebut menghubungkan kota dengan konteks global yang lebih luas dan mengidentifikasi sektor-sektor dimana intervensi makro dan mikro yang efektif untuk keberlanjutan dapat diterapkan. Kota bergantung pada lingkungan dan ekosistem di sekitarnya untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, keamanan, dan kohesi sosial dan tidak mempunyai pilihan selain menciptakan peluang ekonomi baru (hijau dan sirkular) yang menjamin berfungsinya kota dalam jangka panjang dan penghidupan berkualitas bagi warganya.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang di teliti oleh Eliana Andre & dkk [11]selama Pandemi, dua Menteri Kesehatan dan tim teknisnya saling bertukar, terdapat kasus keterlambatan dalam penyebaran data terkini mengenai Pandemi, banyak kasus yang tidak dilaporkan, kurangnya staf teknis yang diperbarui, tes yang hilang (tidak sesuai untuk analisis ), serta pengabaian dan kurangnya empati terhadap penelitian ilmiah, terhadap keahlian ilmuwan dan peneliti, kritik terhadap pers dan media, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan di masyarakat [11]. Namun, di Portugal, situasi ini lebih baik diselesaikan melalui hubungan COV/SR, seperti yang diungkapkan oleh hasil (Tabel 8). Di Brasil, fenomena COVID-19 tidak memengaruhi kesadaran masyarakat akan tanggung jawab sosial, sehingga pemerintah, lembaga pendidikan, dan perusahaan berperan untuk menumbuhkan perasaan membantu masyarakat yang rentan secara sosial, serta menyambut masyarakat yang berada dalam kesulitan, dan sumbangan prestasi.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan teknik menggunakan observasi dan wawancara kepada warga Dusun Gunungsari di Desa Tutur untuk menggali permasalahan apa yang terjadi untuk bisa dilakukan penelitian lebih lanjut. Peneliti ini melakukan survey awal serta menjalankan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) yang dilakukan selama tiga bulan, sehingga hal ini menghasilkan survey awal yang yaitu sebagian besar warga sekitar Dusun Gunungsari memiliki kesadaran lingkungan yang rendah, membiarkan keindahan alam yaitu air terjun Sumber Nyonya yang tercemarkan akibat limbah dan sampah yang di sebabkan oleh limbah peternakan hewan serta rumah warga sekitar [12].
Pada tahap ini, hidup mulai berjalan seimbang dan manusia menyadari memiliki lingkungan secara keseluruhan. Pengalaman keterlibatan individu dalam lingkungan sehingga individu merasa dirinya menjadi bagian yang utuh dari lingkungan disebut dengan dukungan sosial. Hasil wawancara dengan kepala dusun Gunungpetung berisinial SJ, yaitu : Memang di dusun ini masyarakatnya kurang bisa untuk memanfaatkan lingkungannya, padahal jika apa yang ada didusun ini dikembangkan akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi warga juga seperti air terjun sumber nyonya itu mas, bisa dijadikan wisata.
Dukungan sosial adalah pemberian nasehat, motivasi, dan bimbingan secara pribadi ketika seseorang mempunyai permasalahan atau menemui hambatan dalam pelaksanaan kegiatan yang ditargetkan untuk mencapai tujuan, yaitu kehadiran orang-orang tertentu yang memberikan solusi[13]. Dukungan sosial merupakan interaksi interpersonal dimana seseorang memberikan bantuan kepada orang lain. Dukungan sosial adalah suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bentuk bantuan lain yang diterima seseorang dari orang atau kelompok lain[14].
Menurut Weiss[15] dukungan sosial memiliki dimensi sebagai berikut: (1).Attachment (attachment) secara emosional merupakan rasa kedekatan dan juga menyampaikan rasa aman sehingga menimbulkan rasa aman, (2). Integrasi sosial (Integrasi sosial) adalah perasaan memiliki dalam suatu kelompok dan mempunyai kesempatan untuk melakukan sesuatu bersama, (3). Opportunity to care (peluang untuk berpartisipasi dalam perawatan) adalah perasaan yang dimiliki seseorang ketika mereka merasa orang lain mengandalkan Anda untuk meringankan beban dan tekanan dalam hidup mereka, (4). Pengesahan nilai (penghargaan) adalah penghargaan atau pengakuan atas suatu keterampilan, kemampuan, atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang, (5). Perasaan memiliki persekutuan yang dapat diandalkan (memiliki orang lain yang dapat diandalkan), mengetahui bahwa orang lain akan menawarkan bantuan ketika kesulitan muncul, atau memiliki seseorang yang dapat diandalkan ketika masalah muncul, (6). Mencari petunjuk (nasihat atau petunjuk) adalah adanya petunjuk atau nasehat mengenai suatu permasalahan yang dicari dari orang lain sehingga muncul jalan keluar dari permasalahan tersebut [16].
Weiss menjelaskan[1], terdapat enam dimensi dukungan sosial yang disebut dengan “Skala Dukungan Sosial”. a. Aspek Keterikatan Emosional: Keterikatan emosional ini biasanya tercipta dari rasa nyaman/aman dari orang lain dan sumber dukungan sosial. Dan hal ini sering kali dialami dan disampaikan oleh pasangan hidup, anggota keluarga, sahabat, guru, yang menjalin hubungan harmonis. b. Aspek integrasi sosial: Aspek ini memungkinkan individu merasa bahwa mereka memiliki kelompok yang dengannya mereka dapat bertukar minat dan melakukan aktivitas waktu luang bersama. c. Ada pengakuan (penegasan nilai). Orang-orang sukses yang mencapai hasil berdasarkan keterampilan dan kemampuannya menerima pengakuan dan pengakuan dari orang lain [17]. Dukungan jenis ini biasanya datang dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal orang tersebut. d. Ketergantungan yang dapat diandalkan: Aspek dukungan sosial ini merupakan jaminan bagi masyarakat yang mempunyai masalah dan yakin bahwa ada orang lain yang dapat mereka andalkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dukungan jenis ini biasanya datang dari anggota keluarga. e. Bimingan: Aspek dukungan sosial ini merupakan hubungan sosial yang terjalin antara siswa dan guru menciptakan dampak positif, memastikan bahwa individu menerima informasi, saran, dan nasihat yang mereka perlukan untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi tantangan yang mereka hadapi. f . kemungkinan perawatan (opportunity for care). Hal tersebut merupakan aspek penting dalam hubungan interpersonal seseorang dengan orang lain dan membuat seseorang merasa dibutuhkan.
Dikarenakan peneliti melihat peluang wisata yang bisa dimanfaatkan di Desa Tutur, sedangkan sebagian besar warga kurang peduli terhadap wisata yang ada di desa tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap seberapa besar dukungan dan kesadaran lingkungan yang dimiliki warga Desa Tutur. Masyarakat yang mempunyai sikap positif dalam menjaga kebersihan lingkungan tidak akan berpikir untuk membuang limbah dan sampah sembarangan. Pandangan masyarakat terhadap lingkungan juga dipengaruhi oleh dukungan sosial masyarakat. Oleh karena itu, pengetahuan, sikap, dan perilaku inilah yang perlu ditingkatkan pada masyarakat guna mengubah pandangan dan kebiasaan buruk terhadap lingkungannya[18].Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah hubungan dukungan sosial terhadap kesadaran lingkungan warga Dusun Gunungsari di Desa Tutur. Adapun hipotesis penelitian ini adalah dukungan sosial dapat memberikan hubungan terhadap kesadaran lingkungan warga Dusun Gunungsari di Desa Tutur.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial terhadap kesadaran lingkungan pada warga Desa Tutur Pasuruan, penelitian ini memiliki jenis pendekatan kuantitatif korelasi untuk mengetahui ada tidaknya variabel, Menurut Sugiyono (2019), penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan metode ilmiah karena mengikuti kaidah-kaidah ilmiah secara kongkrit atau empiris, bersifat obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode kuantitatif digunakan untuk mempelajari suatu populasi atau sampel tertentu, mengumpulkan data dengan menggunakan alat penelitian, dan menganalisis data kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang diberikan [19]. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regersi sederhana, Analisis regresi linear sederhana dipakai untuk mengetahui adanya perubahan nilai variabel dependen dan nilai variabel independen jika sewaktu-waktu terjadi, berfungsi untuk menguji sejauh mana sebab akibat antara variabel penyebab (X) dengan variabel akibat (Y)[20].
Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala kesadaran lingkungan sebagai variabel Y, dengan mengambil aspek yang terdiri dari: General belief. Personal attitude, information atau knowledge yang di kembangkan oleh Shancez dan Lafuente[22], yang terdiri dari 23 aitem favorable dan unfavorable dengan memiliki nilai reliabilitas 0.919. Pada instrumen dukungan sosial sebagai variabel X, mengambil dari skala yang di kemvangkan oleh Weiss[1]yang terdiri dari 24 aitem favorable dan unfavorable dengan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.879. Model skala yang digunakan yaitu skala likert yang merupakan skala untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu fenomena sosial. Skala ini berupa pernyataan atau pertanyaan yang digunakan sebagai titik tolak penyusunan elemen alat, dengan mengisi jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), ragu-ragu(R), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Dalam penelitian menggunakan propses perhitungan dengan JASP for windows.
Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah atau objek yang digeneralisasi dengan jumlah dan karakteristik tertentu yang diidentifikasi oleh peneliti dan diambil kesimpulan[20], populasi dalam penelitian ini yaitu warga Dusun Gunungsari Desa Tutur yang berjumlah 336 warga. Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah serta karakteristik yang dimiliki oleh populasi, sehingga penentuan jumlah sampel menggunakan tabel Krejcie dengan tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Jika populasi 336 warga dan tingkat kesalahan menggunakan taraf 5% maka sampel yang dipergunakan yaitu berjumlah 172 sampel. Pada penelitian ini menggunakan teknik sampling menggunakan jenis Accidental sampling adalah metode pemilihan sampel dengan memilih individu yang kebetulan bertemu dengan peneliti dan dianggap cocok sebagai sumber data. (Sugiyono, 2015). Sebuah studi dengan ukuran sampel yang tidak mencukupi mungkin tidak dapat menggambarkan situasi populasi yang sebenarnya Sampling yang berarti mengambilan sampel menggunakan pertimbangan tertentu sesuai kriteria yang diperlukan untuk menentukan jumlah sampel yang akan diuji[21].
Analisis Data
Cara analisis data dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan peneliti untuk mengetahui berapa besar pengaruh dukungan sosial terhadap kesadaran lingkungan pemuda GunungPetung Dalam Membangun wisata air terjun Sumber Nyonya Kabupaten Pasuruan, maka dugunakan regresi linier sederhana dangan bantuan program SPSS dan JASP for windows.
1. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dalam hasil penelitian dapat memenuhi standar dalam analisis atau tidak, dalam uji asumsi harus mencakup uji normalitas dan uji linieritas Berikut hasil uji analisis dari masing-masing asumsi tersebut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam bentuk penelitian ini bertujuan untuk memeriksa apakah data yang diperoleh normal dan apakah sampel penelitian memenuhi kriteria mewakili populasi penelitiian. Di bawah ini adalah tabel ringkasan uji normalitas sebaran data penelitian.
Hasil uji normalitas variabel disajikan pada tabel berikut.:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | ||
---|---|---|
Unstandardized Residual | ||
N | 172 | |
Normal Parametersa,b | Mean | 0 |
Std. Deviation | 2,85557167 | |
Most Extreme Differences | Absolute | 0,058 |
Positive | 0,058 | |
Negative | -0,054 | |
Test Statistic | 0,058 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,200c,d |
Figure 1.Grafik Uji Normalitas
Dari hasil pada tabel 1 mengenai nilai histogram sisa baku diperoleh nilai signifikan lebih besar dari 0,05, sedangkan nilai data pada tabel diatas adalah 0,200. Pada grafik gambar 2 untuk uji normalitas dapat disimpulkan bahwa data menunjukkan sebaran normal yang ditandai dengan pola limas simetris dan garis-garis membentuk pola garis lurus tidak miring ke kanan maupun ke kiri .
B. Uji Linier
Pada penelitian ini dilakukan uji linieritas untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel terikat dan bebas dengan tingkat signifikansi p > 0,05.
Figure 2.Uji Linieritas
Hasil pengujian linieritas menggunakan grafik menunjukkan bahwa scatter plot antara dukungan sosial dan kesadaran lingkungan membentuk pola mendekati garis linear dengan bentuk elips atau oval. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan linier antara data dukungan sosial dan data kesadaran lingkungan.
C. U ji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana yang diolah dengan JASP 0.13.1.0. Tabel 4 merupakan hasil uji regresi linear sederhana.
ANOVA | |||||
---|---|---|---|---|---|
Model | Sum of Squares | df | Mean Square | F | |
H₁ | Regre sion | 94.471 | 1 | 94.471 | 11.518 |
Residual | 1.394.384 | 170 | 8.202 | ||
Total | 1.488.855 | 171 | |||
Note. The intercept model is omitted, as no meaningful information can be shown. |
Tabel 5
Model Summary - kesadaran lngkungan | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Durbin-Watson | |||||||
Model | R | R² | Adjusted R² | RMSE | Autocorrelation | Statistic | p |
H₀ | 0.000 | 0.000 | 0.000 | 2.951 | 0.148 | 1.695 | 0.044 |
H₁ | 0.252 | 0.063 | 0.058 | 2.864 | 0.140 | 1.712 | 0.055 |
Dari hasil uji hipotesis yang tercantum dalam tabel 4 , dapat disimpulkan bahwa nilai R= 0,252 dan pada tabel 5 nilai F= 11.518 dengan tingkat signifikansi p < 0.001. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian dapat diterima, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan serta masuk kategorisasi cukup antara dukungan sosial dengan Kesadaran Lingkungan di dusun gunung petung desa tutur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap kesadaran lingkungan bisa dilihat pada tabel 4 Nilai R² sebesar 0,063 menandakan bahwa dukungan sosial memberikan kontribusi sebesar 6,3% terhadap variabel kesadaran lingkungan. Meskipun kontribusi ini tampak kecil, signifikansi statistik yang ditunjukkan oleh uji hipotesis menggaris bawahi pentingnya dukungan sosial dalam konteks kesadaran lingkungan. Individu yang memiliki rasa keterikatan dengan komunitasnya cenderung memiliki kesadaran lingkungan yang lebih tinggi Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial bukan sekadar perasaan sosial, tetapi juga berkaitan dengan tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.[22]
Kesadaran liingkungan merujuk pada situasi di mana seseorang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan, baik di tempat tinggal maupun di tempat kerja. Kesadaran ini cenderung memengaruhi perilaku dan perkembangan orang lain. Selain itu, perilaku individu terhadap lingkungan dipengaruhi oleh pemahaman, sikap, dan pada akhirnya perilaku itu sendiri. Kesadaran lingkungan berfungsi sebagai penghubung antara pengetahuan dan pemahaman individu tentang lingkungan. Kemampuan seseorang untuk menyadari hubungan antara aktivitas manusia dan kondisi lingkungan dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat dan aman disebut sebagai kesadaran lingkungan.[23]
Pengelolaan lingkungan, terutama dalam konteks wisata alam seperti air terjun Sumber Nyonya, memerlukan partisipasi aktif dari komunitas lokal. Dengan meningkatkan Kesadaran lingkungan di kalangan pemuda, kesadaran dan partisipasi mereka dalam pelestarian lingkungan dapat ditingkatkan. Keterlibatan aktif ini penting untuk memastikan bahwa aktivitas wisata tidak merusak ekosistem yang ada. Kesadaran lingkungan yang tinggi mendorong pemuda untuk merasa bertanggung jawab dan peduli terhadap kelestarian alam di sekitar mereka. Ini dapat diterjemahkan menjadi perilaku nyata seperti menjaga kebersihan, ikut serta dalam konservasi, dan mendukung inisiatif lingkungan
Menurut Kartiika (dalam Kumalasari & Ahyani), salah satu faktor yang memengaruhi penyesuaian diri remaja adalah dukungan dari lingkungan. Dukungan sosial yang diterima remaja, Seperti dorongan, perhatian, penghargaan, bantuan, dan kasih sayang, membuat mereka merasa dicintai, diperhatikan, dan dihargaii oleh orang lain. Ketika indiividu merasa diterima dan dihargai dengan cara yang positiif, mereka cenderung mengembangkan sikap positif terhadap diri mereka sendirii, sehingga remaja dapat hiidup secara mandiri dan harmonis dalam masyarakat.[24]
Menurut Ryff, perubahan fisik dan psikologis pada seseorang memerlukan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Memberikan dukungan dalam bentuk ekspresi perilaku yang positif kepada individu yang penting dalam kehidupan mereka dapat meningkatkan dukungan sosial. Meningkatkan dukungan sosial di kalangan pemuda tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek dengan meningkatkan dukungan sosial, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang. Pemuda yang memiliki tekad dan kesadaran yang kuat cenderung mempertahankan komitmen mereka terhadap pelestarian lingkungan seiring waktu. Mereka dapat menjadi agen perubahan yang memengaruhi orang lain dan membangun komunitas yang lebih peduli terhadap lingkungan. Ini menunjukkan bahwa intervensi yang berfokus pada dukungan sosial memiliki nilai signifikan.[25]
Pendekatan multidisipliner yang melibatkan ilmu psikologi, sosiologi, dan lingkungan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang bagaimana dukungan sosial dan kesadaran lingkungan saling berinteraksi. Penelitian dengan pendekatan ini dapat menggali faktor-faktor psikologis dan sosial yang mendasari dukungan sosial, serta bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi dengan aspek-aspek lingkungan.[26]
Dalam penelitian ini menegaskan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap kesadaran lingkungan pemuda di Gunungpetung. Oleh karena itu, dukungan sosial melalui berbagai aktivitas dan program dapat menjadi strategi efektif dalam meningkatkan kesadaran lingkungan. Implikasi dari temuan ini sangat relevan bagi pengelolaan wisata alam dan pelestarian lingkungan. Dengan mengimplementasikan rekomendasi yang telah diuraikan, diharapkan dapat tercipta komunitas pemuda yang lebih peduli dan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan, sehingga pembangunan wisata alam dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa secara simultan terdapat peran dukungan sosial terhadap kesadaran lingkungan. Setiap orang yang merasa terhubung dengan komunitas mereka cenderung memiliki kesadaran lingkungan yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa dukungan sosial memainkan peran penting dalam meningkatkan tanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan. Keterlibatan aktif dalam kegiatan lingkungan dan program edukasi dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan kesadaran lingkungan. Meskipun penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal ukuran sampel, hasilnya menekankan bahwa meningkatkan dukungan sosial melalui berbagai program dapat menjadi strategi efektif untuk menciptakan komunitas muda yang lebih peduli dan aktif dalam menjaga lingkungan, serta mendukung pembangunan wisata alam yang berkelanjutan.