General background: Mascots serve as effective visual identity elements for various organizations to convey character uniquely. Specific background: The Communication Science Study Program at Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) uses "Si Kombi," a character blending human and butterfly features, in colors representing the program's identity. Knowledge gap: Limited research exists on mascots' role in academic branding and public engagement. Aims: This study evaluates "Si Kombi" as a visual tool for building the program's brand and attracting interest. Results: The mascot’s design features two-dimensional elements with dominant colors, enhancing recognition and appeal among potential students. Novelty: Integrating a mascot into academic branding offers a fresh approach to promoting study programs. Implications: This study highlights how mascots can strengthen academic brands, enhance promotion, and foster emotional connections with audiences.
Highlights:
Keywords: Mascot, Visual Identity, Branding, Academic Promotion
Dalam mempromosikan sebuah produk atau instansi ada banyak metode yang bisa dilakukan untuk memperoleh perhatian target audiens. Identitas visual merupakan sarana representasi dari suatu instansi, produk, organisasi ataupun event yang dapat mempengaruhi perhatian audiens kepada sebuah brand yang akan dipasarkan. Identitas visual juga memiliki fungsi sebagai media promosi agar brand dapat lebih mudah dikenal secara luas. Visual identity dimaknai sebagai segala bentuk identitas produk, merek, atau individu yang dapat dikenali secara visual. Wajah pertama yang dikenali oleh masyarakat ketika suatu merek muncul ke publik adalah identitas visualnya [1]. Identity visual berperan sebagai manifestasi grafis dari brand identity, di mana elemen-elemen visual seperti logo, palet warna, dan tipografi harus secara konsisten mencerminkan nilai-nilai dan karakteristik merek, guna membangun citra merek yang solid. Brand identity didefinisikan sebagai keseluruhan elemen yang mencakup penyampaian karakter, komitmen, dan nilai dari produk suatu perusahaan, yang dirancang agar dapat dikenal oleh konsumen melalui aspek warna, simbol, dan elemen lainnya [2]. Dengan adanya identitas yang mengkomunikasikan maksud dan tujuan suatu instansi atau produk, maka tujuan tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Selain merepresentasikan sebuah brand, identitas visual juga berfungsi sebagai pembeda dengan kompetitor dan sering kali digunakan sebagai alat untuk menggambarkan nilai lebih yang dimiliki brand tersebut. salah satunya adalah membuat personifikasi sebuah produk atau instansi dalam bentuk maskot. Kotler et al (2019) menyatakan bahwa merek bukanlah hanya sekedar nama maupun simbol saja, namun merek menjadi elemen kunci dalam hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya [3]. Dengan cara ini, target audiens akan dengan mudah melihat bentuk dan karakter dari produk atau instansi tersebut. Penggunaan karakter juga akan menambah awareness kepada audiens terhadap brand, dengan brand awareness yang tinggi, diharapkan konsumen akan langsung mengingat brand tersebut saat muncul kebutuhan dalam kategori tertentu, dan mempertimbangkannya sebagai salah satu alternatif dalam pengambilan keputusan [4]. Seperti pendapat Rangkuti dalam Rahmasari (2022), brand awareness merupakan kemampuan seorang konsumen untuk mengingat suatu merek tertentu atau iklan tertentu secara spontan atau setelah dirangsang dengan kata-kata kunci [5].
Maskot sebagai salah satu elemen identitas visual memiliki peran yang penting untuk menambah nilai dan membawa image positif sebuah brand ke benak audiens. Kotler & Armstrong (dalam Effendi dan Rumnita, 2020) menyebutkan dalam sebuah pasar yang kompetitif, pertempuran tidak hanya terletak pada tarif dan produk namun juga pada persepsi konsumen [6]. Persepsi merupakan sebuah proses kognitif dimana proses ini terjadi pada setiap individu dalam pemilihan, pengorganisasian, penginterpretasian dan penafsiran dari informasi yang masuk dan sensasi yang dikirim melalui panca indera sehingga menggambarkan sesuatu yang bermakna [7]. Brand yang memiliki persepsi positif akan cenderung meningkatkan minat konsumen menjadi lebih bersar terhadap brand tersebut. Maskot dapat menjadi wajah promosi yang efektif karena sebuah produk atau instansi menjadi mudah dikenali dan lebih berkarakter. Maskot adalah bagian penting dari sebuah brand. Jadi, maskot adalah bentuk visual brand berbentuk karakter yang memiliki ciri dan watak tertentu yang dapat menunjukan brand yang telah diwakilinya [8]. Visual, merupakan salah satu bentuk bahasa non-verbal dalam pembahasan proses komunikan [9]. Pendapat Christstefannie dalam Syarif dan Putra (2023), maskot memiliki relevansi komersial yang luar biasa, karena berkapasitas memicu ingatan dan membentuk koneksi dengan elemen-elemen yang lebih fundamental dari otak [10]. Warna dan bentuk visual merupakan elemen kunci dalam mencerminkan visi dan misi suatu lembaga atau perusahaan. Setiap warna memiliki makna tersendiri yang mampu mempengaruhi persepsi dan emosi audiens. Oleh karena itu, pemilihan warna harus sesuai dengan identitas merek dan pesan yang ingin disampaikan. Misalnya, warna biru sering diasosiasikan dengan kepercayaan dan profesionalisme, sedangkan warna hijau menggambarkan keseimbangan dan kedekatan dengan alam. Selain itu, memori yang identik dengan warna tertentu dibangkitkan oleh setiap warna. Menurut pendapat Haller yang dikutip dalam Darmastuti (2021), tubuh kita dipengaruhi secara fisik oleh warna merah. Warna merah dapat menyebabkan peningkatan detak jantung dan mempercepat denyut nadi, sehingga memberikan kesan bahwa waktu berlalu lebih cepat dari kenyataan. Di sisi lain, respon mental seseorang dipengaruhi oleh warna biru saat otak menangkap warna tersebut [11] . Selain warna, bentuk visual seperti logo dan desain grafis juga harus selaras dengan nilai-nilai inti perusahaan, sehingga menciptakan identitas visual yang kuat dan mudah dikenali oleh audiens.
Pada maskot, desain visual yang tepat tidak hanya harus menarik, tetapi juga mampu mengekspresikan emosi yang mendukung karakteristik merek. Emosi merupakan bagian terpenting dari manusia serta merupakan aspek perkembangan yang terdapat padas etiap manusia. Karena emosi, individu mampu untuk merasakan keadaan dirinya dan mengekspresikan perasaannya secara tepat dan positif [12]. Dalam konteks maskot, bentuk emosi yang sering dihadirkan melalui maskot meliputi kegembiraan, kehangatan, dan kepercayaan. Misalnya, maskot dengan bentuk yang ramah dan lucu cenderung memunculkan emosi positif seperti kebahagiaan dan keceriaan, yang membuat audiens merasa lebih dekat dengan merek tersebut. Sebaliknya, maskot yang memiliki desain lebih formal dan tegas dapat menyampaikan rasa kepercayaan dan profesionalisme. Penyesuaian emosi ini penting untuk memperkuat pesan yang disampaikan dan membangun keterhubungan emosional antara perusahaan dan audiens.
Penggunaan maskot dalam strategi branding merupakan salah satu metode yang efektif untuk membangun koneksi emosional antara merek dan audiens. Maskot hewan sering dipilih karena kemampuannya menyampaikan makna simbolis yang mendalam dan mudah dikenali oleh masyarakat luas. Setiap jenis hewan yang digunakan sebagai maskot biasanya mengandung filosofi tertentu. Sebagai contoh, singa sering diidentikkan dengan simbol keberanian dan kekuatan, sedangkan burung hantu diasosiasikan dengan kebijaksanaan serta intelektualitas. Simbolisme ini memungkinkan maskot hewan untuk merepresentasikan nilai dan karakter suatu merek dengan lebih efektif, baik dalam konteks kultural maupun universal. Selain itu, hewan-hewan ini cenderung memicu respons emosional positif, seperti rasa akrab, senang, atau terkesan, sehingga dapat memperkuat hubungan antara merek dengan konsumen. Oleh karena itu, penggunaan maskot hewan sering diadopsi oleh perusahaan sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat identitas merek dan meningkatkan efektivitas komunikasi dengan audiens. Penggunaan hewan sebagai subjek dalam karya seni, terutama seni visual, telah banyak diterapkan. Menurut Ernst Cassirer dalam Razali et al (2021), manusia secara fundamental dianggap sebagai "hewan simbolik," di mana tanda-tanda dan susunan ekspresi antara mereka dengan kehidupan sehari-hari dipahami [13]. Di Jepang, kucing dianggap sebagai hewan yang membawa keberuntungan. Kepercayaan ini terkait dengan legenda Maneki Neko. Maneki Neko dikenal sebagai kucing keberuntungan, dan diyakini bahwa individu yang memiliki Maneki Neko akan diberkahi dengan kehidupan yang penuh keberuntungan dan rejeki melimpah [14].
Banyak sekali instansi yang mulai menggunakan maskot sebagai ikon untuk kebutuhan brandingnya, salah satunya Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo atau Ikom UMSIDA. Di Tahun 2024 ini, Prodi Ikom UMSIDA memperkenalkan maskot barunya bernama “Si Kombi”. Maskot ini memiliki bentuk dasar kupu-kupu yang dipersonialisasi dan mewakili identitas dari Prodi Ikom UMSIDA. Dengan menggunakan identitas visual yang menarik dan eyecatching berupa maskot tentu akan menambah brand equity atau ekuitas brand dari Prodi Ikom UMSIDA dan mendorong minat calon mahasiswa baru untuk mencari tau info lebih lanjut tentang brand dan mendaftarkan diri ke Prodi Ikom UMSIDA. Menurut Tjiptono dalam Pandiangan et al (2021), Ekuitas merek atau brand equity adalah serangkaian aset dan kewajiban merek yang terkait dengan sebuah merek, nama, dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan dan atau pelanggan perusahaan tersebut [15].
Si Kombi sebagai maskot Program Studi Ilmu Komunikasi UMSIDA memiliki peran yang cukup penting dalam menjadi representasi karakter brand yang kuat dan unik. Kemampuan metode promosi seperti iklan dalam menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada konsumen menjadikan kedua bidang tersebut memiliki peranan sangat penting bagi keberhasilan sebuah perusahaan. Aktifitas mempromosikan atau beriklan sudah bertumbuh dengan pesat menjadi sebuah sistem komunikasi yang amat penting tidak hanya bagi produsen tetapi termasuk untuk konsumen dari brand tersebut, oleh karena itu pemilihan mascot sebagai sebuah sarana promosi dan iklan adalah keputusan yang bijak yang dapat diambil sebuah brand.
Desain maskot ini juga berperan sebagai nilai tambah yang menarik untuk Program Studi Ilmu Komunikasi UMSIDA dalam menjalin kedekatan secara emosional terhadap audiens karna memiliki wujud yang ramah dan bersahabat. Publikasi dan promosi baik secara langsung maupun digital akan lebih menarik dan berkarakter dengan adanya Si Kombi sebagai wajah yang mewakili nilai-nilai akademis dan juga kreatifitas. Dengan pemanfaatan aset branding berupa maskot ini, memperbesar kemungkinan untuk menimbulkan efek yang membuat masyarakat aware terhadap produk atau visi dan juga misi yang dibawa oleh sebuah brand. Sehingga audiens akan memiliki kemauan dan dorongan untuk mencari informasi lebih jauh tentang tugas dan fungsi sebuah perusahaan atau instansi yang direpresentasikan menggunakan maskot tersebut.